Jl. Pacuan Kuda No. 1-5 Pulo Mas, Jakarta Timur – 13210
Tugas 5
1. Sarikan: pengetahuan apa yang anda dapatkan dari materi tentang Kerangka
konsep akuntansi dan pelaporan
Jawab :
Pengetahuan yang saya dapatkan dari materi Kerangka Konsep Akuntansi
dan Pelaporan yaitu :
• Tujuan laporan keuangan menurut APB statement no. 4
• Hakikat kerangka koseptual
• Masalah masalah dalam kerangka akuntansi
• Revenue
• Expenses
• Gain and losses
• Kebutuhan pengguna laporan akuntansi
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan laporan keuangan bentuk pendek dan
laporan keuangan bentuk Panjang. Mengapa ada 2 macam laporan keuangan
dengan bentuk yang berbeda dan sebutkan kegunaan masing2 laporan
keuangan bentuk pendek dan bentuk Panjang
Jawab :
Laporan ini bersifat sederhana, tidak berisi detail perputaran keuangan yang
terjadi pada perusahaan tersebut dan biasanya laporan laba rugi ini dipakai
oleh perusahaan dagang rintisan atau UKM. Contoh laporan single step
adalah seperti di bawah ini :
Laporan laba rugi Multiple Step
Pada laporan Multiple step atau multi-langkah, akuntan harus memisahkan akun
biaya ke dalam akun lain yang lebih relevan, lebih mendetail dan dapat digunakan
berdasarkan fungsinya. Beban pokok penjualan, biaya operasi dan non-operasional
dipisahkan dan digunakan untuk menghitung laba kotor, laba operasi, dan laba
bersih.
Laporan keuangan jenis ini biasanya sudah berdasarkan standar yang digunakan
untuk pelaporan laba rugi perusahaan dagang besar atau perusahaan yang memiliki
banyak pemangku kepentingan, seperti kreditor dan investor. Contoh laporan laba
rugi multiple step adalah seperti di bawah ini :
3. Jelaskan mengapa para pengguna laporan akuntansi (khususnya para
investor) memerlukan data akuntansi untuk menilai solvabilitas dan
likuiditas perusahaan
Jawab :
Idle capacity merupakan kapasitas yang dimiliki oleh tenaga kerja yang
tidak digunakan sama sekali sehingga terlihat bahwa tenaga kerja terlihat
menganggur. Idle capacity yang dimiliki oleh tenaga kerja dapat disebabkan
oleh menurunnya penjualan. Dari analisis sebelumnya mengenai aktivitas
yang produktif diketahui bahwa rata-rata persentase kapasitas produktif dari
tenaga kerja cukup tinggi sehingga jika aktivitas yang produktif tinggi maka
idle capacity akan rendah sebagai contoh tenaga kerja yang
mengoperasionalkan mesin oven drying memiliki persentase kapasitas
produktif sebesar 80 persen maka idle capacity akan rendah yaitu sebesar
15,07 persen dan dibebankan biaya kapasitas sebesar Rp. 13.205.512,82
namun sebaliknya jika aktivitas yang produktif rendah sebagai contoh tenaga
kerja yang mengoperasionalkan mesin mixer kecil yaitu sebesar 25 persen
maka idle capacity akan tinggi yaitu sebesar 71,42 persen dan dibebankan
biaya kapasitas sebesar Rp.41.992.371,79.
Produk rusak (spoiled goods) merupakan produk gagal yang secara teknis
atau secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang sesuai
dengan standart mutu yang ditetapkan. Berbeda dengan sisa bahan, produk
rusak sudah menelan semua unsur biaya produksi (bahan, tenaga, dan biaya
overhead pabrik).
Akuntansi produk rusak bergantung pada dua akibat adanya produk rusak di
atas. Jika produk rusak disebabkan hal luar biasa, maka kemudian adanya
produk rusak diperlakukan sebagai penambah harga pokok produk yang baik
apabila produk rusak tersebut diperkirakan masih laku dijual. Maka taksiran
nilai pasarnya diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi. Hal ini
menunjukkan bahwa kerugian yang terjadi dibebankan pada pesanan yang
bersangkutan. Apabila adanya produk rusak diakibatkan hal biasa, maka
kerugian yang terjadi diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik. Jika
perusahaan menambah biaya overhead pabrik ke dalam harga pokok produk
dengan tarif ditentukan di muka (predetermined rate), maka taksiran
kerugian produk rusak yang akan terjadi merupakan salah satu elemen
anggaran biaya overhead pabrik yang dibebankan ke dalam produk jadi.
Kelemahan penggunaan nilai historis menurut Muljono yang dikutip dari Kodrat
antara lain:
1. Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal
tertentu pada saat tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai
uang yang telah ditetapkan beberapa periode yang lalu pada saat pencatatan
terjadinya biaya tersebut,
2.Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah
apabila dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang terakhir. Di
samping itu juga terjadi perubahan-perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan
pasiva dalam valuta asing yang dikuasai persahaan sehingga mengalami kesulitan
dalam perhitungan selisih kurs yang tepat,
3. Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan
mengakibatkan laba dihitung terlalu besar,
3. Auntansi fair value melaporkan aset dan kewajiban dalam cara yang ekonomis
akan memperhatikan mereka; fair value mencerminkan unsur pokok ekonomi yang
benar.
4. Akuntansi fair value melaporkan ekonomic income: seturut diterima secara luas
defenisi Hicksian dari pendapatan sebagai perubahan dalam kekayaan, perubahan
dalam fair value dari aset bersih pada neraca menghasilkan pendapatan. Akuntansi
fair value adalah solusi kepada permasalahan akuntan dalam pengukuran
pendapatan, dan lebih disukai dibanding ratusan peraturan yang mendasari
pendapatan historical cost
5. Fair value adalah penukuran berbasis pasar yang tidak dipengaruhi oleh faktor-
faktor khusus untuk entitas tertentu; secara setimpal itu menunjukkan satu
pengukuran yang tidak bias yang konsisten dari periode ke periode dan lintas
entitas.
Meskipun fair value dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan dari historical cost
namun terdapat kelemahan dari fair value. Menurut Tim Krumwiede (2008;38)
terdapat berapa kritik penting terhadap fair value:
1. Meskipun bermaksud baik namun perkiraan manajemen tentang fair value bisa
menjadi salah pada luas berbagai prediksi dan asumsi yang salah.