Anda di halaman 1dari 12

KROMTOGRAFI GAS

(Pemisahan, Identifikasi dan Penetapan Kadar Etanol)

Wahidin hidayat
C2021050058

Abstrak
Etanol atau etil alcohol yang biasanya digunakan sebagai pelarut merupakan hasil fermentasi
suatu zat yang biasanya banyak mengandung glukosa oleh mikroorganisme anaerobic .Tujuan
dalam praktikum ini yaitu dapat memahami prinsip-prinsip kromatograf gas serta menjelaskan
dan melakukan proses, teknik pemisahan dan analisis kadar etanol dalam produk alcohol dalam
pasaran secara kromatografi gas. Kromatografi gas (GC) adalah metode analisis kualitatif dan
kuantitatif dinamis terhadap senyawa yang mudah menguap di dalam suatu campuran.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan bahwa penentuan kadar etanol menggunakan metode
kromatografi gas (GC) diperoleh persamaan regresi f(x) / y = A + Bx → 8.618.269,8864x –
24.681.818,7917 dengan nilai koefisien korelasi (r) adalah R = 0,9608 yang menunjukkan
bahwa GC mempunyai linieritas tinggi. Perolehan kadar etanol dalam sampel replikasi 1
memiliki waktu retensi 3,859 dengan AUC sebesar 31246994 yang menghasilkan kadar etanol
yaitu 16,22% dan pada replikasi 2 diperoleh waktu retensi 3,877 dengan AUC 21142197 yang
menghasilkan kadar etanol sebesar 13,29 %.
Kata kunci : Etil Alkohol , Kromatografi Gas, Larutan

I. LATAR BELAKANG

Kromatografi gas merupakan salah Gas chromatography (GC), adalah metoda


satu teknik pemisahan senyawa yang digunakan dalam kimia analitik untuk
berdasarkan perbedaan distribusi memisahkan dan menganalisis senyawa
pergerakan yang terjadi diantara fase gerak yang dapat menguap. Kelebihan dari GC
dan fase diam untuk pemisahan senyawa adalah GC dapat melakukan pengujian
yang berada pada larutan. Senyawa gas kemurnian suatu zat tertentu, atau
yang terlarut dalam fase gerak akan memisahkan berbagai komponen
melewati kolom partisi yang merupakan campuran(jumlah relatif dari komponen
fase diam. Senyawa yang memiliki tersebut juga dapat ditentukan). Dalam
kesesuaian kepolaran dengan bahan yang beberapa situasi, GC dapat membantu
berada di dalam fasa diam yang diletakkan dalam mengidentifikasi senyawa. Namun
di dalam kolom partisi akan cenderung kelemahan Teknik Kromatografi gas
bergerak lebih lambat daripada senyawa terbatas untuk zat yang mudah menguap,
yang memiliki perbedaan keolaran dengan kromatografi gas tidak mudah dipakai
bahan yang ada di kolom partisi (Rivai, untuk memisahkan campuran dalam jumlah
dkk. 2014). besar, fase gas dibandingkan sebagian besar
fase cair tidak bersifat reaktif terhadap fase campuran yang akan dipisahkan, biasanya
diam dan zat terlarut (Arfiyah, 2012). dalam bentuk larutan, disuntikkan ke dalam
aliran gas tersebut. Kemudian cuplikan
dibawa oleh gas pembawa kedalam kolom
Kromatografi adalah cara pemisahan dan di dalam kolom terjadi proses
campuran yang didasarkan atas perbedaan pemisahan. Komponen-komponen
distribusi dari komponen campuran campuran yang telah terpisahkan sati
tersebut diantaranya dua fase, yaitu fase persatu meninggalkan kolom. Suatu
diam(stationary) dan fase gerak (mobile). detector diletakkan di ujung kolom untuk
Fase diam dapat berupa zat padat atau zat mendeteksi jenis maupun jumlah tiap
cair, sedangkan fase gerak dapat berupa zat komponen campuran. Hasil pendeteksian
cair atau gas. Dalam kromatografi fase direkam dengan rekorder dan dinamakan
gerak dapat berupa gas atau zat cair dan fase kromatogram yang terdiri dari beberapa
diam dapat berupa zat padat atau zat cair peak. Jumlah peak yang dihasilkan
(Yuneka,2012). menyatakan jumlah komponen
(senyawa)yang terdapat dalam campuran.
Kegunaan umum dari kromatografi gas Sedangkan luas peak bergantung pada
adalah untuk pemisahan dinamis dan kuantitas suatu komponen dalam campuran.
identifikasi semua jenis senyawa organik (SumarHendayana, 1994).
yang mudah menguap dan juga untuk
melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif
senyawa dalam suatu campuran.
Metode kromatografi gas spesifik untuk
Kromatografi gas terdapat dua tipe yang
identifikasi dan penentuan kadar etanol
sering digunakan yaitu gas solid
(adsorption) chromatography dan gas- serta dapat digunakan untuk pemisahan
liquid (patition) chromatography. Pada tipe campuran alkohol seperti metanol dan
kromatografi gas-cair lebih banyak isopropanol secara simultan (Hendrayana,
digunakan dan menggunakan kolom kapiler 1994).
sebagai fasa diamnya (Gandjar, 2007).

Kromatografi Gas memiliki beberapa Etanol atau CH,CH,OH (etil alkohol)


kelebihan dibanding dengan metode diperoleh dari hasil fermentasi suatu zat
kromatografi lainnya, kelebihannya antara yang biasanya banyak mengandung
lain, Analisis dapat dilakukan dengan cepat, glukosa oleh mikroorganisme anaerobik.
Sensivitasnya tinggi, Mampu Karakteristik dari etanol yaitu memiliki
mengidentifikasi konstituen renik, Batas titik didih 78.4 °C. memiliki berat molekul
deteksi sampai dengan 10-9 g/L, Dapat sebesar 46,07 gr/grmal. titik lebur pada -
dilengkapi sistem komputer untuk 112 °C, nilai densitas sebesar 0.7893
mengontrol bagian- bagian kromatogram gr/mL. nilai indeks bias sebesar 1,36143
dan menyimpan data hasil percobaan dalam dengan viskositas pada temperatur 20 °C
memorinya (Yuneka,2012). sebesar 1.17 gr/mL, panas penguapan yang
dihasilkan dapat mencapai 200,6 kal/gr,
tidak berwarna, mudah menguap, dan dapat
Mekanisme kerja kromatografi gas adalah bercampur dengan air dan eter sehingga
sebagai berikut. Gas dalam silinder baja etanol digunakan sebagai pelarut berbagai
bertekanan tinggi dialirkan melaluikolom senyawa. Etanol di dalam dunia medis
yang berisi fasa diam. Cuplikan berupa sering digunakan sebagai pelarut obat,
desinfektan, dan pengawet. Etanol di dalam yang sentral (Gandjar, 2007). Kolom yang
dunia industri digunakan secara luas berfungsi sebagai pemisah mengandung
sebagai pelarut (Puri et al., 2010). fase diam yang biasa berupa kromatografi
gas, padat, dan cair. Kolom tersebut terbuat
Metode kromatografi gas spesifik untuk
dari logam, gelas, atau silika (Dean, 1995).
identifikasi dan penentuan kadar etanol
serta dapat digunakan untuk pemisahan Fase diam yang dipilih berdasarkan
campuran alkohol seperti metanol dan polaritas dari sampel yang akan diujikan
isopropanol secara simultan (Hendrayana, dengan prinsip “like dissolved like”. Fase
1994). diam yang polar akan lebih berinteraksi
dengan senyawa yang lebih polar,
Gas pembawa atau fase gerak tujuan
sebaliknya fase diam yang non polar akan
utamanya yaitu membawa sampel (solute)
lebih berinteraksi dengan senyawa yang
menuju kolom dan tidak berpengaruh pada
lebih non polar (Christian, 2004).
selektivitas. Syarat gas pembawa yaitu
murni dan tidak reaktif. Gas pembawa Kromatografi gas didasarkan pada dua sifat
keadaan murni bertujuan agar tidak senyawa yang dipisahkan yakni kelarutan
berpengaruh pada detektor dan disimpan senyawa dan titik didih senyawa. Titik
dalam tangki bertekanan tinggi. Contoh gas didih senyawa berhubungan dengan suhu,
pembawa yaitu hidrogen, helium, nitrogen, maka suhu merupakan faktor utama dalam
argon, argon+metana 5%, dan karbon kromatografi gas. Suhu kolom dapat
dioksida (Gandjar, 2007). berkisar antara -100oC – 400oC tetapi tatap
harus dikendalikan karena pada fase
Komponen utama selanjutnya adalah ruang tertentu fase diam berada dalam fase
suntik atau inlet. Fungsinya adalah untuk padatnya (Gandjar, 2007).
mengahantarkan sampel ke aliran gas
pembawa menuju kolom (Gandjar, 2007). Komponen yang terpenting selanjutnya
Kromatografi gas biasanya digunakan yaitu yaitu detektor. Detektor merupakan
sampel berupa cairan dan diinjeksikan ke perangkat yang berada di ujung kolom
dalam kotak panas yang berfungsi untuk tempat keluarnya fase gerak yang
mengubah sampel cair menjadi fasa gas membawa sampel yang telah dipisahkan
tanpa terfraksinasi dan terdekomposisi. menjadi komponennya (Gandjar, 2007).
Pada kolom kapiler biasanya digunakan Detektor harus mempunyai karakteristik
sampel yang sedikit yaitu 0,1 nL yang sebagai berikut:
membutuhkan gas pembawa sehingga
hanya dalam jumlah kecil sampel yang 1. Sensitivitas yang tinggi
masuk ke dalam kolom (Dean, 1995). 2. Stabil
3. Waktu respon terhadap senyawa
Sampel yang diperlukan sangat kecil, yang cepat
dalam pengukurannya akan sulit maka 4. Respon yang baik pada semua
digunakan teknik pemecah diinjeksikan komponen organik
sehingga aliran gas akan dibagi 2 setelah 5. Kemudahan penggunaan (Day dan
diinjeksikan, satu aliran akan dimasukkan Underwood, 1986)
ke dalam kolom dan aliran lainnya akan
dibuang (Gandjar, 2007).

Kolom merupakan tempat terjadinya proses


pemisahan karena di dalamnya terdapat
fase diam, sehingga merupakan komponen
II. TUJUAN dimasukkan ke dalam labu ukur lalu beri

Untuk memahami dan menjelaskan prinsip- label.


prinsip dasar kromatografi gas. Untuk
B. Pembuatan larutan seri konsentrasi
menjelaskan dan perlakuan proses, Teknik
pemisahan dan analisis suatu senyawa etanol
secara kromatografi gas.
Siapkan larutan baku etanol absolut dengan
impuritiy 100%v/v. Lalu membuat larutan
III. BAHAN DAN METODE
baku etanol dengan 5 seri konsentrasi 1,00;
A. Alat dan Bahan
2,50; 5,0; 7,5 dan 10%v/v. Kemudian
Alat menginjeksikan 1,0 µL ke dalam
Mikropipet, Labu takar 5 mL, Mikro kromatografi gas dan menghitungan
syringe 1 µL, GC-2010-SHIMADZU
persamaan regresi linier antara konsentrasi
Bahan (% v/v) vs luas area (µv) dengan nilai Y=
Etanol absolut pa, Larutan stok etanol bx + a (r= = 0,9608)
99,99%, Aqua bidestilata.
C. Optimasi parameter kromatografi
gas
B. Metode
Menentukan parameter-parameter yaitu
Pemisahan, Identifikasi dan Penetapan Kadar
Temperatur injektor (1500C), Temperatur
Etanol menggunakan Metode Kromatografi
detector (2000C), Gas flow (14 mL/menit),
Gas (GC).
Jenis kolom (Stabilwax), Jenis injeksi
C. Waktu dan Tempat Percobaan (Splitt)

Percobaan dilakukan pada hari Kamis 6 D. Pengukuran kadar senyawa etanol


April 2023. Praktikum dilakukan di dalam sampel
Universitas Muhammadiyah Gombong ▪ Mengnjeksikan sampel sebanyak 1
µL ke dalam injektor kromatografi
kolom sebanyak 2 kali replikasi.
IV. PROSEDUR PENELITIAN
▪ Lalu menghitung kadar yang
A. Pembuatan larutan baku etanol
diperoleh dengan memasukkan ke
100%v/v
dalam persamaan regresi linier
Dipipet larutan etanol 100% berderajat pro kurva baku yang diperoleh.
analisis (p.a) yang telah tersedia di ▪ Kemudian hitunglah perolehan
laboratorium sebanyak 10 ml. Kemudian kembali dari sampel yang diperoleh.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini yang bertujuan
untuk identifikasi dan penetapan kadar
A. HASIL Etanol menggunakan Metode Kromatografi
Gas. Alkohol atau etanol merupakan
1. Tabel hasil pembuatan kurva baku
pelarut organik (C2H5OH) yang paling
Konsentrasi Waktu AUC banyak digunakan dalam laboratorium dan
(%v/v) Retensi industri kimia metode Kromatografi Gas
2,0 3,929 7511690 digunakan dalam analisis ini dikarenakan
mudah dan cepat dalam analisa untuk
4,0 3,923 15767963 sampel campuran yang kompleks.
8,0 3,876 54010306 Tujuan dilaksanakannya prakikum ini
16,0 3,948 60088005 adalah untuk mengetahu prinsip-prinsip
dasar dari kromatografi, dan melakukan
32 3,891 273545675 teknik pemisahan dan analisiskadar etanol
dalam alkohol dalam pasaran secara
kromatografi gas.
Tabel. 1 pengukuran kurva baku
Kromatografi gas merupakan metode yang
dinamis untuk pengesahan dan deteksi
2. Tabel Hasil pengukuran kadar senyawa-senyawa yang mudah menguap
etanol serta stabil pada pemanasan tinggi secara
Konsentrasi Waktu AUC kualitatif dan kuantitatif.Prinsip kerja
(%v/v) Retensi kromatografi gas yaitu, sampel yang telah
diuapkan dimasukkan ke dalam kolom,
Replikasi 1 3,859 31246994
kemudian komponen-komponen tersebut
Replikasi 2 3,877 21142197 terdistribusi dalam kesetimbangan antara
fase diam dan fase gerak. Setelah melewati
Tabel. 2 pengukuran kadar etanol dalam kolom, komponen yang keluar dari kolom
sampel ditangkap oleh detektor dan direkam oleh
3. Persamaan linier kurva baku SCN komputer sebagai kromatogram.
konsentrasi Etanol Etanol pada produk makanan dan minuman
hasil proses fermentasi yaitu hasil yang
diperoleh dari peragian karbohidrat yang
berkataliskan enzim. Satu tipe enzim
mengubah karbohidrat menjadi glukosa
kemudian menjadi etanol, tipe yang lain
menghasilkan cuka (asam asetat), dengan
etanol sebagai perantara.
Peragian/fermentasi dilakukan dengan
bantuan sebagian spesies ragi tertentu
seperti SaccharomycesCerevisiae. Ragi ini
memetabolisme gula (glukosa) tanpa
Gambar. 1 kurva baku
adanya oksigen menghasilkan etanol dan
B. PEMBAHASAN CO2, reaksinya mengikuti persamaan
reaksi.
Sebelum Etanol di analisis menggunakan hingga batas labu ukur, untuk hasil masing-
Kromatografi Gas, dilakukan pembuatan masing konsentrasi, yaitu 2% = 0,167ml;
larutan baku etanol 100%v/v dengan cara 4%= 0,333ml; 8% = 0,666ml; 16%=
memipet larutan etanol 100% berderajat pro 1,333ml; dan 32% v/v = 2,666ml.
analisis (p.a) yang telah tersedia di Kemudian pembuatan larutan uji sampel,
laboratorium sebanyak 10 ml. Kemudian dari larutan uji sampel 40% v/v dimasukkan
dimasukkan ke dalam labu ukur lalu diberi ke dalam labu ukur 5 ml apabila larutan
label. awalnya adalah 100% v/v, yaitu sebanyak
2ml. Selanjutnya persamaan kurva baku
Kemudian Langkah selanjutnya pembuatan
dari data hasil percobaan pembuatan kurva
larutan seri konsentrasi etanol, menyiapkan
baku pada tabel 1 dan gambar grafik kurva
larutan baku etanol absolut dengan
baku untuk hasil bisa dilihat pada Gambar
impuritiy 100%v/v. Lalu membuat larutan
1. Berikutnya kadar etanol dalam sampel
baku etanol dengan 5 seri konsentrasi 1,00;
menggunakan hasil pengukuran kadar
2,50; 5,0; 7,5 dan 10%v/v. Kemudian
etanol dalam sampel pada tabel 2, yaitu
menginjeksikan 1,0 µL ke dalam
untuk replikasi 1 = 6,4895 dan replikasi 2 =
kromatografi gas dan menghitungan
5,3170 Dan hasil perolehan kembali (CV)
persamaan regresi linier antara konsentrasi
replikasi 1 = 16,22% dan replikasi 2 =
(% v/v) vs luas area (µv) dengan nilai Y=
13,29%.
bx + a (r=0,999). Setelah itu, Optimasi
parameter Kromatografi Gas. Menentukan
parameterparameter optimasi KG yaitu
Temperatur injektor (1500C), Temperatur
detector (2000C), Gas flow (14 mL/menit),
Jenis kolom (Stabilwax), Jenis injeksi
VI. KESIMPULAN
(Splitt).
Kemudian dilakukan pengukuran kadar
senyawa etanol dalam sampel, dengan Kromatografi gas merupakan salah
mengnjeksikan sampel sebanyak 1 µL ke satu teknik pemisahan senyawa
dalam injektor kromatografi kolom berdasarkan perbedaan distribusi
sebanyak 2 kali replikasi. Lalu menghitung pergerakan yang terjadi diantara fase gerak
kadar yang diperoleh dengan memasukkan dan fase diam untuk pemisahan senyawa
ke dalam persamaan regresi linier kurva yang berada pada larutan.Tujuan
baku yang diperoleh. Kemudian hitunglah dilaksanakannya prakikum ini adalah untuk
perolehan kembali dari sampel yang mengetahu prinsip-prinsip dasar dari
diperoleh. kromatografi, dan melakukan teknik
pemisahan dan analisiskadar etanol dalam
Hasil analisis Etanol dengan metode alkohol dalam pasaran secara kromatografi
Kromatografi Gas dari pembuatan larutan gas. pembuatan larutan baku seri, untuk
larutan baku etanol 60% v/v dari larutan hasil masing-masing konsentrasi, yaitu 2,00
awal baku etanol adalah 100%v/v yang = 0,17ml; 4,00 = 0,33ml; 8,0 = 0,66ml; 16,0
akan dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL = 1,33ml; dan 32% v/v = 2,66ml. Kemudian
dan ditambahkan WFI hingga batas labu pembuatan larutan uji sampel, yaitu
ukur. Yaitu, sebanyak 3ml. Lalu pembuatan sebanyak 2ml. hasil pengukuran kadar
larutan baku seri konsentrasi etanol yang etanol dalam sampel pada tabel 2, yaitu
kemudian larutan seri akan dimasukkan ke untuk replikasi 1 = 6,4895 dan replikasi 2 =
dalam labu ukur 5 ml dan ditambahkan WFI
5,3170 Dan hasil perolehan kembali (CV)
replikasi 1 = 16,22% dan replikasi 2 =
13,29%.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Arfiyah. 2012. Laporan Praktikum GC.


http://academia.edu.com
Christian, G. D. 2004. Analytical
Chemistry. USA: Jhon Wiley and Sans, Inc
Day, R. A. dan Underwood, A. L. 1986.
Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga
Gandjar, G. I. 2007. Kimia Farmasi
Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hendrayana, S. 2006. Kimia Pemisahan
Metode Kromatografi dan
ElektroforesisModern. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Putri, W.A.E., D.G. Bengen, T. Prartono, E.
Riani. 2016. Accumulation of heavy metals
(Cu and Pb) in two consumed fishes from
Musi River Estuary, South Sumatera. J.
Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis,
2(1):45-52.

Rivai, M., Faricha, A., dan Suwito. 2014.


Sistem Identifikasi Gas Menggunakan
Sensor Surface Aloustic Wave dan Metode
Kromatografi. Jurnal Teknik ITS Vol. 3
No. 2.

Yuneka. 2000. Teknik Kromatografi.


Jakarta: PT Kalman Pustak
LAMPIRAN

KROMTOGRAFI GAS
(Pemisahan, Identifikasi dan Penetapan Kadar Etanol)

Perhitungan :
1. Pembuatan larutan baku etanol 60%v/v
Buatlah larutan baku etanol 60%v/v apabila larutan awal baku etanol adalah 100%v/v
yang akan dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan WFI hingga batas labu
ukur.

Jawab :
M1.V1 = M2.V2
100%.V1 = 60%.5 mL
V1 = 60% x 5 mL
100%
V1 = 3 mL
Jadi, untuk membuat larutan baku 60% etanol maka diambil sebanyak 3 mL dari etanol 100%
kemudian dimasukan kedalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan WFI sampai tanda batas.

2. Pembuatan larutan seri konsentrasi etanol


Buatlah seri konsentrasi 2%; 4%; 8,%; 16% dan 32%v/v Larutan seri akan dimasukkan ke
dalam labu ukur 5 mL kemudian ditambahkan WFI hingga batas labu ukur.Jawab :

a. Konsentrasi 2%
M1.V1 = M2.V2
60%.V1 = 2%.5 mL
V1 = 2% x 5 mL
60%
V1 = 0,1667 mL
V1 = 166,7 µL
Jadi, untuk membuat larutan seri konsentrasi etanol 2% maka diambil sebanyak 166,7 µL
dari etanol 60% kemudian dimasukan kedalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan WFI
sampai tanda batas.
b. Konsentrasi 4%
M1.V1 = M2.V2
60%.V1 = 4%.5 mL
V1 = 4% x 5 mL
60%
V1 = 0,3333 mL
V1 = 333,3 µL
Jadi, untuk membuat larutan seri konsentrasi etanol 4% maka diambil sebanyak 333,3 µL
dari etanol 70% kemudian dimasukan kedalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan WFI
sampai tanda batas.
c. Konsentrasi 8%
M1.V1 = M2.V2
60%.V1 = 8%.5 mL
V1 = 8% x 5 mL
60%
V1 = 0,6667mL
V1 = 666,7 µL
Jadi, untuk membuat larutan seri konsentrasi etanol 5% maka diambil sebanyak 666,7µL
dari etanol 60% kemudian dimasukan kedalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan WFI
sampai tanda batas.
d. Konsentrasi 16%
M1.V1 = M2.V2
60%.V1 = 16%.5 mL
V1 = 16% x 5 mL
60%
V1 = 1,3333 mL
V1 = 1333,3µL
Jadi, untuk membuat larutan seri konsentrasi etanol 16% maka diambil sebanyak 1333,3
µL dari etanol 60% kemudian dimasukan kedalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan WFI
sampai tanda batas.
e. Konsentrasi 32%
M1.V1 = M2.V2
60%.V1 = 32%.5 mL
V1 = 32% x 5 mL
60%
V1 = 2,6667 mL
V1 = 2666,7 µL
Jadi, untuk membuat larutan seri konsentrasi etanol 32% maka diambil sebanyak 2666,7
µL dari etanol 60% kemudian dimasukan kedalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan WFI
sampai tanda batas.

3. Pembuatan larutan uji sampel


Buatlah larutan uji sampel 40%v/v yang dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL apabila
larutan awalnya adalah 100%v/v.

Jawab :
M1.V1 = M2.V2
100%.V1 = 40%.5 mL
V1 = 40% x 5 mL
100%
V1 = 2 mL
Jadi, untuk membuat larutan uji sampel 40% maka diambil sebanyak 2 mL dari sampel
100% kemudian dimasukan kedalam labu ukur 5 mL dan ditambahkan WFI sampai tanda
batas.
4. Buatlah persamaan kurva baku dari data hasil percobaan pembuatan kurva baku
pada tabel 1 dan gambarlah grafik kurva baku!
Konsentrasi Waktu Retensi AUC
(%v/v)
2,0 3,929 7511690
4,0 3,923 15767963
8,0 3,876 54010306
16,0 3,948 60088005
32 3,891 273545675

Jawab :
Persamaan kurva baku
f(x) / y = A + Bx → 8.618.269,8864x – 24.681.818,7917
R = 0,9608
X = 12,4
Y = 82.184.747,8

Grafik kurva baku


5. Hitunglah kadar etanol dalam sampel menggunakan hasil pengukuran kadar
etanoldalam sampel pada tabel 2! Dan hitunglah perolehan kembali (CV) Kadar
etanol dalam sampel
Tabel 2. Pengukuran Kadar Etanol dalam Sampel

Konsentrasi Waktu Retensi AUC


(%v/v)
Replikasi 1 3,859 31246994
Replikasi 2 3,877 21142197

y = A + Bx.
y = 8.618.269,8864x – 24.681.818,7917
Replikasi 1
y = 8.618.269,8864x – 24.681.818,7917
31246994 = 8.618.269,8864 x – 24.681.818,7917
X = 6,4895...

CV
C = (6,4895 ÷ 40) x 100%
= 16,22%

Replikasi 2

Y=8.618.269,8864x - 24.681.818,7917

y = 8.618.269,8864 x -24.681.818,7917
21142197= 8.618.269,8864 x – 24681.818,7917
8.618.269,8864 x = 24681.818,7917 + 21142197
X = 5,317..

CV
C = (5,317 ÷40) x 100%
= 13,29%

Anda mungkin juga menyukai