Anda di halaman 1dari 5

METODE KUANTITATIF DALAM PENELITIAN ARSITEKTUR

Fransdito Wicaksono Adhi


61190410
Resume Metopen

Penelitian arsitektur adalah penelitian yang bertujuan untuk meneliti


sebuah objek bangunan sebagai suatu tempat untuk manusia beraktifitas,
berdasarkan budaya, hubungan nya dengan lingkungan sekitar, maupun interaksi
sosial antar manusia baik diluar bangunan atau di dalam bangunan.
Penelitian arsitektur berkaitan dengan hubungan antara bangunan
arsitektur dengan manusia yang menggunakannya. Bidang arsitektur memiliki
cakupan yang sangat luas, melingkupi sirkulasi, orientasi, tata ruang,
keseimbangan dan ketidakseimbangan, harmoni, kontras, dll.
Penelitian arsitektur harus dikaitkan dengan berbagai pendekatan misalnya
arsitektur-sipil, arsitektur-antropologi, arsitektur-elektro, arsitektur-sosiologi,
arsitektur-sejarah, dan lain sebagainya.

1. Langkah pertama: mengidentifikasi dan merumuskan masalah


penelitian.
Rumusan masalah pada contoh penelitian (6) (Sadana, 2009):
Contoh :
• Apakah ada pengaruh tatanan fasad terhadap kualitas visual di
koridor Margonda Depok?
• Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap terbentuknya
kualitas visual di koridor Margonda Depok?

2. Langkah kedua: Membuat hipotesis yang akan diuji.


Perumusan hipotesis dapat melalui tiga tahap, yaitu menentukan hipotesis
berdasarkan asumsi peneliti terhadap hubungan variabel, tahapan kedua yaitu
menentukan hipotesis oprasional yang terdiri dari hipotesis 0 (H0) dan
hipotesis alternatif (H1 atau Ha). Tahapan menggunakan hipotesis statistic
menggunakan symbol statistik.
3. Langkah ketiga: melakukan kajian teori yang relevan.
Pada tahapan ini peneliti melakukan kajian terhadap referensi yang berbentuk
literatur yang berasal dari hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan
sebelumnya
Contoh:
Kajian teori (ringkasan) pada contoh penelitian (6) (Sadana, 2009):
Landasan teori pada penelitian ini merupakan suatu grand concept yang
disusun dari teori-teori yang berkaitan dengan aspek-aspek tatanan fasad,
kualitas visual, serta proses persepsi melalui saluran visual. Berkenaan
dengan sistem visual, untuk mengkaji fasad bangunan dapat dilakukan 85
dengan menggunakan prinsip-prinsip penataan/penyusunan yang
dikemukakan oleh Ching (1996). Prinsip-prinsip penataan/penusunan
tersebut terdiri dari: sumbu, simetri, hirarki, irama, datum, dan transformasi
(Ching, 1996; 1979). Prinsip-prinsip ini dapat dipergunakan untuk menilai
kualitas suatu tatanan/susunan fasad, dengan memperhatikan prinsip bahwa
susunan tanpa keanekaragaman dapat mengakibatkan timbulnya sifat
monoton yang membosankan, sementara keanekaragaman tanpa aturan akan
menimbulkan kekacauan (Ching, 1979). Sifat-sifat monoton, membosankan,
kacau, merupakan unsur dari kata sifat. Kata-kata ini dapat dipadankan
dengan kata sifat-kata sifat lainnya guna membandingkan kualitas tatanan
fasad yang terlihat secara visual oleh pengamat (Sanof, 1991). Padanan kata
dapat disusun dalam daftar kata-kata saling berlawanan yang disebut sebagai
sebagai semantic differential (Bechtel 1987; Kuller, 1973; Sanov, 1991), dan
dapat diskalakan guna mengukur persepsi pengamat. Selanjutnya, Smardon
(1986), dan Moughtin (dalam Sudarwani, 2004) menerangkan bahwa estetika
dan kesan akan tempat dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya:
keterpaduan, proporsi, skala, keseimbangan, ritme, warna, dan serial vision.
Serial vision sendiri merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh Cullen
(1961) mengenai pandangan berseri melalui beberapa sekuens yang diakhiri
dengan kejutan. Mengacu kepada kajian teoritis di atas, dapat disusun
landasan teori yang merupakan grand concept penelitian ini, yaitu: (1)
terdapatnya aspekaspek dasar dari prinsip-prinsip penataan/penyusunan
arsitektur, dalam hal ini fasad bangunan, yang dihubungkan dengan (2)
aspek-aspek tinjauan estetika serta aspek serial vision. Selanjutnya, ke dua
aspek tersebut dapat dinilai performanya berdasarkan apa yang dirasakan
pengamat dengan menggunakan padanan kata-kata sifat saling berlawanan
yang disebut sebagai semantic diferential. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa prinsip-prinsip penataan: sumbu, simetri, hirarki, irama, datum, dan
transformasi (Ching, 1996; 1979), dapat ditinjau dan diukur pengaruhnya
terhadap aspek estetika visual: keterpaduan, proporsi, skala, keseimbangan,
ritme, warna, dan serial vision (Smardon, 1986), dengan menggunakan
padanan kata sifat: monoton, membosankan, kacau (Ching, 1979) dan dapat
dikembangkan lebih lanjut berdasarkan kebutuhan penelitian dengan
menggunakan padanan kata yang disebut sebagai sebagai semantic
differential (Bechtel 1987; Kuller, 1973; Sanov, 1991).

