Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan kontributor gangguan medis yang saat ini sering

dijumpai dalam praktek pelayanan kebidanan seperti hipertensi kehamilan dan

hipertensi postpartum.1 Pada awal masa kehamilan tejadi generalisasi vasodilatasi

sistemik yang menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah 10 mmHg

sampai masa pertengahan kehamilan. Pada Trimester akhir kehamilan tekanan

darah secara bertahap meningkat dan baru mengalami penurunan pada awal

persalinan. Tekanan darah secara progresif mengalami kenaikan pada 5 hari

pertama postpartum dan mencapai masa puncak terjadinya peningkatan tekanan

darah pada hari ke 3-6 postpartum.2

Hipertensi postpartum merupakan peningkatan tekanan darah dalam 24

jam pertama postpartum pada wanita yang telah mengalami hipertensi kehamilan

maupun hipertensi de novo (postpartum) yang ditandai dengan tekanan darah

>140/90 mmHg dengan atau tanpa disertai proteinuria dengan pemeriksaan

minimal 2 kali dengan selang waktu 4 jam.3,4 Sepertiga dari perempuan yang

mengalami hipertensi kehamilan atau pre-eklampsia akan berlanjut pada masa

postpartum meskipun pada awal persalinan tekanan darah normal.5

Penyebab hipertensi postpartum selain karena sudah ada dari masa

kehamilan, juga hipertensi denovo yang disebabkan karena penggunaan obat

analgesik seperti ergometrin untuk mengatasi masalah perdarahan postpartum,

hipervolemia yaitu penggunaan volume ca iran dalam jumlah besar untuk

1
2

mengatasi nyeri anastesi yang tidak memadai. Penyebab lainnya yaitu masalah

kecemasan yang dialami ibu setelah persalinan serta preeklampsia yang disertai

dengan gejala sakit kepala, nyeri epigastrum bahkan sampai kejang. 2,6,7

Hipertensi merupakan penyulit 10% - 15% dari kehamilan dan menjadi

penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal.8 Sekitar 10% dari

kematian ibu akibat gangguan hipertensi kehamilan terjadi pada masa postpartum.

Pada 3 penelitian di Inggris dengan metode kohort retrospektif ditemukan bahwa

32% - 44% kasus hipertensi dan eklampsia terjadi setelah melahirkan.2 Prevalensi

hipertensi postpartum berkisar 0,3% - 27,5% dan dapat mengakibatkan

komplikasi pada ibu.6 Prevalensi angka kejadian hipertensi postpartum dari ibu

yang sebelumnya tidak mengalami hipertensi yaitu sekitar 10% yang terjadi dalam

48 jam atau lebih setelah persalinan dan 50% terjadi pada ibu yang sebelumnya

sudah mengalami hipertensi dalam kehamilan.9

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 hipertensi

merupakan penyumbang Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi ke-2 setelah

perdarahan yaitu sekitar 14% dari 289.000 kejadian kematian ibu. Pada negara

maju seperti Amerika hipertensi menjadi penyebab 25% dari kasus kematian ibu

sementara di negara berkembang seperti Asia dan Afrika sebanyak 9% dari kasus

kematian ibu.10,11 AKI di Indonesia sudah mengalami penurunan dari tahun 2012

ke tahun 2015 yaitu 359 per 100.000 Kelahiran Hidup (KH) menjadi 305 per

100.000 KH. Hal ini menunjukan bahwa jumlah AKI di Indoneisa walaupun

sudah mengalami penurunan belum mencapai target Millenium Developmen


3

Goal’s (MDGs) yaitu 102 per 100.000 KH yang menjadi target akhir pada tahun

2015.12

Pada tahun 2010 – 2013 terdapat 3 penyebab utama AKI di Indonesia

yaitu perdarahan, hipertensi dan infeksi, sementara saat ini tren tersebut sudah

mengalami pergeseran dengan meningkatnya kasus hipertensi kehamilan dan

hipertensi postpartum dari tahun ke tahun.13 Hipertensi menempati urutan kedua

sebagai penyebab AKI di Jawa Tengah.14 Salah satu kabupaten dengan AKI

tertinggi yaitu Kabupaten Brebes, pada tahun 2017 terdapat 14 AKI dan 8

diantaranya (57,1%) disebabkan oleh PEB dan Eklampsia postpartum, pada tahun

2018 terdapat 12 AKI dan 6 diantaranya (50%) disebabkan oleh PEB dan

Eklampsia postpartum dan pada tahun 2019 sampai bulan april terdapat 5 AKI

dan 2 diantaranya (40%) disebabkan oleh PEB dan Eklampsia postpartum . Data

dari buku register ruang nifas RSUD Brebes, pada tahu 2018 terdapat 350 kasus

hipertensi dan preeklampsia, sedangkan dari bulan januari sampai pertengahan

April 2019 sudah terdapat 96 kasus.15

Hipertensi postpartum memiliki dampak terhadap sistem organ seperti

hipofibrinogemia, gangguan kardiovaskular, nekrosis hati, edema paru,

perdarahan otak, cedera ginjal akut, sindrom HELLP (Hemolysis Elevated Liver

enzyme Low Platelet count), komplikasi lain (lidah tergigit, trauma, fraktur,
5,10,16,3
pneunomia aspiras) dan DIC (Disseminate Intravascular Coagulation) .

Wanita dengan hipertensi dan preeklampsia memiliki 3,7 kali resiko terhadap

hipertensi dimasa depan, 2,2 kali resiko penyakit iskemik jantung dan 8 kali

resiko mengalami stroke.2


4

Penatalaksanaan kasus hipertensi postpartum dapat dilakukan secara

farmakologi dan non farmakologi. Secara farmakologi dapat dilakukan dengan

pemberian obat anti hipertensi seperti metildopa, nifedipine, labetalol, amlodipine,

enalapril, atenolol dan katopril.5,17 Selain pemberian terapi obat, pada hipertensi

postpartum perlu dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium untuk

mengidentifikasi kemungkinan terjadinya preeklampsia, eklampa dan komplikasi

lainnya.2 Pemberian terapi farmakologis sudah terbukti memiliki efektivitas yang

baik namun memiliki efeksamping dalam penggunaannya seperti hipotensi, sakit

kepala, takikardi, gangguan ginjal dan maslah dalam pemberian air susu ibu

(ASI).2,17 Beberapa pasien juga memerlukan terapi kombinasi terhadap hipertensi

sehingga dapat mencapai target tekanan darah yang normal, namun terapi

kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan

pasien karena banyaknya obat yang harus dikonsumsi.18

Selain itu terdapat terapi non farmakologi sebagai pelengkap terapi

farmakologi diperlukan untuk mendapatkan efek pengobatan yang optimal. Terapi

non farmakologi dapat berupa terapi holistik dan pola hidup berupa Dietary

therapies (terapi makan).19,20 Terapi non farmakologi herbal atau obat tradisional

saat ini semakin meningkat dengan dikeluarkannya peraturan menteri kesehatan

tentang saintifikasi jamu pada tahun 2010.21 Terapi non farmakologi memiliki

banyak keuntungan seperti harga lebih terjangkau, mudah diperoleh dan dapat

meminimalisir efek samping.22

Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman

berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah


5

kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasarkan pada

pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun telah diwariskan dari

satu generasi ke generasi berikutnya. WHO memperkirakan bahwa 80% penduduk

dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk

penggunaan obat yang berasal dari tanaman.23

Terapi non farmakologi yang telah dilakukan untuk penatalaksanaan

hipertensi seperti pemberian jus tomat 250 ml/hari terbukti dapat menurunkan

tekanan darah dengan p – value (0,001) dalam 100 gr tomat mengandung kalium

0,06 gr.24 Pemberian seduhan kelopak kering bunga rosella 10 gram/hari terbukti

dapat menurunkan tekanan darah dengan hasil p-value (<0,05) dalam 10 gr

kelopak kering rosella terdapat 7,3 mg flavonoid.25 Terapi non farmakologi

lainnya yaitu pemberian ekstrak labu siam 500 mg/hari terbukti dapat menurunkan

tekanan darah dengan (p value= 0,000) dalam 100 gr ekstrak labu siam terdapat

1,325 kalium dan 23,453 flavonoid.26

Penatalaksanaan hipertensi secara non farmakologi dengan pemberian

daun-daunan, buah – buahan, sayur – sayuran dan akar- akaran yang mengandung

senyawa atau zat – zat yang dapat bekerja dalam menurunkan tekanan darah,

salah satunya yaitu ekstrak Ashitaba (Angelica Keiskei).20 Pada beberapa

penelitian diperoleh bahwa ashitaba mengandung Alkaloid, saponin, tanin,

fenolik, flavonoid triterfenoid, steroid dan glikosida.Total Flavonoid di dalam

pucuk ashitaba berkisar 219 mg/100 gr, dan kandungan antioksidan total ashitaba

berkisar 1890 + 30 mg/g berat kering. Kandungan Flavonoid dan antioksidan pada
6

ektrak Ashitaba (Angelica Keiskei) lebih tinggi dibanding kelopak kering rosella,

tomat dan ektrak labu siam.27

Pada literature review Caesar (2016) Ashitaba berkhasiat sebagai

sitotoksik, antidiabetes, antioksidan, anti-inflamasi, antihipertensi dan

antimikroba.28 penelitian mengenai manfaat ashitaba sudah banyak dilakukan

tetapi hanya sedikit yang meneliti keterkaitannya dengan hipertensi dan belum ada

penelitian terkait dengan hipertensi postpartum. Penelitian yang mengenai

hipertensi yaitu penelitian Shimizu (1998) menyatakan bahwa Ashitaba (Angelica

Keiskei) terhadap hipertensi pada tikus terbukti efektif dalam menurunkan tekanan

darah dengan hasil p<0,05. Hasil perubahan tekanan darah setelah perlakuan

antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol yaitu 198 + 8,1mmHg dan 211

+ 3,7.29

penelitian terkait uji toksisitas penggunaan ektrak ashitaba yaitu pada

penelitian Swarayana (2012) perubahan hispatologi hati mencit (mus

musculus)yang diberikan ekstrak daun ashitaba dosis 125 mg sampai 1000 mg

tidak menimbulkan efek toksik pada hati mencit.30 Pada penelitian Wiralaga

(2015) pengaruh pemberian ekstrak etanol daun ashitaba terhadap hispatologi

lambung mencit jantan dengan dosis sampai 1000 mg selama 21 hari tidak

menimbulkan gangguan struktur hispatologi orga lambung mencit.31

Kandungan flavonoid daun ashitaba dapat membantu menurunkan

tekanan darah memalui efek hipotensi dengan mekanisme menghambat aktivitas

ACE dan sebagai diuretik. Flavonoid menghambat kerja ACE yang memegang

peran penting dalam perubahan angiotensi I menjadi angiotensin II sebagai


7

penyebab terjadinya penyempitan pembuluh darah dan menaikan tekanan darah.

Penghambatan kerja ACE melalui senyawa flavonoid ini bertujuan agar tidak

terjadi pembentukan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga terjadinya

vasodilatasi atau pembuluh darah melebar sehingga darah banyak mengalir ke

jantung dan Total Peripheral Resistence (TPR) turun dan penurunan curah jantung

sehingga terjadi penurunan tekanan darah.32,33

Penggunaan Ashitaba (Angelica Keiskei) dalam bentuk ekstrak dipilih

sebagai terapai non farmakologi untuk hipertensi dapat dibuat kedalam bentuk

ektrak kering dan dimasukan kedalam kapsul sesuai dengan prosedur dan

konsentrasinya. Selain praktis dan mudah dikonsumsi Ashitaba (Angelica Keiskei)

dalam bentuk ekstrak kapsul juga dapat tahan lebih lama dibandingkan rebusan

atau di jus. Penggunaan Ashitaba (Angelica Keiskei) dalam bentuk ekstrak kapsul

dapat dimanfaatkan sebagai upaya non farmakologi yang mudah, murah, dan

praktis dalam upaya penanganan hipertensi kehamilan. Berdasarkan hal tersebut

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Potensi ekstrak

ashitaba (Angelica Keiskei) sebagai pendamping terapi nifedipine untuk

menurunkan tekanan darah pada ibu hipertensi postpartum”

B. Perumusan Masalah

Hipertensi merupakan penyulit 10% - 15% dari kehamilan dan menjadi

penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal. Sekitar 10% dari

kematian ibu akibat gangguan hipertensi kehamilan terjadi pada masa postpartum.

Prevalensi angka kejadian hipertensi postpartum dari ibu yang sebelumnya tidak

mengalami hipertensi yaitu sekitar 10% yang terjadi dalam 48 jam atau lebih
8

setelah persalinan dan 50% terjadi pada ibu yang sebelumnya sudah mengalami

hipertensi dalam kehamilan.

Hipertensi postpartum dapat berupa kelanjutan dari hipertensi sejak masa

kehamilan atau hipertensi denovo hanya terjadi setelah persalinan. Hipertensi

postpartum berdampak pada setiap sistem organ seperti gangguan kardiovaskular,

hati, edema paru, cedera ginjal akut,sindrom HELLP (Hemolysis Elevated Liver

enzyme Low Platelet count), komplikasi sistem saraf pusat.

Penatalaksanaan non farmakologi dapat dilakukan sebagai terapi dalam

mmengatasi hipertensi post partum. Penggunaan tanaman obat dapat

dimanfaatkan salah satunya pada tanaman obat yang memiliki kandungan sebagai

inhibitor angiotensin I converting enzyme (ACE). Tanaman obat yang memiliki

kemampuan kemampuan sebagai ACE salah satunya yaitu ekstrak Ashitaba

(Angelica Keiskei) yang memiliki kandungan senyawa tinggi antioksidan berupa

flavonoid.

Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Rumusan masalah umum

Apakah esktrak Ashitaba (Angelica Keiskei) berpotensi sebagai pendamping

obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah pada ibu hipertensi

postpartum.
9

2. Rumusan masalah khusus

a. Apakah terdapat penurunan rata-rata tekanan darah sistolik pada ibu

dengan hipertensi postpartum sebelum dan setelah pemberian ekstrak

ashitaba dan obat antihipertensi?

b. Apakah terdapat penurunan rata-rata tekanan darah diastolik pada ibu

dengan hipertensi postpartum sebelum dan setelah pemberian ekstrak

ashitaba dan obat antihipertensi?

c. Apakah terdapat penurunan rata-rata tekanan darah sistolik pada ibu

dengan hipertensi postpartum sebelum dan setelah pemberian obat

antihipertensi?

d. Apakah terdapat penurunan rata-rata tekanan darah diastolik pada ibu

dengan hipertensi postpartum sebelum dan setelah pemberian obat

antihipertensi?

e. Apakah Penurunan rata - rata tekanan darah sistolik pada ibu hipertensi

postpartum yang diberikan ekstrak ashitaba dan obat antihipertensi lebih

besar dibandingan yang diberikan obat antihipertensi saja.

f. Apakah Penurunan rata - rata tekanan darah diastolik pada ibu hipertensi

postpartum yang diberikan ekstrak ashitaba dan obat antihipertensi lebih

besar dibandingan yang diberikan obat antihipertensi saja.


10

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Menganalisis esktrak Ashitaba (Angelica Keiskei) berpotensi sebagai

pendamping obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah pada ibu

hipertensi postpartum.

2. Tujuan khusus

a. Menganalisis penurunan rata-rata tekanan darah sistolik pada ibu dengan

hipertensi postpartum sebelum dan setelah pemberian ekstrak ashitaba

dan obat antihipertensi.?

b. Menganalisis penurunan rata-rata tekanan darah diastolik pada ibu dengan

hipertensi postpartum sebelum dan setelah pemberian ekstrak ashitaba

dan obat antihipertensi?

c. Menganalisis penurunan rata-rata tekanan darah sistolik pada ibu dengan

hipertensi postpartum sebelum dan setelah pemberian obat antihipertensi?

d. Menganalisis penurunan rata-rata tekanan darah diastolik pada ibu dengan

hipertensi postpartum sebelum dan setelah pemberian obat antihipertensi?

e. Menganalisis penurunan rata - rata tekanan darah sistolik pada ibu

hipertensi postpartum yang diberikan ekstrak ashitaba dan obat

antihipertensi lebih besar dibandingan yang diberikan obat antihipertensi

saja.

f. Menganalisis penurunan rata - rata tekanan darah diastolik pada ibu

hipertensi postpartum yang diberikan ekstrak ashitaba dan obat


11

antihipertensi lebih besar dibandingan yang diberikan obat antihipertensi

saja.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi ibu postpartum

Penelitian ini dapat diterapkan sebagai bahan alami yang dapat dikonsumsi

dalam upaya menurunkan tekanan darah sehingga dapat mencegah komplikasi

dari hipertensi postpartum yang mungkin terjadi.

2. Manfaat bagi institusi

Sebagai referensi kepustakaan dan informasi ilmiah tentang potensi pemberian

ekstrak ashitaba terhadap penurunan tekanan darah pada ibu hipertensi

postpartum.

3. Manfaat bagi fasilitas pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan sebagai upaya terapi non

farmakologi dalam penanganan hipertensi postpartum dan dapat pula

dimasukan ke dalam Standar operasional prosedur (SOP) asuhan kebidanan

sebagai terapi pendamping dari terapi farmakologi yang ada saat ini.

