Dosen:
Prof. Dr. Ir. Sumardjo, M.S.
Dr. Dwi Retno Hapsari, SP, M. Si
Disusun oleh:
KARTIKA MAYASARI
I 352180181
PROGRAM PASCASARJANA
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM DISEMINASI INOVASI
TEKNOLOGI PERTANIAN MENDUKUNG PERCEPATAN ADOPSI
INOVASI
PENDAHULUAN
KAJIAN LITERATUR
Kendala yang dihadapi oleh kelompok dalam adopsi teknologi antara lain
adalah: (1) kemajemukan budaya menciptakan persepsi yang berbeda terhadap
introduksi teknologi baru, (2) etos kerja dan profesionalisme pengurus kelompok
yang umumnya masih rendah, (3) kesadaran sebagian anggota yang rendah
mempersulit untuk mempertahankan keutuhan kelompok, (4) konflik kepentingan
antara beberapa anggota kelompok, sehingga menyulitkan pencapaian tujuan
kelompok dalam adopsi teknologi.
Untuk memanfaatkan potensi yang ada serta meminimalkan dampak negatif
dari kendala yang dihadapai, maka diperlukan berbagai langkah kebijakan
strategis antara lain: (1) peningkatan kapasitas petani untuk bekerjasama dalam
kelompok melalui berbagai sekolah lapang atau pelatihan kelembagaan petani, (2)
menumbuhkembangkan kesamaan persepsi tentang pentingnya kerjasama dalam
kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian akan tercipta rasa
kebersamaan (kekompakan) yang kuat dari tiap anggota kelompok yang
merupakan modal dasar keberhasilan kelompok dalam proses adopsi teknologi
(Nuryanti dan Swastika 2011).
Menurut Rogers (1983), adopsi adalah keputusan untuk menggunakan
sepenuhnya ide baru sebagai cara bertindak yang baik dan benar. Tingkat adopsi
merupakan kecepatan relatif suatu inovasi yang diadopsi oleh anggota dalam
kelompok suatu sistem sosial. Tingkat adopsi biasanya diukur dengan lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk persentase tertentu dari anggota dalam kelompok
suatu sistem untuk mengadopsi suatu inovasi. Oleh karena itu, untuk melihat
tingkat adopsi diukur dengan menggunakan suatu inovasi dan sistem, sebagai unit
analisis. Berikut proses adopsi inovasi ada 5 tahapan yaitu:
a. Pengenalan adalah proses seseorang mengetahui adanya inovasi dan
memperoleh beberapa pengetahuan tentang bagaimana inovasi itu berfungsi
baik dan benar.
b. Persuasi adalah proses seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak
berkenan terhadap inovasi tersebut.
c. Keputusan adalah proses seseorang terlibat dalam kegiatan yang di hadapi
pada pilihan untuk menerima atau menolak inovasi tersebut.
d. Implementasi adalah proses seseorang melaksanakan keputusan yang telah
diambilnya.
e. Konfirmasi adalah proses seseorang mencari penguat bagi keputusan inovasi
yang telah dibuatnya dan akan melakukannya secara berkelanjutan pada
inovasi tersebut. Pada tahap ini mungkin terjadi seseorang merubah
keputusannya jika memperoleh informasi yang bertentangan dan berbeda.
b) Hambatan semantik
Jika hambatan sosiologis-antropologis-psikologis terdapat pada pihak
komunikan, maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator.
Faktor semantis menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator
sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada
komunikan. Demi kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus
benar-benar memperhatikan gangguan semantis ini, sebab salah ucap
atau tulis dapat menimbulkan salah pengertian (misunderstanding) atau
salah tafsir (misinterpretation) yang pada gilirannya bisa menimbulkan
salah komunikasi (miscommunication).
Menurut Onong Uchjana Efendy dalam buku dinamika komunikasi
(2009), Sering kali salah ucap disebabkan komunikator berbicara terlalu
cepat sehingga ketika pikiran dan perasaan belum mantap
terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur dilontarkan. Maksudnya akan
mengatakan “kedelai” yang terlontar “kedelai”. Gangguan semantis
kadang-kadang disebabkan pula oleh aspek antropologis, yakni kata-kata
yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi memiliki makna yang
berbeda. Salah komunikasi atau misscommunication ada kalanya
disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak tepat, kata-kata yang sifatnya
konotatif. Dalam komunikasi bahasa yang sebaiknya digunakan adalah
kata-kata yang denotatif. Kalau terpaksa menggunakan kata-kata yang
konotatif, maka seyogyanya dijelaskan apa yang dimaksudkan
sebenarnya, sehingga tidak terjadi salah tafsir. Kata-kata denotatif adalah
yang mengandung makna sebagaimana tercantum dalam kamus dan
diterima secara umum oleh kebanyakan orang yang sama dalam
kebudayaan dan bahasanya. Sementara kata-kata yang mempunyai
pengertian konotatif adalah yang mengandung makna emosional atau
evaluatif disebabkan oleh latar belakang kehidupan dan pengalaman
seseorang.
c) Hambatan mekanis.
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam
kehidupan sehari-hari, suara telepon yang tidak jelas, ketika huruf buram
pada surat, suara yang hilang-muncul pada pesawat radio, berita surat
kabar yang sulit dicari sambungan kolomnya, gambar yang meliuk-liuk
pada pesawat televisi, dan lain-lain.
d) Hambatan ekologis
Hambatan ekologis yang terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan
terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari
lingkungan. Contoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang
atau kebisingan lalulintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang
lewat, dan lain-lain. Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan seperti
itu dapat diatasi komunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum
atau dengan mengatasi pada saat ia sedang berkomunikasi. Untuk
menghindarkannya komunikator harus mengusahakan tempat komunikasi
yang bebas dari gangguan-gangguan tersebut.
Dalam suatu program yang didiseminasikan kepada stakeholder, tahapan
akhir adalah evaluasi, yang dalam hal ini adalah evaluasi terhadap
komunikasi dalam diseminasi inovasi teknologi pertanian. Evaluasi
komunikasi dapat dilihat berdasarkan ketepatan komunikasi. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi ketepatan komunikasi menurut Berlo (1960) :
Fidelity Sumber, meliputi ketrampilan berkomunikasi, sikap komunikator,
tingkat pengetahuan terhadap materi pesan, dan system sosial budaya.
Fidelity Penerima, meliputi ketrampilan berkomunikasi, sikap, tingkat
pengetahuan serta system sosial budaya
Fidelity Pesan, meliputi kode pesan, isi pesan, perlakukan terhadap pesan
Fidelity Saluran, meliputi pengaruh saluran komunikasi, feedback
Sejauh ini, BPTP memang terhitung sangat jarang untuk melakukan evaluasi
terhadap diseminasi inovasinya. Ke depan, perlu diperhatikan bahwa tahapan
evaluasi merupakan satu kesatuan dalam mendiseminasikan suatu inovasi.
Selain itu, evaluasi terhadap proses komunikasinya pun sangat perlu untuk
dilakukan sehingga akan diketahui penyebab kurang dan lambatnya proses
adopsi dari stakeholder.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA