Penelitian arsitektur adalah penelitian yang bertujuan untuk meneliti
sebuah objek bangunan sebagai suatu tempat untuk manusia beraktifitas, berdasarkan budaya, hubungan nya dengan lingkungan sekitar, maupun interaksi sosial antar manusia baik diluar bangunan atau di dalam bangunan. Penelitian arsitektur berkaitan dengan hubungan antara bangunan arsitektur dengan manusia yang menggunakannya. Bidang arsitektur memiliki cakupan yang sangat luas, melingkupi sirkulasi, orientasi, tata ruang, keseimbangan dan ketidakseimbangan, harmoni, kontras, dll. Penelitian arsitektur harus dikaitkan dengan berbagai pendekatan misalnya arsitektur-sipil, arsitektur-antropologi, arsitektur-elektro, arsitektur-sosiologi, arsitektur-sejarah, dan lain sebagainya.
1. Langkah pertama: mengidentifikasi dan merumuskan masalah
penelitian. Rumusan masalah pada contoh penelitian (6) (Sadana, 2009): Contoh : • Apakah ada pengaruh tatanan fasad terhadap kualitas visual di koridor Margonda Depok? • Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap terbentuknya kualitas visual di koridor Margonda Depok?
2. Langkah kedua: Membuat hipotesis yang akan diuji.
Perumusan hipotesis dapat melalui tiga tahap, yaitu menentukan hipotesis berdasarkan asumsi peneliti terhadap hubungan variabel, tahapan kedua yaitu menentukan hipotesis oprasional yang terdiri dari hipotesis 0 (H0) dan hipotesis alternatif (H1 atau Ha). Tahapan menggunakan hipotesis statistic menggunakan symbol statistik. 3. Langkah ketiga: melakukan kajian teori yang relevan. Pada tahapan ini peneliti melakukan kajian terhadap referensi yang berbentuk literatur yang berasal dari hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya Contoh: Kajian teori (ringkasan) pada contoh penelitian (6) (Sadana, 2009): Landasan teori pada penelitian ini merupakan suatu grand concept yang disusun dari teori-teori yang berkaitan dengan aspek-aspek tatanan fasad, kualitas visual, serta proses persepsi melalui saluran visual. Berkenaan dengan sistem visual, untuk mengkaji fasad bangunan dapat dilakukan 85 dengan menggunakan prinsip-prinsip penataan/penyusunan yang dikemukakan oleh Ching (1996). Prinsip-prinsip penataan/penusunan tersebut terdiri dari: sumbu, simetri, hirarki, irama, datum, dan transformasi (Ching, 1996; 1979). Prinsip-prinsip ini dapat dipergunakan untuk menilai kualitas suatu tatanan/susunan fasad, dengan memperhatikan prinsip bahwa susunan tanpa keanekaragaman dapat mengakibatkan timbulnya sifat monoton yang membosankan, sementara keanekaragaman tanpa aturan akan menimbulkan kekacauan (Ching, 1979). Sifat-sifat monoton, membosankan, kacau, merupakan unsur dari kata sifat. Kata-kata ini dapat dipadankan dengan kata sifat-kata sifat lainnya guna membandingkan kualitas tatanan fasad yang terlihat secara visual oleh pengamat (Sanof, 1991). Padanan kata dapat disusun dalam daftar kata-kata saling berlawanan yang disebut sebagai sebagai semantic differential (Bechtel 1987; Kuller, 1973; Sanov, 1991), dan dapat diskalakan guna mengukur persepsi pengamat. Selanjutnya, Smardon (1986), dan Moughtin (dalam Sudarwani, 2004) menerangkan bahwa estetika dan kesan akan tempat dapat ditinjau dari beberapa aspek, diantaranya: keterpaduan, proporsi, skala, keseimbangan, ritme, warna, dan serial vision. Serial vision sendiri merupakan suatu konsep yang dikembangkan oleh Cullen (1961) mengenai pandangan berseri melalui beberapa sekuens yang diakhiri dengan kejutan. Mengacu kepada kajian teoritis di atas, dapat disusun landasan teori yang merupakan grand concept penelitian ini, yaitu: (1) terdapatnya aspekaspek dasar dari prinsip-prinsip penataan/penyusunan arsitektur, dalam hal ini fasad bangunan, yang dihubungkan dengan (2) aspek-aspek tinjauan estetika serta aspek serial vision. Selanjutnya, ke dua aspek tersebut dapat dinilai performanya berdasarkan apa yang dirasakan pengamat dengan menggunakan padanan kata-kata sifat saling berlawanan yang disebut sebagai semantic diferential. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip penataan: sumbu, simetri, hirarki, irama, datum, dan transformasi (Ching, 1996; 1979), dapat ditinjau dan diukur pengaruhnya terhadap aspek estetika visual: keterpaduan, proporsi, skala, keseimbangan, ritme, warna, dan serial vision (Smardon, 1986), dengan menggunakan padanan kata sifat: monoton, membosankan, kacau (Ching, 1979) dan dapat dikembangkan lebih lanjut berdasarkan kebutuhan penelitian dengan menggunakan padanan kata yang disebut sebagai sebagai semantic differential (Bechtel 1987; Kuller, 1973; Sanov, 1991).
