Anda di halaman 1dari 25

Strategi Komunikasi Rumah Mocaf dalam Sosialisasi Penggunaan Tepung

Singkong Yang Termodifikasi Banjarnegara


Oleh :

Hilmiatun Nafi’ah, Shinta Prastyanti, Agoeng Noegroho

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi komunikasi Rumah Mocaf
dalam sosialisasi tepung singkong yang termodifikasi (mocaf) Banjarnegara.
Penelitian menggunakan model Communication Based Assessment yang
dikemukakan oleh Paolo Mefalopulos. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dan menggunakan teknik purposive sampling dalam memilih
informannya. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa strategi
komunikasi Rumah Mocaf dalam sosialisasi mocaf ditentukan dengan melihat
unsur-unsur komunikasinya, yaitu : 1) Komunikator pada setiap media sosialisasi
yang digunakan berasal dari internal dan eksternal Rumah Mocaf. Peran
komunikator dalam sosialisasi antara lain mengedukasi masyarakat mengenai
mocaf dan memotivasi beberapa kelompok masyarakat untuk memproduksi mocaf
serta produk olahannya agar dapat menambah penghasilan; 2) Secara umum
Rumah Mocaf akan menyampaikan apa itu mocaf dan apa saja manfaat yang bisa
diperoleh dari penggunaan mocaf dengan memperhatikan karakteristik informan,
seperti masyarakat desa, kota, ataupun milenial; 3) Media yang digunakan Rumah
Mocaf dalam sosialisasi penggunaan tepung singkong termodifikasi atau mocaf di
antaranya pelatihan pembuatan mocaf dan produk olahannya, pameran atau expo,
media sosial, membuka restoran, dan melalui media lain seperti radio, koran, serta
televise; 4) Komunikan sosialisasi mocaf terdiri dari sasaran premier dan
sekunder. Pelatihan mocaf diberikan pada petani singkong dan warga desa yang
berpotensi menghasilkan singkong. Pelatihan pembuatan produk hasil olahan
mocaf adalah ibu-ibu baik ibu rumah tangga maupun pengusaha makanan.
Sedangkan komunikan untuk media yang lainnya seperti masyarakat umum, dari
remaja hingga dewasa akhir atau lansia.

Kata Kunci: Strategi komunikasi, Sosialisasi, Tepung Singkong, Mocaf


Communication Strategy of Rumah Mocaf in the Socialization the Use of
Modified Cassava Flour of Banjarnegara

ABSTRACT

This study aims to analyze the communication strategy of Rumah Mocaf in


socializing modified cassava flour (mocaf) of Banjarnegara. The study used the
Communication Based Assessment model proposed by Paolo Mefalopulos. This
study uses qualitative research methods and uses a purposive sampling technique
in selecting informants. The results of this study can be concluded that Rumah
Mocaf's communication strategy in Mocaf socialization is determined by looking
at the communication elements, namely: 1) Communicators on each socialization
media used came from internal and external Mocaf Houses. The role of the
communicator in socialization includes educating the public about mocaf and
motivating several community groups to produce mocafs and their processed
products in order to increase their income; 2) In general, Mocaf House will
convey what is mocaf and what benefits can be obtained from the use of mocaf by
paying attention to the characteristics of the informants, such as village, urban, or
millennial communities; 3) Media used by the Mocaf House in the dissemination
of the use of modified cassava flour or mocaf include training in making mocafs
and processed products, exhibitions or expos, social media, opening restaurants,
and through other media such as radio, newspapers, and television; 4)
Communicating mocaf socialization consists of premier and secondary targets.
Mocaf training is given to cassava farmers and villagers who have the potential to
produce cassava. Training on the manufacture of mocaf processed products is
mothers both housewives and food entrepreneurs. While communicants for other
media such as the general public, from adolescents to late adulthood or the
elderly.

Keywords: Communication strategy, Socialization, Cassava flour, Mocaf


PENDAHULUAN

Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang


memiliki lahan singkong atau ubi kayu yang cukup luas yaitu 7.776 ha (BPS,
2015). Di Banjarnegara sendiri, telah terbentuk Mocaf atau nama latinnya
Modified Cassava Flour, yang beranggotakan petani singkong, produsen mocaf
dan produsen olahan mocaf. Mocaf merupakan tepung singkong yang
termodifikasi melalui proses fermentasi oleh bakteri asam laktat, sehingga
mengalami perubahan sifat fungsional (Ruriani dkk, 2013). Selain Paguyuban
Mocaf, terdapat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bernama Rumah
Mocaf. Tidak hanya memasarkan mocaf dan produk olahannya, Rumah Mocaf
juga mencoba melakukan sosialisasi kepada masyarakat terutama masyarakat
Banjarnegara untuk menggunakan mocaf sebagai bahan dasar beberapa makanan
untuk menggantikan terigu, karena terigu yang sering digunakan di Indonesia
merupakan hasil impor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total impor tepung
terigu Indonesia hingga Oktober 2018 mencapai 51 ribu ton yang sebelumnya
pada tahun 2016 mencapai 107 ribu ton (Subdirektorat Statistik Impor BPS, 2016-
2018). Oleh karena itu, penggunaan mocaf menjadi salah satu pemanfaatan
produk lokal yang sangat potensial sebagai substitusi tepung-tepungan yang
harganya lebih mahal, terutama terigu untuk produk-produk mie, rerotian, kue
basah, dan kue kering (Subagio, 2009).

Berdasarkan latar belakang tersebut, urgensi dari penelitian ini adalah


untuk mengurangi penggunaan tepung terigu yang masih impor dan menambah
penggunaan mocaf sebagai alternatifnya sekaligus memberdayakan masyarakat
untuk pengolahan potensi alam lokal yaitu singkong. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis strategi komunikasi yang digunakan Rumah
Mocaf dalam sosialisasi mocaf Banjarnegara.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Comunication-Based Assessment
Communication-Based Assessment (CBA) dari Mefalopulos ini
menggunakan metode dua arah untuk menilai situasi, risiko, dan
pilihan terbaik untuk mendukung dan mencapai perubahan. Analisis
CBA menilai situasi secara keseluruhan, mengungkap masalah, dan
meminimalkan risiko. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi
yang berguna dan mengeksplorasi masalah teknis untuk
menghubungkan masalah sosial yang lebih luas serta
mengidentifikasinya untuk memperkuat konsensus. CBA juga
memetakan prioritas di berbagai sektor dan memfokuskan strategi
yang paling dibutuhkan (Mefalopulos, 2008: 94).
Penelitian ini juga menggunakan alat bernama Participatory
Rural Communication Appraisal (PRCA) dari CBA. PRCA bukan alat
teknik khusus tetapi merupakan pendekatan metodologis praktis yang
mencakup serangkaian metode dan teknik untuk mengatasi berbagai
situasi penelitian. Karena PRCA memiliki konotasi partisipatif yang
kuat, maka sangat sesuai untuk pembangunan berbasis masyarakat atau
program dengan penekanan pada partisipasi masyarakat. PRCA dapat
didefinisikan sebagai pendekatan penelitian komunikasi pemberdayaan
berdasarkan dialog. Ini melibatkan orang-orang dalam proses
pengambilan keputusan untuk merancang strategis yang efektif untuk
mengatasi masalah mereka.
Terdapat empat fase dalam PRCA, masing-masing
menggunakan seperangkat teknik dan alat PRCA untuk tujuan tertentu,
yaitu, (1) saling mengenal dan membangun kepercayaan di antara
stakeholder; (2) untuk mengenal masyarakat lebih baik, mengenal
persepsi stakeholder, serta saluran informasi dan sumberdaya
komunikasinya; (3) menilai situasi (kebutuhan, peluang, masalah,
solusi), memprioritaskan masalah, dan mengatasi penyebab utama; (4)
untuk mengidentifikasi opsi dan peluang terbaik yang dapat diatasi
melalui komunikasi.
B. Kerangka Konsep
1. Strategi Komunikasi
Strategi dalam komunikasi adalah cara mengatur pelaksanaan
oprasi komunikasi agar berhasil. Strategi komunikasi pada hakikatnya
adalah perencanaan (planning) dan manajemen (magement) untuk
mencapai satu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah, tetapi juga
harus menunjukkan taktik oprasionalnya (Abidin, 2015: 155). Strategi
komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan
manajemen (management) untuk mencapai tujuan (Effendy, 2005: 32).
Strategi komunikasi merupakan tahapan konkret dalam rangkaian
aktifitas komunikasi yang berbasis pada satuan teknik bagi
pengimplemintasian tujuan komunikasi (Effendy, 2005: 240).
Menurut Middleton, strategi komunikasi adalah kombinasi
terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan,
saluran penerima sampai pada pengaruh yang dirancang untuk
mencapai tujuan komunikasi yang optimal (dalam Cangara, 2013: 61).
Selain memerlukan perumusan tujuan yang jelas, strategi komunikasi
juga memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak atau sasaran
(Arifin, 1984: 59). R. Wayne Pace, Brent D. Paterson, dan M. Dallas
Burnet (dalam Effendy, 2004:32) menyatakan bahwa tujuan utama dari
strategi komunikasi yaitu: to secure understanding, memastikan
komunikan mengerti pesan yang diterimanya; to estabith acceptance,
membina komunikan setelah penerimaan pesan; to motive action,
memotivasi agar kegiatan terlaksana dengan baik.
2. Sosialisasi
John Dewey dan Coley (dalam Cangara,2006: 21) menempatkan
komunikasi sebagai basis dari sosialisasi. Vander Zanden (dalam
Ihromi, 1999:75) mendefinisikan sosialisasi sebagai proses interaksi
sosial melalui pengenalan cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku,
sehingga dapat berperan secara efektif dalam masyarakat. Vebrianto
menyimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses belajar, yaitu proses
akomodasi bagaimana individu menahan, mengubah impuls-impuls
dalam dirinya dan bagaimana cara hidup atau kebudayaan masyarakat.
Dalam proses sosisalisasi itu mempelajari kebiasaan, sikap, ide, pola,
nilai dan tingkah laku, serta standarnya dalam masyarakat. Semua sifat
dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi tersebut
disusun dan dikembangkan sebagai suatu sistem dalam dirinya
(Khairuddin, 1997: 63).
Menurut Sastraprateja (dalam Nur, 2011: 31) sosialisasi
diadakan untuk memberikan tujuan sebagai proses sosial, yaitu
masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, dan menghargai
norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat supaya cara berpikir
masyarakat berubah sehingga kebiasaan hidupnya pun dapat berubah.
Menurut Narwoko dan Suyanto (2006: 86), sosialisasi dibagi menjadi
dua kegiatan yang terdiri dari:
a. Sosialisasi yang disengaja, yaitu sosialisasi yang dilakukan
secara sadar, seperti pendidikan, petunjuk, nasehat, dan
sebaginya.
b. Sosialisasi yang tidak disengaja, yaitu perilaku atau sikap
sehari-hari yang dilihat dan/atau ditiru oleh pihak lain
secara tidak sadar.

3. Mocaf (Modified Cassava Flour)


Mocaf (Modified Cassava Flour) atau dalam bahasa Indonesia
disebut tepung ketela pohon modifikasi. Penemu mocaf yaitu Dr
Achmad Subagio, beliau merupakan Peneliti Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Jember (www.tepungmocaf.com, 2014). Dalam
penelitiannya, ia menciptakan mocaf yang merupakan tepung dari ubi
kayu atau singkong yang dibuat dengan menggunakan prinsip
modifikasi sel ubi kayu secara fermentasi (Subagio, 2006).
Komponen yang terdapat pada mocaf tidak sama persis dengan
komponen yang terkandung pada tepung terigu, antara lain kandungan
gluten yang tidak dimiliki tepung mocaf tetapi dimiliki oleh tepung
terigu sebagai bahan yang menentukan kekenyalan makanan. Mocaf
memiliki karakteristik derajat viskositas (daya rekat), kemampuan
gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan larut yang lebih baik
dibandingkan tepung terigu (Subagio, 2008).

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian


kualitatif adalah penelitian yang mendekatkan pada hal yang terpenting dari sifat
sesuatu berupa kejadian/fenomena/gejala sosial (Satori dan Komariah, 2011: 22).
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan informan yang digunakan adalah purposive
sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian yaitu berupa
wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data
menggunakan analisis interaktif Miles dan Hubberman dengan uji validitas data
yang menggunakan triangulasi sumber.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut Pace, Peterson, dan Burrent (dalam Effendy, 2004: 32), tujuan
terbentuknya strategi komunikasi antara lain yaitu: 1) To secure
understanding, yaitu memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang
diterima; 2) To establish acceptance, yaitu setelah pesan dimengerti, maka
diharapkan komunikan atau penerima pesan itu dibina; 3) To motive action,
yaitu setelah penerima dibina maka kegiatan tersebut dimotivasikan agar bisa
terlaksana dengan baik. Tujuan-tujuan tersebut dapat tercapai dengan
membutuhkan beberapa hal yang diperlukan dalam menentukan strategi
komunikasi. Rumah Mocaf yang harus memiliki strategi komunikasi yang
tepat untuk memperkenalkan mocaf kepada masyarakat yang masih belum
tahu apa itu mocaf dan seperti apa manfaatnya.
Penelitian ini dikaji menggunakan model Communication Based
Assessment (CBA) yang menggunakan metode dua arah untuk menilai situasi,
risiko, dan pilihan terbaik untuk mendukung dan mencapai perubahan
(Mefalopulos, 2008: 103).
Berdasarkan model tersebut, Rumah Mocaf memiliki kaitan dengan
model CBA yaitu terlihat dari latar belakang terbentuknya Rumah Mocaf.
Mereka menilai situasi petani singkong yang saat itu mengalami penurunan
harga singkong yang sangat rendah. Untuk itu, Rumah Mocaf berusaha
mengenalkan mocaf kepada masyarakat melalui sosialisasi berupa pelatihan
pembuatan mocaf agar dapat menaikkan nilai harga singkong. Sosialisasi
tersebut juga bermanfaat untuk desain strategi komunikasi dalam
mensosialisasikan mocaf tersebut kepada masyarakat yang lebih luas.
Pembahasan lebih lengkap dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan
dengan wawancara bersama informan, dokumentasi, dan melakukan
observasi yaitu sebagai berikut.
1. Peran Komunikator dalam Sosialisasi Mocaf
Komunikator adalah pihak yang berencana atau berinisiatif untuk
berkomunikasi (Cangara, 2006: 39). Indikator yang paling penting dalam
komunikator adalah kredibilitas yaitu menyangkut kepercayaan dan
keahlian (Rakhmat, 2005: 257). Komunikator sebagai sumber informasi
pada sosialisasi mengenai mocaf merupakan orang yang memiliki
kredibilitas terutama yang paham akan pesan yang ia sampaikan. Selain
berperan dalam menyampaikan pesan, komunikator juga menyusun
strategi yang efektif supaya mampu mempengaruhi sasaran atau
komunikannya.
Strategi komunikasi perlu memperhatikan komponen-komponen
komunikasi dan faktor pendukung atau penghambat pada setiap
komponen. Komponen tersebut di antaranya adalah faktor kerangka
refrensi, faktor situasi dan kondisi, pemilihan media komunikasi, tujuan
pesan komunikasi, dan peranan komunikator dalam komunikasi (Abidin,
2015: 116).
Peran komunikator dalam pelatihan pembuatan mocaf dan produk
olahannya yaitu untuk menyampaikan pesan berupa mengedukasi peserta
mengenai mocaf, meyakinkan peserta untuk menggunakan mocaf, dan
menyadarkan masyarakat akan pentingnya menggunakan mocaf. Peran
utama komunikator dalam pelatihan ini adalah membuat audiens memiliki
keahlian dalam pembuatan mocaf dan produk olahannya dari hasil
pelatihan tersebut. Komunikator juga memotivasi peserta untuk menambah
penghasilan audiens dari pembuatan produk tersebut serta dapat
meningkatkan penggunaan mocaf oleh konsumen dari target pemasaran
produk-produk tersebut.
Selain pelatihan, komunikator saat diadakannya expo atau pameran
juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi karena mereka berperan
untuk mengenalkan kepada masyarakat mengenai mocaf dan produk-
produk yang dipamerkan. Selain mempromosikan produk-produk yang
dijual agar para pengunjung membeli, komunikator juga mengedukasi
pengunjung mengenai mocaf dengan menyampaikan manfaatnya melalui
brosur maupun komunikasi langsung dengan pengunjung.
Komunikator ketika menyampaikan pesan melalui media sosial
berperan untuk mengenalkan mocaf, menunjukkan kegiatan Rumah
Mocaf, dan menunjukkan prestasi yang dicapai Rumah Mocaf, melalui
gambar atau video yang dapat meyakinkan masyarakat untuk
menggunakan mocaf. Secara garis besar, sesuai dengan tujuan Rumah
Mocaf yaitu untuk mewujudkan kedaulatan pangan, peran komunikator
sangat penting yaitu untuk mengedukasi masyarakat bahwa kedaulatan
pangan harus diwujudkan dengan salah satu caranya dapat melalui
menggunakan mocaf ini.
Berdasarkan peranan-peranan komunikator tersebut, komunikator
dalam sosialisasi mocaf ini merupakan agent of change atau agen
perubahan. Agen perubahan adalah seseorang yang bertugas
mempengaruhi target sasaran agar dapat mengambil keputusan sesuai
dengan arah yang dikehendakinya (Anwar, 2013: 1). Dalam penelitian ini,
Rumah Mocaf berupaya untuk mempengaruhi target sasaran atau
komunikannya agar dapat mengambil keputusan untuk menggunakan
mocaf baik digunakan untuk mengolah makanan sehari-hari maupun untuk
membuat produk agar dapat dijual kembali.

2. Penyampaian Pesan dalam Sosialisasi Mocaf


Suatu pesan memiliki makna, dan makna tersebut merupakan
makna yang mudah dipahami oleh penerima pesan atau komunikan
(Effendy, 2006:10). Wilbur Schramm (dalam Effendy, 2000: 41)
mengatakan bahwa agar komunikasi yang dilancarkan dapat lebih efektif,
maka pesan yang disampaikan harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa
sehingga dapat menarik perhatian sasaran dimaksud.
b. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada
pengalaman yang sama antara sumber dan sasaran, sehingga
sama-sama dapat dimengerti.
c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran
dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan
itu.
d. Pesan harus menyarankan sesuatu jalan untuk memperoleh
kebutuhan tadi, yang layak bagi situasi kelompok di mana
sasaran berada pada saat ia gerakkan untuk memberikan
tanggapan yang dikehendaki.
Rumah Mocaf dalam menyampaikan pesan berusaha menarik
perhatian dengan mengunggulkan kemanfaatan dan jihad kedaulatan
pangan atau JKP, yaitu gerakan yang menumbuh kembangkan kecintaan
dalam memproduksi sendiri dan menggunakan produk pangan unggulan
lokal secara sungguh-sungguh, tanpa bergantung pada pangan impor lagi
(Agus dkk, 2013). Pesan berupa gambar maupun praktik juga
memudahkan komunikan untuk menerima pesan, seperti brosur, unggahan
gambar di sosial media, maupun praktik pembuatan mocaf dan produk
olahannya. Untuk membangkitkan kebutuhan pribadi pihak sasaran yaitu
dengan menyampaikan manfaat mocaf terutama dalam kesehatan,
sehingga disarankan untuk membuat makanan yang dapat menggunakan
bahan dasar mocaf. Pesan-pesan tersebut penting untuk disampaikan
karena selain menarik perhatian sasaran, pesan tersebut juga dapat
menyadarkan masyararakat untuk ikut serta dalam menciptakan kedaulatan
pangan. Kedaulatan pangan sendiri menurut UU Nomor 41 Tahun 2009
merupakan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat
menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin hak atas pangan bagi
rakyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan
sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
Untuk itu, pentingnya pesan yang disampaikan dalam sosialisasi mocaf
yaitu penyampaian untuk memanfaatkan potensi sumber daya local seperti
singkong untuk pembuatan mocaf merupakan salah satu wujud untuk
mencapai kedaulatan pangan.

Menurut Mefalopulos (2008: 109) dalam teknik PRCA, terdapat


beberapa fase yang beberapa di antaranya yaitu saling mengenal dan
membangun kepercayaan di antara stakeholder, mengenal masyarakat
lebih baik, mengenal persepsi stakeholder dan saluran informasi serta
sumberdaya komunikasinya. Komunikator dalam menyampaikan pesan
harus disesuaikan dengan mengenal terlebih dahulu masyarakat yang juga
sebagai sasaran sosialisasi dilakukan.

Rumah Mocaf dalam melaksanakan sosialisasi juga mengenal


komunikan atau sasarannya. Vebrianto mengemukakan bahwa dalam
proses sosisalisasi itu mempelajari kebiasaan, sikap, ide, pola, nilai dan
tingkah laku, serta standarnya dalam masyarakat (Khairuddin, 1997: 63).
Rumah Mocaf dalam menyampaikan pesannya mengenai sosialisasi mocaf
juga menyesuaikan targetnya, seperti mengelompokkan masyarakat desa
yang dianggap sebagai masyarakat tradisional, dan masyarakat kota yang
dianggap sebagai masyarakat modern. Masyarakat dianggap sebagai
masyarakat yang modern, yaitu masyarakat yang sudah tidak terikat pada
adat-istiadat. Adat-istiadat yang menghambat kemajuan segera
ditinggalkan untuk mengadopsi nila-nilai baru yang secara rasional
diyakini membawa kemajuan, sehingga mudah menerima ide-ide baru
(Sinaga, 1988: 156). Oleh karena itu, cara penyampaian kepada
masyarakat juga lebih mudah dan cepat menerima karena mereka mau
menerima hal-hal baru dan cara menyampaikannya bisa melalui media
sosial karena masyarakat dianggap lebih melek teknologi. Sedangkan
masyarakat desa dianggap sebagai masyarakat yang tradisional, yaitu
masyarakat yang mudah curiga terhadap hal baru yang menuntut sikap
rasional, sehingga sikap masyarakat tradisional kurang kritis karena
keterikatannya pada adat istiadatnya (Sinaga, 1988: 152).

Sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat desa atau menengah


ke bawah, cara penyampaian komunikatornya akan lebih pelan atau halus
dibandingkan dengan masyarakat kota. Masyarakat desa biasanya ragu
untuk menggunakan mocaf karena lebih memilih tepung yang lebih murah
di pasaran yaitu tepung terigu. Mereka juga kurang memperhatikan
manfaat mocaf yang baik untuk kesehatan mereka. Menurut Rogers (1969)
salah satu ciri masyarakat desa adalah mereka memiliki pandangan yang
terbatas dengan dunia luar. Hal ini diketahui pada kemampuan masyarakat
tersebut dalam menyerap sesuatu yang datang dari luar, misalnya pesan-
pesan pembangunan yang disampaikan apakah dapat diterima, dipahami
dan dipraktikkan oleh masyarakat tersebut. Oleh karena itu, Rumah Mocaf
akan lebih banyak memberikan contoh nyata untuk meyakinkan
masyarakat bahwa mocaf dapat lebih baik digunakan daripada tepung
terigu.

Jenis pesan yang disampaikan dalam sosialisasi yaitu verbal dan


nonverbal. Unsur verbal dapat berupa kata dan bahasa (Cangara, 2007).
Kata merupakan lambang terkecil dari bahasa. Tidak ada hubungan
langsung antara kata dan hal, yang berhubungan langsung hanyalah kata
dan pikiran orang (Wood, 2009). Selain kata, unsur verbal lainnya yaitu
bahasa. Bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang
berbagi makna. Dalam unsur verbal, lambang bahasa yang dipergunakan
adalah bahasa lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik (Hardjana,
2003). Dalam penelitian ini, bahasa yang digunakan dalam sosialisasi
mocaf sesuai dengan sasarannya, yaitu bahasa yang santun, mudah
dimengerti, dan terkadang menggunakan bahasa Jawa Krama untuk
peserta orang tua dan di desa yang disampaikan melalui lisan. Kemudian
yang melalui tulisan pada kertas (brosur) atau elektornik (media sosial,
radio, koran) juga menggunakan bahasa yang santun, mudah dimengerti,
dan biasanya menggunakan bahasa Indonesia.

Selain pesan verbal, Rumah Mocaf juga menggunakan pesan


nonverbal. Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal
sebagai berikut:

1. Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh .


2. Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna
tertentu.
3. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan
seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.
4. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan.
5. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang.
6. Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian,
dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang
sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai
dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image).
7. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan
dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal.

Pesan nonverbal yang menonjol dari sosialisasi Rumah Mocaf yaitu


pesan fasial, gestural, dan pesan proksemik, yaitu melalui ekspresi yang
meyakinkan sasaran (fasial), gerakan tubuh yang memperjelas pesan
verbal yang disampaikan seperti dalam pelatihan (gestural), dan
pengaturan jarak dan ruang seperti ketika mengadakan pelatihan,
pameran, dan restoran (proksemik).

Bentuk pesan yang disampaikan dalam sosialisasi mocaf yaitu


informatif dan persuasif. Pesan informative yaitu pesan yang
disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru
yang diketahuinya dan berdampak kognitif. Sedangkan pesan persuasi
yaitu pembicaraan yang sifatnya memperkuat, memberikan ilustrasi, dan
menyodorkan informasi kepada sasaran, serta tujuannya untuk mengubah
sikap dan perilaku (DeVito, 2011: 506). Dalam penelitian ini, pesan
informative berupa fakta atau informasi mengenai mocaf dan Rumah
Mocaf, sedangkan persuasifnya lebih kepada pesan-pesan yang
disampaikan untuk memperkuatnya baik verbal maupun nonverbal.

Tabel 3. Matrik Proses Penyampaian Pesan

Komunikator Komunikan Pesan Bentuk


Komunikasi
Pelatih Petani singkong Manfaat mocaf, Komunikasi
Pembuatan / Ibu-ibu PKK / cara pembuatan Antarpribadi
Mocaf dan peserta umum mocaf / produk
Produk olahan mocaf.
Olahannya

Anggota Rumah Masyarakat Promosi mocaf Komunikasi


Mocaf Banjarnegara / dan produk Antarpribadi
Masyarakat luar olahannya dan Komunikasi
Banjarnegara / Pemasaran
Pengunjung
Pameran

3. Media yang Digunakan dalam Sosialisasi Mocaf


Media sebagai alat penyalur informasi merupakan hal yang penting
dan harus dipilih dengan tepat. Media yang dipilih diharapkan dapat
benar-benar efektif mencapai sasaran yang dibutuhkan (Kaddi, 2014: 6).
M.O Palapah (1975: 15) membagi media atau saluran ini menjadi dua
bagian yaitu media umum dan media massa. Media umum artinya media
yang dapat digunakan untuk menyalurkan ketiga macam komunikasi, yaitu
komunikasi persona, kelompok, dan massa. Sedangkan media massa
hanya digunakan untuk menyalurkan komunikasi massa saja. Dalam
penelitian ini, Rumah Mocaf menggunakan beberapa media yang termasuk
dalam media umum yaitu pameran dan pelatihan yang termasuk dalam
komunikasi persona, kemudia ada radio, koran dan media sosial sebagai
bentuk komunikasi massa. Namun ada media-media lain yang menurut
Rumah Mocaf tepat dan efektif juga untuk sosialisasi mocaf, yaitu restoran
dan pembagian brosur saat pameran.
Beberapa fase dalam PRCA dari CBA yaitu mengenal saluran
informasi dan sumber daya komunikasinya. Rumah Mocaf menyesuaikan
media yang tepat untuk menyalurkan pesan kepada kelompok sasaran
tertentu. Selain itu, fase berikutnya yaitu menilai situasi (kebutuhan,
peluang, masalah, solusi), memprioritaskan masalah, dan mengatasi
penyebab utama. Media yang digunakan Rumah Mocaf yaitu media umum
melalui pelatihan, pameran, brosur, media sosial, dan media lain seperti
radio dan koran.
Menurut Siagian (1988:175) pelatihan adalah proses belajar
mengajar dengan menggunakan teknik dan metode tertentu secara
konsepsional dapat dikatakan bahwa latihan dimaksudkan untuk
meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau
sekelompok orang. Pelatihan dipilih menjadi salah satu media sosialisasi
mocaf untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kelompok
petani singkong untuk memproduksi mocaf. Selain petani singkong,
pelatihan produk olahan mocaf juga dilakukan kepada ibu-ibu sebagai
media sosialisasi agar termotivasi untuk menggunakan mocaf sebagai
bahan dasar alternatif untuk makanan sehari-hari menggantikan tepung
terigu.
Terdapat komunikasi antarpribadi dalam proses pelatihan dari
Rumah Mocaf. Komunikasi antarpribadi menurut Enjang (2009: 68)
adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap peserta menangkap reaksi yang lain secara
langsung, baik verbal maupun nonverbal. Menurut Kumar (dalam
Wiryanto, 2005: 36) bahwa ciri-ciri komunikasi antarpribadi yaitu:
a. Keterbukaan, yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati
informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan
antarpribadi
b. Empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
c. Dukungan, yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung
komunikasi berlangsung efektif.
d. Rasa positif, seseorang harus memiliki perasaan positif
terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif
berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif
untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan atau kesamaan, yaitu pengakuan secara diamdiam
bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Pameran dengan menunjukkan mocaf dan produk hasil mocafnya


pun juga dipilih menjadi media untuk sosialisasi mocaf. Menurut Leorensi
(2010:22) pameran pada hakekatnya adalah semua kegiatan yang
dimaksudkan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu
produk kepada pasar sasaran, untuk memberi informasi tentang
keistimewaan, kegunaan dan yang paling penting tentang keberadaannya
untuk mengubah sikap ataupun untuk mendorong orang agar membelinya.
Pameran ini menjadi salah satu peluang bagi Rumah Mocaf untuk
mengenalkan produk secara langsung kepada masyarakat, terutama
mengenalkan tentang keistimewaan manfaat mocaf agar pengunjung mau
untuk mengonsumsi mocaf.
Pameran yang diikuti Rumah Mocaf dilakukan dengan
mempengaruhi pengunjung untuk menggunakan mocaf melalui
komunikasi persuasif terhadap pengunjung dan produk dari Rumah Mocaf
untuk menarik perhatian pengunjung. Burgon dan Huffner (dalam
Maulana & Gumelar, 2013: 7) meringkas beberapa pendapat dari beberapa
ahli mengenai definisi komunikasi persuasi yaitu:
a. Proses komunikasi yang bertujuan mempengaruhi pemikiran
dan pendapat orang lain agar menyesuaikan pendapat dan
keinginan komunikator.
b. Proses Komunikasi yang mengajak dan membujuk orang lain
dengan tujuan mengubah sikap, keyakinan dan pendapat sesuai
keinginan komunikator tanpa adanya unsur paksaan.
Rumah Mocaf berupaya mempengaruhi pengunjung pameran agar
mau menggunakan mocaf dengan menunjukkan produk-produk apa saja
yang bisa dibuat dari mocaf tersebut. Selain menunjukkan produk, Rumah
Mocaf juga mengedukasi masyarakat mengenai mocaf seperti menjelaskan
manfaat mocaf dan sebagainya. Hampir sama dengan pameran, Rumah
Mocaf juga membuka restoran yang hampir sama fungsinya yaitu
mengenalkan mocaf dengan menjual produk-produk olahannya seperti mie
atau fried chicken yang berbahan dasar mocaf. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan konsumsi mocaf dan mengatasi keraguan masyarakat akan
mocaf tersebut melalui produk hasil olahannya.
Media sosial juga digunakan Rumah Mocaf untuk menyasar pada
pengguna internet melalui instagram dan whatsapp. Menurut Van Dijk
(dalam Nasrullah, 2017: 11) media sosial adalah platform media yang
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam
beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat
sebagai fasilitator online yang menguatkan hubungan antar pengguna
sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial. Keberadaan situs jejaring sosial
yang termasuk media sosial ini memudahkan pangguna untuk berinteraksi
secara mudah dengan orang-orang dari seluruh belahan dunia dengan
biaya yang lebih murah dibandingkan dengan menggunakan telepon
(Aleman & Wartman, 2009: 120-123).
Rumah Mocaf juga pernah masuk pada media lain yaitu media
tradisional seperti radio, televisi dan koran. Walaupun sudah mengalami
kemajuan teknologi informasi, namun media ini masih dikonsumsi oleh
masyarakat. Wright (dalam Fajar, 2009:292) mengatakan bahwa kemajuan
utama dalam teknologi media massa telah terjadi selama dasawarsa
terakhir ini yang menjanjikan perubahan bentuk dan kekuatan media
massa. Media baru cenderung mengarah pada kebalikan tren yang relatif
setara dari media tradisional. Meski bukan bagian dari strategi utama
sosialisasi mereka untuk mengenalkan Rumah Mocaf, namun
kesediaannya untuk masuk ke dalam media-media tersebut untuk diliput
juga sebagai peluang mereka untuk mengenalkan mocaf lebih luas lagi.
Berdasarkan media-media yang digunakan, menurut informan
media yang efektif adalah restoran. Meski terpengaruh juga dengan media
lain seperti media sosial, namun dengan adanya restoran, masyarakat akan
lebih tertarik karena adanya produk yang jelas adanya dihasilkan dari
olahan mocaf yang dijual di restoran tersebut, seperti bakmie mocaf,
chicken mocaf, dan lain-lain.

Tabel 4. Matrik Media Komunikasi

Komunikator Komunikan Media yang Pesan yang


digunakan disampaikan
Pelatih Petani Singkong Pelatihan / Manfaat mocaf,
Pembuatan / Ibu-ibu PKK / Demo cara membuat
Mocaf / Pelatih Peserta Umum Pembuatan mocaf / cara
Pembuatan Produk membuat produk
Produk Olahan olahan mocaf.
Mocaf
Anggota Rumah Pengunjung Pameran Manfaat mocaf,
Mocaf Pameran Produk produk olahan
mocaf,
keunggulan
mocaf.
Anggota Rumah Pengunjung Restoran / Keunggulan
Mocaf Restoran Rumah tulisan di mocaf melalui
Mocaf dinding restoran produk yang
dihasilkan,
kedaulatan
pangan.
Anggota Rumah Pengunjung Brosur Manfaat
Mocaf pameran dan Mocafine (7
restoran Rumah Kebaikan
Mocaf Mocafine),
Produk yang
dijual Rumah
Mocaf
Anggota Rumah Pengguna Media Media Sosial Kegiatan Rumah
Mocaf Sosial Mocaf, info
seputar mocaf,
promosi aneka
produk yang
dijual Rumah
Mocaf
Anggota Rumah Masyarakat Koran, radio Capaian atau
Mocaf / Media Umum prestasi Rumah
Partner Mocaf /
Kegiatan Rumah
Mocaf

4. Peran Komunikan dalam Sosialisasi Mocaf


Keberhasilan sosialisasi juga sangat dipengaruhi oleh komunikan.
Dalam proses sosisalisasi, komunikator mempelajari kebiasaan, sikap, ide,
pola, nilai dan tingkah laku, serta standarnya dalam masyarakat. Semua
sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi tersebut
disusun dan dikembangkan sebagai suatu sistem dalam dirinya
(Khairuddin, 1997: 63). Menurut Vander Zanden (dalam Ihromi, 1999:75)
mendefinisikan sosialisasi sebagai proses interaksi sosial melalui
pengenalan cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku, sehingga dapat
berperan secara efektif dalam masyarakat. Dalam proses sosialisasi,
komunikator dari Rumah Mocaf mengetahui kebiasaan, sikap, pola, nilai
dan tingkah laku, serta standar dalam masyarakat. Kemudian komunikan
dari Rumah Mocaf berperan untuk menerima pesan dari kemunikator
melalui media-media tertentu yang diharapkan akan terkena dampak dari
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Bagian penting dalam proses
komunikasi yaitu pada proses dua arah dan memastikan kedua belah pihak
saling mengerti, dapat menilai situasi, mengidentifikasi tindakan yang
terbaik untuk perubahan (Mefalopulos, 2008: 94). Komunikan juga
berperan penting, sehingga tidak hanya menerima pesan saja, tapi
memahami isi pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Rumah Mocaf menilai situasi, risiko dan memilih tindakan yang
terbaik untuk mendukung dan mencapai perubahan dalam strateginya
melaksanakan sosialisasi mocaf yaitu menentukan beberapa sasaran atau
komunikan yang dianggap dapat berpengaruh dalam peningkatan
penggunaan mocaf untuk mengurangi penggunaan tepung terigu,
mensejahterakan petani dan masyarakat yang bisa berpotensi
memproduksi mocaf. Komunikan diharapkan dapat memproduksi dan
menggunakan mocaf setelah sosialisasi yang dilakukan oleh Rumah Mocaf
melalui pelatihan, pameran, adanya restoran untuk mengonsumsi produk-
produk olahannya, maupun media sosial.
a. Sasaran Primer
Sasaran primer merupakan sasaran utama dari sosialisasi
mocaf. Sasaran utama ditentukan seperti dalam fase PRCA
yaitu dengan Rumah Mocaf mengenal masyarakat lebih baik
dan mengenal persepsinya, terutama terhadap mocaf. Sasaran
utama untuk sosialisasi mocaf yaitu petani singkong dan
pengangguran di desa yang berpotensi menghasilkan singkong.
Sosialisasi yang dilakukan yaitu melalui pelatihan pembuatan
mocaf. Sedangkan sasaran primer lain yaitu ibu-ibu melalui
semua kegiatan sosialisasi yang dilakukan.
Petani dan pengangguran di desa yang berpotensi
menghasilkan singkong (memiliki lahan) dipilih agar dapat
memberdayakan kelompok tersebut melalui produksi mocaf.
Jadi, setelah menilai situasi yaitu memahami adanya banyak
pengangguran, dan petani singkong yang hanya menjual
singkong dengan murah, perubahan yang diinginkan oleh
Rumah Mocaf melalui pelatihan dalam rangka sosialisasi
mocaf adalah membuat pengangguran memiliki pekerjaan dan
penghasilan, serta membuat petani lebih sejahtera dengan
meningkatkan nilai singkong melalui produksi mocaf.
Selain petani dan pengangguran, Rumah Mocaf juga
menjadikan ibu-ibu sebagai sasaran utama. Peran dari ibu-ibu
sendiri dalam keluarga yaitu sebagai penentu makanan yang
disajikan untuk keluarga. Adanya situasi seperti itu, perubahan
yang ingin dicapai adalah membuat keluarga dapat
mengonsumsi mocaf dan diharapkan dapat menggantikan
tepung terigu yang biasa dipakai untuk membuat makanan di
rumah. Oleh karena itu, sasaran utama pelatihan produk olahan
mocaf maupun penjualan mocaf salah satunya adalah ibu-ibu.
b. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah sasaran selanjutnya dari kegiatan
sosialisasi. Sasaran sekunder ini sebagai upaya untuk
menyebarluaskan informasi mengenai mocaf kepada
masyarakat luas. Sasaran sekundernya antara lain tokoh-tokoh
atau pejabat-pejabat yang berpengaruh, kedinasan, institusi,
dan orang-orang yang memperhatikan kesehatan.
Peran tokoh-tokoh yang berpengaruh ini yaitu untuk
membagikan kembali informasi mocaf yang didapat dari
berbagai kegiatan yang dilakukan Rumah Mocaf dalam
upayanya mensosialisasikan mocaf. Mereka diharapkan dapat
mempengaruhi jaringan yang mereka punya untuk
menggunakan mocaf juga. Begitupun dari kedinasan atau
instansi yang berkunjung atau bahkan yang akhirnya ikut
bekerjasama dengan Rumah Mocaf. Biasanya dinas atau
instansi akan memesan makanan dari Rumah Mocaf untuk
kegiatan-kegiatan yang mereka adakan. Ini merupakan salah
satu bentuk opinion leader.
Rogers (1962) mengemukakan tiga ciri khas opinion
leader: (1) partisipasi sosial yang tinggi; (2) Sosial yang tinggi
status; (3) tanggung jawab sosial yang tinggi (Zhang & Dong,
2008: 21-22). Opinion leader dalam penelitian ini disampaikan
oleh tokoh-tokoh masyarakat seperti pejabat daerah, kepala
kedinasan, tokoh-tokoh dalam masyarakat, yang menjadi
komunikan sekaligus komunikator dalam sosialisasi mocaf.
Sebagai komunikan ketika menerima pesan dari sosialisasi
Rumah Mocaf, kemudian menjadi komunikator ketika mereka
menyampaikan kembali kepada masyarakat lainnya dengan
mensosialisasikan kembali mocaf melalui akun media sosial
maupun kegiatan lainnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, penulis memperoleh kesimpulan


yang dapat diambil dari penelitian mengenai Strategi Komunikasi Rumah Mocaf
dalam Sosialisasi Penggunaan Tepung Singkong yang Termodifikasi
Banjarnegara dengan menentukan unsur-unsur komunikasinya sebagai berikut :

1. Komunikator dari setiap media yang digunakan adalah internal dan


eksternal Rumah Mocaf. Internal Rumah Mocaf adalah anggota yang
masuk dalam struktur Rumah Mocaf. Sedangkan eksternal Rumah Mocaf
adalah orang-orang yang mampu untuk melaksanakan sosialisasi mocaf
seperti pelatih pembuatan mocaf dan produk olahannya, serta mitra dari
Rumah Mocaf. Peran komunikator dalam sosialisasi antara lain yaitu
mengedukasi masyarakat mengenai mocaf dan memotivasi beberapa
kelompok masyarakat untuk memproduksi mocaf dan produk olahannya
agar dapat menambah penghasilan.
2. Penyampaian pesan yang dilakukan oleh Rumah Mocaf disesuaikan
dengan target dalam setiap media atau kegiatannya. Secara umum Rumah
Mocaf akan menyampaikan apa itu mocaf dan apa saja manfaat yang bisa
didapat dari penggunaan mocaf, baik untuk petani singkong, masyarakat
secara umum, maupun konsumen. Penyampaian pesan kepada masyarakat
desa, kota atau kaum milenial juga disesuaikan karena mereka dianggap
memiliki karakteristik yang berbeda.
3. Media yang digunakan Rumah Mocaf dalam sosialisasi penggunaan
tepung singkong termodifikasi atau mocaf yaitu melalui pelatihan
pembuatan mocaf dan produk olahannya, mengikuti pameran atau expo,
publikasi melalui media sosial, pembagian brosur, membuka restoran, dan
melalui media lain seperti radio, koran, serta televisi.
4. Komunikan sosialisasi mocaf terdiri dari sasaran premier dan sasaran
sekunder serta disesuaikan dengan media yang digunakan. Jika pelatihan
mocaf, maka komunikannya adalah petani mocaf dan warga desa yang
berpotensi menghasilkan singkong. Untuk pelatihan pembuatan produk
hasil olahannya adalah ibu-ibu baik ibu rumah tangga maupun pengusaha
makanan. Sedangkan komunikan untuk media yang lainnya adalah
masyarakat umum, dari remaja hingga dewasa akhir atau lansia.

SARAN

1. Pendampingan dan pengontrolan dari hasil pelatihan pembuatan mocaf


lebih ditindaklanjutkan. Selain itu, untuk pelatihan pembuatan produk
olahannya juga tidak hanya sampai pelatihan saja, tapi ada kelanjutannya
seperti mendorong pesertanya untuk membuat produk olahan mocafnya
dijual, baik penjualan pribadi maupun penjualan melalui Rumah Mocaf
agar dibantu untuk pemasarannya.
2. Sosialisasi yang dilakukan di media baik di media sosial maupun di media
massa seperti radio, koran, dan televisi juga dimassifkan lagi. Untuk media
sosial, lebih baik ada admin yang khusus mengatur apa saja yang harus
diunggah dan memperbaiki tampilannya agar lebih menarik, serta
membalas pesan-pesan yang masuk di akun media sosial Rumah Mocaf.
3. Pemerintah daerah lebih mendukung program-program yang berhubungan
dengan mocaf, karena penggunaan mocaf juga akan mengurangi import
tepung terigu serta membuat masyarakat lebih sejahtera.
4. Penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya perlu diteliti peran
pemerintah dalam program-program yang berhubungan dengan mocaf
terutama dalam sosialisasinya.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yusuf Zainal. 2015. Manajemen Komunikasi (Filosofi, Konsep, dan
Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi Suatu Pengantar Ringkas.
Bandung: Armico.

Agus, Cahyono dkk. “Peran Edu-Tainment dalam Membangun Komitmen dan


Peran Nyata pada Gerakan Jihad Kedaulatan Pangan”. Jurnal Online
Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU. 1, (1), 2013.

Aleman, Anna M.Martinez & Wartman, Katherine Link. 2009. Online Social
Networking on Campus: Understanding What Matters in Student Culture.
Taylor & Francis Press.

Arifin, Anwar. 1984. Strategi Komunikasi Suatu Pengantar Ringkas. Bandung:


Armico.

Badan Pusat Statistik. 2015. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Ubi Kayu
dan Ubi Jalar Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2015.
Semarang: Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.

Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Effendy, dan Onong Uchana. 2008. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung: Citra Aditya Bakti.

Enjang, AS. 2009. Komunikasi Konseling. Bandung: Nuansa.

Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikas: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Ihromi. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

Kaddi, Sitti Murni. 2014. “Strategi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dalam


Menanggulangi Bahaya Narkoba di Kabupaten Bone”. Jurnal Academica
Fisip Untad. 6, (1).

Khairuddin, H. 1997. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta: Liberti.

Leorensi, Timur. 2010. “Peran Pameran dalam Pelaksanaan Fungsi Public


Relations di Telkom”. Surakarta.

Maulana, Herdiyan dan Gumgum Gumelar. 2013. Psikologi Komunikasi dan


Persuasi. Jakarta: Akademia Permata.
Mefalopulos, Paolo. 2008. Development communication sourcebook : broadening
the boundaries of communication. Washington: Library of Congress
Cataloging-in-Publication Data.

Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto. 2006. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana Media Group.

Nasrullah, Rulli. 2017. Media Sosial: Perspektif Komunikasi, Budaya, dan


Sosioteknologi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nur, RR. Gielang Tri. 2011. “Strategi Komunikasi dalam Mensosialisasikan


Program Pemberantasan Buta Aksara di Kecamatan Loa Kulu, Kutai
Kartanegara”. Samarinda: Fakultas ISIPOL Universitas Mulawarman.

Palapah, M.O dan Atang Syamsuddin. 1975. Studi Ilmu Publisistik. Bandung:
Fakultas Publisistik UNPAD Bandung.

Ruriani, Eka dkk. “Identifikasi Potensi MOCAF (Modified Cassava Flour)


sebagai Bahan Pensubstitusi Teknis Terigu pada Industri Kecil dan
Menengah di Jawa Timur”. Jurnal Pangan. 22, (3), 229-240.

Satori, Djami’an dan Aan Komariah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: Alfabeta.

Subagio, Achmad. 2009. “Modified Cassava Flour Sebuah Masa Depan


Ketahanan Pangan Nasional berbasis Lokal”. Jember: FTP Universitas
Jember.

Subdirektorat Statistik Impor. 2018. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negeri


Foreign Trade Statistical Bulletin Impor/Imports: Juli 2018. Badan Pusat
Statistik.

Xiaofei Zhang & Dahai Dong. (2008). Ways of Identifying the Opinion Leaders
in Virtual Communities. International Journal of Business and Management,
Vol.3 No.7, 21-27

Anda mungkin juga menyukai