4. Manfaat bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan dapat

dikembangkan dengan cara meneliti manfaat bagi variabel-variabel lain yang

terkait pengembangan lanjutan tentang hipertensi dan terapi nonfarmakologi

lainnya yang juga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif penurunana tekanan

darah.
12

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang penggunaan terapi non farmakologi terhadap hipertensi

postpartum seudah banyak dilakukan sebelumnya, namun penelitian penggunaan

ekstrak Ashitaba (Angelica Keiskei) terhadap hipertensi postpartum belum pernah

dilakukan sebelumnya. Tabel dibawah ini merupakan daftar penelitian –

penelitian terdahulu terkait variabel yang ingin diteliti :

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian

Peneliti Judul dan Metode Variabel Hasil Penelitian


TahunPenelitian Penelitian
Emiko Shimizu, effects of Jenis penelitian Variabel Hasil penelitian
Atsumi Hayashi, Angiotensin I- adalah Studi Independen menunjukkan bahwa
Rumiko Converting Enzym eksperimental, :Ashitaba terdapat pengaruh
Takahashi, Inhibitor from pendekatan (Angelica Ashitaba (Angelica
Yasuo Aoyagi, Ashitaba (Angelica penelitian Keisekei) Keisekei) terhadap tekanan
Tetsuo Keiskei) on blood evaluatif dengan darah dengan nilai p<0,05
Murakami Dan pressure on pre-test dan post- Variabel
Koichi Kimot spontaneously test desain Dependen :
Hypertensive Rats blood pressure
(1998) 29 on
spontaneously
Hypertensive
I Made Perubahan Eksperimental Variabel Hasil penelitian menunjukan
Indrayatnya Hispatologi Hati pretest-posttest Independen : bahwa pemberian ekstrak
Swarayana, I Mencit (Mus design Ashitaba daun Ashitaba (Angelica
Wayan Sudira , I Musculus ) Yang (Angelica Keiskei)
Ketut Berata Diberikan Ekstrak Keisekei) Antara dosis 125 mg sampai
Daun Ashitaba 1000 mg tidak
(Angelica Keiskei) Variabel menimbulkan efek toksisk
(2012) 30 Dependen : pada hati mencit.
Hispatologi
Hati mencit

I Putu Adi Pengaruh pemberian Eksperimental Variabel Hasil penelitian menunjukan


Wiralaga, I ekstrak etanol daun pretest-posttest Independen : bahwa pemberian ekstrak
Wayan Sudira, I ashitaba (angelica design Ashitaba etanol daun Ashitaba
Made Kardena, keiskei) terhadap (Angelica (Angelica Keiskei) secara
A.A.G.O.Dharm hispatologi lambung Keisekei) oral
ayudha mencit (mus Antara dosis 125 mg /kg bb
musculus) Jantan Variabel sampai 1000 mg /kg bb
(2015) 31 Dependen : selama 21 hari tidak
Hispatologi menimbulkan gangguan
Hati mencit struktur hispatologi organ
13

lambung mencit (mus


musculus) Jantan
Lindasay K. Areview of the Literature Variabel Terdapat beberapa manfaat
Caesar, Nadja medicinal uses and Review Independen : dari penggunaan ashitaba
B.Cech pharmacology of Ashitaba sebagai therapi no
Ashitaba (2016) 28 farmakologi di bidang
Variabel kesehatan seperti sitotoksik,
dependen : antidiabetes, antioksidan,
Cytotoxic, anti-inflamasi, antihipertensi
antidiabetic, dan antimikroba. Penelitian
antioxidative, sudah dilakuakn dalam in
anti- vitro dan beberapa in vivo
inflammatory, terbukti relevansi memiliki
antihypertensiv khasiat.
e and
antimicrobial
properties

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah :

1. Variabel Independent

Pada penelitian ini variabel independent yang diteliti adalah estrak daun

ashitaba (Angelica Keiskei).

2. Variabel Dependent

Pada penelitian ini variabel dependent yang diteliti adalah perubahan tekanan

darah sistolik dan diastolik pada hipertensi postpartum. Pada penelitian

sebelumnya kebanyakan penelitian terhadap antidiabetes, antioksidan,

antiinflamasi, sitotoksik, dan antimikroba.

3. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah ibu dengan hipertensi postpartum dengan

tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg

serta sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.


14

4. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimental dengan

rancangan pretest-posttest with control grup design.

F. Ruang Lingkup

1. Ruang lingkup waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei – juni 2019

2. Ruang lingkup tempat

RSUD Brebes.

3. Ruang lingkup materi

Bidang kajian yang akan diteliti tentang potensi ekstrak Ashitaba

(Angelica Keiskei) terhadap perubahan tekanan darah hipertensi postpartum.

Anda mungkin juga menyukai