KERJA
Dosen Pengampu:
Ir.
Maslina,MM.,MT
DISUSUN OLEH :
Bagoes Rifaldi (217053037)
Kelas A5
Semester 5
Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari satu sumber
kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka. Definisi ini kemudian dikembangkan sehingga melahirkan suatu definisi
baru yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu peroses dimana dua orang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama
lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam,
Rogers yang dikutip oleh Cangara (2010: 20). Dari pengertian tersebut terdapat
suatu kesamaan bahwa adanya pertukaran informasi antara satu sama lainnya yang
bertujuan baik untuk mengubah perilaku atau untuk menciptakan suatu pengertian
maksud yang sama.
Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Strategi komunikasi
merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk
mencapai suatu tujuan (Effendy,2003:301). Demikian pula strategi komunikasi
merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan
manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu
tujuan.Untuk mencapai suatu tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat
menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti
kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari
situasi dan kondisi.
Sosialisasi
Rincian Mc Qual (2005;503) dalam berbagai definisi sosialisasi, antara lain
sebagai ”pengajaran nilai-niali dan norma-norma yang dibangun dengan cara
memberi ganjaran dan imbalan simbolik untuk berbagai jenis perilaku”. Sosialisasi
dimaksudkan pula sebagai proses pembelajaran dimana kita mempelajari harapan
yang seiring dengan suatu peran atau status tertentu dalam masyarakat. Jadi
sesungguhnya, seperti diungkapkan potter (2001;284) ”a life long process” proses
yang berlangsung seumur hidup. Sesuai dengan teori difusi yang dikemukakan oleh
Everett Roger dan para koleganya. Roger menyajikan deskripsi yang menarik
mengenai penyebaran dengan proses perubahan sosial, dimana terdiri dari
penemuan, difusi dan konsekuensi – konsekuensi. Perubahan seperti diatas dapat
terjadi secara internaldari dalam kelompok atau secara eksternal melalui kontak
dengan agenagen perubahan dari luar. Dalam teori difusi inovasi, satu ide atau
kebijakan munkin memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat tersebar dan
diterima. Roger menyatakan bahwa pada realisasinya, satu tujuan dari penelitian
difusi adalah untuk menemukan sarana guna memperpendek keterlambatan ini,
setelah terselenggara, suatu inovasi akan mempunyai konsekuensi- konsekuensi
mungkin karena meraka berfungsi atau tidak, langsung atau tidak langsung, nyata
atau laten ( Roger dalam Littlejohn;336).
Media Komunikasi K3
Menurut Ramli (2010), bentuk komunikasi ada berbagai jenis, baik lisan
maupun tulisan yang dapat berhubungan dengan kepentingan K3. Semakin banyak
jenis media komunikasi yang diberikan maka akan semakin mudah diterima
informasi yang ingin disampaikan untuk membentuk suatu perilaku.
Menurut Fajar (2009), tujuan komunikasi diantaranya adalah perubahan
sikap, perubahan pendapat, perubahan perilaku, dan perubahan sosial. Komunikasi
dapat disampaikan dengan baik melalui bantuan media komunikasi agar dapat
diterima dengan baik sebagai informasi bagi pihak lain, dalam hal ini media
komunikasi K3 dapat menjadi cara mensosialisasikan penggunaan APD yang baik
untuk meningkatkan pengetahuan aryawan yang diharapkan dapat berpengaruh
pada sikap dan perilaku penggunaan APD degan baik. Kurang baiknya komunikasi
dan keterbatasan informasi banyak mengakibatkan kecelakaan kerja sehingga dapat
mempengaruhi kinerja karyawan.
Hubungan Jumlah Media Komunikasi dengan Sikap Penggunaan APD
Hambatan komunikasi
Penelitian yang dilakukan di UKM dapat menjadi dasar untuk
mempertimbangkan komunikasi dengan pengusaha dan perilaku pencarian
informasi mereka (Champoux dan Brun, 2003; Brousseau dan Li, 2005;Kvoring
dkk., 2015; Masi dan Cagno, 2015; Sunindijo,2015; Cagno dkk., 2016). Apa yang
dapat diperoleh dari literatur ini adalah bahwa p e n g u s a h a UKM jarang terlibat
dalam pencarian informasi K3 secara aktif. Selain itu, para pengusaha ini sering
kali tidak membaca materi K3 yang diterima melalui pos (Keller dan Cunningham
2016; Schulte et al 2003). Pemilik dan pekerja UKM memiliki sumber daya yang
kurang memadai dalam hal perhatian dan waktu untuk menghubungi terkait
masalah K3, dan mereka cenderung bereaksi terhadap kebutuhan mendesak,
seperti
'membuat daftar gaji' dan menjaga agar perusahaan mereka tetap berkembang
(Hasle dan Limborg, 2006; Legg et al., 2015). Selain itu, jumlah UKM yang besar
membuat kontak langsung menjadi tidak mudah (Curran dan Blackburn 2000;
Pinder et al.,2016). Penelitian menunjukkan bahwa menghubungi pengusaha UKM
melalui perantara, seperti asosiasi perdagangan dan perusahaan asuransi, dapat
menjadi strategi komunikasi yang efektif (Dennis, 2003; Olsen etal., 2012). Para
peneliti dapat mengeksplorasi hambatanhambatan tambahan untuk komunikasi
dengan UKM, seperti pengaturan, saluran, dan kegiatan yang tidak tepat sehingga
tidak dapat menjangkau audiens. Program komunikasi sering disebut 'gagal' karena
tidak menjangkau orangorang dengan pengulangan yang cukup (NCI, 2004).
Mungkin, jumlah komunikasi yang dikirim merupakan faktor penting atau
penghalang komunikasi. Dalam tinjauan yang komprehensif, MacEachen dkk.
(2010) dan Masi dan Cagno (2015) mengidentifikasi hambatan-hambatan berikut
untuk usaha kecil dalam menangani K3: kurangnya pengetahuan tentang peraturan
dan pendekatan K3; sering kali kurangnya sistem dan sumber daya formal di tempat
kerja untuk K3; ketidaksesuaian informasi, kebijakan, dan undang-undang agar
sesuai dengan realitas usaha kecil; kemampuan untuk meremehkan risiko dan tidak
menggunakan pengetahuan K3; kerentanan terhadap hubungan sosial di tempat
kerja yang membentuk pandangan tentang K3; dan persepsi bahwa setiap pekerja
bertanggung jawab dalam menghadapi risiko. Sikap pekerja terhadap K3 juga dapat
menjadi penghalang bagi pelaksanaan intervensi K3 di UKM (Masi et al., 2014).
Semua masalah ini dapat dilihat sebagai topik penelitian untuk lebih memahami
hambatan dalam komunikasi K3.
REFRENSI
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Milles, Huberman & Saldana. 2014. Qualitative Data Analysis A methods
Sourcebook. USA: SAGE Publication, Inc.
Moleong, Lexy. J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Fajar, M. 2009. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. 1st ed. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Ashford NA. (1976) Krisis di tempat kerja: ketidaknyamanan dan cedera akibat
kerja. Cambridge, MA: MIT Press.