Anda di halaman 1dari 21

PRODUKSI, PENYIAPAN DAN UJI AKTIVITAS ENZIM SELULASE

(Laporan Praktikum Fisiologi Mikroba)

Oleh

Laila Salwa Azzahra


2117021033

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Produkasi, Penyiapan, dan Uji Aktivitas Enzim Selulase

Tanggal Praktikum : 30 Maret dan 6 April 2023

Tempat Percobaan : Laboratorium Mikrobiologi

Nama : Laila Salwa Azzahra

NPM : 2117021033

Prodi : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kelompok : 1 (Satu)

Bandarlampung, 6 April 2023


Mengetahui,
Asisten

Alvian Firmansah
NPM.1917021029
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Enzim adalah protein yang bertindak sebagai biokatalisator dalam reaksi


kimia dalam sistem metabolisme. Dengan adanya enzim proses metabolisme
dalam tubuh dapat berlangsung secara cepat (Prihatini dan Dewi, 2021).
Enzim dari mikroorganisme lebih banyak digunakan dibandingkan dari
tanaman atau hewan karena mikroorganisme dapat berkembangbiak dengan
cepat, pertumbuhan relatif mudah diatur, enzim yang dihasilkan tinggi
sehingga ekonomis bila digunakan untuk industri, dan enzim yang dihasilkan
lebih stabil. Mikroorganisme penghasil enzim dapat berupa fungi dan bakteri,
mikroorganisme penghasil selulase dari kelompok bakteri menjadi pilihan
utama karena memiliki pertumbuhan yang cepat sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk memproduksi selulase lebih pendek. Enzim selulase juga
dapat dihasilkan dari fungi. Perbedaan enzim yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri adalah pada tingkat pH. Fungi menunjukkan aktivitas yang lebih
tinggi pada pH asam sedangkan enzim dari bakteri menujukkan aktivitas
optimum pada pH netral (Nababan dkk., 2019).

Enzim dikenal memiliki dua tipe yaitu enzim ekstraseluler (berfungsi diluar
sel) dan enzim intraseluler (berfungsi didalam sel). Selulase merupakan salah
satu enzim ektraseluler (Sarifah dan Seprianti, 2022). Bakteri selulolitik
menarik untuk dilakukan eksplorasi karena laju pertumbuhannya yang cepat,
kompleksitas enzim dan variabilitas habitat yang mendukung (Nurrochman,
2015). Sehingga sangat cocok untuk dilakukan produksi dan uji aktivitas
enzim selulase kasar (Nababan dkk., 2019).
1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Mengetahui produksi enzim selulase
2. Menguji aktivitas enzim selulase
II. TINJAUAN PUSTAKA

Enzim sendiri merupakan protein yang memiliki aktivitas biokimiawi sebagai


katalis dalam suatu reaksi, sehingga sangat rentan terhadap kondisi lingkungan.
Adanya perubahan kondisi lingkungan akan mempengaruhi aktivitas suatu enzim.
Suhu yang optimum akan mendukung enzim dalam melakukan katalisis pada
suatu reaksi dengan baik. Sebaliknya, suhu yang kurang sesuai akan
mengakibatkan protein dalam suatu enzim mengalami kerusakan atau tidak aktif,
sehingga fungsi dan aktivitas enzimnya berkurang (Heristyara dkk., 2019). Fungsi
enzim adalah mengurangi energi aktivasi, yaitu energi yang diperlukan untuk
mencapai status transisi (suatu bentuk dengan tingkat energi tertinggi) dalam
suatu reaksi kimiawi (Sarifah dan Seprianti, 2022).

Enzim memiliki beberaapa sifat yang khas, yaitu dapat bekerja dengan sangat
aktif walaupun dalam konsentrasi yang rendah, sangat selektif dan bekerja tanpa
suhu dan tekanan yang tinggi sehingga dapat bekerja pada kondisi yang ramah.
Umumnya enzim tidak stabil pada kondisi pH dan suhu yang ekstrim. Sifat enzim
tentu akan mempengaruhi aktivitas spesifik enzim. Aktivitas spesifik enzim
merupakan jumlah unit aktivitas enzim per jumlah protein yang digunakan.
Aktivitas spesifik enzim menunjukkan tingkat kemurnian suatu enzim, dimana
semakin tinggi aktivitas spesifik suatu enzim maka semakin tinggi kemurnian
enzim tersebut (Heristyara dkk., 2019).

Selulase merupakan enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme di luar sel.


Produksi enzim dalam mikroorganisme dapat dikontrol untuk meningkatkan
produktivitas enzim oleh mikroorganisme tersebut. Selulase yang dihasilkan
bergantung pada hubungan kompleks yang melibatkanberbagai variasi faktor
antara lain; ukuran inokulum, pH, rasio C:N, suhu, aditif medium, waktu
pertumbuhan dan sebagainya (Sholihati dkk., 2015).

Selulase mengkatalisis hidrolisis ikatan 1,4-B-d-glukosida dalam selulosa.


Enzim ini berperan penting di alam dengan mendaur ulang polisakarida,
komponen utama dinding sel tumbuhan. Selulase terdiri dari endo-1,4-ẞ-
glucanase, exo-1,4-B-glucanase, dan B-d-glucanase. Endo-1,4-B-glukanase
memotong ikatan rantai dalam selulosa untuk menghasilkan molekul selulosa
yang lebih pendek, exo-1,4-ẞ-glukanase memotong terminal rantai dalam
selulosa untuk menghasilkan selobiosa, dan ẞ-d-glukosidase memotong molekul
selobiosa untuk menghasilkan dua molekul glukosa. Setiap enzim selulase
mikroba memiliki komposisi yang berbeda; oleh karena itu, perlu untuk
mengeksplorasi kemampuan selulolitik dari suatu isolat (Soeka et al., 2019).

Bakteri selulolitik merupakan bakteri yang dapat menghidrolisis kompleks


selulosa menjadi oligosakarida yang lebih kecil dan akhirnya menjadi glukosa.
Glukosa tersebut digunakan sebagai sumber nutrisi dan karbon bagi pertumbuhan
organisme ini. Bakteri selulolitik mensintesis seperangkat enzim yang dapat
menghidrolisis selulosa. Mikroba mensintesis enzim selulase selama tumbuh pada
media selulase. Enzim selulase kasar pada isolat bakteri selulolitik termasuk
enzim ekstraseluler, sehingga dapat diekstrak dengan cara disentrifugasi (Nababan
dkk., 2019).

Produksi enzim selulase menggunakan media Carboxymethyl Cellulose (CMC)


karena dalam media ini mengandung selulosa yang digunakan sebagai substrat
pada reaksi enzimatis (Meryandini et al., 2010). Sumber karbon yang berfungsi
sebagai sumber energi sel dan unsur utama dalam pembentukan sel dipenuhi oleh
adanya CMC (Nuryana, 2016). Carboxymethyl Cellulose (CMC) merupakan
substrat terbaik untuk menginduksi sintesis enzim selolitik ekstraseluler dan
konsentrasi CMC 1% merupakan konsentrasi yang optimum untuk produksi
selulase (Nababan dkk., 2019).
III. METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun praktikum ini dilakukan pukul 13.00 WIB, pada hari Kamis 30
Maret dan 6 April 2023, dan berlokasi di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi,
rak tabung reaksi, erlenmayer, bunsen, ose jarum, pipet volumetri, rubber
bulb, cawan petri steril, shaker waterbath, sentrifuge, shaker inkubator, hot
plate, baker glass, spektrofotometer UV/Vis, tissue dan label.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Isolat


Bacillus, congo red, NaCl, media NA, media mendels yang termodifikasi,
CMC, buffer sitrat, preaksi DNS, aquades dan es batu.

3.3 Diagram Alir

Adapun cara kerja dari praktikum ini yaitu sebagai berikut:


3.3.1 Penyiapan, produksi enzim selulosa

Media Mendels + CMC + Isolat Bacillus

dituangkan media mendels+CMC 1% ke dalam


cawan petri steril dan tunggu hingga memadat
diinokulasi secara titik masing masing isolat
Bacillus pada masing-masing cawan petri berisi
media tersebut dengan dibuat empat titik dengan
menggunakan ose jarum secara aseptis
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37℃ di
dalam inkubator bakteri
diwarnai media tersebut dengan meneteskan
congo red 0,1%
didiamkan selama 3 menit
dibilas dengan NaCl 2M
diamati keberadaan enzim selulase yang
ditandai dengan adanya zona jernih disekitar
koloni bakteri

Hasil

3.3.2 Pengujian aktivitas enzim selulase

Enzim 0,5 ml + CMC 0,5 ml + Buffer 0,5 ml +DNS 1 ml

dimasukkan masing masing 7 ml isolat 48 jam


ke dalam 2 tabung reaksi
disentrifuge selama 15 menit
diambil 0,5 ml supernatan ke dalam tabung uji
ditambahkan CMC 0,5 ml + Buffer 0,5 ml
kedalam tabung uji dan tambahkan CMC 0,5 ml
+ Buffer 0,5 ml ke dalam tabung kontrol serta di
lakukan pada suhu rendah (air es)
diinkubasi pada suhu ruang selama 30 menit
ditambahkan 1 ml DNS pada masing masing
tabung kontrol dan uji
ditambahkan supernatan 0,5 ml pada tabung
kontrol
dipanaskan di waterbath selama 15 menit
dinginkan pada suhu rendah (air es) selama 10
menit
dianalisis spektrofotometri 575 nm

Hasil

3.3.3 Penentuan gula standar glukosa


Gula standar 0,5 ml + CMC 0,5 ml + Buffer 0,5 ml + DNS 1 ml

dibuat 5 ml larutan gula strandar glukosa


dengan konsenrasi 0, 200, 400, 600, 800, 1200,
1400, 1600, 1800 sampai 2000 ug/ml
dimasukkan akuades kemudian glukosa sesuai
dengan perbandingan konsentrasi pada tabel
yang tersedia
ditambahkan buffer + CMC masing-masing 0,5
ml
ditambahkan DNS 1 ml
dipanaskan di waterbath selama 15 menit
dinginkan pada suhu rendah (air es) selama 10
menit
dianalisis spektrofotometri 575 nm

Hasil
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Adapun data hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut
Tabel 1. Penyiapan, produksi enzim selulosa
No Gambar Zona jernih
1. ✓

2. ✓

Keterangan : (✓) = Terdapat zona jernih

Tabel 2. Pengujian aktivitas enzim selulase


No. Perlakuan Absorbansi Absorbansi Nilai Gambar
uji kontrol absorbansi
(uji-kontrol)
1. 48 Jam 0,078 0,166 -0,088
Tabel 3. Penentuan gula standar
No. Konsentrasi Absorbansi Gambar
1. 0 0,190
2. 200 0,258
3. 400 0,130
4. 600 0,437
5. 800 0,235
6. 1000 0,396
7. 1200 0,310
8. 1400 0,368
9. 1600 0,288
10. 1800 0,344
11. 2000 0,268

4.2 Pembahasan

Mekanisme bakteri dalam menghasilkan enzim selulosa terjadi ketika bakteri


selulolitik mampu menghasilkan selulase dan menghidrolisis selulosa menjadi
produk yang lebih sederhana yaitu glukosa. Mikroorganisme tersebut dapat
mendegradasi selulosa karena menghasilkan enzim dengan spesifikasi
berbeda yang saling bekerjasama. Enzim tersebut akan menghidrolisis ikatan
(1,4)-ß-Dglukosa pada selulosa. Enzim selulase adalah suatu sistem enzim
yang terdiri atas tiga tipe enzim utama yaitu kompleks endo- ß -1,4-glukanase
(CMCase, Cx selulase endoselulase, atau carboxymethyl cellulase), kompleks
ekso- ß -1,4- glukanase (aviselase, selobiohidrolase, C1 selulose) dan ß -1,4-
glukosidase atau selobiase dan turunan selulosa lainnya menjadi gula
sederhana atau glukosa (Murtiyaningsih dan Hazmi, 2017).

