Anda di halaman 1dari 6

Nama : Pande Gede Wiranata

NIM / Absen : 2117051214 / 31


Kelas : 5E
Mata Kuliah : Teori Akuntansi

RESUME
“Asset Tak Berwujud Diabad Ke-21
( Pengakuan Dan Pengukuran Dalam Kerangka IFRS )”
Webinar ini mengupas isu penting masalah yang terkait dengan
pengenalan dan penilaian aset tak berwujud dalam konteks IFRS (Standar
Pelaporan Keuangan Internasional). Profesional keuangan dan akuntan harus
memiliki pemahaman yang kuat tentang cara yang tepat untuk mengelola aset tak
berwujud dalam laporan keuangan mereka di zaman yang modern ini.
1. Pengenalan IFRS serta konsep asset tak berwujud
Pembicara memberikan gambaran singkat tentang apa itu IFRS dan
mengapa standar ini penting dalam akuntansi global serta penjelasan mendalam
mengenai apa yang dimaksud dengan asset tidak berwujud dan mengapa asset ini
memiliki nilai ekonomi. Webinar dimulai dengan pengantar singkat tentang IFRS
dan pentingnya standar akuntansi global dalam konteks aset tak berwujud. Para
peserta diperkenalkan kepada berbagai jenis aset tak berwujud seperti hak paten,
perangkat lunak, modal intelektual, dll. Diskusi mendalam mengenai sifat aset tak
berwujud dan bagaimana cara menerapkan asset tak berwujud dalam neraca,
bagaimana kita bisa mengukur, mengevaluasi mereka, serta apakah mereka
memenuhi persyaratan penilaian adil.
Webinar ini juga menjelaskan prinsip – prinsip pengakuan aset tak
berwujud dalam laporan keuangan sesuai dengan IFRS. Tidak hanya itu saja juga
menjelaskan tentang tujuan laporan keuangan IFRS yang tercakup pada informasi
tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas. IFRS ini dapat
memenuhi persyaratan yang sesuai dengan IAS 38 Aset Tak Berwujud, IAS 36
penurunan nilai. Ini mencakup kriteria pengakuan, termasuk kepastian manfaat
ekonomi masa depan. Pengukuran Aset Tak Berwujud Peserta akan memahami
berbagai metode pengukuran yang digunakan dalam penilaian aset tak berwujud,
termasuk model biaya dan model nilai wajar. Dalam kerangka kerja IFRS asset
didefiniskan sebagai sumber daya yang dikendalikan oleh perusahaan, selain itu
IFRS sebagai hasil dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di
masa depan diharapkan akan mengalir ke perusahaan oleh karena itu biaya – biaya
yang tersisa dianggap sebagai beban.
Materi pembehasan pada webinar yaitu terkait dengan contoh dari asset tak
berwujud misalnya seperti :
1. Teknologi yang dipatenkan, perangkat lunak komputer, database dan
rahasia dagang
2. Merek dagang, pakaian dagang, kepala surat kabar, domain internet
3. Materi video dan audiovisual (misalnya film, program televisi)
4. Daftar pelanggan
5. Perizinan hak pelayanan hipotek,
6. Perjanjian royalti dan penghentian
7. Kuota impor
8. Perjanjian waralaba
9. Hubungan pelanggan dan pemasok (termasuk daftar pelanggan)
10. Hak pemasaran
Tidak semua perusahaan dapat memenuhi definisi asset misalnya pada
pengakuan, pengendalian, manfaat ekonomi masa depan.
Selanjutnya webinar ini menjelaskan masalah khusus pada asset tak
berwujud, yang dimana Masalah khusus juga terjadi pada aset tidak berwujud
lainnya yang diciptakan oleh perusahaan itu sendiri, seperti nama merek, judul
penerbitan, daftar pelanggan, atau hak pemain (misalnya pemain sepak bola). AS
38.63: ini tidak dapat dikapitalisasi (yaitu diakui sebagai aset), karena biaya atau
nilainya sulit ditentukan kecuali barang tersebut dibeli dari orang lain. Ketika
peningkatan nilai perusahaan itu sendiri disebabkan oleh loyalitas pelanggan, atau
peningkatan keterampilan staf. 'Niat baik' yang dihasilkan secara internal tidak
dapat dikapitalisasi oleh perusahaan. Merek, kepala surat kabar, judul penerbitan,
daftar pelanggan, dan barang-barang serupa yang substansinya dihasilkan secara
internal tidak boleh diakui sebagai aset. [IAS 38.63]. Niat baik adalah membeli
bisnis sebagai kelangsungan hidup yang telah memiliki fitur berguna lainnya,
seperti pelanggan setia untuk produk yang sudah ada, akses ke daftar pelanggan
ini, dan staf terlatih, kemampuan untuk menghasilkan keuntungan di masa depan.

Beberapa aset tidak berwujud dibeli secara terpisah dan mempunyai biaya
yang jelas. Misalnya, sebuah perusahaan dapat membeli hak untuk menggunakan
nama merek di negara tertentu untuk jangka waktu tertentu. Terkadang mereka
juga memiliki nilai pasar yang jelas. IAS 38 juga mensyaratkan (paragraf 88) hal
itu aset tidak berwujud harus dipertimbangkan sebagai mempunyai masa manfaat
yang tidak terbatas ketika tidak ada batasan yang dapat diperkirakan mengenai
periode perolehan arus kas bersih di masa depan. Aset tidak berwujud dengan
masa manfaat tidak terbatas (mungkin merek yang dibeli misalnya) tidak dapat
(berdasarkan IFRS) disusutkan. diperlukan uji penurunan nilai, setidaknya setiap
tahun.
Diakhir dari webinar ini menjelaskan juga siklus penurunan dari asset tak
berwujud ( IAS 38 ).
Pada gambar disamping dijelaskan
nilai neraca lebih rendah dari biaya yang
disusutkan, jumlah yang didapat lalu
diperoleh kembali, lebih tinggi dari nilai
yang digunakan serta harga jual bersih.
Perbandingan item khusus dalam
laporan keuangan IFRS sektor yang
dianalisis yaitu dapat Meningkatnya
signifikansi dan nilai dari “sumber daya tak terlihat”, Kesulitan dalam pengakuan
dan penilaian, Perlakuan khusus jika aset
tidak berwujud dalam sistem IFRS, Informasi penting bagi para investor.

Pada gambar diatas menjelaskan pembuatan laporan keuangan IFRS yaitu


persentasi yang adil dan relevan, jalur wajib minimal di SFP, penilaian yang adil,
persentasi yang berpusat ada aktivitas dan kinerja, informasi untuk para investor.
2. Studi Kasus
Ilustrasi melalui studi kasus pada sebuah perusahaan seperti yang sudah
dipaparkan pada perusahaan alibaba yang memperlihatkan bagaiman laporan
keuangan dari asset tak berwujud pada perusahaan Alibaba yaitu sebagai berikut :
Ilustrasi studi kasus yang kedua yaitu terkait dengan Pengakuan awal atas
pembelian aset tidak berwujud Beberapa aset tidak berwujud dibeli secara terpisah
dan mempunyai biaya yang jelas. Misalnya, sebuah perusahaan dapat membeli
hak untuk menggunakan nama merek di negara tertentu untuk jangka waktu
tertentu. Terkadang mereka juga memiliki nilai pasar yang jelas. Seperti pada
laporan keuangan dari asset tak berwujud terkait pada ilustrasi yang kedua yaitu
pada perusahaan Samsung Electronics sebagai berikut :

Setelah menyajikan materi terkait dengan studi kasus, kita akan


melanjutkan dengan sesi diskusi tentang perubahan terbaru dalam standar IFRS
yang berkaitan dengan aset tak berwujud. Sesi ini memberi kesempatan kepada
peserta untuk mengajukan pertanyaan kepada pembicara. Setelah sesi diskusi
selesai, kami akan mengirimkan sertifikat kehadiran kepada semua peserta.
Berikut adalah contoh sertifikatnya:

Anda mungkin juga menyukai