Anda di halaman 1dari 49

DAFTAR ISI

Contents
BAB I.....................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................3
A. Rasional.......................................................................................................................3
B. Tujuan...........................................................................................................................4
C. Sasaran.........................................................................................................................4
D. Ruang Lingkup..............................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
POLA KEMITRAAN SEKOLAH, KELUARGA, DAN MASYARAKAT..........................6
A. Arti, Tujuan, dan Prinsip Kemitraan.............................................................................6
B. Bentuk Kemitraan Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat.............................................7
1. Antar dengan Bangga, Lepas dengan Doa .............................................................. 7
2. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) .................................................... 9
3. Home Visit ............................................................................................................ 11
4. Parenting (Pendidikan Pola Asuh).........................................................................12
5. Parent Teaching (Orang Tua Mengajar)...............................................................14
6. Parent Consultation................................................................................................15
7. Parent Guidelines (Buku Panduan Pengasuhan dari Orang Tua)..........................17
8. Kendali Belajar......................................................................................................18
9. Kendali Ibadah.......................................................................................................20
10. Jaringan Komunikasi Komunitas Masyarakat......................................................21
11. Pembagian Hasil Belajar Siswa (Raport)..............................................................22
12. Membentuk Komunitas Kemitraan.......................................................................24
BAB III................................................................................................................................28
PENGORGANISASIAN KEMITRAAN............................................................................28
SEKOLAH, KELUARGA, DAN MASYARAKAT............................................................28
A. Komunikasi dalam Kemitraan..................................................................................28
B. Pengorganisasian Program Kemitraan........................................................................32
BAB III................................................................................................................................36
PENUTUP...........................................................................................................................36

1 1
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................................38
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................................39
LAMPIRAN JENJANG PAUD.......................................................................................39
LAMPIRAN JENJANG SD............................................................................................41
C. LAMPIRAN JENJANG SMP.....................................................................................44

2 2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasional
Tiga pilar Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara (1977) terdiri atas
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiganya memiliki peran dan tanggung jawab
dalam mengembangkan pendidikan anak. Ki Hajar meyakini tiga pilar pendidikan
memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan pendidikan anak. Pola asuh
orang tua di rumah berkontribusi terhadap perkembangan anak sejak dini. Pelaksanaan
pendidikan dan budaya di sekolah dengan sistem among bisa menuntun
perkembangan anak. Dan lingkungan masyarakat mempengaruhi karakter anak.
Sehingga diperlukan sinergitas tri pusat pendidikan ini. Ketiga pilar dalam pendidikan
itu harus saling mendukung dalam membangun karakter yang baik (Azzel, 2011).
Pola interaksi antara orang tua dengan anak di dalam sebuah keluarga sangat
variatif. Hal ini sangat ditentukan oleh pemahaman orang tua terhadap cara mendidik
anak dan pola pengasuhan. Tinggi rendahnya pendisiplinan, responsif, kehangatan
kasih sayang, pengabaian perilaku mengganggu, dan pembatasan serta tuntutan
terhadap aturan yang diterapkan oleh orang tua kepada anak di rumah. Slameto (2006)
menyatakan bahwa faktor latar belakang keluarga baik karakteristik keluarga, interaksi
keluarga, maupun kesejahteraan keluarga baik secara langsung ataupun tidak langsung
dapat mempengaruhi prestasi belajar anak.
Sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses
sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Berbagai
masalah perkembangan yang terjadi pada anak usia sekolah membutuhkan
pendampingan guru di sekolah dan orang tua di rumah. Sinergi antara orang tua
(keluarga) dan guru (sekolah) merupakan salah satu upaya untuk optimalisasi
perkembangan anak. Sebagaimana dinyatakan oleh Park, Byun, & Kim (2011) bahwa
keterlibatan orang tua berkontribusi terhadap capaian dan optimalisasi tugas-tugas
perkembangan anak baik dalam hal aspek kognitif, maupun aspek perkembangan
lainnya.
Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang paling luas dalam
kehidupan anak. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
keluarga dalam masyarakat, dan perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi
normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Zastrow (1999) mengatakan bahwa
lingkungan masyarakat merupakan seluruh individu dan sistem, keduanya saling
interaksi untuk membentuk pola hubungan. Dengan demikian, lingkungan masyarakat
juga memiliki peran sentral dalam menanamkan nilai-nilai etika dan estetika dalam
pembentukan karakter anak. Keadaan demografis, agama, kultur, adat dan kebiasaan
inilah yang ikut mewarnai dalam perkembangan anak.

3 3
Penyebutan tripusat pendidikan dalam pandangan Ki Hajar bermakna bahwa
ketiga pilar pendidikan: keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan kesatuan yang
saling mengikat. Masing-masing perlu menyelaraskan langkah dalam melaksanakan
tugas pendampingan pada anak-anak. Dan tugas pendampingan itu lebih banyak
mengarah pada perubahan perilaku anak. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian El
Nokali et al. (2010) bahwa keterlibatan orang tua (dan masyarakat) tidak mengarah
pada peningkatan prestasi akademik, melainkan memprediksi penurunan masalah
perilaku anti sosial. Nokali McNeal (2012) mengemukakan bahwa salah satu dimensi
dari keterlibatan orang tua melalui interaksi langsung antara guru dan orang tua
menunjukkan adanya hubungan dengan perilaku mengganggu (misbehavior) anak.
Pembicaraan antara orang tua dan guru pada awal tahun ajaran akan membantu
penyelesaian masalah perilaku lebih cepat dibanding dengan orang tua baru terlibat
setelah masalah tersebut sudah serius (Meghan P. Mc, 2013).
Dari beberapa pernyataan pentingnya kemitraan di atas, maka konsep
kemitraan tripusat pendidikan perlu diimplementasikan di Kabupaten Banyuwangi
secara nyata. Masalah perkawinan anak, kekerasan seksual, anak tidak sekolah, dan
lain-lain adalah masalah pendidikan yang harus diselesaikan secara bersama antara
sekolah, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
melalui Dinas Pendidikan berinisiatif menerbitkan Panduan Kemitraan Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat untuk Mengembangkan Pendidikan di Kabupaten
Banyuwangi (selanjutnya disingkat Kisah Kembangwangi). Buku panduan ini disusun
untuk membantu tripusat pendidikan menyamakan persepsi dan berkolaborasi dalam
mewujudkan ekosistem pendidikan di Kabupaten Banyuwangi.

B. Tujuan
Tujuan disusunnya Panduan Kisah Kembangwangi ini adalah:
1. Memberikan inspirasi pada satuan pendidikan dalam membangun kemitraan
dengan orang tua (keluarga) siswa dan masyarakat di sekitar lingkungan satuan
pendidikan;
2. Menciptakan keselarasan program di sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam
membangun ekosistem pendidikan;
3. Mengoptimalkan peran dan pelibatan keluarga dan masyarakat dalam
pengembangan pendidikan anak;

C. Sasaran
Sasaran disusunnya Panduan Kisah Kembangwangi ini adalah:
1. Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan mampu membangun ekosistem pendidikan bersama orang tua
siswa dan masyarakat lingkungan sekitar sekolah untuk mengembangkan
pendidikan anak. Beberapa contoh program dapat diadopsi dan diadaptasi sesuai
karakteristik sekolah dan dijadikan sebagai standar pelayanan minimal dalam
program kemitraan yang dilakukan secara masif dan berkelanjutan.
2. Keluarga (orang tua)

4 4
Orang tua siswa yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, sosial,
ekonomi, agama, budaya dapat berperan lebih aktif bersama sekolah dan
masyarakat mengembangkan pendidikan anak.

3. Masyarakat
Masyarakat dalam konteks tripusat pendidikan adalah lingkungan fisik dan sosial
anak, selain keluarga dan sekolah. Secara institusi sosial, masyarakat ini bisa
berupa komite sekolah, lembaga keagamaan, bimbingan belajar, sanggar seni,
komunitas olah raga, dunia usaha industri, dan lain-lain.
4. Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan sebagai regulator pendidikan di Kabupaten Banyuwangi dapat
menjadikan Panduan Kisah Kembangwangi sebagai tolok ukur target capaian dari
implementasi program kemitraan serta kegiatan monitoring dan evaluasi.

D. Ruang Lingkup
Panduan Kisah Kembangwangi ini merupakan panduan yang bisa digunakan
oleh sekolah dalam membangun kemitraan bersama orang tua siswa dan masyarakat
lingkungan sekitar sekolah. Program kemitraan tripusat pendidikan ini merupakan
keniscayaan mengingat ketiganya saling mempengaruhi terhadap perkembangan
kehidupan anak. Dengan panduan program kemitraan ini diharapkan ketiganya fokus
dengan peran dan tanggung jawabnya untuk mengembangkan pendidikan anak di
Kabupaten Banyuwangi.
Panduan Kisah Kembangwangi ini disusun untuk dijadikan panduan oleh satuan
pandidikan di dalam membangun kemitraan bersama keluarga siswa dan masyarakat.
Panduan Kisah Kembangwangi disusun terdiri atas tiga BAB, yaitu Pendahuluan, Pola
Kemitraan, dan Penutup. Bagian Pendahuluan berisi rasionalisasi, tujuan, sasaran, dan
ruang lingkup. Bagian ini disusun agar pembaca memiliki pemahaman yang sama akan
pentingnya pola kemitraan tripusat pendidikan.
Bagian kedua berisi pola kemitraan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Pada
bagian ini diperkuat makna kemitraan. Dan ditampilkan beberapa program kemitraan
yang harus dilakukan oleh sekolah, dan program pelibatan keluarga dan masyarakat
dalam program sekolah. Program kemitraan ini dapat diadopsi dan diadaptasi sesuai
karakteristik sekolah sehingga menjadi layanan program minimal di satuan pendidikan.
Bagian akhir Penutup berisi penegasan akan pentingnya kemitraan dan
rekomendasi pengembangan program kemitraan. Dan pada bagian lampiran yang
sebagian besar berisi dokumen dan instrumen dapat diakses melalui link yang ada.

5 5
BAB II
POLA KEMITRAAN SEKOLAH, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

A. Arti, Tujuan, dan Prinsip Kemitraan


Kemitraan berasal dari kata mitra yang berarti teman; sahabat (KBBI, 1988).
Sedangkan kemitraan bermakna perihal hubungan (jalinan kerja sama dan sebagainya)
sebagai mitra (KBBI, 1988). Jadi dalam kemitraan pasti ada dua unsur atau lebih untuk
melaksanakan jalinan kerja sama. Kemitraan terbangun karena adanya kepentingan atau
kebutuhan tujuan yang sama.
Dalam konteks pendidikan, sekolah tidak mampu memenuhi semua kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan anak tanpa keterlibatan keluarga (orang tua) dan
masyarakat. Pencapaian belajar dan pembangunan karakter anak-anak akan terbentuk
dengan baik, apabila lingkungan fisik dan sosial anak memberikan dukungan secara
optimal. Lingkungan fisik dan sosial yang dimaksud adalah lingkungan tempat tinggal
dan bermain anak, interaksi dengan orang tua, anggota keluarga lainnya, teman, serta
masyarakat sekitar. Artinya, sekolah, keluarga, dan masyarakat merupakan tripusat
pendidikan yang sangat strategis untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak
secara optimal. Sehingga, perlu dibangun kemitraan antara sekolah, keluarga, dan
masyarakat secara terpadu, sistematis, dan berkelanjutan.
Pola kemitraan tripusat pendidikan ini dilakukan dengan tujuan menjalin kerja
sama dan membangun keselarasan program pendidikan di sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Jalinan kerja sama dan keselarasan di antara tripusat pendidikan ini
diharapkan tercipta ekosistem pendidikan yang harmonis, kondusif, dan satu pandangan
dalam menumbuhkembangkan karakter anak. Selain itu, secara spesifik tujuan pola
kemitraan tri pusat kemitraan untuk: (a) menguatkan jalinan kemitraan antara sekolah,
keluarga, dan masyarakat dalam satu lingkungan belajar dan satu pandangan dalam
mengembangkan potensi anak, (b) meningkatkan keterlibatan orang tua dalam
mendukung program sekolah dengan fokus perkembangan anak, (c) meningkatkan
peran serta masyarakat dalam mendukung program pendidikan sekolah.
Kemitraan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dirancang agar terbentuk
ekosistem pendidikan yang dapat mendorong tumbuhnya karakter dan budaya
akademik bagi semua warga sekolah. Untuk mewujudkan harapan tersebut, pola
kemitraan dilaksanakan dengan mengacu pada beberapa prinsip berikut ini.
1. Kesamaan hak, kesejajaran, dan saling menghargai
Kemitraan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dapat terjalin secara
dinamis dan harmonis apabila semua unsur yang terlibat memiliki kesamaan hak,
kesejajaran, dan saling menghargai sesuai dengan peran dan fungsinya. Prinsip ini

6 6
akan mendorong peran aktif dan sukarela dari semua pihak untuk terlibat mulai
dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program kemitraan.
2. Semangat gotong royong dan kebersamaan
Kemitraan dibangun atas dasar semangat gotong royong dan kebersamaan.
Prinsip ini akan terjadi apabila semua pihak merasakan ada kebutuhan dan
kepentingan yang sama terkait dengan pendidikan dan perkembangan anak. Prinsip
ini juga akan menumbuhkembangkan keinginan dari semua pihak untuk
berkolaborasi dan mensinergi untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang dapat
memberi pengalaman belajar yang kaya kepada peserta didik.
3. Saling melengkapi dan memperkuat
Pihak sekolah tidak mungkin mampu melayani semua kebutuhan belajar
peserta didiknya dengan segala keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Untuk itu,
perlu dijalin kemitraan dengan orang tua dan masyarakat sehingga tercipta tripusat
pendidikan yang saling melengkapi dan memperkuat sesuai perannya masing-
masing.
4. Saling asah, asih, dan asuh
Prinsip saling asah, asih, dan asuh diharapkan dapat mewujudkan terjadinya
proses berbagi pengalaman, pengetahuan, keterampilan, dan norma antara satu
dengan lainnya. Serta terjadi proses saling membelajarkan antara pihak sekolah,
keluarga, dan masyarakat yang dilandasi oleh rasa cinta dan kasih sayang dalam
rangka menciptakan ekosistem yang baik bagi peserta didik.

B. Bentuk Kemitraan Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat


Bentuk Kisah Kembangwangi dalam panduan ini merupakan bentuk minimal
program kemitraan yang bisa dilakukan di setiap satuan pendidikan. Di setiap bentuk
kemitraan, masing-masing tripusat pendidikan dapat mengambil peran sesuai dengan
kapasitasnya sehingga target yang diharapkan dari kemitraan itu dapat optimal. Satuan
pendidikan dapat mengembangkan bentuk kemitraan ini dan menyesuaikan dengan
karakteristik kewilayahan satuan pendidikan itu sendiri.
Bentuk kemitraan sekolah, keluarga, dan masyarakat untuk mengembangkan
pendidikan di Kabupaten Banyuwangi yang dapat dilakukan dipaparkan pada bagian
berikut ini.
1. Antar dengan Bangga, Lepas dengan Doa
Hari pertama masuk sekolah (siswa baru) adalah hal yang paling penting, bagi
anak pastilah diliputi rasa haru, bangga, gembira, dan bahagia. Momentum ini diawali
dengan memasuki lingkungan sekolah baru, ketemu teman baru, guru baru, bahkan
mungkin seragam baru. Perasaan ini akan terasa lengkap apabila kehadiran ke sekolah
disertai dengan orang tua. Orang tua (di hari pertama masuk sekolah) harus
meluangkan waktu mengantar anak sebagai wujud dukungan moral orang tua kepada
anak untuk menghadapi lingkungan barunya. Dengan demikian, anak akan merasa
aman dan nyaman serta percaya diri saat pertama kali melangkahkan kakinya di
sekolah dan berkenalan dengan teman, guru, serta mengikuti semua kegiatan di
sekolah.

7 7
Antar dengan bangga, lepas dengan doa bukan berarti orang tua hanya
mengantar tanpa makna. Namun lakukan dengan beragam interaksi seperti: saling
menyapa, mengenal lingkungan sekolah dan fasilitasnya, menyapa guru, berkenalan
dengan sesama orang tua siswa, berinteraksi dengan wali kelas, dan berbagi ide untuk
kemajuan sekolah.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua dengan sekolah saat
mengantarkan anak di hari pertama sekolah.
a. Memperkenalkan anak dengan gurunya secara pribadi. Sebelum ataupun
sesudah perkenalan formal guru dengan siswa, orang tua perlu mengenalkan
guru tersebut secara khusus dengan anak secara pribadi. Ini penting sebagai
bentuk komunikasi awal menunjukkan kepercayaan pada sang guru sehingga
anak pun merasa nyaman dengan tersebut.
b. Bawa “teman” untuk menemani anak. Sekolah membolehkan siswa membawa
“teman” untuk menemaninya di sekolah. Selama tidak membahayakan dan
berisiko terhadap siswa yang lain. Misalnya, boneka kesayangan, foto keluarga,
selimut kecil, buku diary dan lain-lain. Secara psikologis, bersama “teman” di
lingkungan baru anak akan merasa lebih nyaman selayaknya di rumah.
c. Saat orang tua akan meninggalkan sekolah, pastikan orang tua berpamitan pada
anak. Ucapkan selamat tinggal. Apabila orang tua meninggalkan sekolah secara
diam-diam berakibat anak tidak mempercayai orang tua dan kurang percaya diri.
d. Setelah mengucapkan selamat tinggal, orang tua segera meninggalkan sekolah.
Orang tua jangan berlama-lama dalam adegan perpisahan, apalagi sampai
kelihatan tidak tega meninggalkan anak, karena hal itu membuat anak akan
mengira bahwa sekolah adalah tempat yang buruk sehingga orang tuanya tidak
tega meninggalkannya sendirian.
e. Saat orang tua akan meninggalkan anak, ekspresikan kegembiraan. Misalnya
dengan membuat wajah lucu saat melambaikan tangan, sehingga anak ikut
merasa bahwa ini peristiwa baru yang menyenangkan.
f. Orang tua membuat ritual perpisahan sendiri. Orang tua mengucapkan selamat
tinggal dengan cara yang sama setiap hari. Misalnya, dengan mencium pipinya,
memeluknya sebentar, lalu melambaikan tangan. Setelah melalui hal itu anak
akan merasa siap untuk ditinggal sendirian.
g. Pertimbangkan untuk memberi reward. Misalnya, dengan membuatkan anak
sebuah kalender khusus. Setiap kali anak pulang sekolah dengan ceria dan tidak
ada masalah, maka tempel gambar icon senyum (smiley face). Kalau sebaliknya
maka pasang gambar icon sedih (sad face). Dan kalau selama seminggu
berturut-turut mendapat icon senyum, anak diajak jalan-jalan sebagai hadiah.
h. Hafalkan nama teman-teman anak. Misalnya, "Bagaimana kabarnya Susi dan
Andi hari ini? Sudah baikan lagi kan?" Itu membuat anak merasa aman di
sekolah karena orang tuanya juga mengenal baik teman-temannya.
Adapun yang harus disiapkan oleh pihak sekolah adalah:
a. Kepala sekolah, wakil KS, dan kepala urusan menyambut kedatangan siswa
di pintu gerbang dan wali kelas berada di ruang kelas masing-masing;

8 8
b. Wali murid diizinkan mengantarkan siswa sampai ke kelas, dan
mengenalkan secara pribadi kepada wali kelas;
c. Membentuk WA grup wali murid di tingkat kelas;
d. Sekolah memfasilitasi wali murid untuk berkeliling kawasan sekolah serta
menyediakan beberapa media booth foto di tempat-tempat tertentu dan
menyediakan papan aspirasi wali murid;

Gambar 2.1: Papan aspirasi siswa

2. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS)


Masa pengenalan lingkungan sekolah atau yang dikenal dengan istilah MPLS
adalah kegiatan wajib yang dilakukan saat memasuki tahun ajaran baru. Kegiatan ini
dilakukan oleh siswa baru di setiap jenjang pendidikan. Kegiatan MPLS dilaksanakan
minimal selama 3 (tiga) hari sebelum tahun ajaran baru dimulai, hal ini bertujuan KBM
seluruh jenjang berlangsung serentak. MPLS merupakan kegiatan yang banyak
ditunggu sehingga antusiasme siswa pun cukup tinggi. Bukan hanya siswa baru yang
antusias, kakak kelas yang dilibatkan dalam kegiatan MPLS sebagai pendamping siswa
baru, juga mendapatkan pengalaman bermakna.
Kegiatan ini penting sekali dilakukan demi membantu para siswa untuk
beradaptasi dengan lingkungan baru. Siswa akan diajak untuk mengenal sarana dan
prasarana yang tersedia, ruangan kelas, staf, dan guru yang akan mengajar. Selain itu,
kegiatan MPLS juga dapat menumbuhkan perilaku positif untuk membangun interaksi
antar siswa dan warga sekolah lainnya. Kegiatan ini juga dapat meningkatkan
kemandirian, sikap menghormati, dan semangat belajar yang tinggi. Siswa pun jadi
lebih mudah beradaptasi. Pelaksanaan MPLS yang berprinsip berpihak pada siswa dan
memberikan kenyamanan serta menyenangkan. Apabila siswa telah merasa nyaman
berada di sekolah barunya, maka siswa dapat mengikuti kegitan belajar mengajar dalam

9 9
kondisi yang lebih siap dan akan berdampak terhadap perkembangan akademik serta
sosial siswa itu sendiri.

Hal-hal yang harus dipersiapkan dalam pelaksanaan MPLS adalah:

10 10
a. Menentukan Tujuan Kegiatan MPLS
Tujuan utama MPLS pada dasarnya adalah untuk membantu siswa
mengenal dan beradaptasi dengan lingkungan barunya di sekolah. Sehingga
para siswa akan diberikan informasi tentang kebiasaan dan aturan-aturan di
sekolah yang bersangkutan, apa yang harus diikuti dan apa yang tidak boleh
dilanggar. Selain itu, kegiatan MPLS banyak menyampaikan visi misi
sekolah serta kegiatan apa saja yang biasanya dilakukan di sekolah tersebut.
Sehingga para siswa dan siswa baru pun menjadi terdorong dan bersemangat
untuk meningkatkan prestasi di sekolah dan mengikuti kegiatan yang ada.
b. Mengacu pada Juknis MPLS
Bentuk kegiatan, waktu pelaksanaan, ruang lingkup harus mengacu
pada juknis yang sudah ditetapkan. Juknis diterbitkan menjelang pelaksanaan
MPLS.
c. Membentuk Panitia Kegiatan.
Selain pelaksanaannya harus di bawah pengawasan guru dan
dilakukan pada saat jam belajar, tetap ada panitia yang ditunjuk untuk
membantu kegiatan MPLS agar berjalan lancar. Panitia yang ditunjuk
tersebut biasanya adalah anggota OSIS dari kakak kelas. Penting sekali untuk
membentuk panitia khusus yang dapat memberikan teladan dan bertanggung
jawab atas kelancaran kegiatan tersebut. Hukuman yang bersifat fisik serta
penugasan yang tidak masuk akal tidak boleh dilakukan. Kepanitiaan perlu
disusun dengan detail siapa yang menjadi ketua panitia hingga seksi dan
pendamping kegiatan dari setiap kelas. Memberikan arahan tugas masing-
masing serta batasan apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.
a. Tentukan Materi atau Kegiatan yang Bermanfaat
Selama kegiatan berlangsung diisi kegiatan-kegiatan yang seru dan
menarik untuk para siswa baru. Kegiatan tersebut bisa berupa
memberikan materi yang berfokus baik pada bidang akademik maupun
non-akademik dengan memasukkan kearifan lokal sekolah masing-
masing.
Contohnya, memberikan pemahaman tentang visi misi sekolah, wawasan
wiyata mandala, peraturan sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, cara belajar,
ajang prestasi, dan lain sebagainya. Panitia dapat memberi tugas
kelompok kepada siswa baru untuk mengakrabkan diri dengan teman-
teman baru di sekolah. Seluruh kegiatan MPLS ini dikemas untuk
menguatkan karakter siswa sesuai Profil Pelajar Pancasila.
b. Memberi Batas Ketegasan
Berdasarkan Permendikbud No. 18 Tahun 2016, ada batasan-batasan
bagi sekolah saat menyelenggarakan kegiatan MPLS. Batasan-batasan
tersebut diharapkan bisa mengurangi tindak pelanggaran yang terjadi
selama kegiatan, sehingga pelaksanaan MPLS lebih terarah.

11 11
Hal yang tidak boleh dilakukan seperti; dilarang bersifat perpeloncoan
atau tindak kekerasan lainnya, wajib melakukan kegiatan yang bersifat
edukatif, dilarang memberikan tugas kepada siswa baru berupa kegiatan
maupun penggunaan atribut yang tidak relevan dengan aktivitas
pembelajaran siswa dan dilarang melakukan pungutan biaya maupun
bentuk pungutan lainnya.
c. Pengawasan Pihak Sekolah
Pengawasan pihak sekolah terhadap kegiatan MPLS sangat dibutuhkan.
Pihak sekolah tetap harus melakukan monitoring secara khusus dan
intensif. Meskipun dalam pelaksanaannya sudah dibantu oleh panitia
yang diambil dari personal OSIS.
Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memastikan kegiatan tersebut
berjalan lancar. Jika ada hal-hal yang dilakukan di luar batas kewajaran
oleh panitia, maka pihak sekolah harus memberikan teguran. Pihak
sekolah juga harus melakukan evaluasi, refleksi dan tindak lanjut hasil
dari kegiatan MPLS yang telah dilakukan.

3. Home Visit
Home visit mempunyai dua tujuan, yaitu memperoleh berbagai keterangan
atau data yang diperlukan dalam memahami lingkungan dan memecahkan
permasalahan siswa yang mengalami kesulitan belajar. Home visit adalah
kunjungan rumah yang dilakukan oleh guru sebagai salah satu alternatif
pendekatan terhadap siswa untuk memperoleh informasi dan membangun
komunikasi yang baik kepada orang tua dalam menuntaskan permasalahannya di
sekolah.
Beberapa tujuan dari kegiatan home visit antara lain untuk menambah
kelengkapan data/informasi tentang siswa melalui wawancara dengan orang tua
dan hasil observasi suasana di rumah. Hal ini memberi penjelasan tentang
keadaan siswa dan orang tua, dalam membangun kerja sama dengan sekolah.
Selain itu juga mengembangkan tingkat kepedulian orang tua terhadap masalah
anak. Fungsi utama pelaksanaan home visit terdiri atas dua jenis, yaitu fungsi
pemahaman berupa bimbingan dan konseling untuk menghasilkan pemahaman
tentang sesuatu sesuai dengan kepentingan pengembangan anak, dan fungsi
pengentasan yaitu bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan solusi atau
teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh anak.
Dalam pelaksanaan home visit seyogyanya disertai dengan instrumen
pengendali data yang dibutuhkan. Mulai dari data pribadi siswa, orang tua,
alamat, nomor kontak yang mudah dihubungi, peta lokasi, data sosial ekonomi,
lingkungan mikro dan makro, riwayat penyakit, harapan pada sekolah, dan lain-
lain. Semua data dapat dijadikan rujukan oleh guru terutama wali kelas dan
Bimbingan Konseling di sekolah dalam penanganan masalah siswa.
Hasil home visit ditindaklanjuti dengan rapat pleno semua unsur guru dan
tenaga kependidikan agar semuanya memahami masalah makro dan mikro anak

12 12
di sekolah. Hal terpenting data anak yang memiliki kerawanan ekonomi dan
sosial sudah sejak dini diketahui oleh pihak sekolah. Sehingga penanganannya
bisa diantisipasi sesuai dengan intensitasnya. Mapping masalah data siswa rawan
sosial dan rawan ekonomi didistribusikan pada semua guru sesuai peran dan
tugasnya.
Anak yang memiliki masalah sosial diantisipasi dengan cara dikoneksikan
dengan guru secara proporsional sebagai guru pendamping. Inilah yang disebut
dengan One Teacher One Client (OTOC). Satu guru mendampingi minimal satu
siswa yang memiliki kecenderungan masalah sosial. Pendampingan ini dilakukan
secara terus-menerus diikat dengan hubungan emosional yang kuat sehingga guru
sahabat anak, guru orang tua kedua bagi anak benar-benar terwujud. Sedangkan
data anak yang memiliki masalah ekonomi dapat diantisipasi dengan cara
pembebasan anak dari segala bentuk sumbangan. Sedangkan anak yang
mengalami rawan ekonomi dibebaskan dari segala macam bentuk sumbangan,
bahkan jika dipandang perlu justru diberikan bantuan melalui SAS (Siswa Asuh
Sebaya), Garda Ampuh (Gerakan Daerah Angkat Anak Muda Putus Sekolah), PIP,
Yatim Mandiri, BAS dengan fasilitas dari sekolah. Dengan demikian anak
semakin termotivasi agar tercapai cita-cita yang diinginkan.
Untuk mencapai tujuan tersebut sekolah dapat menggunakan Standar
Operasional Prosedur berikut ini:
a. Sekolah menyiapkan data penjaringan siswa melalui wali kelas
b. Sekolah menyediakan instrumen pengendali data bagi siswa dan orang tua
c. Sekolah memfasilitasi wali kelas untuk melakukan home visit
d. Wali kelas memetakan hasil home visit (mapping masalah) kerawanan sosial
dan ekonomi
e. Sekolah mensosialisasikan ke semua guru hasil home visit
f. Sekolah menindaklanjuti hasil home visit.
g. Siswa yang mengalami rawan sosial ekonomi dikoneksikan ke guru
pendamping khusus untuk mendapatkan penguatan.

4. Parenting (Pendidikan Pola Asuh)


Parenting merupakan program untuk menyamakan persepsi antara orang
tua dan guru dalam pola pengasuhan. Menurut Surbakti (2012), parenting
merupakan suatu cara orang tua untuk mengajarkan pola interaksi dan relasi yang
patut kepada anak, atau cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam
mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak.
Parenting juga program untuk menyamakan konsep yang dilakukan sekolah satu
frekuensi dengan keluarga.
Program parenting adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas
pola asuh orangtua guna membangun karakter positif pada anak. Bagaimana cara
mendidik orang tua terhadap anak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Parenting menyangkut semua perilaku orang tua sehari-hari baik yang
berhubungan langsung dengan anak maupun tidak, yang dapat ditangkap maupun

13 13
dilihat oleh anak-anaknya, dengan harapan apa yang diberikan kepada anak
(pengasuhan) akan berdampak positif bagi kehidupan anak.
Ada 3 pengasuhan menurut Hoghughi (2004), yaitu sebagai berikut:
a. Pengasuhan fisik mencakup semua aktivitas yang bertujuan agar anak dapat
bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya seperti
makan, kehangatan, kebersihan, ketenangan waktu tidur, dan kepuasan
ketika membuang sisa metabolisme dalam tubuhnya.
b. Pengasuhan emosi mencakup pendampingan ketika anak mengalami
kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seperti merasa terasing dari
teman-temannya, takut, atau mengalami trauma. Pengasuhan emosi ini
mencakup pengasuhan agar anak merasa dihargai sebagai seorang individu,
mengetahui rasa dicintai, serta memperoleh kesempatan untuk menentukan
pilihan dan untuk mengetahui resikonya. Pengasuhan emosi ini bertujuan
agar anak mempunyai kemampuan yang stabil dan konsisten dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, menciptakan rasa aman, serta
menciptakan rasa optimistic atas hal-hal baru yang akan ditemui oleh anak.
c. Pengasuhan sosial bertujuan agar anak tidak merasa terasing dari lingkungan
sosialnya yang akan berpengaruh terhadap perkembangan anak pada masa-
masa selanjutnya. Pengasuhan sosial ini menjadi sangat penting karena
hubungan sosial yang dibangun dalam pengasuhan akan membentuk sudut
pandang terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Pengasuhan sosial
yang baik berfokus pada memberikan bantuan kepada anak untuk dapat
terintegrasi dengan baik di lingkungan rumah maupun sekolahnya dan
membantu mengajarkan anak akan tanggung jawab sosial yang harus
diembannya.
Satuan pendidikan seyogyanya melaksanakan program parenting minimal
sekali dalam semester. Intensitas pertemuan ini bisa disesuaikan dengan kondisi
sekolah tergantung pada kebutuhan akibat munculnya masalah antara sekolah
dengan orang tua.
Kegiatan parenting dilaksanakan oleh kepala sekolah, wali kelas, guru
maupun narasumber ahli dari luar sekolah. Kehadiran narasumber ahli diperlukan
pada kondisi khusus untuk menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri orang
tua dalam mendampingi anak. Kelas parenting yang diadakan sekolah sangat
bermanfaat dan menjadi “vitamin” bagi orang tua untuk tetap bersemangat
mendampingi anak-anak selama masa belajar dari rumah sebab ritme belajar di
sekolah hanya 5-6 jam selebihnya dalam naungan orang tua/ wali murid. Jika
dikalkulasi secara umum waktu anak hanya sekitar 25% di sekolah dan selebihnya
dalam pengasuhan orang tua. Waktu yang jauh lebih banyak atau sekitar 75%
tersebut jika orang tua tidak memiliki ilmu, wawasan atau keterampilan yang
benar tentang pola asuh pendampingan anak, akan berakibat fatal, apalagi jika
waktu yang banyak tersebut nyaris terjadi ‘pembiaran’. Oleh karena itu
pelaksanaan parenting hendaknya secara berkesinambungan dan terprogram sesuai

14 14
dengan kebutuhan dalam pola asuh. Seakan ada kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum) yang sudah disiapkan.
Untuk anak PAUD, materi yang dibutuhkan dalam parenting di antaranya:
a. Pola pengasuhan positif;
b. Peran orang tua menjadi sahabat belajar anak;
c. Menjadi orang tua kreatif anak PAUD;
d. Mendidik anak gemar membaca sejak dini;
e. Komunikasi efektif orang tua dana anak;
f. Mendidik dengan keteladanan dan cinta;
g. Membangun kepercayaan diri anak.

Untuk anak SD, materi yang dibutuhkan dalam parenting di antaranya:


a. Pengenalan gender dan cara melindungi diri;
b. Pemanfaatan gawai yang proporsional;
c. Bijak bermedia sosial;
d. Komunikasi dengan nada do, re, mi;
e. Mengenali ragam karakteristik anak dan jurus komunikasi 2 arah;
f. Pendampingan belajar yang efektif;
g. Toleransi dalam pergaulan;
h. Bullying dan pencegahannya;
i. Anak berkarakter mulia dilahirkan dari orang tua yang sehat.

Untuk anak SMP, beberapa materi yang dibutuhkan dalam parenting:


a. Pendampingan masa remaja;
b. Menjadi orang tua sahabat anak;
c. Komunikasi efektif orang tua dan anak remaja;
d. Menjadi orang tua cerdik dalam pendampingan penggunaan gadget;
e. Peran orang tua dalam optimalisasi potensi anak;
f. Strategi pendampingan perilaku rentan bullying, kekerasan seksual &
intoleransi;
g. Setiap anak adalah bintang, menjadi orang tua hebat bagi anak istimewa.

5. Parent Teaching (Orang Tua Mengajar)


Pola keterlibatan orang tua tidak hanya sebatas partisipasi dalam
kegiatan sekolah seperti hadir dalam pentas akhir tahun, namun pola
keterlibatan orang tua dapat diubah menjadi benar-benar terlibat dalam proses
pembelajaran anak di dalam kelas. Orang tua dapat terlibat dalam proses
pembelajaran siswa di sekolah dengan menjadi sukarelawan di sekolah,
membaca bersama siswa di kelas, dan menjadi pembimbing bagi anak di rumah
(Goodall, 2017).
Parent teaching adalah upaya pelibatan orang tua secara langsung dalam
proses pembelajaran di sekolah. Orang tua hadir sebagai “guru” bagi siswa di
kelas. Pelaksanaan parent teaching diawali dengan pemetaan materi oleh guru.

15 15
Hasil pemetaan materi digunakan sebagai dasar untuk menentukan siapa orang
tua yang akan diundang. Langkah selanjutnya guru mendiskusikan target yang
akan dicapai oleh siswa dengan orang tua yang akan menjadi guru tamu pada
sesi parent teaching. Pada sesi ini disepakati pula metode dan teknik
penyampaian yang akan digunakan oleh orang tua dalam proses pembelajaran.
Orang tua tidak selalu mengajarkan materi pelajaran secara langsung.
Orang tua dapat memilih teknik sharing pengalaman dan praktik-praktik
bersama dengan siswa. Selama masa pembelajaran dari rumah orang tua
menyampaikan materi secara virtual, dan pada masa pembelajaran tatap muka
terbatas orang tua diberikan kebebasan untuk memilih melaksanakan
pembelajaran secara virtual atau tatap muka di sekolah. Sekolah mendapatkan
beberapa manfaat dari kegiatan parent teaching ini. Melalui parent teaching
sekolah dapat menunjukkan kepada orang tua bahwa kegiatan pembelajaran
tetap berlangsung, meyakinkan orang tua bahwa orang tua mampu
mendampingi anak belajar dari rumah, dan membangun kebanggaan serta
kepercayaan diri bagi siswa yang orang tuanya mendapat kesempatan untuk
mengajar di kelas.

Gambar 2.2: Poster kegiatan Parent Teaching

Beberapa langkah yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan program


Parent Teaching, yaitu:
a. Koordinasi antara pemangku kepentingan sekolah, seperti KS, Urusan
Kurikulum, Kesiswaan, dan Hubungan Masyarakat untuk memasukkan
program Parent Teaching di dalam KOSP, bentuk kegiatan bisa
diintegrasikan dalam kegiatan P5, Jumat Karakter, atau pembelajaran
khusus di luar KBM dengan tema tertentu.
b. Identifikasi wali murid serta pemetaan kompetensi wali murid sebagai guru
tamu.

16 16
c. Berkoordinasi dengan wali murid tentang kesediannya sebagai guru tamu,
tujuan dan target dari kegiatan Parent Teaching serta metode dan teknik
penyampaian dalam proses pembelajaran.
d. Pada pelaksanaannya, selain guru tamu, wali murid lain juga dapat
diundang agar termotivasi menjadi guru tamu di lain kesempatan.
e. Di akhir kegiatan Parent Teaching perlu dilakukan refleksi dan evaluasi
kegiatan, baik dari guru tamu maupun siswa. Hasil refleksi dan evaluasi ini
akan menjadi bahan tindak lanjut dalam kegiatan Parent Teaching
selanjutnya agar lebih sesuai dengan kebutuhan siswa di sekolah.

6. Parent Consultation
Parent consultation merupakan sesi konsultasi secara pribadi antara
orang tua dengan guru BK, psikolog sekolah, atau wali kelas. Sesi konsultasi
dilakukan dua kali, yaitu pada tengah dan akhir semester. Orang tua mendapat
kesempatan untuk berkonsultasi dengan wali kelas, guru BK, atau psikolog
sekolah. Pertemuan pribadi antara orang tua dan guru dalam situasi yang tidak
formal dapat meletakkan dasar-dasar kepercayaan hubungan antara orang tua
dan guru itu sendiri. Kepercayaan di antara keduanya menjadi peluang
keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di masa-masa berikutnya
(Goodall dan Montgomery, 2014).
Sesi konsultasi dengan psikolog yang perlu mendapat perhatian khusus
diutamakan bagi siswa dengan pengamatan wali kelas selama tiga bulan. Pada
sesi ini wali kelas menyampaikan perkembangan siswa selama 3 bulan baik dari
aspek akademik maupun perkembangan sosio-personal siswa. Orang tua
diberikan kesempatan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi siswa baik
terkait dengan kesulitan belajar maupun perkembangan sosial siswa. Sesi ini
diakhiri dengan pembuatan kesepakatan antara wali kelas dengan orang tua
siswa. Kesepakatan tersebut berisi poin-poin penyelesaian masalah yang akan
diintervensikan oleh orang tua di rumah dan oleh guru di sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 90% orang tua siswa
memanfaatkan sesi kosultasi dengan wali kelas. Tingginya tingkat kehadiran
orang tua disebabkan oleh kebutuhan orang tua untuk mendapatkan solusi atas
permasalahan yang dihadapi anak-anak selama masa belajar dari rumah.
Sekolah juga memberikan kelonggaran waktu konsultasi bagi orang tua dengan
membagi waktu konsultasi selama jam dinas (sesi tatap muka) mulai pukul
07.00 WIB sampai 14.00 WIB. Sedangkan secara virtual dapat dilakukan sesuai
kesepakatan antara sekolah dengan orang tua.
Dengan demikian orang tua dapat menyesuaikan waktu konsultasi
dengan kesibukan yang lain. Keterlibatan orang tua melalui berbagai dimensi
pada proses pembelajaran anak di sekolah memiliki pengaruh positif terhadap
perkembangan anak itu sendiri (Melvin Chan, et.all., 2021). Adapun tahapan
yang perlu dicermati adalah:

17 17
a. Dilaksanakan asesmen non diagnostic sebelum masuk kembali sekolah/
awal tahun ajaran dengan memanfaatkan pengisian google form oleh siswa
dengan pendampingan dari orang tua.
b. Dilaksanakan asesmen diagnostic tentang gaya belajar siswa dapat
memanfaatkan platform yang telah ada (pemetaan siswa).
c. Pemberian fasilitasi konsultasi dapat dilakukan sebanyak 2 kali yaitu
tengah semester dan akhir semester dengan wali kelas, guru BK, psikolog
sekolah yang telah direkomendasi untuk mengetahui perkembangan belajar
siswa.
d. Pemberian fasilitasi secara personil sesuai kebutuhan dan permasalahan
siswa dengan prinsip menjaga kerahasiaan.
e. Membuka layanan konsultasi secara digital dengan menjaga kerahasiaan
siswa.
f. Jika dalam kondisi tertentu belum ditemukan titik temu dalam penyelesaian
masalah perkembangan siswa, maka atas izin orang tua/ wali, sekolah
merekomendasi konsultasi pada psikolog yang ditunjuk dengan biaya
sendiri bagi yang mampu dan bantuan sekolah bagi yang tidak mampu
secara ekonomi.
g. Sekolah menyiapkan buku penghubung tentang perkembangan siswa baik
fisik yang diarsipkan di UKS maupun psikis yang diarsipkan wali kelas dan
guru BK.

Gambar 2.3: Konsultasi orang tua dengan guru

7. Parent’s Handbook (Buku Panduan Orang Tua)


Parent’s handbook merupakan media yang disiapkan oleh guru untuk
mendampingi proses belajar siswa dari rumah oleh orang tua. Parent’s handbook
atau buku panduan orang tua ini disiapkan oleh guru untuk memberikan gambaran
bagaimana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, hal apa yang perlu diperhatikan
oleh orang tua, bagaimana cara orang tua memberikan pendampingan

18 18
pembelajaran kepada ananda selama di rumah, serta pola komunikasi antara orang
tua dan sekolah.
Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah ketidaksamaan persepsi
antara sekolah dan orang tua di dalam menyikapi perkembangan anak. Sekolah
perlu memberikan penjelasan yang komprehensif tentang strategi pencapaian
perkembangan anak yang hendak diupayakan oleh sekolah. Di sisi lain orang tua
menghadapi permasalahan kesulitan dalam mendampingi anak belajar.
Berdasarkan hal tersebut guru menyiapkan panduan yang disusun secara khusus
untuk orang tua. Panduan ini berisi langkah-langkah pembelajaran yang dapat
diikuti secara mudah oleh orang tua, dengan demikian orang tua dapat
mendampingi siswa selama berada di rumah. Adapun isi buku panduan orang tua
dapat mencakup hal-hal berikut ini.
a. Gambaran umum sekolah.
b. Sistem pembelajaran di sekolah.
c. Program sekolah.
d. Peraturan dan Tata Tertib sekolah.
e. Panduan pelaksanaan disiplin positif.
f. Kalender pendidikan
g. Panduan komunikasi antara orang tua dan sekolah
h. Panduan pendampingan belajar bagi siswa berkebutuhan khusus
Anak-anak pendidikan dasar sebagian besar belum dapat belajar secara
mandiri. Anak-anak masih memerlukan pendampingan dari orang dewasa untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi termasuk dalam hal
pembelajaran. Melalui panduan yang diberikan oleh guru, orang tua dapat secara
aktif membantu proses belajar anak di rumah. Peran orang tua tidak lagi pasif,
sebaliknya, orang tua diberdayakan untuk mengambil tindakan yang tepat seperti
mendorong atau membantu anak-anak belajar. (Liao et al.: 2017).
Berikut adalah Standar Operasional Prosedur yang harus dilaksanakan
oleh sekolah dalam membentuk buku panduan pengasuhan orang tua:
a. Melakukan koordinasi antara stakeholder, wali kelas, guru BK, dan Humas
b. Membentuk tim khusus dalam penyusunan Buku Panduan Pengasuhan
Orang Tua terhadap Anak melalui buku kendali belajar dan ibadah
c. Mensosialisasikan Buku Panduan Pengasuhan Orang Tua terhadap Anak
pada warga sekolah dan orang tua/ wali murid
d. Uji petik buku yang sudah disusun bersama dengan dipraktikkan.
e. Merefleksi hasil buku panduan yang telah praktikkan dengan menerima
masukan dari orang tua/ wali murid.
f. Menindaklanjuti hasil refleksi dengan perbaikan-perbaikan.

8. Kendali Belajar
Program kendali belajar digunakan untuk mengendalikan belajar siswa
di luar sekolah baik di rumah atau luar rumah. Kendali belajar, setidaknya
berkaitan dengan 4 hal yaitu: 1) Apa itu belajar? 2) Bagaimana cara (gaya)

19 19
belajar? 3) Bagaimana membagi waktu belajar anak sudah tepat? 4) Apakah
tujuan belajar anak sudah tercapai? Dengan memahami dan mengenali
pertanyaan ini maka pola belajar anak bisa dikendalikan secara optimal.
Kendali belajar hakikatnya sebagai upaya menjembatani hubungan
antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Ketiga komponen ini harus
satu frekuensi dan satu tujuan dalam pengendalian belajar anak. Belajar
merupakan suatu proses atau upaya yang dilakukan oleh setiap individu untuk
mendapatkan perubahan perilaku, baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai positif sebagai suatu pengalaman dari berbagai
materi yang telah dipelajari.
Proses perubahan perilaku dari tidak bisa menjadi bisa, belum baik
menjadi baik, harus mendapatkan dukungan dari lingkungan belajar anak.
Pemahaman bahwa semua dilalui dengan tahapan tertentu perlu diketahui oleh
semua pihak. Begitupun perkembangan setiap anak berbeda satu dengan
lainnya, bergantung potensi yang dimiliki.
Masing-masing siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya
belajar merupakan salah satu yang dimiliki oleh setiap individu dalam
menyerap, mengatur, dan mengolah informasi yang diterima. Gaya belajar yang
sesuai dapat menjadi kunci keberhasilan anak dalam belajar. Penggunaan gaya
belajar yang dibatasi hanya dalam satu gaya, terutama yang bersifat verbal atau
auditorial, tentunya dapat menyebabkan banyak perbedaan dalam menyerap
informasi. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar siswa harus dibantu dan
diarahkan untuk mengenali gaya belajar sejak dini sesuai dengan individu agar
hasil belajar bisa maksimal.
Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pembelajar.
Umumnya dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel
kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio
kultural, dan pengalaman pendidikan. Menurut Bobbi de Porter (2002), gaya
belajar adalah kata kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di
sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari
bagaimana cara kita dan orang lain menyerap dan mengolah informasi, maka
hal itu dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya
kita sendiri. Sedangkan menurut Kemp, gaya belajar adalah cara mengenali
berbagai metode belajar yang disukai yang mungkin lebih efektif bagi anak
tersebut. Gaya belajar yang dimaksud adalah memahami metode-metode dalam
pembelajaran itu sangat penting agar pembelajaran untuk anak lebih efektif.
Efektivitas belajar yang dipengaruhi oleh waktu belajar berkaitan
dengan kinerja fisik dan otak. Artinya, fisik dan otak yang fresh memudahkan
anak bisa belajar secara lebih optimal. Otak merupakan organ terpenting bagi
manusia dalam menunjang kesehariannya mulai dari pikiran, fisik, dan lain-
lain. Tidak hanya tubuh, otak manusia memiliki irama tersendiri sehingga ada
waktu terbaik otak untuk belajar.

20 20
Kebanyakan orang kurang memperhatikan pentingnya memahami cara
kerja otak dan kapasitas yang mampu dihadapi. Sehingga banyak pekerjaan
otak yang kurang maksimal. Sebaliknya, apabila terus-menerus berpikir dan
membuat otak bekerja, juga bisa mengakibatkan kelelahan bahkan depresi.
Sehingga orang tua dan guru harus mampu mengendalikan belajar anak sesuai
dengan keadaannya.
Secara umum tujuan dari belajar adalah terjadi perubahan pada diri
seseorang menjadi lebih baik. Perubahan tersebut dapat berupa tingkah laku,
sikap, kebiasaan, dan ranah pengetahuan. Perubahan perilaku banyak didasari
dengan norma yang diikuti anak dan masyarakat. Sehingga guru, orang tua, dan
masyarakat harus memberikan contoh agar tujuan yang diinginkan dalam
belajar benar-benar bersifat positif.
Belajar juga bertujuan mengubah kebiasaan, dari buruk menjadi baik,
seperti merokok, minum-minuman keras, bangun terlambat, bermalas-malasan,
begadang, dan sebagainya. Kebiasaan tersebut harus diubah menjadi lebih baik.
Dalam kegiatan di sekolah, selain menyampaikan pengetahuan, guru juga
memberikan perhatian yang lebih kepada anak yang mempunyai kebiasaan
buruk. Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian kesadaran bahwa perbuatan
yang dimiliki tersebut dapat memberikan dampak negatif bagi diri sendiri dan
orang lain. Serta guru harus memberikan dorongan yang kuat untuk bisa
menghilangkan kebiasaan negatif yang dimiliki anak didik tersebut. Selain itu,
belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
Dalam hal penyaluran ilmu pengetahuan (transfer of knowledge). Guru
harus memiliki kesiapan yang baik ketika ia akan mengajar dan adanya
penggunaan pendekatan, strategi maupun metode agar dalam pembelajaran
siswa tidak merasakan suasana yang membosankan. Adapun standar
Operasional Prosedur yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah:
a. Mengawal proses kendali belajar secara bersama-sama oleh orang tua, guru,
masyarakat. Terutama yang terkait dengan keberadaan anak di ruang-ruang
publik. Di sekolah aktivitas belajar anak mudah dikendalikan sedangkan di
rumah kendali belajar bisa berbagi antara belajar, bincang keluarga, bermain
(game, nonton TV, dll), dan istirahat.
b. Keberadaan anak di ruang publik harus harus ada kesepakatan antara
stakeholder ruang publik, terkait dengan tujuan keberadaan anak, waktu,
aktivitas, dan sebagainya. Pelibatan stakeholder ruang publik, seperti
pengelola ruang publik, perangkat desa, kecamatan, kepolisian, Satpol PP
dalam pengendalian belajar anak perlu dikoordinasikan dan disepakati.
c. Membentuk tim penyusun, penanggung jawab, monitoring dan evaluasi
kendali belajar di sekolah
d. Mensosialisasikan hasil kesepakatan dalam bentuk baliho yang dipajang di
ruang publik agar anak memahami kewajiban yang harus mereka patuhi.
e. Memonitoring proses kendali belajar anak dengan mengetahui orang tua
dan wali kelas

21 21
f. Mengevaluasi secara bersama-sama oleh stakeholder agar pengendaliannya
optimal.
g. Instrumen monitoring dan evaluasi bisa berbasis teknologi agar tingkat
kendalinya bisa berlangsung cepat, tepat, dan mudah.
h. Memfasilitasi buku penghubung Kendali Belajar untuk mempermudah
monitoring belajar orang tua dengan pihak sekolah sebagai media
komunikasi antara orang tua dan sekolah.
i. Sekolah perlu menyiapkan buku kendali tercetak atau menggunakan
aplikasi android.
j. Monitoring akan dilakukan oleh wali kelas dan juga guru BK. Apabila
ditemukan gejala penurunan motivasi belajar ataupun prestasi belajar maka
diperlukan adanya tindak lanjut pendampingan, coaching, ataupun
konsultasi dengan orang tua.

9. Kendali Ibadah
Program kendali ibadah sebagai sebuah upaya kerja sama antara guru di
sekolah, orang tua, dan guru agama tempat anak menimba ilmu agama dalam
melakukan pemantauan terhadap aktivitas belajar agama anak. Aktivitas belajar
agama bisa di rumah, musola, gereja, pura, atau vihara. Konsistensi anak
menjalankan ibadah sesuai ajaran agamanya salah satu bagian dari dimensi
profil pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia. Sehingga pengendalian ibadah anak diperlukan agar
masing-masing pihak bisa memantau aktivitas ibadah anak. Kendali ibadah itu
bisa berupa laporan rutin dari orang tua atau guru ibadah yang dilaporkan setiap
anak melakukan ibadah.
Efektivitas penggunaan kendali ibadah dapat dilakukan dengan beberapa
tahapan.
a. Guru membagikan kartu kendali ibadah pada anak yang berisi jurnal
kegiatan ibadah anak sesuai agama yang dianut. Misalnya, anak beragama
Islam berisi aktivitas ibadah shalat wajib, salat sunah, baca Alquran,
sedekah, dan lain-lain.
b. Siswa mengisi jurnal aktivitas ibadah sesuai yang dilakukan, terdiri atas hari
tanggal dan aktivitas ibadah.
c. Anak meminta persetujuan orang tua atau guru ibadah sesuai validasi atas
aktivitas ibadah yang dilakukan anak. Seyogyanya, orang tua atau guru
ibadah memvalidasi sesuai data riil yang dilakukan anak.
d. Setiap minggu atau atau dua minggu sekali kartu kendali ibadah diverifikasi
oleh guru untuk dilakukan evaluasi dan tindak lanjut. Penerapan kartu
kendali siswa memudahkan guru dan orang tua untuk melakukan
pengawasan terhadap aktivitas ibadah anak.

22 22
Untuk mempersiapkan program Kendali Ibadah dalam kegiatan
sekolah, beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Koordinasi antara pemangku kepentingan sekolah, seperti KS, Urusan
Kurikulum, Kesiswaan, dan Hubungan Masyarakat untuk memasukkan
program Kendali Ibadah di dalam KOSP. Di dalamnya termasuk siapa saja
yang bertanggung jawab dalam monitoring kegiatan tersebut, semisal oleh
wali kelas dan guru Agama di sekolah.
b. Koordinasi dengan tempat ibadah terdekat tentang kegiatan keagamaan
yang diselenggarakan serta penanggung jawab kegiatan tersebut agar
terjalin kerja sama antar pihak masyarakat dan sekolah dalam
meningkatkan ketaatan dalam beragama.
c. Menyiapkan buku Kendali Ibadah yang didalamnya berisikan jurnal
kegiatan ibadah sesuai agama yang dianut dengan adanya validasi dari
wali murid atau penanggung jawab tempat ibadah dimana murid
melakukan kegiatan ibadahnya.
d. Melaksanakan monitoring selama kegiatan Kendali Ibadah murid oleh
wali kelas dan guru Agama di sekolah melalui Buku Kendali Ibadah,
koordinasi langsung dengan wali murid dan penanggung jawab tempat
ibadah.
e. Melaksanakan refleksi dan evaluasi kegiatan Kendali Ibadah dengan
melibatkan Kepala Sekolah dan Urusan sebagai bahan tindak lanjut
kegiatan Kendali Ibadah.

10. Jaringan Komunikasi Komunitas Masyarakat


Jaringan komunikasi ini melibatkan komunitas yang berinteraksi dengan
anak di luar rumah dan sekolah. Aktivitas anak di luar rumah biasanya
bersentuhan dengan tempat belajar agama, lembaga bimbingan belajar, sanggar
seni, komunitas olah raga, atau bahkan pengelola sewa internet. Keterlibatan
komunitas ini dirasa penting untuk ikut memberikan pengawasan dan
pemantauan terhadap aktivitas anak. Ketidakjelasan tempat dan waktu
keberadaan anak di komunitas ini membutuhkan kerja sama di antara orang tua,
guru, dan komunitas.
Keberadaan lembaga bimbingan belajar, sanggar seni, olahraga diakui
sangat dibutuhkan anak-anak. Selain untuk menyalurkan minat dan potensinya,
komunitas ini bisa menjadi ajang interaksi dan konsolidasi antar anak,
meningkatkan rasa percaya diri, keberanian, mandiri, dan pengalaman belajar
baru. Kehadiran anak di berbagai komunitas ini sangat mungkin terjebak dengan
pengaruh negatif akibat heterogenitas latar belakang pergaulan anak. Untuk itu,
jaringan komunikasi antara orang tua, guru, dan komunitas dirasa perlu untuk
saling memberikan informasi aktivitas anak. Jaringan komunikasi bisa dilakukan
dalam bentuk grup WA, telegram, atau sejenisnya. Untuk mewujudkan itu,
langkah-langkah yang perlu dilakukan pihak sekolah antara lain:

23 23
a. Melalui urusan Humas, Sekolah melakukan komunikasi aktif dengan
seluruh wali murid dengan membuat grup WA untuk semua wali murid.
Grup WA ini bisa dijadikan sarana untuk menyampaikan informasi sekolah,
maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan aktivitas siswa.
b. Humas sekolah juga perlu melakukan komunikasi dengan komunitas di luar
sekolah seperti rental PS, warnet, dan warung-warung di sekitar sekolah
yang menjadi tempat favorit bagi siswa untuk bermain dan nongkrong
bareng. Komunikasi yang baik bisa dilakukan dengan kunjungan yang
terjadwal atau dengan membentuk grup WhatsApp. Tujuannya untuk saling
melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap aktivitas siswa jika
terdeteksi tidak masuk sekolah tanpa keterangan, atau ada laporan dari wali
murid bahwa putra-putrinya belum tiba di rumah ketika pulang sekolah.
c. Menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik dengan komunitas atau
lembaga lain di luar sekolah yang mewadahi potensi bakat dan minat siswa
seperti lembaga bimbingan belajar, sanggar seni, sanggar bela diri, dan olah
raga. Sekolah bisa melakukan kerjasama dengan membentuk forum
komunikasi dengan komunitas tersebut melalui urusan humas, kurikulum,
wali kelas maupun para pembina ekstrakurikuler yang ada. Dengan
demikian, pihak sekolah dan komunitas bisa saling bertukar informasi
mengenai jadwal latihan atau perlombaan yang diikuti oleh para siswa. Hal
ini sebagai wujud kepedulian bersama antara sekolah, orang tua, dan
komunitas dengan merancang aktivitas yang positif untuk mengembangkan
potensi bakat dan minat siswa.

11. Pembagian Hasil Belajar Siswa (Rapor)


Pembagian rapor hasil belajar siswa merupakan momen yang begitu
dinantikan oleh kebanyakan siswa dan orang tua. Pembagian rapor umumnya
dilakukan dua kali dalam satu tahun, yakni rapor semester ganjil dan rapor
semester genap. Saat pembagian rapor inilah momen yang tepat bagi guru atau
wali kelas untuk menyampaikan penjelasan terkait perkembangan proses belajar
siswa kepada orang tua. Sehingga perlu konsep yang tepat agar moment ini bisa
lebih bermakna bagi guru, siswa, dan orang tua. Bukan sekadar mengumpulkan
orang tua lalu diberi pengarahan secara umum dan membagikan rapor.
Menyusun jadwal yang tepat merupakan salah satu langkah untuk bisa
memaksimalkan momen pengambilan rapor ini. Jadwal pengambilan rapor
setiap siswa di kelas tersebut dibuat berbeda, sehingga orang tua memiliki waktu
yang cukup untuk berkomunikasi intens dengan wali kelas membahas
perkembangan belajar putra-putrinya dan orang tua tidak perlu menunggu terlalu
lama untuk antri mengambil rapor tersebut.
Hal-hal yang perlu disampaikan oleh guru atau wali kelas kepada orang
tua ketika pengambilan rapor antara lain:
a. Hasil belajar siswa dan bagaimana memaknai hasil belajar

24 24
1) Sampaikan bahwa masing-masing anak memiliki potensi dan kelebihan
masing-masing. Kecerdasan anak itu majemuk, ada anak yang sukses
dari akademik dan anak dari nonakademik.
2) Sampaikan selamat kepada ananda yang hebat pada akademiknya dan
ajak bersama-sama untuk meningkatkan pendampingan agar
akademiknya terus meningkat. Misalnya, “Selamat ya… ayah/ bunda
atas capaian ananda yang hebat, mari terus bersama-sama kita
tingkatkan pendampingan ananda tersayang”. Kepada ananda yang
mungkin nilai akademiknya belum sesuai harapan orang tua, fokuskan
pandangan mata pada nilai yang bagus dan beri apresiasi dan ajak tidak
putus asa mendampingi., misalnya, “Selamat ya ayah/ bunda, bersyukur
ada 8. Mari terus kita tingkatkan. Beberapa nilai yang masih di bawah,
mari bersama bersemangat mendampingi ananda, pasti nilai yang akan
datang akan jauh lebih bagus”.
b. Sikap dan perilaku siswa ketika di sekolah
Ketika orang tua hadir di sekolah, sampaikan hal-hal baik tentang
sikap perilaku ananda dan berikan apresiasi pada ananda. Terhadap sikap
perilaku yang mungkin ada catatan untuk diperbaiki, sampaikan dengan
bijaksana. Misalnya, “Saya sangat suka pada ananda, semangat belajarnya
tinggi, jujur, setia kawan. Dalam pengamatan Saya, beberapa minggu
terkahir ananda kurang tepat waktu ketika mengumpulkan tugas, dan
terlihat beberapa kali membully teman. Mari ya ayah/bunda kita pompa
terus semangat ananda terutama saat penyelesaian tugas, doa, dan nasehat
terbaik untuk menyayangi teman”.
c. Prestasi siswa
Orang tua perlu diajak memaknai prestasi anak. Bukan hanya fokus
pada prestasi akademik, namun juga prestasi non akademik. Sampaikan
capaian semua prestasi yang diraih anak baik akademik maupun non
akademik. Baik yang dilombakan di tingkat kabupaten, tingkat sekolah
maupun tingkat kelas. Jika perlu semua anak buatkan piagam penghargaan.
“Selamat ananda menjadi terbaik 1 kerja sama di kelas”. “Selamat ananda
juara 1 lomba kaligrafi di sekolah”. ”. Selamat prestasi anda meningkat 80%
pada semester ini.
d. Kendala siswa dalam belajar
Manfaatkan kegiatan pengambilan rapor untuk mencari solusi jika
ada kendala/masalah siswa. Mungkin orang tua juga menunggu waktu
tersebut dan berharap mendapat kesempatan menyampaikan. Saatnya wali
kelas menghimpun data dari orang tua tentang masalah anak. Berikan waktu
untuk diskusi dan konsultasi.
Mungkin ada kendala belajar pada anak selama ini, saatnya perlu
dicarikan solusi bersama. Ada peran dari sekolah dan peran orang tua dalam
mengatasi kendala belajar. Bukan sekedar disampaikan atau menyerahkan

25 25
solusinya pada orang tua. Misalnya, “Bagaimana kegiatan belajar ananda
selama ini di rumah ayah/bunda?
“Jika di sekolah, dalam pelajaran lain, tidak ada catatan kesulitan
belajar dari guru. Pada catatan guru Bahasa Indonesia, ananda terlihat
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas “menulis deskripsi”. Mari
kita cari solusinya ya ayah/bunda”. Mungkin solusinya guru mencarikan
teman sebaya untuk pendampingan, dan orang tua berkenan mengantar
ananda belajar bersama dengan teman yang sudah mahir dalam “menulis
deskripsi”.
e. Informasi sekolah dan kebijakan-kebijakan sekolah yang lainnya
Jika ada informasi sekolah atau kebijakan sekolah, dapat
ditambahkan pada saat pengambilan rapor. Misalnya tentang kewajiban
orang tua menandatangi rapor, kapan libur dan masuk kembali, pada saat
masuk sekolah mengumpulkan kembali rapornya.

12. Membentuk Komunitas Kemitraan


Esensi kebijakan merdeka belajar adalah membangun kolaborasi dan
kreativitas. Membangun kemitraan secara luas adalah sebuah kreativitas.
Kemitraan masyarakat dan stakeholder perlu diwadahi agar menjadi sebuah
potensi dan kekuatan dalam kaitannya dengan pendidikan anak. Komunitas
kemitraan perlu dibentuk agar terjalin komunikasi yang harmonis antara tokoh
masyarakat, praktisi pendidikan dan warga sekolah. Komunitas Kemitraan
merupakan wujud kebersamaan dalam kontribusinya dalam pendidikan yang
terdiri-dari beragam unsur yang saling mendukung dan melengkapi.
Ada bagian tertentu dalam pendidikan yang tidak mampu dijangkau
sekolah maupun keluarga, bagian itu hanya dapat dilakukan dengan bantuan
tokoh masyarakat dan stakeholder pendidikan, misalnya komite, tokoh
pendidikan, warga sekitar, perangkat desa/ kelurahan, atau Forum Pimpinan
Kecamatan. Untuk menunjang kelancaran pendidikan, terkadang dibutuhkan
pula lintas instansi, misalnya, KPA, Puskesmas/ PKM/ Rumah Sakit, Psikolog,
Dinas Sosial, Dinas Pariwisata, dan dinas-dinas yang lain.
Adapun hal -hal yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk
mengoptimalkan pelibatan kemitraan antara lain:
a. Membuat grup WA sekolah dengan komunitas kemitraan.
1) Menjadi sarana informasi perkembangan sekolah dan perkembangan
dalam wilayah setempat. Misalnya, acara BRUS (Bina Remaja Usia
Sekolah), kegiatan sosialisasi stunting, penyaluran belanja cantik,
informasi anak tidak sekolah.
2) Menjadi forum diskusi jika ada permasalahan, misalnya perlu bantuan
ketua RT/ RW atau kepala dusun terkait anak ‘mogok’ sekolah dalam
wilayahnya, jika ada anak yang membolos di lingkungannya atau
terkait anak yang rawan sosial sehingga perlu intensitas pemantauan.
Misalnya, menyapa:

26 26
“Assalamu’alaikum. Semoga senantiasa sehat semuanya. Mohon
maaf bapak ketua RT 5, Andi siswa kami kelas 7A yang rumahnya
dekat Bapak, hari ini tidak masuk 2 hari tanpa keterangan. Anak
tersebut orang tuanya kerja di Bali, hanya bersama neneknya.
Mungkin bisa membantu memantau anak tersebut”.
3) Menjadi forum penanganan anak rawan sosial ekonomi. Jika
didapatkan data terkait anak rawan sosial ekonomi, data tersebut di
share pihak sekolah di group WA tersebut berharap kemitraan dapat
membantu memantau terhadap anak yang rentan putus sekolah dan jika
terkait rawan ekonomi, dicarikan solusi bersama. Atau sebaliknya, jika
kemitraan menemukan anak rawan putus sekolah dapat menghubungi
sekolah melalui grup WA yang sama.
b. Memperluas informasi melalui media sosial, sekolah dapat melakukan:
1) Membentuk tim IT sekolah untuk memberikan informasi
perkembangan kemajuan sekolah baik di sosial media (instagram,
facebook, twitter), maupun penyampaian informasi melalui WAG kelas.
2) Membentuk tim khusus penyelia informasi yang akan beredar baik
melalui sosial media maupun WAG wali murid, sehingga informasi
yang tersampaikan pada semua wali murid memiliki narasi yang sama.
3) Selalu update informasi kegiatan yang dilakukan sekolah apalagi jika
ada capaian siswa maupun GTK/ PTK.
4) Pembuatan website sekolah sebagai sarana penyebaran informasi terkait
perkembangan sekolah.
5) Pembuatan dan optimalisasi sosial media dengan akun sekolah,
misalnya channel youtube, FB, IG, Twitter sebagai bagian penyebaran
informasi terkait perkembangan sekolah.
6) Pembentukan tim/ duta sekolah jurnalistik/ lainnya sebagai
penyambung penyebaran informasi terkait perkembangan sekolah.

Kalender Kisah Kembangwangi

27 27
Stakeholder yang
No. Pola Kemitraan Bulan Target
Terlibat

Wali Murid,
Antar dengan Bangga, Lepas Semua wali murid
1 Pengurus, Komite,
dengan Doa Juli hadir mengantar
KS/ Guru/
ananda ke sekolah
Karyawan

2 MPLS (Masa Pengenalan


Juli Siswa baru KS/ Guru
Lingkungan Sekolah)

3 Semua wali murid


Home Visit Agustus KS/ Guru
dikunjungi

4 September & KS, Humas, Guru


Parenting Semua wali murid
Maret BK, Narasumber

Oktober
KS/ Guru
5 & Wali murid yang
Parent Teaching Humas
April kompeten
Kurikulum

6 Desember & KS/ Guru, Wali


Parent Consulting Semua wali murid
Juni Kelas, Guru BK

KS/ Guru
7 Parent’s Handbook (Buku Sepanjang
Semua wali murid Wali kelas
panduan orang tua) tahun
Guru BK

KS/ Guru
8 Sepanjang Wali kelas
Kendali Belajar Semua Siswa
tahun Orang tua
Komunitas

KS/ Guru PAI


9 Sepanjang Wali kelas
Kendali Ibadah Semua siswa
tahun Orang tua
Komunitas

KS/ Guru
10 Jaringan Komunikasi Sepanjang Jaringan komunitas
Humas
Komunitas Masyarakat tahun masyarakat terkait
Komunitas

KS/ Guru
11 Pembagian Hasil Rapor Desember
Semua wali murid Wali kelas
Siswa & Juni
Humas

KS/ Guru
Humas
12 Sepanjang
Komunitas Kemitraan Kemitraan Sekolah Wali kelas
tahun
Tim Media Sosial
Stakeholder

28 28
BAB IV
PENGORGANISASIAN KEMITRAAN
SEKOLAH, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

A. Komunikasi dalam Kemitraan


Kemitraan dibangun atas dasar kebutuhan anak sehingga orang tua dan
masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang berkaitan
dengan sekolah. Sekolah ditempatkan sebagai institusi yang harus berperan aktif
dalam kemitraan ini dengan pertimbangan dan bertindak sebagai (a) pemrakarsa
dalam kemitraan, yaitu pihak yang mengawali untuk membangun kemitraan, misalnya
pada hari pertama masuk sekolah, sekolah membangun komunikasi dengan orang tua
agar saling mengenal satu sama lain dan berkelanjutan sebagai bagian satu keluarga
satuan pendidikan; (b) fasilitator kemitraan, yaitu pihak yang memfasilitasi
terwujudnya kemitraan dengan keluarga dan masyarakat, misalnya menyediakan
tempat penyelenggaraan parent meeting, colsultasion, dan (c) pengendali kemitraan,
yaitu pihak yang mengendalikan secara proaktif sehingga kemitraan terus berjalan
semakin baik, misalnya melakukan evaluasi perubahan perilaku orang tua/wali dalam
keterlibatannya mendukung proses pendidikan anak di rumah.
Model kemitraan sebaiknya melibatkan jejaring yang lebih luas. Misalnya,
melibatkan orang tua, guru, tenaga kependidikan, masyarakat, kalangan pengusaha,
komunitas pendidikan, dan organisasi mitra di bidang pendidikan. Selain itu, pihak
sekolah membangun kapasitas warganya untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang pendidikan keluarga serta berbagi pengetahuan dengan
orang tua terkait dengan pola pengasuhan anak.
Keluarga atau orang tua diharapkan membantu dan mendukung anak melalui
bimbingan, arahan, motivasi, dan tindakan mendidik lainnya yang selaras dengan
program pendidikan yang dilaksanakan pihak sekolah. Ketika sekolah mengajarkan
agar anak selalu menjaga kebersihan lingkungan sekolah, di rumah juga diajarkan
untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah.
Masyarakat sesuai kapasitasnya dapat mendukung program pendidikan keluarga
di sekolah melalui berbagai cara. Misalnya, salah satu tokoh masyarakat menjadi
narasumber dalam kegiatan kelas orang tua, narasumber berasal dari orang tua
inspiratif, menjadi guru model, atau menjadi konsultan bagi pihak sekolah.
Pemberdayaan, pendayagunaan, dan kolaborasi tripusat pendidikan tersebut
diharapkan dapat membentuk ekosistem sekolah yang aman, nyaman, dan

29 29
menyenangkan, sehingga bisa menjamin tumbuh kembang fisik, intelektual, sosial,
emosional dan spiritual anak.
Bentuk komunikasi kemitraan sekolah, keluarga, dan masyarakat dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Penguatan Komunikasi Dua Arah
Komunikasi dua arah bertujuan untuk mendapat informasi dan masukan tentang
perkembangan anak, baik dari keluarga kepada sekolah maupun sebaliknya.
Komunikasi sekolah dengan keluarga dan masyarakat dapat dilakukan dalam
beragam bentuk dan media. Misalnya, informasi yang dituliskan rutin melalui buku
penghubung, pertemuan rutin wali kelas dengan orang tua, komunikasi dalam
wadah paguyuban orang tua per kelas, komunikasi melalui media komunikasi
seperti grup WA, dan lain-lain yang sesuai.
2. Pendidikan bagi Orang Tua
Pola kemitraan dikembangkan salah satunya untuk membantu orang tua dalam
membangun kesadaran terhadap pendidikan anak. Termasuk di antaranya adalah
dengan mengembangkan lingkungan belajar di rumah yang kondusif (aman,
nyaman dan menyenangkan). Pendidikan orang tua ini bisa berupa kelas orang tua
yang dilakukan rutin oleh sekolah atau masyarakat (komite sekolah, organisasi
mitra dan komponen masyarakat lain). Kelas ini diharapkan dapat membantu orang
tua untuk:
a. Memperoleh pemahaman yang benar tentang kondisi anak dan upaya-upaya
yang dapat dilakukan;
b. Meningkatkan peran positif dan tanggung jawab sebagai orang tua dalam
mengatasi permasalahan anak; dan
c. Meningkatkan kerjasama yang lebih harmonis antara orang tua dan sekolah
dalam membantu permasalahan anak.
3. Kegiatan Sukarela
Kegiatan ini bertujuan untuk menyalurkan aspirasi masing-masing pihak dalam
mendukung dan membantu kemajuan pendidikan anak. Sifatnya sukarela.
4. Peningkatan Pelibatan Orang Tua di Rumah
Sekolah mengkomunikasikan orang tua mengenai materi yang sebaiknya
diperkaya dan diperdalam kembali di rumah. Dalam melibatkan orang tua dalam
upaya meningkatkan kemampuan akademik dan penguatan karakter pada anak,
beberapa cara berkomunikasi berikut ini dapat dijadikan pedoman oleh manajemen
sekolah.
a. Mengirimkan pesan positif kepada orang tua secara teratur.
Beberapa orang tua mungkin memiliki pengalaman masa lalu yang kurang
menyenangkan saat berada di sekolah. Sebagian mungkin merasa kurang
dalam keterampilan pengasuhan terhadap anak. Mengirimkan pesan positif
kepada orang tua secara teratur merupakan salah satu bentuk hubungan positif
yang dapat mempromosikan keterampilan pengasuhan kepada orang tua.
Pengiriman pesan kepada orang tua dapat menjadi salah satu cara untuk
memfasilitasi komunikasi antara guru dan orang tua, serta orang tua dan anak.

30 30
b. Melakukan komunikasi informal sedini mungkin.
Beberapa orang tua merasa bahwa pertemuan formal membuat orang tua
tertekan. Untuk itu, guru perlu menyediakan cara komunikasi yang tidak
formal dengan orang tua siswa untuk membicarakan berbagai masalah siswa,
terutama yang berkaitan dengan masalah perilaku mengganggu siswa. Guru
dapat berbicara dengan orang tua di taman bermain, melakukan kunjungan,
pembicaraan melalui telepon dan memulai pertemuan dengan menyampaikan
hal-hal yang positif tentang siswa. Dengan demikian orang tua dapat
menyampaikan masalah secara lebih nyaman dan terbuka kepada guru.
Sementara guru dapat menjadi pendengar yang baik dan meyakinkan orang tua
bahwa sekolah benar-benar berniat membantu siswa. Cara-cara tersebut
memungkinkan guru mendorong orang tua terlibat dalam upaya peningkatan
akademik dan karakter anak.
c. Memosisikan orang tua sebagai orang yang paling tahu tentang anak.
Orang tua mungkin memang tidak ahli dalam bidang pendidikan dan
perkembangan anak, namun setiap orang tua merasa lebih mengetahui yang
terbaik untuk anaknya dibanding orang lain. Guru perlu menanyakan kepada
orang tua tentang sejarah perkembangan anak, apa yang diminati oleh anak,
hal-hal yang membuat anak merasa nyaman atau tidak nyaman, bagaimana
sekolah bisa bekerja sama dan apa keuntungannya bagi anak. Dengan demikian
bukan hanya masalah anak yang disampaikan kepada orang tua, tapi bentuk
empati dan keinginan guru untuk membantu anak menyelesaikan masalah
perlu dikomunikasikan dengan orang tua.
d. Bersikap positif.
Guru disarankan menggunakan kalimat positif dalam berkomunikasi dengan
orang tua, baik verbal maupun tulisan. Guru mungkin harus menggali lebih
dalam, namun bukan berarti mengabaikan orang tua. Guru perlu mengajak
orang tua untuk mengetahui bahwa apa yang dilakukan guru adalah untuk
perbaikan dan penyelesaian masalah yang dihadapi anak.
e. Fokus pada kebutuhan anak.
Fokus pembicaraan dalam pertemuan yang dilakukan antara orang tua dan
guru adalah anak. Bukan membicarakan keinginan guru atau keinginan orang
tua. Orang tua dan guru harus menyadari bahwa yang menjadi inti pertemuan
adalah anak. Oleh karena itu, segala keputusan dan tindakan yang akan diambil
oleh orang tua dan guru harus mempertimbangkan aspek anak sebagai subjek
yang akan mendapat perlakuan.
f. Berupaya mencari kesamaan bukan mempertajam perbedaan.
Orang tua mungkin memiliki pandangan yang berbeda dengan guru. Guru
tidak perlu mempertajam perbedaan pandangan tersebut dengan orang tua.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa orang tua mungkin
memang tidak ahli dalam bidang pendidikan dan perkembangan anak, Namun
orang tua merasa paling tahu hal terbaik untuk anaknya. Oleh karena itu,
mempertajam perbedaan antara orang tua dan guru tidak akan menyelesaikan

31 31
masalah. Guru perlu menggunakan sisi kesamaan pandangan antara guru dan
orang tua untuk menyelesaikan masalah perilaku dan meningkatkan
kemampuan akademik anak.
g. Membuat keputusan bersama.
Beberapa orang tua mungkin menyetujui keputusan dalam pertemuan. Namun
sebagian yang lain mungkin keberatan dan merasa kesulitan dalam
menerapkan hasil pertemuan. Guru perlu menanyakan kepada orang tua
tentang keputusan yang akan diambil sebelum ditetapkan. Keputusan yang
diambil perlu pula mempertimbangkan orang tua dari anak-anak berkebutuhan
khusus. Pengambilan keputusan bersama akan memudahkan guru dan orang
tua dalam meningkatkan kemampuan akademik dan penguatan karakternya.
Keputusan bersama yang telah diambil menjadi dasar pelaksanaan tindak lanjut
dan intervensi terhadap masalah yang sedang dihadapi anak.
h. Membina komunikasi yang baik.
Orang tua selalu merasa ingin tahu apa yang terjadi dengan anak-anak di
sekolah. Guru perlu menyediakan dan membina komunikasi dengan orang tua
secara rutin, saling menghormati, bersikap dan berpikir positif, menjaminkan
kerahasiaan, dan komunikasi berlangsung dua arah. Dengan demikian orang
tua merasa tenang dan nyaman dalam mengkomunikasikan permasalahannya
kepada guru. Gurupun dapat merespons secara cepat masalah-masalah perilaku
yang dialami oleh anak, jika orang tua terbuka kepada guru.
i. Mempertimbangkan konteks keluarga.
Guru perlu mempertimbangkan konteks keluarga dalam upaya melibatkan
orang tua. Pekerjaan orang tua, kesehatan, latar belakang sosial ekonomi,
relasi, merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Guru dapat
memperhitungkan waktu yang tepat untuk menghadirkan orang tua dalam
pertemuan, kapan waktu yang tepat untuk kunjungan keluarga, dan pendekatan
apa yang cocok untuk menyelesaikan masalah-masalah anak-anak, apabila
guru telah memahami konteks keluarga anak.
j. Mengizinkan orang tua mengekspresikan perasaannya.
Menyampaikan masalah perilaku anak-anak dapat membawa orang tua pada
situasi yang emosional. Orang tua dan guru mungkin akan mengalami
kesulitan memisahkan antara sikap melabeli dan upaya memberi penguatan
kepada orang tua terkait masalah perilaku yang dialami oleh anak-anak. Orang
tua mungkin akan merasa sedih, marah, kecewa, dan bahkan menyalahkan
sekolah. Guru harus dapat mengendalikan diri untuk tetap tenang dan memberi
kesempatan kepada orang tua mengekspresikan perasaan. Kemauan guru untuk
mendengarkan orang tua dengan segala ekspresinya akan membuat orang tua
yakin bahwa guru benar-benar ingin membantu menyelesaikan masalah yang
dihadapi anak, meskipun hal ini tidak mudah bagi guru.
Berbagai uraian di atas menunjukkan bahwa melibatkan orang tua dalam
peningkatan kemampuan akademik dan penguatan karakter anak memerlukan
komitmen dari kedua belah pihak. Hubungan antara orang tua dan guru bukan

32 32
sekedar hubungan formalitas. Guru perlu memahami konteks keluarga agar dapat
membantu anak-anak menyelesaikan masalah belajar dan masalah perilaku yang
dihadapi. Orang tua harus yakin bahwa guru benar-benar ingin memberikan
bantuan terbaik untuk anak-anak mengatasi masalah yang dihadapi.
5. Kolaborasi dengan Masyarakat
Kemitraan ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran masyarakat dalam
mendukung pencapaian tujuan pendidikan anak. Masyarakat dalam hal ini adalah
tokoh masyarakat, tokoh agama, ahli pendidikan atau lainnya, pengusaha,
profesional, dan lembaga yang relevan baik bagi sekolah maupun bagi anak.
Sekolah perlu melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan.
Pelibatan masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah dapat dilakukan dengan
mengundang anggota masyarakat sebagai guru tamu.
Peran serta masyarakat dalam pendidikan akan menguatkan fungsi sekolah
sebagai lembaga yang mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai kepada
anak. Masyarakat perlu mengontrol peran media dalam perkembangan anak.
Karena media merupakan subsistem yang sulit dikontrol terutama pada era
milenial seperti saat ini. Orang tua perlu membantu anak memiliki teman di
rumah, dan mengetahui sejauh mana hubungan pertemanan anak-anak. Dengan
demikian anak tetap dapat bergaul secara leluasa dan orang tua dapat
mengarahkan anak untuk mencapai kemampuan optimal dan mewujudkan
kompetensi yang dimiliki.
Ekosistem merupakan sistem sosial yang lebih luas dan anak tidak terlibat
interaksi secara langsung, tetapi kondisi yang terdapat dalam ekosistem dapat
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Ekosistem terdiri atas lingkungan
kerja atau tempat kerja orang tua, kolega dan kenalan saudara, termasuk
peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Orang tua yang bekerja
dan memiliki kemungkinan berpengaruh terhadap anak. Misalnya, waktu yang
kurang untuk mendampingi anak-anak sehingga anak-anak mendapatkan
pengaruh kurang baik dari media maupun teman sebaya. Prestasi anak menurun
karena kesibukan orang tua membuat lalai dalam pendidikan anak.
Merujuk pada pandangan ekologi, dapat dinyatakan bahwa perkembangan
anak baik yang berkaitan dengan pencapaian kemampuan akademik maupun
pembentukan karakter dipengaruhi oleh berbagai subsistem yang ada di sekitar
anak. Sebagaimana konsep tripusat pendidikan, teori ekologi mengakui bahwa
keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak memiliki peranan penting, terutama
untuk pencapaian kemampuan akademik dan penguatan karakter anak. Sekolah,
keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari ekosistem memberikan pengaruh
besar terhadap perkembangan anak. Untuk itu, sekolah, keluarga, dan masyarakat
perlu menjalin hubungan harmonis agar anak dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Hubungan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dapat
dilakukan melalui keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam pendidikan anak
di sekolah.

33 33
B. Pengorganisasian Program Kemitraan
1. Paguyuban Orang Tua di Tingkat Kelas
Paguyuban orang tua di tingkat kelas dibentuk agar semua orang tua anak dapat
terlibat aktif dalam berbagai kegiatan kemitraan. Melalui media paguyuban ini
pihak sekolah berfungsi sebagai inisiator, fasilitator, dan pengendali kemitraan
untuk dapat:
a. Mensosialisasikan program dan kegiatan kemitraan kepada semua orang tua
sehingga mereka dapat memahaminya dan tergugah untuk berpartisipasi aktif;
b. Mengidentifikasi orang tua mana yang aktif dan tidak dengan berbagai
alasannya, sehingga dapat mendiskusikan dengan orang tua lain yang aktif
untuk mencari solusinya;
c. Memulai program dan kegiatan kemitraan dan berkomunikasi dengan orang
tua tentang perkembangan anak;
d. Membangun komunikasi agar terjadi keselarasan dalam pola pendidik,
pengasuhan, pengarahan, motivasi antara sekolah dengan keluarga/orang tua;
dan
e. Mendiskusikan untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan yang
dihadapi anak dalam belajar, baik pihak sekolah maupun orang tua.
2. Membentuk Jaringan Komunikasi dan Informasi
Komunikasi dan informasi merupakan kunci keberhasilan dalam menjalin
kemitraan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu, perlu
dirancang media-media yang dapat dimanfaatkan sebagai jaringan komunikasi
antara ketiga pihak tersebut. Media komunikasi dan informasi yang perlu
dibentuk di antaranya:
a. Dokumen profil anak, berisi identitas, keluarga, alamat, lingkungan mikro
dan makro, dan lain-lain;
b. Buku penghubung antara pihak sekolah dengan orang tua;
c. Pertemuan tatap muka/virtual antara pihak sekolah dengan orang tua;
d. Pertemuan yang melibatkan semua orang tua, jika ada informasi yang perlu
diketahui oleh semua orang tua;
e. Pertemuan antara sekolah dengan orang tua tertentu, jika ada permasalahan
khusus menyangkut seorang peserta didik;
f. Surat menyurat dan/atau surat edaran;
g. Pamflet, booklet, banner, dan lainnya; dan media sosial: facebook, pesan
singkat (SMS), whatsapp, twitter, laman, dan lainnya.
3. Pelaksanaan Program Kemitraan
Pelaksanaan program kemitraan merupakan proses menjalankan kegiatan yang
telah diprogramkan dan diorganisasikan. Berikut adalah rangkaian pelaksanaan
program kemitraan tripusat pendidikan yang dilakukan di sekolah.
1. Pengembangan Kapasitas Warga Sekolah
Hal terpenting dalam membangun kemitraan antara sekolah, keluarga,
dan masyarakat agar dapat berjalan dengan baik dan benar adalah
pemahaman semua warga sekolah tentang hakikat kemitraan, meliputi:

34 34
tujuan, program kegiatan, dan dampak yang diharapkan sebagai muara akhir
dari kemitraan. Dampak yang dimaksud yaitu terciptanya ekosistem
pendidikan yang dapat membangun karakter dan budaya berprestasi bagi
semua warga sekolah khususnya anak didik. Pengembangan kapasitas warga
sekolah tentang kemitraan antara sekolah, keluarga, dan masyarakat di
antaranya:
a. Diskusi membahas tentang hakikat kemitraan tripusat pendidikan yang
melibatkan narasumber ahli;
b. Pelibatan semua komponen warga sekolah dalam penyusunan program
sekolah; dan
c. Sosialisasi tentang kemitraan di lingkungan warga sekolah.

2. Pertemuan Wali Kelas dengan Orang Tua


Wali kelas berperan penting dalam menjalin kemitraan dengan orang
tua. Pertemuan wali kelas dengan orang tua dilaksanakan minimal 2 kali per
semester atau 4 kali dalam 1 tahun ajaran, yakni: (1) pada hari pertama
masuk sekolah di bulan Juli; (2) menjelang ujian tengah semester I di bulan
September; (3) menjelang ujian tengah semester II di bulan Maret; dan (4)
setelah ujian akhir semester di bulan Juni.
3. Kelas Orang Tua
a. Kelas orang tua adalah wadah bagi orang tua baik orang tua per kelas
maupun satu sekolah untuk menambah pengetahuan atau keterampilan
mendidik anak. Kelas orang tua dilaksanakan sekurang-kurangnya dua
kali dalam satu tahun.
b. Pada pertemuan pertama membahas tentang pengasuhan positif dan
pada pertemuan kedua membahas tentang mendidik anak di era digital.
c. Pada pertemuan selanjutnya, tema dan teknis pelaksanaan dapat
disepakati bersama orang tua, sedangkan narasumbernya dapat berasal
dari orang tua atau narasumber lain sesuai kesepakatan.
d. Pertemuan ini diharapkan dapat dihadiri oleh seluruh orang tua.
e. Tema-tema pendidikan pola asuh dapat menggunakan pendekatan
pendidikan, psikologi, spiritual, dan lain-lain. Selengkapnya dapat
dilihat di laman sahabat keluarga
(http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id)
f. Kegiatan pendidikan pola asuh dapat dilakukan dalam bentuk seminar,
arisan, diskusi mengenai pendidikan orang tua, dan lain-lain yang
sesuai dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan.
4. Pelibatan Orang Tua Sebagai Motivator atau Inspirator Bagi Anak
Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong orang tua yang terpilih untuk
hadir memberikan motivasi atau inspirasi kepada peserta didik. Orang tua
yang terpilih diharapkan berbagi cerita yang dapat menumbuhkan harapan
dan cita-cita pada anak. Kegiatan ini diharapkan dapat membuka pintu
interaksi positif antara orang tua terpilih dengan anak. Kegiatan ini
merupakan wujud kepedulian dan kesadaran para orang tua akan peran

35 35
sentralnya dalam pendidikan anak. Kegiatan ini dapat dijadwalkan pada
waktu yang strategis, seperti pada upacara bendera atau pada waktu yang
telah disepakati bersama. Jadwal kegiatan ini dapat disepakati bersama di
antara pihak sekolah dan orang tua. Kegiatan ini dapat dijadwalkan sebulan
satu kali.
5. Pentas Kelas Akhir Tahun
Pentas akhir tahun merupakan ajang unjuk kreativitas anak yang
dilaksanakan di akhir tahun ajaran sekolah. Pentas akhir tahun ini dirancang
dan dilaksanakan oleh paguyuban orang tua baik di tingkat kelas maupun
tingkat sekolah. Kegiatan dilakukan baik sebelum maupun pada saat
pembagian rapor anak. Tujuan dari pentas akhir tahun adalah (1) untuk
menggembirakan anak setelah mereka selesai ujian; (2) menjadi ajang untuk
memberikan apresiasi atas prestasi non-akademik anak, misalnya: anak
yang memiliki tingkat kehadiran terbaik, berpakaian paling rapi, menjadi
ketua kelas atau pengurus organisasi sekolah lainnya (untuk mendukung
penumbuhan karakter anak); (3) memberikan penghargaan kepada orang tua
yang berperan aktif sebagai penggerak dalam kegiatan di sekolah; dan (4)
memberikan penghargaan atas kiat hebat orang tua dalam mendukung
kemajuan belajar anaknya di rumah.
6. Kegiatan dan/atau Pelibatan Orang Tua Lainnya
Keterlibatan orang tua adalah kegiatan yang melibatkan orang tua
untuk mengamati kegiatan anak sekaligus membantu guru dalam proses
pembelajaran di kelas. Jenis kegiatan dalam keterlibatan orang tua antara
lain:
a. melibatkan orang tua untuk ikut serta dalam kegiatan pembelajaran;
b. melibatkan orang tua untuk memantau pembelajaran;
c. keterlibatan orang tua dalam program sukarela;
d. keterlibatan dalam program belajar di rumah.
Pada akhirnya, dengan menerapkan pendidikan keluarga di sekolah,
berbagai permasalahan tentang anak diharapkan dapat difasilitasi dan
dipecahkan dengan baik melalui keterlibatan semua unsur. Hal ini dapat
mendorong orang tua dan masyarakat untuk lebih terlibat dalam pendidikan
yang baik bagi anak.

36 36
BAB III
PENUTUP

Dinas Pendidikan dalam upaya meningkatkan mutu dan akses pendidikan perlu
melibatkan stakeholder di setiap program kegiatan. Stakeholder pendidikan yang
dimaksud berupa organisasi perangkat daerah terkait, legislatif, Dewan Pendidikan,
Lembaga Swadaya Masyarakat bidang pendidikan, media massa, organisasi profesi,
komunitas pendidikan, organisasi masyarakat dan keagamaan, dan lain-lain. Pelibatan
stakeholder dirasa penting untuk memudahkan koordinasi dan konsolidasi dalam
pencapaian sasaran strategis pendidikan.
Satuan pendidikan sebagai institusi formal yang bersentuhan langsung dengan
pelayanan publik anak didik, juga perlu melibatkan pusat-pusat pendidikan lainnya.
Menurut Ki Hajar Dewantara tripusat pendidikan yang meliputi sekolah, keluarga, dan
masyarakat secara proporsional memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan
pendidikan anak. Sinergitas sekolah bersama keluarga dan masyarakat dapat memudahkan
pencapaian kualitas pendidikan yang lebih optimal. Sekolah, keluarga, dan masyarakat
dapat berbagi peran dan tanggung jawab dalam kemitraan mengembangkan pendidikan,
tetapi tetap dalam satu tujuan pendidikan.
Di antara tripusat pendidikan, sekolah sebagai institusi formal harus lebih progresif
mengambil peran dalam membangun kemitraan ini. Lebih progresif dalam arti sekolah
sebagai pemrakarsa, fasilitator, dan pengendali terlaksananya kemitraan. Untuk itu,
sekolah dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi setiap program kegiatan perlu
melibatkan stakeholder lainnya. Sehingga orang tua (keluarga) sebagai pengguna jasa
pendidikan menganggap segala harapan anaknya berada di sekolah dapat terakomodasi
dengan baik. Demikian pula dengan masyarakat sebagai pengguna lulusan ikut terlibat
dalam peningkatan kompetensi akademik dan pembentukan karakter anak.
Kemitraan tripusat pendidikan harus diartikan kesejajaran dan keselarasan dalam
mengembangkan pendidikan anak. Dan kemitraan itu harus dibangun sepanjang tahun,
selama program kegiatan di sekolah berlangsung dengan satu tujuan yang sama. Bangun
komunikasi yang baik untuk saling menghargai, saling asah, asih, dan asuh. Hindari
bentuk-bentuk seremonial tanpa makna, tanpa tujuan untuk menjaga keberlangsungan
kemitraan selama jangka panjang.
Bentuk kemitraan mulai dari kegiatan antar dengan bangga, lepas dengan doa; home
visit, parent meeting, sampai membentuk jaringan komunikasi komunitas semuanya
diprogramkan bersama. Sehingga keterlibatan keluarga dan masyarakat dalam supporting

37 37
target capaian pendidikan dapat optimal. Bentuk kemitraan dapat dijadwalkan dan
dikembangkan bersama disesuaikan dengan karakteristik lingkungan masyarakat di setiap
satuan pendidikan.
Dari setiap pelaksanaan kemitraan, masing-masing pihak bisa melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap pelaksanaan kemitraan sehingga dari waktu ke waktu bisa dilakukan
perbaikan secara berkesinambungan. Pola kemitraan ini akan terus dikembangkan
bersamaan dengan dinamika yang terjadi di setiap sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Untuk itu, satuan pendidikan dalam mengkoordinasikan kemitraan ini tidak saja berkutat
pada bentuk kemitraan yang ada, tetapi dapat mengembangkannya sesuai situasi dan
kondisi di satuan pendidikan masing-masing.

38 38
DAFTAR RUJUKAN

Porter, de Bobbi. 2002. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan


Menyenangkan. New York: Dell Publishing
Depdikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka
Dewantara, Ki Hadjar. 1977. Karya Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama:
Pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa
El Nokali, N.E., Bachman, H.J., & Votruba-Drzal, E. 2010. Within-and between-
child parent involvement and academic and social skills in elementary
school. Child Development
Goodall, J. 2017. Narrowing the achievement gap: Parental engagement with
children’s learning. New York, NY: Routledge
Goodall, J., & Montgomery, C. 2014. Parental involvement to parental
engagement: A continuum. Educational Review, 66(4), 399–410
Liao, C., Cheng, H., Chang, W., & Chan, T. 2017. Supporting parental engagement
in a BYOD (bring your own device) school. Journal of Computer
Education, 4(2), 107–125.
Meghan P. McCormick. 2013. Parent involvement, emotional support, and behavior
problems. Elementary school journal: University of Chicago
Patrikakou, E. N. 2016. Parent involvement, technology, and media: Now what?
School Community Journal, 26(2), 9–24.
Slameto. 2006. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta

39 39
LAMPIRAN-LAMPIRAN

LAMPIRAN JENJANG PAUD


1. Penyambutan Anak
https://bit.ly/PAUD-penyambutananak

2. Masa Pengenalan Sekolah


https://bit.ly/Instagram-PAUD-MPLS
https://bit.ly/Youtube-PAUD-MPLS
3. Home Visit
https://bit.ly/PAUD-Homevisit

4. Parenting

40 40
https://bit.ly/PAUD-parenting
5. Kelas Orang / tua Mengajar
https://bit.ly/PAUD-KelasOTmengajar

6. Konsultasi Orang tua

7. Buka Panduan Pertumbuhan dan Pengasuhan


https://bit.ly/Lampiran-Kisah-Kembangwangi

41 41
LAMPIRAN JENJANG SD
1. Home Visit
https://s.id/Format_HomeVisit_SD

BUKU HOME VISIT


SD HARAPAN BERSAMA

NO Hari/ Nama Tujuan Hasil Tindak lanjut Ttd


tanggal Siswa/ Orang
Kelas tua

1 Rabu, 3 Sharly/ Kunjungan rutin dan Orang tua tidak Mengundang


Mei 2023 IV konfirmasi mengetahui hadirkan
kebiasaan Sharly kebiasaan Sharly. orang tua
tidur di dalam kelas Menurut Sharly untuk
saat jam pelajaran mamanya Sharly mencari solusi
sulit tidur malam agar Sharly
karena bisa tidur
mendengar cukup waktu.
pertengkaran Pada hari
orang tuanya Sabtu, 6 Mei
2023 di
sekolah.

…………, …………………

Mengetahui,
Kepala SD Harapan Bersama Wali Kelas ……….

_________________________ ________________

42 42
2. Kendali Ibadah
https://s.id/Format_Buku_Kendali_Ibadah

BUKU KENDALI IBADAH


SD HARAPAN BERSAMA
Nama : Rusli
Kelas : IV
NO Hari/ tanggal Ibadah yang dilakukan Hasil Ttd Orang
Tua/ Wali
Murid

1 Senin, 1 Mei 2023 Sholat Ashar Tidak sholat subuh karena


Sholat Maghrib bangun kesiangan.
Sholat Isya Ngaji sampai Juz 1
Ngaji di TPQ

2 Selasa,

3 Rabu,

4 Kamis,

5 Jumat,

6 Sabtu,

7 Minggu

…….., ……………………
Mengatahui
Guru Agama

_______________________

43 43
3. Kendali Belajar
https://s.id/Format_Kendali_Belajar

BUKU KENDALI BELAJAR


SD HARAPAN BERSAMA
Nama :
Kelas :
NO Hari/ tanggal Kegiatan Hasil Ttd Orang
Tua/ Wali
Murid

1 Senin, 1 Mei 2023 Membaca buku paket Memahami


materi kenampakan kenampakan alam
alam beserta contohnya

…….., ……………………

Mengetahui,
Wali Kelas …………..

___________________

4. Parent’s Handbook (Panduan Buku Belajar Orang Tua)

44 44
https://bit.ly/Lampiran-Kisah-Kembangwangi
5. Buku Saku Pengasuhan Orang tua
https://bit.ly/Lampiran-Kisah-Kembangwangi

LAMPIRAN JENJANG SMP


1. Format Home Visit & Format Pemetaan Potensi Keluarga dalam Pendampingan
Anak
https://bit.ly/Lampiran-Kisah-Kembangwangi

KOP SEKOLAH

DATA ISIAN HOME VISIT


SMP HARAPAN KITA
TAHUN PEMBELAJARAN 2022/2023
Hari dan Tanggal Kunjungan : __________________________________
Informan : __________________________________
Advisor : __________________________________
A. Profil Anak
1 Nama lengkap : ___________________________________________________
siswa
Nama panggilan : ___________________________________________________
Jenis kelamin : Laki-laki/perempuan
Kelas : ___________________________________________________
Tempat tanggal : ___________________________________________________
lahir
Agama : ___________________________________________________
2 Alamat lengkap : Jalan _______________________________________________
Dusun : ___________________________________ RT _____ RW __
Desa/Kelurahan : ___________________________________________________
Kecamatan& : ___________________________________________________
Kabupaten
3 Anak tinggal : Orang tua/kakek nenek/ paman bibi/(sebutkan: _____________)
bersama
Bila tidak tinggal dengan orang tua:
Nama : ___________________________________________________
pendamping
anak
Hubungan : ___________________________________________________
keluarga
Nomor HP. : ___________________________________________________

45 45
Jumlah anggota : ___ (orang)
keluarga tinggal
serumah
4 Anak ke _____ dari _____ bersaudara
5 Hobi/kegemaran : ___________________________________________________
Cita-cita : ___________________________________________________
6 Penyakit pernah :
diderita
7 Kebiasaan :
positif anak

Kebiasaan :
negatif anak

B. Profil Orang Tua


8 Nama ayah : ___________________________________________________
Usia : ___________________________________________________
Pekerjaan : ___________________________________________________
Pendidikan : ___________________________________________________
terakhir
Nomor HP. : ___________________________________________________

9 Nama ibu : ___________________________________________________


Usia : ___________________________________________________
Pekerjaan : ___________________________________________________
Pendidikan : ___________________________________________________
terakhir
Nomor HP. : ___________________________________________________
10 Kondisi ekonomi keluarga:

11 Kepemilikan kartu bantuan sosial: PKH/KKS/KIS/PIP/KIP/atau sebutkan:


____________________
(pilih salah satu)
12 Kondisi lingkungan mikro: terkait ketersediaan fasilitas belajar (ruang, meja, penerangan, wifi, dll)

13 Kesiapan pola belajar siswa: daring/luring (pilih salah satu)


14 Kondisi lingkungan makro: terkait lingkungan sosial pergaulan, ekonomi, keagamaan sekitar anak

15 Harapan orang tua terhadap masa depan anak:

16 Harapan orang tua terhadap sekolah:

17 Hasil diagnosis advisor terhadap keadaan anak:

18 Rekomendasi advisor terhadap orang tua:

46 46
19 Rekomendasi advisor terhadap sekolah:

20. Peta lokasi tempat tinggal anak:

Banyuwangi,.....................................2022
Verifikator, Advisor,

________________________ _________________________
KS/Kesiswaan/Humas/BK)

2. Buku Kendali Belajar


https://bit.ly/Lampiran-Kisah-Kembangwangi

BUKU KENDALI BELAJAR


SMP HARAPAN KITA
NAMA :……………………………… KELAS:.................
NO HARI/ JAM KEGIATAN HASIL TTD
TANGGAL BELAJAR DI ORANG
RUMAH TUA/ WALI

1 Senin, 19.00- Membaca buku IPS Merangkum dan


20.30 menjawab soal s/d
hal 70

2 Selasa,
contoh
3 Rabu,

47 47
4 Kamis,

5 Jum’at,

6 Sabtu,

…………………., …………………………………..
Wali kelas/ Guru BK

_____________________

3.
Buku Kendali Ibadah
https://bit.ly/Lampiran-Kisah-Kembangwangi
BUKU KENDALI IBADAH
SMP HARAPAN KITA
NAMA :………………………………………. KELAS :
………………….
NO HARI/ JAM KEGIATAN HASIL TTD
TANGGAL IBADAH DI ORANG
RUMAH TUA/WALI

1 Senin, 05.00 Sholat Subuh


13.10 Sholat dhuhur
15.30 Sholat Ashar Mengaji juz 1 ayat
17.30 Sholat Maghrib & 20-40
mengaji Conto
19.00 Sholat Isya’

2 Selasa,

48 48
3 Rabu,

4 Kamis,

5 Jum’at,

6 Sabtu,

7 Minggu,

…………………., …………………………………..
Guru PAI

____________________

4. Parent’s Handbook (Panduan Buku Belajar Orang Tua)


https://bit.ly/Lampiran-Kisah-Kembangwangi
5. Buku Saku Pengasuhan Orang tua
https://bit.ly/Lampiran-Kisah-Kembangwangi

49 49

Anda mungkin juga menyukai