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dari uji produktivitas selulase,


dengan bakteri yang digunakan yaitu isolat Bacillus sp. dapat
menghasilkan enzim selulase, ditandai dengan adanya zona jernih berbentuk
lingkaran pada ke-empat titik di cawan petri yang telah ditetesi dengan
congo red dan diperjelas oleh NaCl. Zona bening yang terbentuk pada
sekeliling koloni isolat bakteri Bacillus sp. yang setelah ditetesi dengan
congo red ini merupakan indikasi adanya pelarutan atau hidrolisis CMC
sebagai hasil kerja enzim selulase yang disekresi oleh isolat bakteri (Ed-har
dkk., 2017).

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dari uji aktivitas enzim selulase,
dari 2 tabung reaksi yaitu kontrol dan uji dengan perlakuan ekstrak kasar
enzim selulase 48 jam, didapat pada tabung uji menghasilkan warna yang
lebih solid atau tidak transparan seperti pada tabung kontrol serta didapatkan
hasil absorbansi pada tabung uji adalah 0,078 dan absorbansi pada tabung
kontrol adalah 0,166. Sehingga nilai absorbansi (uji-kontrol) menggunakan
alat spektrofotometer dengan panjang gelombangnya 540 nm yaitu -0,088.

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh dari pegukuran gula standar,


didapatkan bahwa tidak adanya perubahan warna dari tabung konsentrasi 0-
2000 menjadi merah bata atau kuning kecoklatan setelah dipanaskan (pada
waterbath) dan juga didinginkan pada suhu rendah. Dimana seharusnya
glukosa adalah gula pereduksi yang mengahsilkan warna menjadi merah bata
dan dapat mereduksi DNS yang berwarna kuning pucat (Pratiwi, 2018).
Serta ketika setiap hasil pengukuran menunjukkan warna yang berbeda,
semakin tinggi nilai absorbansi maka semakin pekat warna larutan dan
menujukkan tingginya aktivitas dari kerja enzim. Kadar gula diperoleh
dengan cara memasukkan nilai absorbansi ke persamaan garis linear.
Kadar gula reduksi ditentukan oleh konsentrasinya. Semakin tinggi
konsentrasi semakin tinggi gula reduksinya (Sandi dkk., 2016). Hitungan
Aktivitas Enzim absorbansi hasil pengukuran dikorelasikan dengan kadar
gula pereduksi atau diasumsikan sebagai glukosa yang dihasilkan terhadap
waktu inkubasi yang merupakan aktivitas enzim tersebut. Berikut merupakan
kurva standar glukosa regresi linear yang didapat :
Kurva Standar Glukosa
0.5

0.4
Absorbansi y = 5E-05x + 0.2419
0.3 R² = 0.1353

0.2 Absorbansi

0.1 Linear (Absorbansi)

0
0 500 1000 1500 2000 2500
Konsentrasi Gula

Gambar 1. Kurva larutan standar glukosa

Sehingga perhitungan kadar gula (glukosa) dihitung dari persamaan kurva


standar glukosa regresi linear adalah sebagai berikut:
Y = ax +b
= 0,00005 (absorbansi uji – absorbansi kontrol) + 0,2419
= 0,00005 (0,078 – 0,166) + 0,2419
= 0,00005 (-0,088) + 0,2419
= 0,24 µmol

Aktivitas enzim didefinisikan sebagai jumlah enzim yang dibutuhkan untuk


menghasilkan 0,24 µmol glukosa yang dihasilkan tiap menit. Perhitungan
aktivitas enzim diperoleh dari kadar gula pereduksi yang terbentuk pada
waktu inkubasi reaksi enzimatis selama 30 menit dan ditunjukkan dengan
persamaan berikut.
ug glukosa x faktor pengenceran
Aktivitas Unit : Berat molekul glukosa x waktu inkubasi
0,24 x 1
: 180,156 𝑥 30
0,24
: 5404,68

: 4,4 x 10-5 U/mL


Jadi, berdasarkan perhitungan kadar glukosa, diketahui bahwa kadar glukosa
yang dihasilkan sangat sedikit pada masing masing uji sehingga aktivitas
enzim selulase bukan berada pada suhu dan pH tersebut.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan simpulan sebagai


berikut :
1. Hasil absorbansi pengujian aktivitas enzim pada tabung uji sebesar 0,078.
2. Hasil absorbansi pengujian aktivitas enzim pada tabung kontrol sebesar
0,166.
3. Hasil absorbansi (uji-kontrol) pengujian aktivitas enzim selulase
menggunakan alat spektrofotometer dengan panjang gelombangnya 540 nm
yaitu -0,088.
4. Aktivitas unit enzim yang didapatkan yaitu 4,4 x 10-5 U/mL.
5. Kadar glukosa yang dihasilkan sangat sedikit pada masing masing uji
sehingga aktivitas enzim selulase bukan berada pada suhu dan pH.
DAFTAR PUSTAKA

Ed – har, A.A., Widyastuti, R., dan Djajakirana, G. 2017. Isolasi dan Identifikasi
Mikroba Tanah Pendegradasi Selulosa dan Pektin Dari Rhizosfer
Aquilaria malaccensis. Bulletin Tanah dan Lahan. 1(1): 58 – 64.

Heristyara, R., Badruzsaufari, B., dan Susilawati, I. O. 2019. Efek suhu terhadap
aktivitas spesifik enzim pereduksi Cr (VI) oleh Bacillus cereus isolat AB13
dari tanah serpentin. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah.
4(1): 157-162.

Murtiyaningsih, H., dan Hazmi, M. 2017. Isolasi dan uji aktivitas enzim selulase
pada bakteri selulolitik asal tanah sampah. Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian (Journal of Agricultural Science). 15(2): 293-308.

Nababan, M., Gunam, I. B. W., dan Wijaya, I. M. M. 2019. Produksi enzim


selulase kasar dari bakteri selulolitik. Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri. 7(2): 190-199.

Pratiwi, Y. H., Ratnayani, O., dan Wirajana, I. N. 2018. Perbandingan Metode Uji
Gula Pereduksi Dalam Penentuan Aktivitas -L-Arabinofuranosidase Dengan
Substrat Janur Kelapa (Cocos Nucifera). Jurnal Kimia. 12(2): 134-139.

Prihatini, I., dan Dewi, R. K. 2021. Kandungan Enzim Papain pada Pepaya
(Carica papaya L.) Terhadap Metabolisme Tubuh. Jurnal Tadris IPA
Indonesia. 1(3): 449-458.

Sandi, Y. A., Rita, W. S., dan Ciawi, Y. 2016. Hidrolisis rumput laut (Glacilaria
sp.) menggunakan katalis enzim dan asam untuk pembuatan bioetanol. Jurnal
Kimia, 10(1): 7-14.

Sarifah, H. S., S., dan Seprianti, T. 2022. Peran Enzim Dalam Metabolisme
Berdasarkan Al-Qur'an Dan Hadist. Journal Development and Research in
Education. 3(2): 48-54.

Sholihati, A. M., Baharuddin, M., dan Santi, S. 2015. Produksi dan Uji Aktivitas
Enzim Selulase dari Bakteri Bacillus subtilis. Al-Kimia. 3(2): 78-90.

Soeka, Y. S., Suharna, N., Triana, E., dan Yulinery, T. 2019. Characterization of
cellulase enzyme produced by two selected strains of Streptomyces
macrosporeus isolated from soil in Indonesia. Makara Journal of Science.
23(2): 65-71.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai