ISSN : 1411-0199
Wacana – Jil.25, No.4 (2022) E-ISSN : 2338-1884
Hisar Sirait1*, Rizqy Aziz Basuki2 , Sylvia Sari Rosalina2 , Supriyanto2 , Erna Sari2 .
1Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Bisnis Kwik Kian Gie
2Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Bisnis Kwik Kian Gie
Abstrak
Di Indonesia, selama 5 tahun terakhir sebelum pandemi Covid-19, UMKM memiliki peran yang cukup besar dalam perekonomian, dimana UMKM
memberikan kontribusi rata-rata 57,8 persen terhadap PDB, menyerap tenaga kerja sebesar 97%, dan mampu menciptakan 90% lapangan kerja.
Di masa pandemi Covid-19, peran UMKM dalam perekonomian nasional mengalami penurunan; UMKM hanya berkontribusi
37,3 persen terhadap PDB. Digitalisasi UMKM diperlukan untuk bisa bertahan dan berkembang di era pandemi covid 19. UMKM
perlu difasilitasi untuk go digital dan go global. Penelitian ini mengkaji masa depan ekosistem perekonomian pasca era Covid-19
di Indonesia. Penelitian ini menggunakan tinjauan literatur dengan menganalisis dan merangkum artikel-artikel terpilih dengan
topik yang sama atau terkait dengan digitalisasi UMKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Optimalisasi digitalisasi UMKM
tidak terlepas dari kemampuan pelaku UMKM dalam melakukan strategi pemasaran digital untuk memperluas jaringan
pemasaran usahanya. Kedua, aspek lain yang tidak kalah penting yang harus diperhatikan oleh UMKM dalam memanfaatkan
ekosistem digital adalah branding yang diartikan sebagai memperkenalkan produk kepada konsumen untuk memperbesar dan
membangun merek dari keunggulan produk tersebut, dan UMKM harus mampu. memanfaatkan media sosial seperti Facebook,
Instagram atau Tiktok sebagai saluran promosi dan penjualan.
153
Machine Translated by Google
kekhawatiran akan adanya covid 19. Dari sisi dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi
wirausaha, UMKM yang terdiri dari pedagang besar digital. Pertanyaannya sekarang bagaimana kesiapan
dan pedagang eceran merupakan kelompok yang UMKM memasuki era digitalisasi UMKM? Kajian
paling terkena dampak pandemi Covid-19 (40,92%), yang dilakukan KIC [5] terhadap indeks kesiapan
disusul UMKM penyedia akomodasi, makanan dan digital UMKM kurang memuaskan, karena masih
minuman sebanyak (26,86%) dan yang paling sedikit banyak pelaku UMKM yang belum siap memasuki
terkena dampaknya adalah industri pengolahan platform digital padahal 34% pelaku UMKM belum
sebesar (14,25%). Berdasarkan sektor dan skala terbiasa menggunakannya secara internal, 18,4%
usaha, hasil riset LIPI tahun 2020 menunjukkan tentang
mengeluhkan ketersediaan infrastruktur
UMKM makanan dan minuman skala mikro telekomunikasi, dan 23,8% tidak mengetahui
terdampak sebesar 27%, usaha kecil terdampak penggunaan internet. Selanjutnya UMKM yang telah
1,77%, dan usaha menengah terdampak sebesar 0,07%. memanfaatkan internet pada umumnya terbiasa
[2]. memasarkan produk produk untuk mempromosikan
Lebih lanjut, ADB melaporkan bahwa pandemi barang dan jasa melalui media sosial, mencari
Covid-19 tidak hanya berdampak pada UMKM di informasi untuk pengembangan usaha, mencari dan
Indonesia, dilaporkan 48,6 persen UMKM di memesan bahan baku, serta memasarkan produk
Indonesia menutup usahanya akibat pandemi melalui marketplace.