4. Langkah keempat: mengidentifikasi dan memberi nama variabel.
Pada tahapan ini peneliti mengidentifikasi dan memberi nama variabel, memperlakukan variabel satu sebagai variabel bebas dan memperlakukan variabel dua sebagai variabel yang terikat. Contoh: Mengidentifikasi dan memberi nama variabel pada contoh penelitian (6) (Sadana, 2009): (1) Variabel terikat: a. Kualitas visual (indikator pengukuran: kepaduan, proporsi, skala, keseimbangan, ritme, warna, serial vision). (2) Variabel bebas: b. Tatanan fasad (indikator pengukuran: sumbu, simetri, hirarki, irama, datum, transformasi).
5. Langkah kelima: membuat definisi operasional.
Pada tahapan ini peeliti membuat definisi operasional terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian sehingga variabel tersebut bisa dihitung, definisi operasional dapat mengubah sebuah konsep yang abstrak menjadi konsep yang bersifat operasional sehingga dapat memudahkan peneliti dalam metode pengukuran.
6. Langkah keenam: memanipulasi dan mengontrol variabel.
Pada tahapan ini para peneliti melalukanmanipulasi pada variabel tertentu agar peneliti dapat melihat pengaruhnya bagi variabel yang lain nya.
7. Langkah ketujuh: menyusun rancangan penelitian.
Pada tahapan ini , peneliti melakukan penyusunan sebuah kerangka kerja penelitian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. jadikan sebagai sampel amatan atau objek amatan. Menyusun desain kuesioner penelitian. Tahap Pengumpulan Data Kegiatan- kegiatan pada tahap pengumpulan data adalah: a. Melaksanakan observasi dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden. b. Melakukan kompilasi data untuk selanjutnya diolah menggunakan metoda statistik guna menyusun analisis. Tahap Analisis, Pembahasan, dan Pemaknaan Kegiatan-kegiatan pada tahap analisis dan pembahasan adalah: a. Membaca hasil pengolahan data statistik untuk melakukan analisis dan pembahasan tentang aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini. b. Menyusun hasil analisis tersebut sebagai suatu kajian penelitian. c. Menyusun pemaknaan terhadap teori berdasarkan hasil analisis. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Penyusunan Rekomendasi Kegiatan-kegiatan pada tahap penarikan kesimpulan dan penyusunan rekomendasi adalah: a. Penarikan kesimpulan sebagai hasil kajian pada analisis dan pembahasan. b. Penyusunan rekomendasi yang didasarkan pada temuan hasil penelitian.
8. Langkah kedelapan: mengidentifikasi dan menyusun alat observasi
dan pengukuran. Pada tahap ini para peneliti mengidentifikasi alat observasi yang sesuai dengan data yang akan diambil, Dalam penelitian kuantitatif jenis ex post facto, yang biasanya digunakan dalam kuisioner.
9. Langkah kesembilan: membuat kuesioner.
Pada tahapan ini, peneliti membuat kuesioner dengan baik, yang sesuai dengan data yang akan diambil. Dalam penelitian yang menggunakan metode kuantitatif, teknik pengumpulan data yang lazim digunakan adalah menyebarkan kuesioner, yaitu daftar berisi pertanyaan-pertanyaan penelitian yang harus dijawab oleh responden. 10.Langkah kesepuluh: menentukan lokasi, waktu, dan bahan. Pada tahapan ini, peneliti menentukan lokasi di mana penelitian dilaksanakan, waktu kapan penelitia dilaksanakan, dan bahan-bahan apa yang dibutuhkan, terutama dalam rangka mendapatkan data.
11.Langkah kesebelas: menentukan sampel.
Pada tahapan ini, peneliti menentukan sampel penelitian yang dianggap bisa mewakili populasi di wilayah yang menjadi lokasi penelitian.
12.Langkah keduabelas: mengumpulkan data.
Dalam tahapan ini, peneliti mengumpulkan data melalui pengumpuk data, yaitu kuisioner.
13.Langkah ketigabelas: melakukan analisis statistik terhadap data.
Pada tahap ini, peneliti melakukan analisis statistik terhadap datadata penelitian. Salah satu ciri yang menonjol dalam penelitian yang menggunakan metode kuantitatif adalah adanya analisis statistik. Sampai saat ini, analisis statistik merupakan satu-satunya alat yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk menghitung besarnya hubungan antarvariabel, untuk memprediksi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, untuk melihat besarnya presentase atau rata-rata besarnya suatu variabel yang diukur, dan untuk mengukur nilai-nilai lainnya.
14.Langkah keempatbelas: membuat hasil, pembahasan, dan
kesimpulan. Pada tahapan ini, peneliti menguraikan hasil dan pembahasan terhadap hasil olahan statistik yang telah dilakukan, dan kemudian membuat kesimpulannya. Kesimpulan berisi jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian.