Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRATEGI MEMBANGUN IKLIM KOMUNIKASI BERKELANJUTAN


DALAM ADVOKASI KEBIJAKAN PUBLIK
Dosen pengampu: Nur Fathin Luaylik,s.Hum.,M.KP.

Disusun oleh kelompok 6:


MOH. IZAM MAULANA GUNAWAN: 2020310067
APRILIYANTI WULANDARI: 2020310076
SUSILOWATI: 2020310125
FEBRI DWI SUSANTI: 2020310011
IKA OKTAVIA ISNAINI: 2021310048

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS MADURA
TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan kami


jalan kemudahan dan kelancaran sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan
mampu menyelesaikan dengan baik dan tepat waktu. Sholawat dan salam
selalu terlimpahkan curahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
saw.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu


pengetahuanya tentang ’’STRATEGI MEMBANGUN IKLIM KOMUNIKASI
BERKELANJUTAN DALAM ADVOKASI KEBIJAKAN PUBLIK’’. Yang kami
sajikan dari berbagai sumber referensi. Makalah ini disusun dengan
berbagai rintangan, baik dari diri kami maupun kesabaran.

Semoga makalah ini masih terdapat kekurangan akan tetap


makalah ini bertujuan untuk menjelaskan point-point yang terdapat
didalamnya, sesuai dengan pengetahuan yang kami peroleh baik dari
buku maupun sumber yang lain. Semoga semuanya memberikan manfaat
bagi kita. Kritik dan saran yang membaca senantiasa oleh penulis guna
meningkatkan kualitas.

Pamekasan, 23 Juni 2023


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang.............................................................1
B. Rumusan masalah........................................................2
C. Tujuan...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN 3

A. Strategi membangun iklim komunikasi.........................3


B. Berkelanjutan dalam advokasi keb.publik.....................5
C. Pemahaman strategi membangun iklim komunikasi berkelanjutan
dalam advokasi kebijakan publik...........7

BAB III PENUTUP................................................................9

A. Kesimpulan.....................................................................9
B. Saran...............................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................10
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan iklim saat ini merupakan isu global yang menjadi


tantangan bagi dunia. Laporan dalam website kementerian lingkungan
hidup yang mengatakan bahwa perubahan iklim ini dapat
mengakibatkan kenaikan permukaan laut, perubahan pola cuaca dan
meningkatkan frekuensi serta intensitas cuaca ekstrim. Terlebih di
Indonesia akan mengakibatkan kekeringan, kemarau panjang,
kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. Perlu adanya upaya
untuk terus mengurangi emisi karbon setidaknya untuk mengurangi
dampak perubahan iklim ( Asdep peningkatan peran serta organisasi
kemasyarakatan 2013).

Berdasarkan informasi tersebut, perlindungan hutan lahan


gambut seharusnya dapat menjadi salah satu upaya memperbaiki
perubahan iklim. kenyataannya yang terjadi saat ini di Indonesia
berbagai pemberitaan mengenai kerusakan hutan, ekosistem laut, dan
kepunahan satwa semakin sering terjadi. Data dari bbewens.com
menyebutkan bahwa kerusakan hutan di Indonesia meningkat lebih
dari dua kali lipat dibandingkan dengan jumlah pengundulan hutan per
tahun yng mencapai 20.000 kilometer pada tahun 2011-2012
( morgan,2013). Berita ini sungguh memperhatinkan terlebih
kerusakan hutan digunakan untuk kepentingan industri seperti kertas
dan kelapa sawit.

Menurut world bank, pada tahun 2019, emisi karbon perkapita


Indonesia menduduki peringkat ke-4 terendah dalam lingkup Asean.
Namun, Indonesia dan Kamboja menjadi ASEAN yang secara
konsisten mengalami peningkatan emisi per tahunnya. Artinya, butuh
upaya yang lebih keras bagi kedua negara untuk menekan emisi yang
berpotensi terhadap perubahan iklim. Pembangunan rendah karbon
( low karbon development) telah dicanangkan oleh pemerintah republik
indonesia melalui RPJMN ( rencana pembangunan jangka menengah)
untuk periode 2020 hingga 2024.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi strategi membangun iklim komunikasi
berkelanjutan?
2. Apa definisi advokasi kebijakan publik?
3. Bagaimana membangun iklim komunikasi berkelanjutan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi strategi membangun iklim komunikasi
berkelanjutan.
2. Untuk mengetahui definisi advokasi kebijakan publik.
3. Untuk mengetahui membangun iklim komunikasi berkelanjutan.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Strategi Pembangunan Iklim Komunikasi Berkelanjutan


1. Iklim Komunikasi Organisasi
a. Definisi Komunikasi
Bermacam-macam definisi komunikasi
disampaikan oleh para ahli, hal ini dimaksudkan untuk
memberikan batasan terhadap apa yang dimaksud
dengan komunikasi, sesuai dengan sudut pandang
mana mereka memandangnya. Berbagai definisi
tentang komunikasi dibuat dan disesuaikan dengan
bidang dan tujuan dari para ahli. Definisi komunikasi
menurut Louis Forsdale (1981) sebagaimana dikutip
oleh Arni Muhammad (2005;2) adalah sebagai
berikut. ’’Communication is the process by which a
sistem is established, maintained, and altered by
mean of shared signal that operate according to
rules’’. Komunikasi adalah suatu proses memberikan
signal menurut aturan tertentu, sehingga dengan cara
ini suatu sistem dapat didirikan, dipelihara, dan
diubah.
Komunikasi dalam sebuah organisasi berfungsi
dalam menyampaikan informasi tentang tugas dan
fungsi bagian yang telah ditetapkan kepada anggota,
sehingga dalam mencapai tujuan organisasi, ada
pembagian tugas yang proporsional. Oleh karena itu,
definisi komunikasi dalam hubungannya dengan
kelompok/organisasi menurut Brent D. Rubent (dalam
Arni Muhammad, 2005; 3) adalah suatu proses
melalui mana individu dalam hubungannya dalam
kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat
menciptakan, mengirimkan dan menggunakan
informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan
orang lain.
b. Definisi Iklim Organisasi dan Iklim Organisasi
Komunikasi
Iklim organisasi dan iklim komunikasi
organisasi merupakan hal yang perlu menjadi
perhatian seorang pemimpin sebab faktor tersebut
sedikit banyak mempengaruhi tingkah laku anggota.
Konsep iklim organisasi telah mendapat perhatian
kira-kira 30 tahun dan sampai sekarang belum ada
kesepakatan terhadap definisinya. Tagiuri (1968)
sebagaimana dikutip oleh arni muhammad (2005; 82)
mengatakan bahwa iklim organisasi adalah kualitas
yang relatif abadi dari lungkungan internal organisasi
yang dialami oleh anggota-anggotanya,
mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat
diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik
tertentu dari lingkungan.
Bermacam definisi dikemukakan dalam literatur
mengenai iklim organisasi diantaranya seperti apa
yang dikemukakan oleh Tagiuri (dalam Arni
Muhammad, 2005; 82) yang mengatakan bahwa iklim
organisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari
lingkungan internal organisasi yang dialami oleh
anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku
mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai
suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan.
Terkait dengan komunikasi organisasi, charter
bernard (dalam miftah thoha,1995; 185) secara
tersirat mengemukakan bahwa setiap teori organisasi
yang tuntas, komunikasi akan menduduki suatu
tempat yang utama, karena susunan, keluasan dan
cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan
oleh teknik komunikasi. Redding dan Sanborn (dalam
arni muhammad, 2005; 65) juga mengatakan bahwa
komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan informasi dalam organisasi yang komplit.
c. Dimensi Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim organisasi yang baik dapat tercipta jika
perusahaan berupaya memahami keadaan karyawan.
Iklim komunikasi lebih dari persepsi karyawan
terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam
organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan.
Iklim komunikasi organisasi jauh lebih penting dari
pada keterampilan atau teknik-teknik komunikasi
semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi.
Melalui pemahaman tentang iklim suatu
organisasi, maka kita dapat memahami lebih baik
tentang faktor-faktor yang mendorong anggota
organisasi untuk bersikap. Redding (dalam Abdullah
Masmuh, 2008; 45-46) mengemukakan lima dimensi
penting dari iklim komunikasi diantaranya sebagai
berikut :
1.) Supportiveness atau bawahan mengamati bahwa
hubungan komunikasi mereka dengan atasan
membantu mereka membangun dan menjaga
perasaan diri berharga dan penting.
2.) Partisipasi dalam membuat keputusan.
3.) Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat
menyimpan rahasia.
4.) Keterbukaan dan keterusterangan.
5.) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat dimana
tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada
anggota organisasi.
B. Advokasi Kebijakan Publik
Advokasi kebijakan publik dalam penelitian ini, Rizani (2011)
menjelaskan pemahaman terhadap istilah advokasi kebijakan
merujuk pada dua pengertian, yaitu; pertama, pekerjaan atau
profesi dari seorang advokasi. Dan kedua, perbuatan atau tindakan
pembelaan dan memperjuangkan kebijakan dengan tujuan atau
maksud tertentu. Dalam konteks advokasi untuk mempengaruhi
kebijakan publik, pengertian advokasi yang kedua akan lebih tepat
dilakukan karena obyek yang di advokasi adalah suatu kebijakan
yang berkaitan dengan kepentingan publik atau kepentingan
anggota masyarakat.
Mengingat advokasi kebijakan merupakan kegiatan atau
usaha untuk memperbaiki atau merubah kebijakan publik sesuai
dengan kehendak masyarakat yang mendesak terjadinya perbaikan
atau perubahan pada sistem hukum tertentu. Menurut Reyes
(1997) menjelaskan ‘’advokasi adalah aksi strategis yang
ditunjukkan untuk menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat
bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang
diperkirakan merugikan masyarakat’’.

a. Jenis-jenis Advokasi Kebijakan Publik


1. Advokasi Diri
Advokasi yang dilakukan pada skala lokal dan sangat
pribadi, misalnya ketika mahasiswa tiba-tiba
diskorsing oleh universitas tanpa kejelasan maka
advokasi yang dilakukan adalah untuk menemukan
kejelasan atau klarifikasi di universitas.
2. Advokasi Kasus
Advokasi dilakukan sebagai proses konseling orang
tau kelompok yang belum memiliki pembelaan diri
dan kelompoknya.
3. Advokasi Hukum
Serangkaian tindakan oleh ahli hukum dari atau
otoritas bantuan hukum dalam bentuk konsultasi,
negosiasi, mediasi dan bimbingan, baik di dalam
maupun di luar pengadilan yang bertujuan untuk
menyelesaikan sengketa dimensi hukum.
b. Proses Advokasi Kebijakan Publik
1. Pengumpulan Data
Data adalah elemen yang sangat penting karena data
di yakini adalah sebuah fakta yang nyata. Data yang
diperoleh pun harus menunjukkan komparasi atau
perbandingan angka dari tahun ke tahun. Contoh,
serikat tani menunjukkan data bahwa dalam 5 tahun
terakhir harga pupuk selalu naik setiap tahunnya.
Tunjukkan juga angka konsumsi pupuk petani dalam
5 tahun terakhir.
2. Demonstrasi
Demo adalah jalan terakhir dari sebuah advokasi
yang tidak juga dapat merubah kebijakan. Seperti
yang dikatakan diatas, dengan kekuatan massa yang
banyak media tidak akan segan-segan untuk meliput
dan sang mengambil keputusan secara tidak
langsung akan sedikit gentar, ini hukum alam.
3. Evaluasi
Advokasi tidak selalu berhasil merubah suatu
kebijakan. Jika gagal dalam advokasi lakukan
evaluasi untuk menentukan langkah apa lagi yang
akan diambil untuk merubah kebijakan. Jika advokasi
berhasil,tetap lakukan evalusasi.
4. Kontak Massa
Selalu jaga komunikasi yang baik dengan media
massa. Karena media massa adalah kunci utama
bagi advokasi untuk dapat diinformasikan secara
mengakar kepada masyarakat.
5. Lobi dan Pendekatan dengan Pengambil Keputusan
Setelah power massa sudah sangat masiv dalam
penyebaran isu, maka sudah saatnya membangun
komunikasi dengan pengambil keputusan di
pemerintahan atau perusahaan. Komunikasi yang
bersifat politis ini diharapkan dapat merubah sistem
atau kebijakan yang pada akhirnya dapat
menuntaskan tujuan advokasi itu sendiri.

C. Strategi Pembangunan Iklim Komunikasi Berkelanjutan Dalam


Advokasi Kebijakan Publik
Program kampung iklim (proklim) menempatkan pemerintah,
atau dalam hal ini direktorat jenderal pengendali perubahan iklim
(Ditjen PPI) sebagai komunikator, dan masyarakat sebagai
komunikan. Pada konteks ini, komunikator berasal dari pihak
eksternal (outsider) selain dari masyarakat itu sendiri. Pesan dalam
program kampung iklim tidak terlepas dari konteks dan angka yang
terkandung di dalamnya. Konteks dalam salah satu elemen bingkai
yang paling sulit untuk dijelaskan, dan salah satu yang paling
penting untuk diperbaiki.
Pemahaman tentang peningkatan suhu rata-rata beserta
dampak yang ditimbulkan inilah yang kemudian disosialisasikan
kepada masyarakat, sehingga melalui proklim masyarakat mampu
berperan aktif dalam melakukan adaptasi maupun mitigasi untuk
meningkatkan ketahanan dan terhindar dari dampak fatal akibat
perubahan iklim.
Berdasarkan narasi yang diambil pada video desiminasi
proklim, KLHK menyebutkan bahwa berbagai bencana yang akhir-
akhir ini terjadi didominisi oleh berbagai masalah yang berkaitan
dengan iklim meskipun KLHK menyebut ada banyak sekali faktor
yang menjadi pendorong perubahan iklim, namun penyebab utama
tetaplah aktivitas manusia. Melalui narasi tersebut, KLHK berusaha
untuk menggugah perasaan atau membangkitkan kesadaran
masyarakat bahwa selama ini mereka sendirilah yang bertanggung
jawab terhadap penurunan kualitas lingkungan, sehingga mereka
dapat tergerak dan mulai mengubah perilaku dan praktik usaha
yang selama ini kurang ramah lingkungan menjadi lebih
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Program kampung iklim (proklim) menempatkan
pemerintah, atau dalam hal ini direktorat jenderal pengendali
perubahan iklim (ditjen PPI) sebagai komunikator, dan
masyarakat sebagai komunikan. Pada konteks ini,
komunikator berasal dari pihak eksternal (outsider) selain
dari masyarakat itu sendiri. Pemahaman tentang
peningkatan suhu rata-rata beserta dampak yang
ditimbulkan inilah yang kemudian disosialisasikan kepada
masyarakat, Sehingga mereka dapat beradaptasi dan
menyusun langkah strategis untuk melakukan mitigasi.
Desiminasi terkait program kampung iklim (proklim) dimulai
dengan penekanan terhadap informasi terkait meningkatnya
suhu rata-rata di tahun 2016, yang 1,2C lebih tinggi
dibandingkan suhu rata-rata 1981-2000.
B. Saran
Demikian dengan makalah ini yang berjudul ’’strategi
pembangunan iklim komunikasi berkelanjutan dalam
advokasi kebijakan publik’’ yang dapat disusun dan
dipaparkan, tentunya dalam penyususunan makalah ini
masih kurang tepat dan masih banyak kata-kata yang salah
dan penyampaian yang kurang jelas atau pun dalam
penyajian yang kurang lengkap dalam sosialisasi kebijakan
publik.

DAFTAR PUSTAKA

Cangara, H. (2015). Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta; PT. Raja


Grafindo

Chodijah, S. (2018). Strategi pembangunan iklim komunikasi


berkelanjutan dalam advokasi kebijakan publik

Http//www.scribd.com/document/4365217479/teor i-sharma-advokasi

Anda mungkin juga menyukai