Anda di halaman 1dari 2

Pertemuan ke-2

19.09.2022

MENGENAL HUKUM ADAT


• Menelaah dan mempelajari hukum adat sangatlah menarik karena kita dapat
mengetahui budaya yang dimiliki setiap bangsa,dengan mempelajari hukum adat kita
sekaligus dapat mempelajari budaya suatu bangsa.
• Indonesia mempunyai berbagai macam suku/budaya dan agama dipersatukan
dengan semboyan bhineka tunggal ika (empu tantular)
• Adat yang berkembang dan dipatuhi serta dijalankan oleh masyarakat.
Dapat menjadi sumber hukum bagi adat itu sendiri dan merupakan bagian dari hukum
positif di indonesia

Mempercepat proses menjadikan kesatuan bangsa indonesia :


⁃ Menelaah hukum adat berarti
⁃ Menelaah bagian budaya bangsa indonesia
Menelaah hukum adat :
⁃ Dapat dipakai untuk menganalisa perubahan sosial
⁃ Cara berfikir masyarakat
Bagi pemerintah :
⁃ Hukum adat dapat dikonsepsikan sebagai sumber hukum
⁃ Sebagai pedoman dan masukan bagi pengambil keputusan

Pengertian hukum adat


A. Istilah adat dan hukum adat

Adat, kebiasaan, adat istiadat, adat kebiasaan dengan hukum adat atau hukum
kebiasaan sulit untuk membedakan istilahnya biasanya menunjukan sikap hidup manusia
yang dilakukan terus menerus dan ditaati. Apabila adat atau kebiasaan untuk
dilaksanakan sedangkan yang dan melaksanakanya, maka adat atau kebiasaan tersebut
menjadi hukum adat atau hukum kebiasaan.

Istilah hukum adat menurut para sarjana.

Christian snouck hurgronje, dalam penelitianya di aceh pada tahun 1891-1892,


meterjemahkan ke dalam bahasa belanda “adat recht” untuk membedakan antara
kebiasaan dengan adat yang mempunyai sanksi hukum. Penelitian ini menghasilkan
sebuah buku yang diberi judul De Arjehers (orang-orang aceh) pada tahun 1984.
Hurgronye disebut sebagai orang pertama yang menggunakan istilah “adat recht” yang
kemudian diterjemahkan sebagai hukum adat.

Istilah ini kemudian menjadi terkenal sejak digunakan oleh coenelis van vollenhoven
dalam tiga jilid bakunya yang berjudul Het Adat-Recht van Nederflandsch indie
( Hukum Adat Hindia Belanda)

Istilah hukum adat baru resmi dipakai pada tahun 1929 dalam peraturan perudang-
undangan

DEFINISI HUKUM ADAT.


Definisi hukum adat, terdapat hal yang berbeda-beda dalam pendefinisianya oleh para
sarja seperti :
• Van Vollenhaven
• Prof Ter Haar Bzn
• R Soepomo
• Prof.Dr.Roelof van Dijk
• Prof.Dr.Mr.Sukanto dan lain-lain

⁃ Menurut Van Vollenhaven


Himpunan peraturan peraturan tentang perilaku yang berlaku bagi orang pribumi dan
timur asing pada satu pihak mempunya sanksi (karena bersifat hukum), dan pihak lain
berada dalam keadaan tidak dikodefikasikan (karera adat).

⁃ Ter Haar Bzn


Hukum adat adalah keseluruhan aturan yang menjelma dari keputusan keputusan para
fungsionaris hukum (dalam arti luas) yang memiliki kewibawaan serta pengaruh dan
yang didalam pelaksananya berlaku serta merta dan di taati dengan sepenuh hati.

⁃ Raden Supomo
Hukum adat adalah sinonim dari hukum yang tidak tertulis didadalam peraturan
legislatif,hukum yang hidup sebagai konvensi di badan-badan hukum negara
(parlemen,Dewan profesi,dan sebagainya) hukum yang hidup sebagai peraturan
kebiasaan yang dipertahankan didalam pergaulan hidup,baik dikota maupun di desa-
desa.

HUKUM ADAT DAN ADAT


Apabila hukum adat tidak dipelajari sebagai suatu ilmu pengetahuan, maka didalam
masyarakat tidak dibedakan antara adat dan hukum adat. Jadidengan mengatakan adat
aja yang dimaksud adalah adat yang bersanksi (hukum adat). Namun kalau dipelajari
dalam ilmu pengetahuan maka keduanya harus dibedakan, memang sulit untuk membedakan
namun dapat kita cari perincinya lewat pendapat yang dikemukan para ahi
antropologi.

SANKSI HUKUM ADAT


• SOERJONK SOEKANTO,menyatakan bahwa didalam praktek kehidupan sehari
hari memsng sulit untuk memisahkan reaksi adat dengan koreksi
• Reaksi adat merupakan suatu perilaku untuk memberikan klasifikasi
tertentu pada perilaku tertentu
• Koreksi merupakan usaha untuk memulihkan perimbangan antara dunia lahir
dengan dunia gaib

REAKSI KOREKSI
• Pengganti kerugian imaterial dalam berbagai rupa seperti paksaan
menikah dengan gadis yang telah dicemarkan
• Bayaran “uang adat” kepada orang yang terkena, yang berupa benda yang
sakti sebagai pengganti kerugian rohani
• Selamatan (korban) untuk membersihkan masyarakat dari segala kotoran
gaib
• Penutup malu,permintaan maaf,sebagai rupa hukuman badan hingga hukuman
mati
• Pengasingan dari masyarakat serta meletakan orang lain diluar tata
hukum.

Anda mungkin juga menyukai