Back azimuth merupakan suatu nilai sudut kebalikan dari nilai azimuth pada suatu bidang lingkaran
dengan titik tengah sebagai titik pusat lingkaran.
Atau dengan kata lain bahwa sudut back azimut adalah besarnya sudut dari objek ke pengamat
dengan arah utara sebagai acuannya.
Back azimut ini sering digunakan dalam aplikasi perhitungan resection atau saat praktek dalam
pergerakan di lapangan untuk mengoreksi jalur lintasan.
Adapun langkah-langkah penggunaan kompas yang harus kalian pahami adalah sebagai berikut.
1. Tentukanlah objek yang akan dibidik yaitu objek yang tidak bergerak, misalnya tiang listrik, pohon,
perempatan jalan, dan lain-lain. Jika sulit, bawalah tongkat yang bisa ditancapkan atau tiang yang bisa
berdiri. Bisa juga salah satu teman kalian menjadi objek bidikan.
2. Bukalah penutup kompas dan bidiklah objek yang telah ditentukan tersebut. Arahkan pandangan pada
objek searah dengan kawat pembidik yang ada pada bagian penutup kompas. Tunggu sampai jarum Pada
kompas relatif stabil menunjuk pada arah utara magnet. Ketepatan bidikan diperoleh dengan mengarahkan
fokus yang telah tersedia pada kompas.
3. Perhatikan angka 0 yang ditunjukkan oleh tanda penunjuk besarnya sudut.
Besarnya sudut yang dibuat antara titik tempat kita membidik dengan tepat sasaran kompas disebut titik
Azimut. Sedangkan Back Azimut merupakan tempat sasaran bidikan ke tempat asal kita membidik,
sehingga sudut yang dibentuk kebalikannya, maka harus dikurangi 1800 atau ditambah 1800.
Ketepatan pengukuran arah dengan menggunakan kompas dipengaruhi oleh ketepatan membidik dan
ada tidaknya gangguan terhadap kompas itu sendiri seperti adanya besi, baja, dan aliran listrik di sekitar
kompas.
Karena itu, objek bidikan harus stabil perhatikan arah memegang kompas yang benar, dan upayakan
kompas yang digunakan untuk jauh dari benda-benda yang mengganggu pada saat membidik objek.
Lakukanlah latihan cara menggunakan kompas berkali-kali dan jika memungkinkan bandingkanlah
hasil bidikan pada objek yang sama dengan rekan lain.
Berikut ini adalah arah mata angin yang dapat ditentukan kompas.
- Utara (disingkat U atau N)
- Utara Timur Laut (disingkat UTL atau NNE)
- Timur Laut (antara timur dan utara, disingkat TL atau NE)
- Timur-Timur Laut (disingkat TTL atau ENE)
- Timur (disingkat T atau E)
- Timur Tenggara (disngkat TTG atau ESE)
- Tenggara (antara timur dan selatan, disingkat SE)
- Selatan Tenggara (disingkat STG atau SSE)
- Selatan (disingkat S)
- Selatan Barat Daya (disingkat SBD atau SSW)
- Barat daya (antara barat dan selatan, disingkat SW)
- Barat-Barat Daya (disngkat BBD atau WSW)
- Barat (disingkat B atau W)
- Barat-Barat Laut (disingkat BBLatau WNW
- Barat Laut (antara barat dan utara, disingkat NW)
- Utara Barat Laut (disingkat UBL atau NNW)
Sketsa
skala : 1 : ...........................
Buatlah skala yang akan digunakan dan sesuaikan dengan pengukuran kertas yang tersedia, sebagai contoh
peta yang akan digambar menggunakan skala 1 : 200, artinya 1 cm di peta menggambarkan 200 cm di
lapangan atau 2 meter dilapangan.
Setelah membuat skala yang akan digunakan, maka selanjutnya kalian dapat menentukan luas keretas yang
dibutuhkan untuk menggambarkan peta sekolah hasil pengukuran kalian. Cermatilah masing-masing sudut
dan jarak nya, sehingga ukuran kertas yang diperlukan sesuai dengan ukuran peta yang akan digambarkan.
1. Tentukanlah titik pertama atau plot A pada kertas yang akan dibuat petanya. Perhatikanlah jarak dan
sudut yang dibentuk setiap plot, sehingga kalian dapat menentukan letak titik plot pertama atau A
pada kertas dan arah gambar selanjutnya tidak keluar dari kertas yang tersedia.
2. Tentukanlah arah utara dari peta.
3. Pada titik A, buatlah tanda silang (tegak lurus).
4. Pada titik A yang telah diberi tanda silang, tentukan sudut garis A - B dengan menggunakan busur
0. Besarnya sudut berdasarkan hasil bidikan kompas dari A ke B (Azimuth). Tariklah garis dari A
ke B yang panjang sesuai dengan skala yang telah anda tentukan. Sebagai contoh, jika hasil
pengukuran di lapangan dari A ke B adalah 22 meter dan skala gambarnya 1 : 200, maka garis
tersebut panjangnya adalah 11 cm.
5. Pada plot B, buatlah tanda silang seperti plot A.
6. Tentukan sudut garis B - C dengan menggunakan busur 0 dan tarik garis sesuai dengan skala tadi.
7. Lakukan langkah tersebut pada plot-plot berikutnya sampai kembali ke plot A.
Apabila semua data telah digambarkan, coba perhatikan peta yang kalian buat tersebut, apakah membentuk
suatu poligon tertutup?
Jika peta yang dibuat berupa suatu wilayah atau poligon tertutup, maka janganlah heran jika peta yang
kalian buat ternyata tidak membentuk sebuah poligon tertutup. Kesalahan biasanya terjadi karena kurang
tepatnya bidikan , tidak tepatnya posisi membidik , kesalahan membaca angka 0 pada kompas, dan lain-lain.
1. Tarik garis yang menghubungkan kedua ujung celah, ukurlah panjang celahnya.
2. Buatlah sebuah garis jurus mendatar yang panjang sama dengan seluruh garis yang digambarkan
tadi (dari titik A ke titik A lagi).
3. Pada salah satu ujung garis mendatar tadi, buatlah garis tegak lurus yang panjangnya sama dengan
panjang celah yang telah diukur tadi.
4. Tariklah garis dari ujung garis tegak lurus tadi ke ujung garis mendatar, sehingga membentuk
sebuah segitiga.
5. Tempatkanlah titik A, B, C dan seterusnya sampai titik terakhir pada garis mendatar tersebut.
Panjang antar titik tersebut sama dengan panjang hasil penggambaran sebelumnya, sehingga perlu
diukur terlebih dahulu.
6. Buatlah garis tegak lurus pada masing-masing titik atau plot sampai pada hipotenusa (garis
berbentuk miring pada segitiga siku-siku).
7. Ukurlah panjang tiap garis tersebut dan tempatkan pada masing-masing plot secara tegak lurus.
8. Buat garis keliling baru pada gambar bercelah dengan menarik ujung-ujung garis tegak lurus
sehingga membentuk sebuah poligon tertutup.
9. Hasil perbaikan gambar telah selesai dilakukan.