Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KOMPUTASI

PERCOBAAN XI

PERBEDAAN SPEKTRUM IR FORMALDEHIDA DALAM FASE GAS


DAN DALAM PELARUT ASETONITRIL

Disusun oleh:

1. Rahayu Iswanti (20307141007)


2. Dista Arum Sari (20307141008)
3. Riza Alfiyatun (20307141014)
4. Hanissa Nur Hasanah (20307141017)
5. Dhaifina Vennyka Setiarini (20307144034)

PROGRAM STUDI KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2021
A. JUDUL

Perbedaan Spektrum IR Formaldehida dalam Fase Gas dan dalam Pelarut Asetonitril

B. TUJUAN

Mahasiswa mampu melakukan perhitungan optimasi dan frekuensi senyawa


formaldehida dalam fase gas dan larutan serta mampu membedakan spektrum IR yang
dihasilkan dalam kedua fase tersebut dan menunjukkan mode-mode vibrasi melalui animasi.

C. DASAR TEORI

Senyawa kimia formaldehida, merupakan aldehida dengan rumus kimia CH2O, yang
berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai
paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida dihasilkan dengan membakar bahan yang
mengandung karbon. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari reaksi cahaya
matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer.
Formaldehida terdapat dalam bentuk gas, larutan dan padatan. Formaldehida yang digunakan
dalam proses pembuatan peralatan makan melamin adalah formaldehida dalam bentuk larutan
yang dikenal dengan nama formalin (Windholz, 1976).

Asetonitril adalah senyawa kimia dengan rumus CH3CN. Senyawa ini berupa cairan
tidak berwarna,merupakan nitril organik yang paling sederhana. Senyawa ini digunakan
sebagai pelarut polar aprotik dalam sintesis organik dan pemurnian butadiena. Di laboratorium,
senyawa ini ini digunakan sebagai pelarut dengan polaritas medium yang larut dalam air dan
pelarut organik, namun tidak pada hidrokarbon jenuh. Senyawa ini memiliki nilai konstanta
dielektrik tinggi yaitu 38.8. Dengan momen dipol 3.92 D,asetonitril melarutkanberbagai
macam senyawa ion dan nonpolar dan berguna sebagai fase gerak pada HPLC dan LC-MS.
Rangka N-C-C linear dengan jarak C-N pendek 1.16 A (MSDS Asetonitril).

Sebagian besar proses kimia yang menarik terjadi dalam larutan. Dalam bab ini, kami
fokus pada sistem pemodelan dengan adanya pelarut. Dari banyak kemungkinan pendekatan
untuk menangani solvasi, model yang digunakan dalam Gaussian termasuk dalam keluarga
metode Self-Consistent Reaction Field (SCRF). Model-model ini dibedakan oleh beberapa
karakteristik:

• Pelarut diperlakukan sebagai media dielektrik seragam yang kontinu yang dicirikan
oleh konstanta dielektrik.
• Zat terlarut biasanya dimodelkan sebagai molekul / kompleks tunggal, sesuai dengan
larutan yang sangat encer. Itu diperlakukan menggunakan pendekatan mekanis
kuantum normal. Dalam beberapa keadaan, zat terlarut dapat ditambahkan beberapa
molekul pelarut eksplisit.
• Zat terlarut ditempatkan di dalam rongga kosong di dalam media dielektrik pelarut.
Interaksi bertaruh antara zat terlarut dan pelarut terutama terdiri dari interaksi
elektrostatik: polarisasi timbal balik zat terlarut dan pelarut. Distribusi muatan zat
terlarut di dalam rongga mempolarisasikan kontinum dielektrik, yang selanjutnya
mempolarisasikan distribusi muatan zat terlarut. Untuk alasan ini, model SCRF seperti
ini disebut sebagai Model Kontinum Polarizable (disingkat PCM dalam Singular).
Karena polarisasi timbal balik dari zat terlarut dan pelarut, mereka adalah anggota dari
metode Meda Reaksi keajegan diri (SCRF).

Salah satu gagasan dasar teori kuantum adalah bahwa sebuah molekul tak boleh
memiliki energi dalam dengan kuantitas sebarang apa saja, tetapi molekul itu hanya dapat ada
dalam keadaan-keadaan energi “diizinkan” yang tertentu. Jika sebuah molekul harus menyerap
energi dan dinaikkan ke tingkat energi yang lebih tinggi, molekul itu harus menyerap suatu
energi yang ditetapkan. Bila molekul-molekul disinari dengan banyak panjang gelombang,
mereka akan mengambil dari dalam berkas masuk, panjang-panjang gelombang yang
berpadanan dengan foton-foton yang energinya tepat untuk peralihan (transisi) energi molekul,
dan panjang-panjang gelombang lain akan diteruskan begitu saja.

Tingkat-tingkat energi vibrasi terpisah agak lebih jarang dan diperlukan foton yang
lebih berenergi vibrasi molekul. Absorpsi karena transisi vibrasi terlihat dalam daerah infra
merah spektrum. Bagaimanapun perubahan vibrasi murni tidak teramati, karena transisitransisi
rotasi berimpit pada mereka. Jadi spektrum pengabsorpsi vibrasi yang khas akan terdiri dari
pita-pita yang kompleks, bukannya garis-garis tunggal (Day and Underwood, 2002). Aldehida
dapat dideskripsikan sebagai hasil dehidrogenasi alkohol primer. Salah satu contoh dari
aldehida yaitu asetaldehid. Asetaldehid merupakan produk dari dehidrogenasi etanol. Dalam
industri, asetaldehid tidak dibuat dari etanol tetapi melalui oksidasi etilena, menggunakan
katalis PdCl2. (Oxtoby, 2003). Perubahan struktural yang terjadi dalam larutan juga
mempengaruhi sifat molekul sistem. Bahkan perubahan kecil dalam geometri dapat mengubah
kimia suatu sistem atau reaksi. Pada bagian ini, kita akan membandingkan sifat-sifat yang
diprediksi dalam larutan dengan yang ada dalam fasa gas untuk beberapa molekul yang telah
kita pelajari sebelumnya.
D. ALAT

Menggunakan aplikasi GaussView dan juga aplikasi Gaussian O3W.

E. BAHAN

Molekul yang dianalisa adalah Formaldehida (CH2O)

F. LANGKAH KERJA

1. Buatlah gambar struktur formaldehida (CH2O) dalam jendela Gaussview.


2. Klik edit > clean
3. Masuk ke calculate dan Pilih job type freq-opt

4. Pilih metode DFT dan basis sets 6-31G (basis sets selain ini dicari agar diperoleh
hasil mirip dengan data experiment)
5. Ulangi untuk perhitungan dalam fase asetonitril (gunakan menu solvation)

G. HASIL PENGAMATAN

1. Hasil Frekuensi
Mode Gerak (simetri) Frekuensi vibrasi Pergeseran
Fase gas Larutan (shift)
(Asetonitril) Efek Pelarut
1 CH2 wag (B1) 1203.19 1214.77 +11.58
2 CH2 rock (B2) 1274.01 1272.35 -1.66
3 CH2 scissors (A1) 1560.27 1551.67 -8.6
4 C=O stretch (A1) 1748.12 1731.68 -16.44
5 CH asymm, stretch (A1) 2963.30 2989.85 +26.55
6 CH symm, sretch (B2) 3034.62 3067.46 +32.84
FASE GAS

FASE LARUTAN (ASETONITRIL)


2. Gambar Spektra IR Formaldehida
FASE GAS

FASE LARUTAN (ASETONITRIL)

3. Gambar Animasi
H. PEMBAHASAN

Praktikum Kimia Komputasi Lanjut percobaan 11 yang berjudul “Perbedaan Spektrum


IR Formaldehida dalam fase gas dan dalam pelarut Asetonitril” ini bertujuan untuk melakukan
perhitungan optimasi dan frekuensi senyawa formaldehida dalam fase gas dan larutan serta
mampu membedakan spektrum IR yang dihasilkan dalam kedua fase tersebut dan
menunjukkan mode-mode vibrasi melalui animasi. Alat yang digunakan dalam perhitungan ini
adalah aplikasi Gaussian03 dan GaussView.

Pada percobaan ini, cara yang dilakukan adalah yang pertama membuka gaussview lalu
membuat struktur formaldehida (CH2O). Selanjutnya, gambar struktur tersebut di clean agar
dapat mengatur bentuk strukur secara otomatis. Dengan cara pergi ke toolbar edit dan
memencet clean. Dibawah merupakan gambar struktur molekul setelah di clean. Selanjutnya,
calculate dan pilih job type freq-opt, lalu menggunakan metode DFT dengan basis sets 6-31G
dan dilakukan perhitungan. Perhitungan ini dilakukan pada fase gas dan pada fase larutan.
Dimana fase larutan yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah fase asetonitril. Adapun
frekuensi dari fase gas dan fase larutan (asetonitril) yaitu sebagai berikut :

FASE GAS
FASE LARUTAN (ASETONITRIL)

Dari nilai frekuensi di atas, dapat di buat spekrtum IR dari formaldehida dalam fase gas dan
fase larutan (asetonitril). Spectrum IR dari dua fase tersebut dapat dilihat di hasil percobaan
di atas. Serta gambar animasi dari enam mode vibrasi formaldehida.

I. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa perbedaan spektrum IR


dalam kedua fase yaitu fase gas dan fase larutan dapat dihitung menggunakan GaussView dan
Gaussian 03.
J. JAWABAN PERTANYAAN

1) Bagaimana efek pelarut terhadap frekuensi vibrasi dalam molekul formaldehid?


➢ Berdasarkan percobaan, nilai frekuensi vibrasi fasa gas dan fasa larutan dari
mode 1 hingga mode 6 semakin besar, namun untuk efek pelarut tidak menentu.
Kaena efek pelarut didapatkan sesuai dengan pengurangan fase larutan – fase
gas.
2) Apa basis sets yang tepat dalam penentuan frekuensi molekul formaldehida?
➢ Basis sets 6-31G
3) Apa satuan frekuensi yang anda gunakan?
➢ Satuan frekuensi yang digunakan adalah Cm-1
4) Sebutkan mode – mode vibrasi dalam molekul formaldehida dan jelaskan!
➢ Simetri
Vibrasi uluran simetri adalah ikatan antar atom bergerak bersamaan dalam satu
bidang datar.
➢ Asimetri
Vibrasi uluran asimetri adalah ikatan antar atom bergerak tidak bersamaan
dalam satu bidang datar.
➢ Rocking
Modus goyangan yaitu jika ikatan antar atom mengayun searah dala satu bidang
datar.
➢ Scissoring
Modus gunting yaitu jika ikatan antar atom mengayun berlawanan arah dalam
satu bidang datar.
➢ Wagging
Modus ikatan wagging yaitu jika katan antar atom mengayun searah tidak dalam
satu bidang datar.

K. TUGAS
Jika pelarutnya air :
1. Hasil Frekuensi
Mode Gerak (simetri) Frekuensi vibrasi Pergeseran
Fase gas Larutan (shift)
(Air) Efek Pelarut
1 CH2 wag (B1) 1203.19 1215.06 +11.87
2 CH2 rock (B2) 1274.01 1272.25 -1.76
3 CH2 scissors (A1) 1560.27 1551.41 -8.86
4 C=O stretch (A1) 1748.12 1731.22 -16.9
5 CH asymm, stretch (A1) 2963.30 2990.58 +27.28
6 CH symm, sretch (B2) 3034.62 3068.33 +33.71
PELARUT AIR

2. Gambar Spektra IR Formaldehida Pelarut air

L. DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A., and Underwood, A.L.2002.Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.


Oxtoby, Gillis, Nachtrieb.2003.Prinsip-Prinsip Kimia Modern Edisi 4 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Windholz. 1976. The Merck Index An Encyclopedia of Chemicals and Drugs. Ninth
Edition. Rahway USA: Merck and Co. Inc.

Anda mungkin juga menyukai