PERCOBAAN XI
Disusun oleh:
2021
A. JUDUL
Perbedaan Spektrum IR Formaldehida dalam Fase Gas dan dalam Pelarut Asetonitril
B. TUJUAN
C. DASAR TEORI
Senyawa kimia formaldehida, merupakan aldehida dengan rumus kimia CH2O, yang
berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai
paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida dihasilkan dengan membakar bahan yang
mengandung karbon. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari reaksi cahaya
matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer.
Formaldehida terdapat dalam bentuk gas, larutan dan padatan. Formaldehida yang digunakan
dalam proses pembuatan peralatan makan melamin adalah formaldehida dalam bentuk larutan
yang dikenal dengan nama formalin (Windholz, 1976).
Asetonitril adalah senyawa kimia dengan rumus CH3CN. Senyawa ini berupa cairan
tidak berwarna,merupakan nitril organik yang paling sederhana. Senyawa ini digunakan
sebagai pelarut polar aprotik dalam sintesis organik dan pemurnian butadiena. Di laboratorium,
senyawa ini ini digunakan sebagai pelarut dengan polaritas medium yang larut dalam air dan
pelarut organik, namun tidak pada hidrokarbon jenuh. Senyawa ini memiliki nilai konstanta
dielektrik tinggi yaitu 38.8. Dengan momen dipol 3.92 D,asetonitril melarutkanberbagai
macam senyawa ion dan nonpolar dan berguna sebagai fase gerak pada HPLC dan LC-MS.
Rangka N-C-C linear dengan jarak C-N pendek 1.16 A (MSDS Asetonitril).
Sebagian besar proses kimia yang menarik terjadi dalam larutan. Dalam bab ini, kami
fokus pada sistem pemodelan dengan adanya pelarut. Dari banyak kemungkinan pendekatan
untuk menangani solvasi, model yang digunakan dalam Gaussian termasuk dalam keluarga
metode Self-Consistent Reaction Field (SCRF). Model-model ini dibedakan oleh beberapa
karakteristik:
• Pelarut diperlakukan sebagai media dielektrik seragam yang kontinu yang dicirikan
oleh konstanta dielektrik.
• Zat terlarut biasanya dimodelkan sebagai molekul / kompleks tunggal, sesuai dengan
larutan yang sangat encer. Itu diperlakukan menggunakan pendekatan mekanis
kuantum normal. Dalam beberapa keadaan, zat terlarut dapat ditambahkan beberapa
molekul pelarut eksplisit.
• Zat terlarut ditempatkan di dalam rongga kosong di dalam media dielektrik pelarut.
Interaksi bertaruh antara zat terlarut dan pelarut terutama terdiri dari interaksi
elektrostatik: polarisasi timbal balik zat terlarut dan pelarut. Distribusi muatan zat
terlarut di dalam rongga mempolarisasikan kontinum dielektrik, yang selanjutnya
mempolarisasikan distribusi muatan zat terlarut. Untuk alasan ini, model SCRF seperti
ini disebut sebagai Model Kontinum Polarizable (disingkat PCM dalam Singular).
Karena polarisasi timbal balik dari zat terlarut dan pelarut, mereka adalah anggota dari
metode Meda Reaksi keajegan diri (SCRF).
Salah satu gagasan dasar teori kuantum adalah bahwa sebuah molekul tak boleh
memiliki energi dalam dengan kuantitas sebarang apa saja, tetapi molekul itu hanya dapat ada
dalam keadaan-keadaan energi “diizinkan” yang tertentu. Jika sebuah molekul harus menyerap
energi dan dinaikkan ke tingkat energi yang lebih tinggi, molekul itu harus menyerap suatu
energi yang ditetapkan. Bila molekul-molekul disinari dengan banyak panjang gelombang,
mereka akan mengambil dari dalam berkas masuk, panjang-panjang gelombang yang
berpadanan dengan foton-foton yang energinya tepat untuk peralihan (transisi) energi molekul,
dan panjang-panjang gelombang lain akan diteruskan begitu saja.