tersebut, 50 persen UMKM di Filipina, 61 persen di Data Kementerian Koperasi dan UKM
Laos, dan 46 persen UMKM di Filipina. persen di menunjukkan lebih dari 300.000 pelaku UMKM
Thailand akibat menurunnya permintaan dalam terdampak Covid-19 [2], salah satu strategi yang
negeri, sulitnya memperoleh pasokan bahan baku, bisa membuat pelaku UMKM bertahan di tengah
dan terkendalanya distribusi barang akibat kebijakan badai Covid-19 adalah dengan beralih dari bisnis
pembatasan mobilitas penduduk konvensional ke digital bisnis berubah dari penjualan
[3]. UNDP Indonesia 2020 yang melakukan survei offline menjadi penjualan online dengan menggunakan
terhadap 1.100 UMKM di 15 provinsi pada Agustus konsep digital marketing. Artinya, pelaku UMKM
2020 menemukan 47 persen UMKM kesulitan harus memanfaatkan peluang dalam ekosistem
mendapatkan bahan baku produksi, sekitar 75 ekonomi digital. Menyadari kondisi UMKM di masa
persen mengalami kenaikan harga bahan baku pandemi Covid-19 dengan melihat potensi ekonomi
sehingga sulit berproduksi, 87,6 persen mengalami yang dimiliki UMKM, maka tulisan ini akan
penurunan permintaan, dan 81 persen mengalami menjelaskan strategi pengembangan UMKM melalui
kesulitan mendistribusikan barang. Dari sisi finansial, digitalisasi UMKM untuk menciptakan ekosistem
22 persen UMKM kesulitan membayar utang, 21 ekonomi digital pasca pandemi Covid-19. Tujuan
persen kesulitan membayar biaya operasional, dan penulisan artikel ini adalah untuk
21 persen kesulitan membayar karyawannya. Untuk
mempertahankan usahanya, 25 persen UMKM akan mengetahui dampak pandemi Covid-19 terhadap
memodifikasi usahanya dengan menjual beberapa perkembangan UMKM dan merumuskan strategi
kebutuhan yang dibutuhkan selama pandemi, seperti pengembangan ekosistem Ekonomi Digital UMKM.
masker dan hand sanitizer; 42 persen UMKM akan
mengurangi biaya utilitas seperti air, listrik, gas, dan Pendekatan penulisan yang digunakan adalah
telekomunikasi, 30 persen mengurangi gaji pekerja deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan
dan 38 persen UMKM akan beralih ke platform digital menjelaskan dan mendeskripsikan fenomena sosial
[1]. ekonomi pada masa pandemi Covid-19 yang
memberikan dampak buruk bagi perkembangan
Digitalisasi UMKM menjadi sebuah keniscayaan UMKM dan mengidentifikasi strategi yang tepat
untuk bisa bertahan dan berkembang di era pandemi untuk menjamin keberlangsungan bisnis UMKM
Covid-19. UMKM perlu difasilitasi untuk go digital melalui pemanfaatan digitalisasi UMKM. Data dan
dan go global. Dengan adanya perubahan lingkungan informasi yang digunakan dalam penulisan ini
internal dan eksternal pada masa pandemi Covid-19, dihasilkan dari literatur dengan mengumpulkan data
UMKM harus mampu beradaptasi terhadap dari jurnal, buku, dan web yang relevan.
perubahan lingkungan makro melalui upaya
digitalisasi UMKM. Perubahan pola belanja di masa BAHAN DAN METODE
pandemi Covid-19 harus dijadikan momentum yang Secara mikro, dampak pandemi Covid-19
tepat untuk mempercepat digitalisasi UMKM. terhadap pelaku UMKM dapat dirangkum dari kisah
Transformasi UMKM perlu terus diperkuat sedih berikut ini,
154
Machine Translated by Google
diterjemahkan oleh berbagai media cetak di pada masa Pandemi Covid-19 terjadi penurunan
Indonesia sepanjang tahun 2020. Seperti dikutip dari drastis permintaan jamur segar dari
detik.com [6], salah satu pelaku UMKM bidang konsumen, jika biasanya setiap hari mampu menjual
pangan, Anugrah, seorang pedagang roti panggang, jamur tiram putih sega sebanyak 20 kilogram, namun
mengaku selama pandemi pendapatan sehari- pada masa pandemi hanya mampu menjual 5
harinya terus menurun, akunya" Sebelum pandemi kilogram per hari [8].
virus Covid-19 ini saya biasa berjualan setiap hari Sejak mewabahnya Covid-19, perilaku bisnis
dari jam 5 sore sampai jam 11.30 malam dengan mengalami perubahan besar. Bisnis yang selama ini
omzet penjualan kurang lebih Rp 300 ribu dari jam mengandalkan transaksi offline kini beralih menjadi
5 sore, namun semenjak adanya wabah covid-19 bisnis dengan transaksi online. Di Indonesia,
penghasilan saya menurun drastis, saya bingung sebelum adanya wabah Covid-19, bertani secara
Dok, saya mempunyai cicilan modal usaha setiap online hanya sekedar pilihan, konsumen masih
bulan kurang lebih Rp 2,3 juta, kebutuhan makan melakukan transaksi secara konvensional/offline,
keluarga, sewa rumah, dan pengeluaran lainnya”. namun saat ini pola transaksi bisnis telah berubah,
Pengalaman hampir serupa dialami Gatot Riyadi, konsumen semakin terbiasa berbelanja online
pelaku UMKM di bidang kontraktor isolasi dan mekanik sehingga memaksa para pelaku bisnis untuk
listrik; Ia mengaku tidak mendapatkan penghasilan bertransaksi. online guna dapat menjaga
sama sekali, artinya selama pandemi Covid-19 keberlangsungan usaha. Di masa pandemi Covid-19,
pendapatannya turun hingga Rp. 0 karena tidak ada Bank Indonesia (BI) memproyeksikan peningkatan
permintaan, akunya “Sejak Corona mewabah di transaksi e-commerce hingga Rp 429 triliun
Indonesia, otomatis semua aktivitas terhenti, dampak sepanjang tahun 2020, meningkat dibandingkan
yang saya rasakan saat ini sangat berat karena transaksi tahun 2019 sebesar Rp 255 triliun. Adanya
pendapatan tidak ada, namun kewajiban angsuran, kebijakan pemerintah untuk bekerja dari rumah,
sembako dan lain-lain tetap ada. harus dibayar,” dia belajar dari rumah dan beribadah dari rumah,
penerapan PSBB di berbagai daerah, imbauan
dikatakan. pemerintah untuk menghindari kerumunan dan
Kisah duka lainnya juga dialami Khairiri, pelaku ketatnya aturan pemerintah untuk pembatasan
UMKM di bidang penjualan kue bolu susu khas berusaha ditengarai menjadi faktor utama terjadinya
Bandung di kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, hal tersebut. peningkatan transaksi belanja online
mengaku sejak virus corona mewabah di Jakarta, selama pandemi [2].
usaha dagang kue bolu susu Lembang yang
dijalankan terus menurun, seperti yang tertera di Pertanyaannya sekarang apakah fenomena
bawah ini “sebelum ada pandemi, biasanya belanja online ini hanya disebabkan oleh pandemi
pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 8 juta per Covid-19, artinya masyarakat Indonesia belum
bulan, namun pada masa pandemi ini pendapatan terbiasa melakukan transaksi bisnis secara online?
menurun hingga 70 persen karena pelanggan
menurun akibat kurangnya komunitas. Pengalaman
miris lainnya juga dialami Hatma, pelaku UMKM HASIL DAN DISKUSI
usaha pengolahan hasil laut berupa kepiting, cumi, Data menunjukkan bahwa sebelum pandemi
dan ikan yang berlokasi di Kabupaten Bombana, Covid-19, konsumen Indonesia sudah mulai terbiasa
Sulawesi Tenggara, yang seluruhnya diekspor ke melakukan transaksi bisnis online seiring dengan
Amerika Serikat, mengaku selama ini pandemi dia pesatnya pertumbuhan kelas menengah di Indonesia
terpaksa menghentikan kegiatan usahanya, seperti yaitu berjumlah 57,3 juta jiwa dengan tingkat
yang dia akui dibawah ini”, sejak mewabahnya virus penetrasi internal dan penggunaan yang tinggi.
corona sekarang sama sekali tidak ada ekspor, tidak perangkat seluler, memungkinkan kelompok
berani membeli karena tidak bisa dipasarkan, usaha mengakses berbagai platform belanja online seperti
terhenti sama sekali karena terhentinya permintaan website toko online, aplikasi marketplace seperti
dari Paman Sam Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Blibli,
media sosial seperti Instagram, dan facebook
[9]. Dari hasil penelitian yang dilakukan Sirclo (2011),
Negeri"[7]. Kisah duka lainnya datang dari Semarang, 97 persen konsumen Indonesia menggunakan
Jawa Tengah, Rofik Purniawati, pemilik Rofikvegs, marketplace sebagai platform belanja, disusul
pemasok dan produsen jamur porcini ke pasar belanja website 91 persen, dan 82 persen belanja
tradisional, restoran, dan reseller lainnya, mengaku aspek melalui media sosial. Namun dari
demikian. barang
155
Machine Translated by Google
dibeli, sebagian besar produk yang dijual merupakan barang selama pandemi permintaan hijab dan
impor, hanya 6 – 7 persen barang yang dijual di pasaran Busana muslim di Nadena mengalami penurunan
merupakan produk UMKM dan produk lokal lainnya. Kondisi drastis usahanya harus tetap berjalan, Yuyun memutuskan
ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pelaku usaha untuk berjualan online sesuai anjuran pelanggannya, saat ini
UMKM untuk menjamin keberlangsungan usaha. Yuyun fokus berjualan online menggunakan media sosial
yaitu IG, ia mengaku mendapatkan keuntungan dari penjualan
Belanja online Trend diperkirakan akan terus mengalami online, jika sebelumnya konsumennya adalah masyarakat
peningkatan yang signifikan. sekitar. Di lingkungannya, melalui pasar digital Yuyun telah
Observasi di lapangan menunjukkan bahwa pada masa mampu menarik konsumen ke Jakarta, dengan menjaga agar
pandemi Covid19, masyarakat Indonesia sudah terbiasa pelanggan Yuyun rutin melakukan strategi diskon dan
berbelanja online dan melakukan transaksi bisnis secara giveaway [12].
nontunai, sehingga tren pemanfaatan belanja online
diperkirakan akan terus berlanjut bahkan meningkat setelah Digitalisasi UMKM: Pilihan Pengembangan UMKM.
pandemi berakhir. Fakta tersebut sejalan dengan hasil Komposisi penduduk Indonesia sebesar 64% dari total
penelitian yang menunjukkan bahwa 70% konsumen Indonesia penduduk Indonesia (175,4 juta jiwa) telah menggunakan
internet dengan rata-rata lama penggunaan internet kurang
masih akan mempertahankan media sosial sebagai media lebih 7 jam 59 menit per hari yang diiringi dengan
transaksi bisnis, 75 persen akan berbelanja melalui e- meningkatnya kecenderungan masyarakat Indonesia untuk
commerce. Pergeseran tren perilaku konsumen ini harus menggunakan internet.
dimanfaatkan oleh UMKM untuk meningkatkan akses pasar
dengan melakukan inovasi proses produksi dan jasa karena bertransaksi bisnis online dan kenyamanan
berkembangnya e-commerce akan berimplikasi pada harga sistem pembayaran digital menjadi peluang bagi para pelaku
jual barang dan jasa yang semakin murah, kualitas barang usaha termasuk pelaku bisnis UMKM untuk mengubah pola
pun semakin meningkat. dengan meningkatnya pengguna bisnis dari bisnis konvensional (offline) menjadi bisnis digital
sistem pembayaran digital. McKinsey & Co menunjukkan nilai (online Business). E-business, e-marketing, dan e-commerce.
pasar e-commerce Indonesia pada tahun 2022 mencapai Namun tetap harus disadari bahwa para pelaku UMKM tidak
US$ 65 miliar atau sekitar Rp 910 triliun rupiah, meningkat 8 mudah dalam memanfaatkan peluang tersebut, karena
kali lipat dibandingkan tahun 2017 yang bernilai US$ 8 miliar terdapat kendala dan tantangan bagi para pelaku UMKM
atau sekitar Rp 112 triliun. untuk go digital, diantaranya para pelaku UMKM yang masih
kental dengan budaya bisnis konvensional yang tercermin
dari pola pikirnya, pola sikap, dan pola tindakan bisnis
konvensional, rendahnya pengetahuan, keterampilan dan
Youswohady [11] mengungkapkan bahwa terjadi akses terhadap teknologi digital, terbatasnya akses terhadap
perubahan besar dalam perilaku konsumen pada masa pembiayaan. Hal menarik yang terjadi pada masa pandemi
pandemi Covid-19 yaitu Consumer Mega Shifts 10x10, Covid-19 ini adalah peningkatan kesadaran para pelaku
dimana perubahan perilaku konsumen menjadi 10 kali lebih UMKM untuk memanfaatkan platform digital dalam
besar dan dengan kecepatan 10 kali lebih cepat akibat pengelolaan usahanya, pada tahun 2019 hanya terdapat 28
perubahan gaya hidup. , preferensi, prioritas, dan pola persen pelaku UMKM yang memanfaatkan platform digital,
pengambilan keputusan pembelian konsumen. Misalnya pada sehingga pada tahun 2020 meningkat menjadi 44 persen.