4. Langkah keempat: mengidentifikasi dan memberi nama variabel.


Pada tahapan ini peneliti mengidentifikasi dan memberi nama variabel,
memperlakukan variabel satu sebagai variabel bebas dan memperlakukan
variabel dua sebagai variabel yang terikat.
Contoh:
Mengidentifikasi dan memberi nama variabel pada contoh penelitian (6)
(Sadana, 2009): (1) Variabel terikat: a. Kualitas visual (indikator
pengukuran: kepaduan, proporsi, skala, keseimbangan, ritme, warna, serial
vision). (2) Variabel bebas: b. Tatanan fasad (indikator pengukuran: sumbu,
simetri, hirarki, irama, datum, transformasi).

5. Langkah kelima: membuat definisi operasional.


Pada tahapan ini peeliti membuat definisi operasional terhadap variabel yang
digunakan dalam penelitian sehingga variabel tersebut bisa dihitung, definisi
operasional dapat mengubah sebuah konsep yang abstrak menjadi konsep
yang bersifat operasional sehingga dapat memudahkan peneliti dalam metode
pengukuran.

6. Langkah keenam: memanipulasi dan mengontrol variabel.


Pada tahapan ini para peneliti melalukanmanipulasi pada variabel tertentu
agar peneliti dapat melihat pengaruhnya bagi variabel yang lain nya.

7. Langkah ketujuh: menyusun rancangan penelitian.


Pada tahapan ini , peneliti melakukan penyusunan sebuah kerangka kerja
penelitian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
jadikan sebagai sampel amatan atau objek amatan.
Menyusun desain kuesioner penelitian. Tahap Pengumpulan Data Kegiatan-
kegiatan pada tahap pengumpulan data adalah:
a. Melaksanakan observasi dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
responden.
b. Melakukan kompilasi data untuk selanjutnya diolah menggunakan metoda
statistik guna menyusun analisis. Tahap Analisis, Pembahasan, dan
Pemaknaan Kegiatan-kegiatan pada tahap analisis dan pembahasan adalah:
a. Membaca hasil pengolahan data statistik untuk melakukan analisis dan
pembahasan tentang aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini.
b. Menyusun hasil analisis tersebut sebagai suatu kajian penelitian.
c. Menyusun pemaknaan terhadap teori berdasarkan hasil analisis. Tahap
Penarikan Kesimpulan dan Penyusunan Rekomendasi Kegiatan-kegiatan
pada
tahap penarikan kesimpulan dan penyusunan rekomendasi adalah:
a. Penarikan kesimpulan sebagai hasil kajian pada analisis dan pembahasan.
b. Penyusunan rekomendasi yang didasarkan pada temuan hasil penelitian.

8. Langkah kedelapan: mengidentifikasi dan menyusun alat observasi


dan pengukuran.
Pada tahap ini para peneliti mengidentifikasi alat observasi yang sesuai
dengan data yang akan diambil, Dalam penelitian kuantitatif jenis ex post
facto, yang biasanya digunakan dalam kuisioner.

9. Langkah kesembilan: membuat kuesioner.


Pada tahapan ini, peneliti membuat kuesioner dengan baik, yang sesuai
dengan data yang akan diambil. Dalam penelitian yang menggunakan metode
kuantitatif, teknik pengumpulan data yang lazim digunakan adalah
menyebarkan kuesioner, yaitu daftar berisi pertanyaan-pertanyaan penelitian
yang harus dijawab oleh responden.
10.Langkah kesepuluh: menentukan lokasi, waktu, dan bahan.
Pada tahapan ini, peneliti menentukan lokasi di mana penelitian dilaksanakan,
waktu kapan penelitia dilaksanakan, dan bahan-bahan apa yang dibutuhkan,
terutama dalam rangka mendapatkan data.

11.Langkah kesebelas: menentukan sampel.


Pada tahapan ini, peneliti menentukan sampel penelitian yang dianggap bisa
mewakili populasi di wilayah yang menjadi lokasi penelitian.

12.Langkah keduabelas: mengumpulkan data.


Dalam tahapan ini, peneliti mengumpulkan data melalui pengumpuk data,
yaitu kuisioner.

13.Langkah ketigabelas: melakukan analisis statistik terhadap data.


Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis statistik terhadap datadata
penelitian. Salah satu ciri yang menonjol dalam penelitian yang menggunakan
metode kuantitatif adalah adanya analisis statistik. Sampai saat ini, analisis
statistik merupakan satu-satunya alat yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah untuk menghitung besarnya hubungan antarvariabel, untuk
memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, untuk melihat
besarnya presentase atau rata-rata besarnya suatu variabel yang diukur, dan
untuk mengukur nilai-nilai lainnya.

14.Langkah keempatbelas: membuat hasil, pembahasan, dan


kesimpulan.
Pada tahapan ini, peneliti menguraikan hasil dan pembahasan terhadap hasil
olahan statistik yang telah dilakukan, dan kemudian membuat kesimpulannya.
Kesimpulan berisi jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai