Tema : Kekuatiran dan Introspeksi Diri Prolog : Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Khalil Gibran mengatakan dalam 14 macam keutamaan manusia di mana satu diantaranya, bahwa dosa utama manusia adalah egois dan individualis. Keegoisan itu membuat manusia menjadi tamak, rakus dan tidak peduli kepada yang lain. Keegoisan itu membuat jurang pemisah antara yang satu dengan yang lain, olehnya dunia begitu mengerikan. Namun, tahukah saudara, apa yang menyebabkan semuanya itu? Tahukah saudara mengapa manusia begitu egois? Tahukah saudara mengapa menusia begitu tega untuk berbuat dosa? “Kuatir”. Kekuatiranlah yang membuat menusia begitu tega. Manusia begitu kuatir akan hari esok. Padahal Tuhan yang hidup dan berkarya pada saat ini akan tetap hidup dan berkarya untuk besok, dan besok, dan besok, untuk hari esok. Dan sampai kapan pun! Sampai selama-lamanya!. Petani Hidupku ini terasa sungguh menyedihkan. Dari hari ke hari, aku tidak pernah lepas dari cangkul, bajak dan lumpur yang menjijikkan ini. Entah kapan saya bisa lepas dari penjara sistim seperti ini. Begitu capeknya saya bekerja dari pagi sampai petang, bahkan malam hari ketika bulan purnama saya manfaatkan untuk bekerja, tetapi hidup saya tidak pernah berubah. Kapan saya dapat hidup seperti pengusaha yang penuh dengan uang dan harta itu? Saya tahu, kalau sebenarnya pekerjaan saya ini sungguh mulia. Saya menyediakan kebutuhan manusia melalui keringat saya. Namun dunia ini tetap saja melihat saya sebagai golongan kecil yang tidak punya apa-apa. Tinggal di desa seperti ini, anak saya juga sekolah di desa yang hanya memiliki sebuah buku pegangan. Toh juga setelah dia tamat hanya menjadi petani seperti saya. Seandinya saya punya uang yang banyak, saya akan mengubah hidup saya. Tapi bagaiamana caranya ya dapat uang banyak? Bagaimana caranya? Guru Saya tahu, kalau saya sangat dibutuhkan di dunia ini. Tapi sering saya hanya tahu bahwa jasa saya tidak setimpal dengan penghargaan yang saya terima. Saya seorang pengajar, tapi saya sangat kuatir kalau anak saya nanti tidak mendapat pendidikan yang baik. Biaya hidup yang saya terima tidak sanggup untuk mencapai impian saya. Lalu bagaimana caranya, agar saya memperoleh pendapatan yang cukup? Itulah masalah saya. Saya terjebak melihat profesi saya hanya sebagai alat untuk mendapatkan imbalan atau uang yang banyak, sehingga peran saya yang sebenarnya terlupakan. Akibatnya, anak didik yang saya bina juga bingung mengapa mereka merasa perlu untuk belajar. Habis, bagaimana, bukankah wajar kalau saya juga harus menyekolahkan anak saya ke jenjang pendidikan yang lebih baik? Bukanlah wajar saya memperhatikan gizi anak-anak saya? Bukankah wajar saya memperhatikan kebutuhan-kebutuhan saya. Lalu bagaimana caranya? Bagaimana ya? Pelajar Terserah apa yang mau dikatakan tentang kami. Kami para pelajar ini disebut sebagai generasi penerus, silahkan. Jika disebut bahwa masa depan ada di pundak kami, terserah. Tetapi satu hal yang pasti. Sejauh mana hal itu benar-benar terwujud? Kami memiliki cita-cita yang sangat tinggi, tapi sepertinya itu hanya mimpi. Lihatlah, siapa yang peduli terhadap kami. Jika kami kurang baik disebut bandal. Memang, kadangkala kami sering memberatkan orang tua, menjadi beban pikiran orang tua. Itu memang sebuah kesalahan. Tapi, siapa rupanya yang perduli terhadap kami. Guru? Pemerintah? Sampai di mana letak kepedulian mereka? Mana bisa kami mendapatkan pendidikan memadai tanpa uang yang banyak. Cita-cita tinggi? Tinggi itukan relatif...... Polisi : Kami bangga sebagai seorang Polisi. Kami bangga disebut sebagai anak negara. Kami bangga disebut sebagai pahlawan bangsa. Itu benar. Itu adalah pekerjaan yang sangat berat bagi kami. Walaupun kadang kala semuanya itu tidak dapat kami lakukan secara sempurna. Maaf, jika pelayanan kami kurang memuaskan. Tapi, bukankah kami juga memiliki kepentingan dan kebutuhan? Kadang kami gagal memberikan kesadaran hukum terhadap masyarakat. Kadang kami gagal memberdayakan kepercayaan masyarakat kepada kami. Mengapa ....... tentang semua yang pernah anda alami ketika berhadapan dengan kami? Memang tidak wajar bila kami tidak melayani warga dengan baik. Tetapi kami juga memiliki masa depan. Kami juga memiliki keluarga yang harus kami bina seperti kalian. Pengacara : Benar, semua orang mencari keadilan. Semua orang di dunia ini menginginkan kebenaran. Tapi buktinya apa? Apa keadilan dan kebenaran pernah terwujud? Di mana? Jangan salahkan kami. Memang kami sebagai orang yang bekerja di bidang hukum, baik itu hakim, jaksa, pengacara itu adalah tugas kami. Tapi kami juga membutuhkan keadilan. Kami juga butuh masa depan yang baik. Kami juga memiliki keluarga. Itu semua kan masalah masa depan. Siapa yang tidak ingin masa depan keluarganya baik? Kami tahu kalau Korupsi, Kolusi dan Nepotisme itu salah. Tapi, kan lebih salah kalau anak tidak diberi makan? Apalagi diberi makan batu. Dokter : Senang rasanya menjadi seorang dokter. Dapat melegakan, dapat menyembuhkan. Dapat menolong orang lain yang sedang sedih karena sakit. Saya bangga menjadi seorang dokter. Memang dapat dikatakan bahwa kami melayani. Tetapi kami juga membutuhkan biaya bukan? Memang berat rasanya membuat biaya yang mahal untuk pengobatan yang kami lakukan. Tapi ini juga kan masalah masa depan. Masa depan keluarga. Lagian, biaya sekolah kami kan sangat mahal. Kalau biaya pengobatan murah, nanti orang tidak mau dong menjaga kesehatan. Ya gak. Okelah Pengusaha : Benar, kami sebagai pengusaha sangat dibutuhkan dimana-mana. Kami memberikan solusi yang sangat tepat bagi masyarakat. Jika ada yang mengatakan bahwa kami terlalu mementingkan diri sendiri, itu tidak sepenuhnya betul. Memang sih, ada juga benarnya. Tapi kami kan harus menjaga kelangsungan usaha. Kami harus mengusahakan keuntungan yang sebesar-besarnya dari usaha yang kami geluti. Jika dikatakan bahwa kami kurang memperhatikan kepentingan karyawan, yeah, kelangsungan usaha kan yang paling utama kami jaga. Kalau usaha bangkrut, karyawan kan akan dikurangi.