Tingkat-tingkat energi vibrasi terpisah agak lebih jarang dan diperlukan foton yang
lebih berenergi vibrasi molekul. Absorpsi karena transisi vibrasi terlihat dalam daerah infra
merah spektrum. Bagaimanapun perubahan vibrasi murni tidak teramati, karena transisitransisi
rotasi berimpit pada mereka. Jadi spektrum pengabsorpsi vibrasi yang khas akan terdiri dari
pita-pita yang kompleks, bukannya garis-garis tunggal (Day and Underwood, 2002). Aldehida
dapat dideskripsikan sebagai hasil dehidrogenasi alkohol primer. Salah satu contoh dari
aldehida yaitu asetaldehid. Asetaldehid merupakan produk dari dehidrogenasi etanol. Dalam
industri, asetaldehid tidak dibuat dari etanol tetapi melalui oksidasi etilena, menggunakan
katalis PdCl2. (Oxtoby, 2003). Perubahan struktural yang terjadi dalam larutan juga
mempengaruhi sifat molekul sistem. Bahkan perubahan kecil dalam geometri dapat mengubah
kimia suatu sistem atau reaksi. Pada bagian ini, kita akan membandingkan sifat-sifat yang
diprediksi dalam larutan dengan yang ada dalam fasa gas untuk beberapa molekul yang telah
kita pelajari sebelumnya.
D. ALAT
E. BAHAN
F. LANGKAH KERJA
4. Pilih metode DFT dan basis sets 6-31G (basis sets selain ini dicari agar diperoleh
hasil mirip dengan data experiment)
5. Ulangi untuk perhitungan dalam fase asetonitril (gunakan menu solvation)
G. HASIL PENGAMATAN
1. Hasil Frekuensi
Mode Gerak (simetri) Frekuensi vibrasi Pergeseran
Fase gas Larutan (shift)
(Asetonitril) Efek Pelarut
1 CH2 wag (B1) 1203.19 1214.77 +11.58
2 CH2 rock (B2) 1274.01 1272.35 -1.66
3 CH2 scissors (A1) 1560.27 1551.67 -8.6
4 C=O stretch (A1) 1748.12 1731.68 -16.44
5 CH asymm, stretch (A1) 2963.30 2989.85 +26.55
6 CH symm, sretch (B2) 3034.62 3067.46 +32.84
FASE GAS
3. Gambar Animasi
H. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, cara yang dilakukan adalah yang pertama membuka gaussview lalu
membuat struktur formaldehida (CH2O). Selanjutnya, gambar struktur tersebut di clean agar
dapat mengatur bentuk strukur secara otomatis. Dengan cara pergi ke toolbar edit dan
memencet clean. Dibawah merupakan gambar struktur molekul setelah di clean. Selanjutnya,
calculate dan pilih job type freq-opt, lalu menggunakan metode DFT dengan basis sets 6-31G
dan dilakukan perhitungan. Perhitungan ini dilakukan pada fase gas dan pada fase larutan.
Dimana fase larutan yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah fase asetonitril. Adapun
frekuensi dari fase gas dan fase larutan (asetonitril) yaitu sebagai berikut :
FASE GAS
FASE LARUTAN (ASETONITRIL)
Dari nilai frekuensi di atas, dapat di buat spekrtum IR dari formaldehida dalam fase gas dan
fase larutan (asetonitril). Spectrum IR dari dua fase tersebut dapat dilihat di hasil percobaan
di atas. Serta gambar animasi dari enam mode vibrasi formaldehida.
I. KESIMPULAN
K. TUGAS
Jika pelarutnya air :
1. Hasil Frekuensi
Mode Gerak (simetri) Frekuensi vibrasi Pergeseran
Fase gas Larutan (shift)
(Air) Efek Pelarut
1 CH2 wag (B1) 1203.19 1215.06 +11.87
2 CH2 rock (B2) 1274.01 1272.25 -1.76
3 CH2 scissors (A1) 1560.27 1551.41 -8.86
4 C=O stretch (A1) 1748.12 1731.22 -16.9
5 CH asymm, stretch (A1) 2963.30 2990.58 +27.28
6 CH symm, sretch (B2) 3034.62 3068.33 +33.71
PELARUT AIR
L. DAFTAR PUSTAKA