masa pandemi ini terjadi perubahan kebutuhan konsumen
bergeser dari “top of the Pyramid” yaitu aktualisasi diri ke
“bottom of the Pyramid” yaitu kebutuhan fisiologis seperti
makan dan kesehatan yang dibarengi dengan virtual, dimana Bank Indonesia dalam laporan tahunannya menyatakan
masyarakat menghindari kontak fisik yang menjadikan belanja bahwa digitalisasi akan memberikan peluang dan peluang
online sebagai salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan. bagi UMKM untuk tumbuh dan berkembang menjadi unit
usaha yang lebih kuat, produktif, dan inovatif melalui
pemanfaatan digitalisasi proses produksi dengan inovasi
produk dan layanan [2]. Perlu ada kebijakan pemerintah
Kisah optimistis berbagai pelaku UMKM mampu untuk mendorong lebih banyak UMKM melakukan transformasi
bertahan di tengah badai pandemi Covid-19 ketika UMKM bisnis melalui program digitalisasi UMKM. Data menunjukkan,
melakukan transformasi proses bisnis dari bisnis konvensional di masa pandemi Covid-19, jumlah UMKM yang masuk ke
menjadi digital, seperti yang dirangkum dari berbagai media ekosistem digital semakin meningkat
cetak sepanjang tahun 2020 -2021. Hal itu diakui Yuyun
Wahyuni, pemilik Nadena Hijab adal Yogyakarta
signifikan dari 8 juta UMKM sebelum
156
Machine Translated by Google
pandemi terhadap 12 juta UMKM di masa pandemi dengan 3. Meningkatkan keuntungan konsumen melalui
rata-rata pertumbuhan sebesar 19 persen dibandingkan tahun peluang penghematan harga sekitar
2020 yang hanya 12 persen. Setidaknya ada 3 hal utama 11-25 persen harga eceran/ dari
akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan dan Laporan tersebut menyebutkan terdapat 3 pilar pengembangan
keberlanjutan UMKM. Setidaknya ada 5 (lima) manfaat yang UMKM guna mewujudkan UMKM yang produktif, inovatif dan
diperoleh UMKM melalui program digitalisasi, yaitu: (1) adaptif di masa depan. Pertama, pilar kebijakan korporatisasi
Digitalisasi yang bertujuan untuk menciptakan ekosistem bisnis yang
terintegrasi dan mencapai skala ekonomi bisnis. Kedua, pilar
peningkatan kapasitas yang bertujuan untuk meningkatkan
UMKM akan menurunkan biaya pemasaran UMKM produktivitas usaha melalui penerapan teknologi produksi dan
dibandingkan dengan biaya pemasaran konvensional, (2) digitalisasi proses bisnis yang diharapkan dapat meningkatkan
Digitalisasi UMKM akan memperluas jangkauan pemasaran daya saing UMK melalui program penguatan manajemen
UMKM dengan memanfaatkan penjualan melalui website atau usaha, peningkatan kualitas produk, perluasan akses pasar,
marketplace, (3) peningkatan kapasitas finansial, dan peningkatan kapasitas
Digitalisasi UMKM akan meningkatkan keuntungan usaha dan kapabilitas sumber daya manusia, termasuk penguasaan
yang berasal dari penghematan biaya pemasaran dan teknologi digital. Ketiga, memperluas akses pembiayaan
peningkatan penjualan dari perluasan pasar, (4) melalui fasilitasi kemudahan UMKM memperoleh pembiayaan
Digitalisasi UMKM akan memudahkan komunikasi bisnis perbankan.
secara real-time antara pelaku UMKM dengan konsumen,
dan (5) Digitalisasi UMKM akan memberikan peluang bagi
UMKM untuk bersaing dengan pelaku usaha besar melalui
penetrasi pasar online.
Untuk memastikan pelaku UMKM mendapatkan manfaat
Sejalan dengan ini, laporan McKinsey [13] di era digital, maka perlu dilakukan peningkatan pengetahuan
menyebutkan setidaknya ada 4 (empat) manfaat ekonomi dan keterampilan memanfaatkan platform digital yang dibekali
digital bagi pelaku UMKM, yaitu: dengan kemampuan melakukan riset produk untuk menemukan
1. Ekonomi digital akan meningkatkan keuntungan varian produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen,
finansial bisnis melalui peningkatan penjualan. teknik promosi dengan memanfaatkan media visual,
keterampilan komunikasi bisnis untuk mendeskripsikan produk
2. Meningkatkan lapangan kerja melalui peningkatan dengan baik dan pertumbuhan riset pasar
produksi.
157
Machine Translated by Google
158
Machine Translated by Google
empat-perubahan-besar-perilaku-konsumen. on
May 10, 2021
[12]. Ratih. 2021. “dorong inovasi dan digitalisasi UMKM
jadi prioritas Kementrian Koperasi dan UKM”
Diakses melalui: https://
nasional.kontan.co.id/news/dorong-inovasi-dan-
digitalisasi-umkm-jadi-prioritas-kementerian-
koperasi-dan-ukm . pada 10 Mei 2021
159