Anda di halaman 1dari 28

BPSIP Jakarta

Kementerian Pertanian

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


BUDIDAYA BAWANG MERAH
DALAM POT/POLYBAG
DI DKI JAKARTA

Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Jakarta


Balai Besar Penerapan Standar Instrumen Pertanian
Badan Standarisasi Instrumen Pertanian
2023
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM
POT/POLYBAG DI DKI JAKARTA

Dr. Ir. Muhammad Alwi Mustaha, M.Si


Nofi Anisatun Rokhmah, S.P., M.Si
Ferdhi Isnan Nuryana, S.P., M.Si
Affan Raffandi, S.P
Susi Sutardi, S.P
Kartika Mayasari,S.P., M.Si
Harun Pratama, S.P

Exclusive Edition
“Gebyar Agrostandar”

Penerbit
Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Jakarta
Balai Besar Penerapan Standar Instrumen Pertanian
Badan Standarisasi Instrumen Pertanian Jakarta
2023
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
BUDIDAYA BAWANG MERAH DALAM
POT/POLYBAG DI DKI JAKARTA

Dr. Ir. Muhammad Alwi Mustaha, M.Si


Nofi Anisatun Rokhmah, S.P., M.Si
Ferdhi Isnan Nuryana, S.P., M.Si
Affan Raffandi, S.P
Susi Sutardi, S.P
Kartika Mayasari,S.P., M.Si
Harun Pratama, S.P

Editor:
Dr. Ir. Muhammad Alwi Mustaha, M.Si
Tezar Ramdhan, S.T.P., M.Eng, P.hD
Dra. Dyah Pitaloka, M.Si

Sampul dan Tata Letak:


Harun Pratama, S.P

Penerbit:
BPSIP Jakarta
Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Jakarta
Jl. Ragunan No. 30, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan
Cetakan Pertama: September 2023
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang mengutip
atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa
ijin tertulis dari penerbit. Isi di luar tanggung jawab
percetakan
KATA PENGANTAR

Bawang merah merupakan salah satu


komoditas strategis yang terus
dikembangkan Kementerian Pertanian.
Hal ini didasari bahwa posisi komoditas
bawang merah menjadi salah satu
pemicu inflasi pangan di kota besar
seperti DKI Jakarta.
Namun, terdapat peluang mengembangkan komoditi di
wilayah DKI Jakarta. Selain alasan permintaan pasar yang
masih terbuka lebar, juga pertimbangan teknis bahwa
komoditi ini bisa dikembangkan melalui pola pertanian
perkotaan (urban farming).
Melalui pemanfaatan ruang-ruang terbuka diantara
megahnya bangunan/gedung yang menghiasi wilayah ini,
ternyata bawang merah masih bisa menjadi tumpuan
ekonomi masyarakat. Melihat potensi, peluang dan
tantangan tersebut, maka BPSIP DKI Jakarta menghadirkan
“Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Bawang
Merah dalam Pot/Polybag di DKI Jakarta” yang sesuai
karakteristik wilayah perkotaan.
Buku ini sekaligus kami persembahkan dalam rangka HUT
BSIP pertama dan sekaligus sebagai wujud kontribusi kami
dalam mendukung kewajiban pembangunan pertanian di
kota Jakarta dan sekitarnya.

Jakarta, September 2023


Kepala Balai
Dr. Ir. Muhammad Alwi Mustaha, M.Si

iii
KATA SAMBUTAN

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,


Puji syukur kepada Allah swt atas terselesaikannya buku
“Standar Operasional Prosedur Produksi Bawang Merah
Terstandar Provinsi DKI Jakarta” oleh Balai Standar
Instrumen Pertanian Jakarta sebagai acuan bagi para pelaku
utama dan usaha pertanian di wilayah perkotaan.

Pertanian perkotaan yang dikembangkan di Jakarta


merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan
pangan keluarga. Bukan hanya itu, pengembangan
pertanian perkotaan di Jakarta pun dapat menambah ruang
terbuka hijau dengan memanfaatkan ruang kosong mapuan
lahan non produktif lainnya. Adanya SOP ini diharapkan
dapat menjawab tantangan berbudidaya bawang merah di
wilayah perkotaan, khususnya di DKI Jakarta mempunyai
karakteristik yang khas

Saya mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada


semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan
“Standar Operasional Prosedur Budidaya Bawang Merah
Dalam Pot/Polybag di DKI Jakarta”, semoga dapat sebagai
pedoman bagi para penggiat urban farming serta
bermanfaat dalam pengembangan pertanian perkotaan yang
berkelanjutan.

Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh,


Jakarta, September 2023

Kepala Dinas KPKP Provinsi DKI Jakarta,

Ir. Suharini Eliawati, M.Si


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. iii


KATA SAMBUTAN ................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ................................................................ 1
II. DESAIN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
(SOP) BAWANG MERAH TERSTANDAR ........................... 2
1. Karakteristik lahan dan iklim DKI Jakarta ........ 2
2. Persyaratan Tumbuh Bawang Merah .................. 2
3. Penyiapan Benih ......................................................... 3
4. Penyiapan Tanam ....................................................... 5
5. Penanaman ................................................................... 5
6. Pemeliharaan ............................................................... 6
7. Panen dan pascapanen ........................................... 12
PENUTUP .................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 15
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Umbi bawang merah yang sudah siap tanam


(kiri), umbi bawang merah yang baru panen (kanan). ......... 4
Gambar 2. Umbi bawang yang telah dipotong ¼ bagian
ujung atasnya dan diaplikasikan fungisida .............................. 6
Gambar 3. Pemupukan pada produksi benih bawang merah
....................................................................................................... 7
Gambar 4. Umbi hasil panen digantung dan dikeringkan di
rak ...............................................................................................13
I. PENDAHULUAN

Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran rempah


yang biasa digunakan sebagai bumbu utama dalam masakan
Indonesia, selain itu juga dapat digunakan sebagai biofarmaka. Di
Indonesia, tanaman bawang merah telah lama diusahakan oleh
petani dan bersifat komersil yang sebagian besar hasil produksinya
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik.
Konsumsi nasional bawang merah berdasarkan survey tahun
2015-2019 menunjukkan tren naik 3,78% per tahun dengan rata-rata
692,92 ribu ton. Selanjutnya konsumsi bawang merah untuk rumah
tangga juga cenderung naik dengan rata-rata 2,73 kg/kapita/yahun
pada periode yang sama dan mengalami kenaikan 2,67% per tahun.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan bawang merah dalam
negeri diperlukan upaya peningkatan produksi yang bukan hanya
dilakukan di sentra produksi bawang merah, namun juga di wilayah
lain yang potensial, termasuk di wilayah DKI Jakarta. Di wilayah ini
terdapat potensi lahan yang bisa digunakan untuk penanaman
bawang merah diantaranya lahan sawah sekitar 400 Ha melalui pola
rotasi tanaman atau pemanfaatan lahan setelah tanaman padi.
Namun, dengan hanya mengandalkan lahan pertanian tersebut tentu
tidak akan bisa memenuhi permintaan atas komoditi ini.Oleh sebab
itu, salah satu uoaya yang dilakukan adalah mendorong penanaman
bawang merah pada media terbatas seperti pot atau polybag.
II. DESAIN STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP) BAWANG MERAH
TERSTANDAR

1. Karakteristik lahan dan iklim DKI Jakarta


Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan
ketinggian rata-rata +7 meter diatas permukaan laut.
DKI Jakarta merupakan wilayah dengan jumlah
waduk/situ yang relatif banyak Sungai atau kanal
yang melewati wilayah DKI Jakarta sebanyak 17
sungai. Temperatur pada tahun 2022 maksimum
35,4OC dan minimum 23,0OC, dengan kelembaban
34 sampai 100 persen dengan curah hujan sebesar
2.136,3 mm.

2. Persyaratan Tumbuh Bawang Merah


Pemilihan lokasi dilakukan untuk memilih lokasi yang
sesuai dengan syarat tumbuh bawang merah.
Pemilihan lokasi dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya kegagalan pada saat proses produksi,
diperolehnya lahan yang sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman bawang merah. Sehingga
diharapkan dapat menghasilkan produksi bawang
merah yang optimal. Beberapa hal yang dilakukan
sebelum pelaksanaan dilakukan antara lain:
1. Bawang merah cocok untuk dibudidayakan pada
dataran rendah dan dataran tinggi (0 -1000 m dpl),
tetapi akan tumbuh secara optimal pada ketinggian
0-450 m dpl.
2. Lahan sawah dan lahan kering merupakan
agroekosistem yang sesuai untuk usahatani bawang
merah
3. pH tanah yang diperlukan oleh tanaman bawang
merah untuk tumbuh optimal adalah 5,6 sampai 6,5.
Jika pH tanah, kurang dari 5,5 maka diperlukan
pemberian dolomit lebih kurang 1,5 ton/ha.
4. Tanaman bawang merah membutuhkan intensitas
sinar yang maksimal, dibutuhkan 70%, dan tidak
terlindung oleh tanaman disekitarnya.
5. Suhu udara yang optimal yang dibutuhkan 25 -
320C.
6. Tanaman bawang merah memerlukan tanah
berstruktur remah, sedang sampai liat, aerasi yang
baik dan mengandung cukup bahan organik.
7. Jenis tanah yang cocok adalah tanah alluvial atau
kombinasinya dengan tanah Glei humus atau latosol.

3. Penyiapan Benih
Benih merupakan salah satu faktro penting dalam
budidaya tanaman. Tahapan produksi bawang merah
bermutu perlu memperhatikan hal-hal berikut, di
antaranya:

a. Untuk 100 pot dibutuhkan sekitar 1 kg benih


bawang merah
b. Benih yang akan ditanam adalah benih yang telah
siap tanam atau melewati masa dormansi yaitu
minimal 2 bulan setelah tanggal panen bergantung
pada varietas yang ditanam (Tabel 1).
c. Benih yang sudah siap tanam memiliki ciri-ciri:
warna getah umbi bening, rongga antar umbi
merenggang, atau sudah muncul tunas berwarna
hijau (Gambar 1).
Rongga telah
merenggang

Muncul
tunas
berwarna
hijau

Gambar 1. Umbi bawang merah yang sudah siap tanam (kiri),


umbi bawang merah yang baru panen (kanan).

Tabel 1. Varietas Bawang Merah dan Masa Dormansinya

TAJUK SUPER PHILIP BIMA BREBES


Minimal 4 bulan Minimal 3 bulan Minimal 2 bulan
setelah panen setelah panen setelah panen
4. Penyiapan Tanam
a. Wadah yang digunakan berupa polybag, pot, atau
talang pvc. Pot atau polybag berukuran diameter
dan tinggi minimal 15 cm. Talang pvc dengan tinggi
minimal 10 cm.
b. Media tanam terdiri dari pupuk kandang sapi, sekam
dan tanah dengan perbandingan 1 : 1 : 1 (volume
per volume).
c. Media tanam dimasukkan ke dalam pot/polybag
sampai ketinggian 15 cm. Sedangkan untuk wadah
talang pvc diisi media tanam hingga volumenya
penuh.
d. Pemupukan dasar berupa SP-36 sebanyak 3
g/tanaman. Pemupukan dilakukan pada 3—7 hari
sebelum tanam dengan cara diaduk merata pada
media bagian atas.

5. Penanaman
a. Ujung umbi dipotong 1/4 bagian dari umbi
menggunakan pisau tajam dan bersih.
b. Sebelum dilakukan penanaman, diupayakan kondisi
media di wadah dalam keadaan lembab untuk
menghindari kerusakan umbi saat tanam.
c. Tanam 1 umbi per pot/polybag untuk ukuran
diameter 15 cm. Penanaman di talang pvc
menggunakan jarak tanam 15 cm.
Gambar 2. Umbi bawang yang telah dipotong ¼ bagian ujung
atasnya dan diaplikasikan fungisida

6. Pemeliharaan
a. Pemupukan susulan dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu:
- Pemupukan susulan pertama diberikan pada umur
10—15 hari setelah tanam (HST), berupa pupuk
majemuk NPK 25-7-7 sebanyak 2 g/tanaman.
- Pemupukan susulan kedua diberikan pada umur
20—25 HST, berupa pupuk majemuk NPK 16-16-
16 sebanyak 3 g/tanaman.
- Pemupukan susulan ketiga diberikan pada umur
30—35 HST, berupa pupuk majemuk Kalium
Magnesium Sulfat (Kamas) sebanyak 3
g/tanaman (Gambar 3).
- Teknik pemupukan dilakukan dengan cara
membuat lubang pada kanan dan kiri tanaman,
selanjutnya ditutup dengan tanah. Lakukan
penyiraman segera setelah pemupukan.
Gambar 3. Pemupukan pada produksi benih bawang merah

b. Pengairan
Pengairan dilakukan dengan cara menyiram dua kali
sehari, pagi dan sore atau disesuaikan dengan kondisi
kelembaban tanah sampai dengan umur tanaman
sekurang-kurangnya 50 HST, setelah itu disiram
sehari sekali. Dua hari sebelum panen tidak dilakukan
penyiraman.
c. Pengendalian gulma
Pembersihan gulma dilakukan secara berkala minimal
setiap pekan dengan cara mencabut gulma.
d. Pengendalian OPT dilakukan sesuai kebutuhan.
- Lakukan penyiraman kembali pada tanaman
bawang merah setelah hujan ringan pada siang
hari, untuk mengurangi risiko penyakit tular tanah.
- Pengendalian OPT menggunakan pestisida
dilakukan pada saat terjadi serangan yang sudah
melebihi ambang batas (batas toleransi intensitas
serangan atau kepadatan populasi OPT terendah
untuk dilakukan pengendalian).
Tabel 1. Jenis Hama dan Pengendaliannya pada Bawang
Merah
No. Jenis Hama Gejala Pengendalian Gambar
Serangan
1. Ulat Munculnya • Menggunakan
Bawang lubang- perangkap
(Spodoptera lubang pada feromon
exigua) daun, mulai • Menggunakan
dari tepi perangkap likat
daun kuning
permukaan • Menggunakan
atas atau insektisida
bawah berbahan aktif
hingga ke rofenofos,
seluruh spinosad, Sumber: Yani T, et al
bagian daun lufenuron, (2021)
klorfluazuron,
betasiflurin
2. Ukat Grayak daun • Pemasangan
bawang light trap
merah (lampu
berlubang perangkap)
seperti • Mengunakan
transparan, perangkap
munculnya feromon
lubang- • Menggunakan
lubang pada kelambu kasa
daun, mulai • Insektisida
dari tepi berbahan aktif Sumber: Yani T, et al
daun sipertemin, (2021)
permukaan fenvalerat,
atas atau siromazin,
bawah BPMC, MIPC
hingga ke
seluruh
bagian daun
3. Lalat ditandai • Menggunakan
penggorok dengan perangkap likat
(L. bintik-bintik kuning
chinensis) putih pada • Menggunakan
daun akibat musuh alami
tusukan seperti
ovipositor, Ascecodes sp,
dan berupa Opius sp,
liang Hemiptorsemus
korokan voricornis,
larva yang Gronotoma sp
berkelok- • Menggunakan
kelok. Jika insektisida
terjadi berbahan aktif
serangan bensultap, Sumber: Yani T, et al
yang berat klorfenapir dan (2021)
maka siromazin
seluruh
helaian
daun penuh
dengan
korokan.
Akibatnya,
daun
menjadi
kering dan
berwarna
cokelat
seperti
terbakar
Tabel … Jenis Penyakit dan Pengendaliannya pada Tanaman
Bawang Merah
No. Jenis Hama Gejala Serangan Pengendalian Gambar
1. Bercak ungu ditandai dengan • Waktu
(Alternaria bercak kecil pada daun tanam yang
porii) yang melekuk ke tepat
dalam, berwarna putih • Menjaga
dengan pusat yang area tanam
berwarna ungu dari gulma
(kelabu). Jika cuaca yang
lembap, serangan membuat
terjadi dengan cepat, lingkungan
bercak berkembang menjadi
hingga menyerupai lembab
cincin dengan bagian • Gunakan
Sumber: Yani T, et
tengah berwarna ungu fungisida
al (2021)
dan tepi kemerahan berbahan
dikelilingi warna aktif
kuning yang dapat mancozeb,
meluas ke bagian atas klorotalonil,
maupun bawah promineb,
bercak. Ujung daun difenokonaz
mengering, sehingga ol
daun patah. • Menggunaka
Permukaan bercak n pupuk
tersebut akhirnya organik
berwarna cokelat dengan
kehitaman. penambaha
Serangan dapat n agens
berlanjut ke umbi, hayati
yang menyebabkan trichodherm
umbi membusuk, a
berwarna kuning lalu
merah kecokelatan.
Akibat serangan ini
menyebabkan umbi
membusuk dan berair
yang dimulai dari
bagian leher,
kemudian jaringan
umbi yang terinfeksi
mengering dan
berwarna lebih gelap
2. Penyakit layu layu fusarium tampak • Menjaga
fusarium atau dari daun bawang drainase
moler merah yang • Penyiraman/
(twisting menguning, terpelintir pencuciam
disease) (terputar), akar daun setelah
membusuk, dan dasar hujan
umbi tampak • Penambaha
keputihan. n
Setelah terinfeksi thricoderma
penyakit ini, bagian sp
daun akan berangsur • Benih umbi
mati, dimulai dari dicelupkan Sumber: Yani T, et
ujung hingga ke dalam al (2021)
pangkal. Setelah itu, larutan PGPR
tanaman akan mati • Mencabut
secara keseluruhan. dan
Pada dasar umbi memusnahk
terlihat cendawan an tanaman
yang berwarna yang
keputihputihan, terserang
sedangkan jika umbi • Menggunaka
lapis dipotong n fungisida
membujur terlihat berbahan
adanya pembusukan, aktif
yang berawal dari difenokonaz
dasar umbi meluas ke ol dan
atas maupun ke profikonazol
samping.

3. Antraknosa bercak berwarna putih • Mengatur


(collectrotichu pada daun, kemudian waktu tanam
m terbentuk lekukan ke yang tepat
gloeospoiroid arah dalam • Melakukan
es) (invaginasi), pergiliran
berlubang, dan tanaman
kemudian patah. dengan
Serangan akan tanaman
menjalar dari daun ke bukan inang
umbi jika kelembapan • Sanitasi dan
Sumber: Yani T, et
udara tinggi, pemusnahan al (2021)
utamanya ketika tanaman
musim penghujan yang sakit
• Menggunaka
n fungisida
dengan
bahan aktif
difenokonaz
ol

7. Panen dan pascapanen


a. Panen dilakukan setelah tanaman berumur
sekurang-kurangnya 55 hari setelah tanam dan
memiliki ciri-ciri utama sebagai berikut :
• 75% daun rebah
• Ujung daun menguning
• Pangkal daun lemas
• Leher batang kosong
• Batang sudah kering
• Umbi muncul ke permukaan tanah
b. Sebelum dipanen, tanaman dibiarkan tidak disiram
selama 2 hari.
c. Panen dilakukan dengan mencabut atau
mencungkil tanaman secara hati-hati sehingga
umbi tidak lepas dari pangkal daun.
d. Lakukan pengikatan pada daun sebanyak
genggaman tangan (pocongan).
e. Umbi hasil panen (pocongan) dijemur selama 10—
15 hari di bawah sinar matahari dan tidak terkena
air.
f. Umbi yang telah kering dapat dikonsumsi dan
disimpan ditempat yang tidak lembab.
g. Persyaratan umum umbi hasil panen berdasarkan
SNI 3159-2013 yaitu:
- Umbi sehat dan utuh
- Penampilan segar
- Padat
- Layak konsumsi
- Bersih, bebas dari kotoran
- Bebas dari hama dan penyakit
- Bebas dari kerusakan akibat perubahan suhu
yang ekstrim
- Bebas dari kerusakan akibat kelembaban yang
berlebihan
- Bebas dari bau asing
- Bentuk, warna dari rasa sesuai karakteristik
varietasnya
- Memenuhi ketentuan devitalisasi (panjang
tangkai umbi minimum 2 cm dari leher umbi dan
umbi bebas dari tunas dan akar)
- Umbi dipanen setelah memenuhi kriteria panen
sesuai karakteristik varietas dan lokasi tanam.
h. Pengkelasan yaitu penggolongan bawang merah
berdasarkan kelas mutu

Gambar 4. Umbi hasil panen digantung dan dikeringkan di rak


PENUTUP

Budidaya bawang merah di perkotaan identik dengan


penggunaan pot atau polybag, hal ini menjadi alternatif
solusi untuk mengatasi keterbatasan lahan. Agar usaha
budidaya bawang merah menghasilkan mutu yang baik serta
aman dikonsumsi, maka penting dilakukan penerapan
Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagaimana tahapan-
tahapannya telah diuraikan dalam buku ini. Hal ini menjadi
upaya BSIP Jakarta dalam melakukan pendampingan dan
dukungan terhadap keberlanjutan budidaya bawang merah
di DKI Jakarta, sehingga ke depan semakin banyak para
penggiat pertanian perkotaan untuk menerapkan standar
instrumen pertanian salah satunya adalah SOP budidaya
bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka


Ditjen Hortikultura. 2006. SOP Budidaya Bawang
Merah Kabupaten Nganjuk Provinsi Jawa Timur.
Petunjuk Teknis Budidaya Bawang Merah di Lahan dan di
Dalam Pot/Polybag. 2018. BPTP Balitbangtan Jakarta.
SK Mentan No. 594/Kpts/TP.240/8/1984 tentang Deskripsi
Varietas Bawang Merah Bima Brebes.
SK Mentan No. 66/Kpts/TP.240/2/2000 tentang Deskripsi
Varietas Bawang Merah Super Philip.
SK Mentan No. 045/Kpts/SR.120/D.2.7/5/2016 tentang
Deskripsi Varietas Bawang Merah Tajuk.
Trisnawati, Y; Kustanti, E; Mutaqien, I. 2021 Pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman Bawang Merah.
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi
Pertanian. Bogor
Kementerian Pertanian. 2010. Standar Operasional
Prosedur: Budidaya Bawang Merah (Allium
ascalonicum L) Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa
Timur. Direktorat Jenderal Hortikultura.
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR: 594/Kpts/TP.240/8/1984
TANGGAL: 11 Agustus 1984

DESKRIPSI BAWANG MERAH VARIETAS BIMA BREBES

Asal : Lokal Brebes


Umur : -mulai berbunga 50 hari
-panen (60% batang melemas)
60 hari
Tinggi tanaman : 34,5 cm (25–44 cm)
Kemampuan berbunga (alami) : Agak sukar
Banyak anakan : 7–12 umbi per rumpun
Bentuk daun : Silindris, berlubang
Bentuk bunga : Hijau
Warna bunga : Putih
Banyak buah/tangkai : 60 – 100 (83)
Banyak bunga/tangkai : 120 – 160 (143)
Banyak tangkai bunga/rumpun : 2–4
Bentuk biji : Bulat, gepeng, berkeriput
Warna biji : Hitam
Bentuk umbi : Lonjong bercincin kecil pada leher
cakram
Warna umbi : Merah muda
Produksi umbi : 9,9 ton/ha umbi kering
Susut bobot umbi : 21,5% (basah-kering)
Ketahanan terhadap penyakit : Cukup tahan terhadap busuk
umbi (Botrytis allii)
Kepekaan terhadap penyakit : Peka terhadap busuk ujung daun
(Phytophthora porri)
Keterangan : Baik untuk dataran rendah
Peneliti : Hendro Sunarjono, Prasodjo,
Darliah dan Nasran Horizon
Arbain

Menteri Pertanian
ttd
Achmad Affandi
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR: 66/Kpts/TP.240/2/2000
TANGGAL: 25 Februari 2000

DESKRIPSI BAWANG MERAH VARIETAS SUPER PHILIP

Asal : Introduksi dari Philipine


Umur : -mulai berbunga 50 hari
-panen (60% batang melemas) 60 hari
Tinggi tanaman : 36–45 cm
Kemampuan berbunga : Agak mudah (alami)
Banyak anakan : 9–18 umbi per rumpun
Bentuk daun : Silindris, berlubang
Bentuk bunga : Seperti payung
Warna bunga : Putih
Banyak buah/tangkai : 60–90
Banyak bunga/tangkai : 110–120
Banyak tangkai bunga/rumpun : 2–3
Bentuk biji : Bulat, gepeng, berkeriput
Warna biji : Hitam
Bentuk umbi : Bulat
Ukuran umbi : Sedang (6–10 g)
Warna umbi : Merah keunguan
Produksi umbi : 17,6 ton/ha umbi kering
Susut bobot umbi : 22% (basah-kering)
Aroma Kuat
Kesukaan/cita rasa Sangat digemari
Kerenyaan bawang goreng sedang
Ketahanan terhadap penyakit : Kurang tahan terhadap Alternaria porii
Kepekaan terhadap hama : Kurang tahan terhadap S. exigua
Keterangan : Baik untuk dataran rendah maupun
dataran medium pada musim kemarau
Peneliti : Baswarsiati, Luki Rosmahani, Eli
Korlina, F. Kasijadi, Anggoro Hadi
Permadi
MENTERI PERTANIAN
ttd
MUHAMMAD PRAKOSA
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR: 045/Kpts/SR.120/D.2.7/5/2016

DESKRIPSI BAWANG MERAH VARIETAS TAJUK


Asal : Introduksi dari Thailand
Silsilah Seleksi positif
Golongan varietas Klon
Tinggi tanaman : 26,4–40 cm
Bentuk penampang daun : Silindris, tengah berongga
Ukuran daun : Panjang 27–32 cm;
Lebar 0,49–0,54 cm
Warna daun : Hijau muda (RHS 141 D)
Jumlah daun per umbi : 3–8 helai
Jumlah daun per rumpun : 15–48 helai
Umur panen : 52–59 hari (80% batang melemas)
Ukuran umbi : Tinggi 2,1 – 3,4 cm;
Diameter 0,8 – 2,7 cm.
Warna umbi : Merah muda (Pink RHS 64 D)
Berat per umbi : 5 – 12 g
Jumlah umbi per rumpun : 5 – 15 umbi
Berat umbi per rumpun : 30 – 80 g
Jumlah anakan : 6 – 12
Daya simpan umbi : 3 – 4 bulan (suhu 27 – 30 oC)
Susut bobot umbi : 22 – 25% (basah – kering)
Hasil umbi per hektar : 12 – 16 ton
Populasi per hektar : 200.000 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 1.000 kg
Penciri utama : Warna daun hijau muda (Light Green RHS 141 D),
bentuk umbi bulat dengan diameter terluas
mendekati ujung akar, warna umbi merah muda
Keunggulan varietas : Beradaptasi dengan baik pada musim kemarau dan
tahan terhadap hujan, memiliki aroma yang sangat
tajam, sehingga cocok digunakan sebagai bahan
baku bawang goreng
Wilayah adaptasi : Sesuai di dataran rendah di Kabupaten Nganjuk
Pemohon : Dinas Pertanian Kabupaten Nganjuk
Peneliti : Awang Maharijaya, Heri Harti, Ferdhi Isnan
Nuryana (Institut Pertanian Bogor), Choirul
Rosyidin, Suryo (UPT-PSBTPH Jawa Timur), Helmi,
Agus Sulistyono (Dinas Pertanian Kabupaten
Nganjuk), Akat (Penangkar Benih)

A.n MENTERI PERTANIAN


DIREKTUR JENDERAL HORTIKULTURA
ttd
SPUDNIK SUJONO KAMINO
Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Jakarta
Jl. Raya Ragunan No.30 Pasar Minggu, Jakarta Selatan - 12540
Telp./Fax. (021) 78839949 / 7815020
Website: http://jakarta.litbang.pertanian.go.id
E-mail: bsip.jakarta@pertanian.go.id

Anda mungkin juga menyukai