Abstract
Estafet Writing atau menulis berantai merupakan metode pembelajaran learning by doing atau active
learning yang melibatkan siswa secara aktif menulis pantun dan syair dengan cara bersama-sama atau berantai.
Secara bergantian siswa menuliskan larik-larik imajinatif dalam buku latihannya (minimal satu baris/larik atau
satu bait) atau minimal sebuah sampiran. Pada akhir pembelajaran akan tercipta puluhan puisi (pantun dan syair)
sesuai dengan jumlah siswa di kelas yang ditulis bersama-sama (Estafet Writing) oleh para siswa. Pembelajaran
menulis puisi dengan menggunakan metode Estafet Writing ini sangat memotivasi siswa dalam belajar sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan dapat
dirasakan oleh siswa. sehingga tidak heran ketika pada akhir pelajaran mereka bertanya, ”kapan-kapan kita nulis
berantai lagi, Ya Bu..Asyikkkk....”
______________________________
Kata-kata kunci: kemampuan, motivasi, menulis puisi, dan Estafet Writing.
I PENDAHULUAN
Pada dasarnya keberhasilan sebuah pembelajaran dimotori oleh guru sebagai
sutradara yang bertugas menyusun skenario pembelajaran sekaligus sebagai pengatur
jalannya proses pembelajaran. Bila dianalogikan sebagai sebuah pertunjukan, pembelajaran
ini menjadi berhasil, menarik, dan berkesan bagi siswa, tidak terlepas dari kepiyawaian guru
sebagai sutradaranya. Keberhasilan guru mengatur strategi dalam pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.
Perubahan zaman mau tidak mau harus diikuti dengan aplikasi nyata di kelas.
Aplikasi itu diharapkan mampu mengantarkan siswa dalam belajar sehingga tercapai tujuan
pendidikan, baik belajar secara mandiri maupun kelompok. Konsep pembelajaran dengan
formula yang baru dan variatif harus ditemukan oleh guru agar kompetensi yang diharapkan
lebih meningkat dan maksimal.
Kemampuan siswa dalam pembelajaran sastra, khususnya dalam menulis puisi lama
(pantun dan syair) belum maksimal karena masih ada nilai siswa yang hanya sebatas KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan, yaitu 78. Berdasarkan pengamatan selama
proses pembelajaran sebelumnya, salah satu penyebabnya adalah metode pembelajaran yang
digunakan kurang menantang dan kurang menarik minat mereka dalam menulis puisi.
Apalagi puisi yang dimaksud adalah pantun dan syair yang merupakan jenis puisi lama yang
terikat bait dan rimanya. Metode pembelajaran yang selama ini sering digunakan adalah
dengan cara meminta siswa menuliskan beberapa buah pantun, membacanya di depan teman-
teman sekelas, kemudian menyerahkannya kepada guru. Metode ini sudah sering digunakan,
bahkan sejak mereka SD. Kegiatan menulis pantun sering tidak selesai dilaksanakan di
sekolah. Berbagai alasan dikemukan oleh siswa, misalnya mereka sulit memusatkan
konsentrasi dalam mengembangkan daya imajinasinya meskipun ide atau tema yang akan
dikembangkannya sudah ada dan sudah terpikirkan. Siswa mengaku inspirasi dan
imajinasinya jadi tumpul, konsentrasi terganggu, bosan, malas berpikir, tidak ada ide, tidak
ada mood dan beberapa alasan lainnya. Beberapa siswa mengaku akan lebih nyaman bila
kegiatan menulis dilaksanakan di rumah. Atas persetujuan guru, biasanya siswa dibiarkan
menyelesaikan puisi itu di rumah dan diminta menyerahkan hasil karyanya pada pertemuan
berikutnya atau seminggu kemudian.
Membiarkan siswa menulis puisi di rumah sangat tidak efektif. Guru sama sekali
tidak melihat proses pengembangan ide yang dilakukan oleh siswa. Kompetensi siswa dalam
menulis puisi tidak dapat diketahui dengan pasti bila proses penulisannya tidak disaksikan
oleh guru. Kegiatan pembelajaran seperti ini menyulitkan guru memantau hasil belajar
karena terdapat kemungkinan siswa dibantu oleh orang lain atau menyalin ulang puisi yang
terdapat dalam majalah, internet atau sumber lainnya.
Sehubungan dengan peningkatan motivasi dan kemampuan siswa dalam pencapaian
kompetensi yang diharapkan tersebut, dibutuhkan solusi dalam memilih metode yang tepat
dan menyenangkan untuk memotivasi siswa mengembangkan imajinasinya ke dalam bentuk
puisi dan dapat dilaksanakan di sekolah (di dalam kelas atau di luar kelas) atau tidak dibawa
pulang. Dengan demikian, bila siswa telah berani menuangkan daya imajinasinya, dan proses
pengembangannya dapat disaksikan oleh guru, kemampuan siswa dalam menulis sebuah
puisi dapat tercapai dengan maksimal dan sesuai dengan harapan.
Salah satu solusi yang ternyata dapat menumbuhkan respon positif dari siswa adalah
dengan menerapkan model pembelajaran yang penulis kembangkan dan penulis beri nama
“Estafet Writing ” atau Menulis Berantai.
Metode pembelajaran Estafet Writing ini sebelumnya sudah penulis terapkan dalam
pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) di kelas XII dan ternyata hasilnya sangat
memuaskan. Pada saat pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan metode Estafet
Writing ini, siswa sangat antusias dan aktif melakukan aktivitas menulis cerpen karena
metode ini merupakan metode pembelajaran active learning dan learning by doing. Siswa
terlihat tersenyum-senyum ketika melanjutkan setiap cerita yang telah ditulis teman-
temannya sebelumnya. Semua siswa tidak sabar membaca akhir dari cerita yang telah
ditulisnya di awal tadi. Semua siswa menebak-nebak akhir dari cerpennya. Ketika membaca
cerpen tersebut, berbagai ekspresi bermunculan di wajah siswa karena tema-tema yang
mereka ciptakan di awal jadi berbelok dan berubah. Ada yang lucu, menyedihkan, romantis,
bahkan ada yang horor. Hal ini sangat mengasyikan dan mereka saling bertukar buku latihan
untuk membaca cerpen-cerpen yang mereka ciptakan bersama.
Pada pembelajaran menulis cerpen, semua siswa sangat antusias dalam kegiatan
pembelajaran dan termotivasi dalam mengembangkan gagasannya untuk menulis cerpen.
Padahal sebelum berlatih dengan menggunakan metode ini, imajinasi mereka sulit untuk
dikembangkan. Menyadari bahwa metode ini berhasil dan sangat disambut gembira oleh
siswa, penulis mencoba menerapkannya kembali dalam kegiatan menulis puisi. Namun,
langkah yang dilakukan agak berbeda. Dalam kegiatan menulis cerpen, menulis berantai
melibatkan siswa satu kelas. Seluruh siswa tetap duduk di bangku masing-masing tanpa harus
berkelompok, hanya buku latihannya saja yang berpindah dari satu siswa ke siswa yang
lainnya (membentuk spiral). Pada pembelajaran puisi, Estafet Writing atau menulis berantai
dilaksanakan dengan berkelompok 4-5 orang tiap kelompok. Buku latihan hanya beredar di
antara 4-5 orang saja. Penulis berharap metode ini juga dapat meningkatkan motivasi siswa
sehingga termotivasi dan mampu menulis puisi. Di samping itu, dengan menerapkan metode
alternatif ini diharapkan dapat menciptakan iklim dan suasana belajar Bahasa Indonesia
menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini
adalah
1.1 Apakah metode Estafet Writing dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran
menulis puisi di kelas X.7 SMA Cendana Pekanbaru?
2. 2 Apakah metode Estafet Writing dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas
X.7 SMA Cendana Pekanbaru ?
Ruang lingkup penelitian ini meliputi pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X
semester ganjil dalam Standar Kompetensi (SK) nomor 8. Menulis: mengungkapkan pikiran,
dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi, dengan kompetensi dasar (8.1) Menulis puisi
lama dan (8.2) menulis .puisi baru. Materi pembelajaran yang dijadikan bahan dalam tulisan
ini adalah pantun, syair dan puisi bebas. Pembelajaran dilaksanakan di kelas X.7 TP 2009-
2010 SMA Cendana Pekanbaru.
Tulisan yang berjudul “Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Siswa dalam
Menulis Puisi dengan Metode Estafet Writing di SMA Cendana Pekanbaru ini bertujuan
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi (pantun, syair, dan puisi bebas) dalam
suasana belajar yang menyenangkan atau tidak membosankan.
II METODELOGI PENELITIAN
TABEL 1
ASPEK PENILAIAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN
NAM ASPEK PENILAIAN
SKO NILA
N A RIMA JLH BAIT (2) SAMPIRAN ISI
R I
O SISW (1) (3) (4)
A 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1
2
3
4
TABEL 2
ASPEK PENILAIAN KEMAMPUAN MENULIS SYAIR
NAM ASPEK PENILAIAN
SKO NILA
N A RIMA JLH BAIT (2) DIKSI ISI
R I
O SISW (1) (3) (4)
A 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1
2
3
TABEL 3
ASPEK PENILAIAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS
ASPEK PENILAIAN
RIMA/ BAHASA/MAJAS/ KESESUAIA ISI PUISI
NAM IRAMA DIKSI N JUDUL (4) SKO NIL
N A (1) (2) DENGAN ISI R AI
O SISW
A
(3)
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1
2
3
4
SKOR MAKSIMAL : 5
KETERANGAN
5 = Baik Sekali
4= Baik
3 = Cukup Baik
2 = Kurang Baik
1 = Tidak Baik
d. Motivasi belajar diketahui dari observasi selama pembelajaran yang direkam dengan
instrumen yang didasarkan atas aspek motivasi keaktifan, keantusiasan dan keceriaan selama
belajar. (Zubaidah, 2006:5). Lembar observasi terlampir.
Setelah siswa menyelesaikan penggalan puisi tersebut, mereka diminta untuk memindahkan
(menyerahkan) buku latihan berisi penggalan puisi tersebut kepada teman sebelah kanannya.
Siswa yang menerima buku latihan temannya diminta membaca larik/baris pertama puisi yang
telah dituliskan di buku tersebut. Kemudian setiap siswa diminta meneruskan (menyambung)
lirik/baris puisi tersebut dengan cara menambah dengan beberapa lirik lagi. Setiap akhir
lariknya, siswa diminta menuliskan namanya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pemilik
larik yang tidak sesuai rimanya.
Misalnya: (Pantun)
(Ke Pekanbaru membeli buah durian
Selain durian ada juga buah cempedak
Bila ingin berilmu pengetahuan
Rajin-rajinlah membaca buku (Mutiq)
Atau (puisi bebas)
(Telah kutepis debu-debu
Yang sempat melekat di dinding hari
Telah kusisihkan onak di tepi jalan hari(Shafira)
Telah kutumbangkan pagar duka
yang sempat merengkuh luka
Semua karena jemariku
Telah menggenggam harap padamu (Putri)
Setelah siswa kedua melanjutkan penggalan puisi temannya dengan beberapa lirik/baris, buku
latihan itu kembali berpindah searah jarum jam sampai batas waktu yang telah ditentukan
oleh guru.
Setelah sampai pada batas waktu yang telah ditentukan, setiap siswa diminta menuliskan
akhir dari puisi tersebut bila diperlukan.
Setelah kegiatan menulis berantai selesai, setiap siswa diminta mengembalikan buku latihan
tersebut kepada pemiliknya (siswa yang menulis baris pertama).
Pemilik buku diminta membaca puisi berantai itu secara keseluruhan dan menandai lirik-lirik
yang tidak koheren atau yang tidak sesuai dengan rimanya. Larik-larik yang tidak nyambung
akan diketahui penulisnya, dan siswa yang bersangkutan akan diberitahu tentang
kesalahannya pada waktu pembahaasan.
Siswa diminta merevisi puisi tersebut bila dianggap perlu, kemudian memberi judul yang
tepat.
Setelah puisi berantai selesai ditulis, setiap siswa diminta membacakan hasil karya mereka
tersebut dan memajangnya di majalah dinding kelas bahasa Indonesia.
Siklus I
Perencanaan
Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan pada pertemuan pertama (3 x 45 menit).
Proses pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun oleh guru dengan menerapkan
metode Estafet Writing. Proses pembelajaran dikemas dalam tiga kegiatan, yaitu (1) kegiatan
awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir. Berikut adalah uraian secara rinci tahapan
proses pembelajaran.
1. Kegiatan Awal:
Setelah mengabsen siswa dan mengondisikan kelas untuk memulai pelajaran, Guru
mengaktifkan pengalaman siswa sewaktu belajar di SMP tentang pantun, syair, dan puisi
bebas.
Guru dan siswa bertukar informasi tentang puisi lama (pantun dan syair), mengenai ciri-ciri
pantun dan syair, perbedaan pantun dan syair dan contoh-contoh pantun dan syair. Serta
bertanya jawab tentang puisi bebas dan ciri-cirinya. Kegiatan ini dilakukan untuk memotivasi
siswa dalam memulai pembelajaran ini.
Guru memberikan contoh sebuah pantun dan syair melalui layar LCD
Kegiatan Inti:
Pelaksanaan dengan menggunakan metode Estafet Writing Pembagian kelompok dan tugas.
Guru menjelaskan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran pada hari ini menggunakan
metode Estafet Writing. Guru menjelaskan langkah-langkah metode pembelajaran Estafet
Writing.
Setelah memberikan penjelasan, guru membagi siswa atas 5 kelompok kecil yang
beranggotakan 5-6 siswa tiap-tiap kelompok.
Setiap anggota kelompok diminta menentukan sebuah tema untuk dikembangkan menjadi
sebuah puisi (pantun, syair, dan puisi bebas).
Setelah setiap siswa sudah mempunyai sebuah tema, mereka diminta mulai menulis sebuah
puisi, minimal sampirannya (baris pertama dan kedua), satu larik, atau satu bait dalam puisi
bebas.
Setelah setiap siswa menuliskan minimal sebuah sampiran/sebuah pantun, sebuah syair, atau
satu bait puisi bebeas, setiap siswa diminta memindahkan buku latihannya tersebut ke teman
sebelahnya (boleh searah jarum jam atau teman sebelah kanannya).
Secara bergantian (estafet), setiap siswa meneruskan tulisan teman-temannya yang berisi
pantun/syair/puisi bebas.
Sebelum melanjutkan tulisan temannya, setiap siswa diwajibkan membaca puisi tersebut dari
awal untuk menghindari ketidakharmonisan antara sampiran dan isi pada pantun dan
ketidakharmonisan hubungan antar larik dalam bait pada syair. Kegiatan menulis berantai
(Estafet Writing) terus berlangsung sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh guru.
Setelah kegiatan menulis berantai (Estafet Writing) berakhir, guru meminta setiap siswa
mengembalikan buku latihan yang sudah ditulis bergantian tadi kepada pemiliknya (penulis
awal).
Pemilik buku latihan (penulis awal) harus membaca ulang puisi tersebut, merevisinya (bila
diperlukan), dan memberi judul yang tepat.
Guru menunjuk salah seorang siswa untuk mengetik pantun, syair, atau puisi berantai yang
telah selesai ditulis dan menayangkannya di LCD (infocus).
Guru mengajak siswa membahas kebenaran dan ketepatan patun berdasarkan jumlah bait dan
rimanya.
Kegiatan Akhir:
Setelah kegiatan menulis pantun, syair, atau, puisi bebas secara berantai berakhir, guru
meminta beberapa orang siswa membacakan pantun berantai yang telah mereka selesaikan
secara berkelompok.
Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya, akan diadakan evaluasi menulis
puisi (pantun, syair, atau puisi bebas) secara individu (tanpa berantai)
Observasi
Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan
untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pembelajaran
pada siklus pertama. Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat yang bertindak
sebagai observer. Fokus observasi adalah bagaimana aktivitas-aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
Pada tahap ini dilakukan pencatatan hasil observasi terhadap kondisi yang terjadi pada
saat berlangsungnya tindakan terutama meliputi aktivitas dan respon siswa. Observasi ini
dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat dengan menggunakan perangkat yang telah
disiapkan. (terlampir).
Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil tes tertulis dan observasi dianalisis pada tahap ini.
Hasil dari pengolahan data tersebut dijadikan sebagai acuan refleksi yang kemudian menjadi
dasar penyusunan rencana kegiatan atau tindakan pada siklus berikutnya.
Siklus II
Pada siklus kedua, pembelajaran menulis puisi tidak lagi menulis pantun melainkan
menulis syair. Perencanaan pada siklus kedua ini disusun berdasarkan analisis dan refleksi
pada siklus pertama. Hal ini dimaksudkan agar proses maupun hasil pembelajaran pada siklus
kedua mengalami peningkatan. Untuk itu hambatan-hambatan yang ditemukan pada siklus
pertama diatasi pada siklus kedua, terutama pada tahap pelaksanaan tindakan. Bersamaan
dengan itu dilakukan observasi. Kemudian dilanjutkan tahap refleksi. Perencanaan pada
siklus kedua ini hampir sama dengan siklus pertama. Sedangkan pada tahap tindakan
dilakukan perbaikan untuk mengatasi hambatan yang ditemukan pada siklus pertama. Dengan
demikian, perbaikan maupun penyempurnaan terlihat pada tahap-tahap siklus kedua ini.
Siklus III
Perencanaan pada siklus III ini menggunakan RPP yang kedua, yaitu pembelajaran
menulis puisi bebas..
Konsonan /h/ pada baris di atas memberikan efek makna gelisah. Sementara itu,
perpindahan antara bunyi desis /s/ dan /h/ dengan menggunakan konsonan /n/ dalam ..dan
angin mendesah... menjadikan lagu puisi itu semakin merdu. (Kosasih, 2004:239)
Jenis puisi yang menjadi materi pelajaran dalam penelitian ini adalah pantun dan syair
yang tergolong jenis puisi lama, serta puisi bebas yang tidak terikat oleh bait maupun
rimanya.
3.1.1 Pantun
Pantun adalah puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait yang bersajak abab, baris
pertama dan kedua berupa sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Perhatikan contoh berikut ini.
Baris pertama diakhiri dengan bunyi /li/, baris ketiga pun demikian. Baris kedua
diakhiri dengan bunyi /an/, demikian pula baris keempat. Pantun tersebut memakai pola
persajakan a-b-a-b. Perulangan semacam itu akan membangun irama atau efek musikalitas
dalam puisi. Bahasa puisi itu berirama. Irama terbentuk dari perulangan bunyi yang sama
atau sedaerah artikulasi. Dalam puisi lama, pantun misalnya perulangan bunyi itu amat
terpola. Pola irama dalam puisi lama sering disebut pola persajakan atau rima. ( Setiawan,
2006:15).
3.1.2 Syair.
Syair adalah puisi lama yang keseluruhan barisnya adalah isi. Syair berisi kisah atau
cerita. Bentuknya terdiri dari empat baris sebait dan bersajak aaaa. Perhatikan contoh berikut!
Berhentilah kisah Raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan,
Abdul Hamid Syah paduka Sultan
Duduklah baginda bersuka-sukaan
Jika diperhatikan, syair di atas berisi empat baris sebait, bersajak aaaa (rata), jumlah
suku katanyanya berkisar 8-12 suku kata atau terdiri dari empat kata pada setiap barisnya.
(Suroto, 1989:49)
3.1.3. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India). Gurindam adalah satu
bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat
dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama
berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau
akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Kumpulan gurindam yang dikarang oleh Raja Ali Haji dari Kepulauan Riau. Dinamakan
Gurindam Dua Belas oleh karena berisi 12 pasal, antara lain tentang ibadah, kewajiban raja,
kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup
bermasyarakat.
Ciri-ciri gurindam:
a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal dari Tamil (India)
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui
sebab akibat.
IV HASIL
4.1 Paparan Data pada Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan
tanggal 02 November 2009 dan pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 07 November 2010
dengan menerapkan pembelajaran menulis pantun dengan metode Estafet Writing. Pertemuan
ketiga dilaksanakan tanggal 09 November 2009 dengan melaksanakan evaluasi menulis
pantun secara individu. Secara umum gambaran pelaksanaan pembelajaran dijelaskan berikut
ini.
4.1.1.2 Pertemuan kedua (2 x 45 menit), Kegiatan lanjutan menulis pantun dengan metode
Estafet Writing (berkelompok) dan pembahasan pada tanggal 07 November 2009.
Pada kegiatan awal, setelah mengabsen kehadiraan siswa, penulis membuka pelajaran
dengan membacakan beberapa bait pantun berantai yang ditulis siswa pada pertemuan
sebelumnya. Kemudian, dilanjutkan dengan meneruskan dan menyelesaikan kegiatan menulis
pantun berantai. Penulis mengembalikan pantun yang ditulis pada pertemuan sebelumnya
setelah siswa kembali membentuk kelompoknya. Kegiatan awal ini berlansung selama 20
menit.
Usai menulis pantun secara berantai, penulis meminta beberapa siswa mengetikkan
pantun berantai karya kelompok mereka dalam laptop atau komputer kelas untuk ditayangkan
dan dibahas bersama-sama. Pembahasan pantun berdasarkan rima dan sampiran sangat
menarik perhatian siswa dan membutuhkan waktu yang cukup panjang kerena semua
kelompok ingin pantun berantainya ditayangkan dan dibahas bersama.
Pertemuan kedua ini ternyata tidak cukup untuk melaksanakan evaluasi menulis
pantun secara individu. Evaluasi direncanakan akan dilaksanakan pada pertemuan ketiga
tanggal 09 November 2009.
TABEL 4
NILAI KMAMPUAN MENULIS PANTUN
SISWA KELAS X.7 SMA CENDANA PEKANBARU
ASPEK
NO NAMA SISWA SKOR NILAI
R B S I
1 ADE LUTFIANTO WENAS 5 8 15 20 48 96 (BS
2 ADHELLA KASMITA 5 8 12 20 45 90 (BS
3 ANATASIA ALEN 5 6 12 16 39 78 (C
4 ARIF EKA PUTRA 4 1 12 16 42 84 (B
0
5 5 1 12 16 43 86 (B
BERNADETHA RACHELA 0
6 5 1 12 16 43 86 (B
BRENDA RUTH PANJAITAN 0
7 CERIA ICTAVANI 5 8 12 16 41 82 (B
8 CHINTYA ARIZONA 5 8 12 16 41 82 (B
9 CHRISTANTY W 4 8 15 16 43 86 (B
10 DANIEL MAHARDIKA PU 4 8 12 20 44 88 (B
11 DIAN PUTRI PERTIWI 5 8 12 20 45 90 (BS
12 DENI SYAHRIL 5 6 12 16 39 78 (C
13 DIMAS TRIADI W 5 8 12 16 41 82(B
14 DINDI WAHYU ALDIO 5 8 12 12 40 80 (B
15 5 1 15 12 42 84 (B
DWINDA RIZKY AMALIA 0
16 4 1 12 16 42 84 (B
FARRAH NABILLA PUTRI 0
17 5 1 15 16 46 92 (SB
FARRIZKY 0
18 5 1 12 16 43 86 (B
FAUZAN AHMAD 0
19 FS INDRA 5 8 15 12 40 80 (B
20 4 1 12 16 42 84 (B
GUSTIEN ENDRINA 0
21 5 1 12 16 43 86 (B
HARTIKA RAFIH W 0
22 M. IKHWAL 5 8 15 20 48 96 (SB
23 M. KEMAL PADRIANO 4 8 12 16 40 80(B
24 MUTIQ ZUZASQI 5 6 12 16 39 78 (C
25 NABILA MAHDIRANI 5 8 15 16 44 88 (B
26 NAYESA SYAFIRA ETHAF 5 8 12 16 44 82 (B
27 OKTHASIA INDRA 4 8 15 12 39 78 (C
28 PRABAWATI DWIKUSUMA 5 8 12 16 41 82 (B
29 PUTRI DESTY AMELIA 5 8 15 16 44 88 (B
30 RICKO YORINDA PUTRA 5 8 15 16 44 88 (B
31 RICO ALFREDO H 5 8 15 12 40 80 (B
32 5 1 12 16 43 86 (B
ROBBY PANJI ABDUL SANI 0
33 SHAFIRA IRMAYUNI 5 8 15 16 41` 82 (B
34 YULINA SUWITO 4 8 15 16 43 86 (B
2878/34
84.64
Pada pertemuan pertama ini, penggunaan waktu kurang maksimal karena pada awal
pelajaran penulis harus menjelaskan langkah-langkah metode Estafet Writing dan membagi
kelompok. Proses pembelajaran menulis pantun secara berantai dilanjutkan pada pertemuan
kedua tanggal 07 November 2009.
Pada pertemuan kedua ini, proses pembelajaran menulis pantun dengan metode
Estafet Writing dilanjutkan dengan pembahasan hasil karya siswa dengan menggunakan
LCD. Pada akhir pelajaran diketahui bahwa ternyata semua siswa melakukan kegiatan ini
dengan sempurna. Semua siswa melakukan kegiatan menulis pantun secara berantai. Semua
siswa memiliki pantun berantai yang ditulis bersama-sama teman-teman sekelompoknya.
Kegiatan pada pertemuan berikutnya adalah melaksanakan evaluasi menulis pantun secara
individu.
Berdasarkan hasil evaluasi pada pertemuan ketiga yang telah disajikan dalam tabel
rekapitulasi kemampuan menulis pantun dapat diketahui bahwa dari 34 orang siswa yang
mengikuti evaluasi menulis pantun, hanya 4 orang yang termasuk dalam kategori cukup,
yakni sebanyak 11.76 %. 25 orang memperoleh nilai dengan kategori baik dengan persentase
73.53 %, dan 5 orang memperoleh nilai dengan kategori baik sekali yakni 14.71 %. Dari
persentase yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya semua siswa mampu
menulis pantun di sekolah. Pencapaian ini dilatarbelakangi atas keberhasilan memotivasi
mereka dalam pembelajaran dengan metode Estafet Writing yang dilaksanakan pada
pertemuan sebelumnya. Rata-rata nilai kemampuan siswa dalam menulis pantun adalah
84.64 % dan termasuk dalam kategori baik. Berikut ini adalah contoh pantun karya siswa
ysng dibuat pada saat evaluasi (tanpa berestafet writing)
Pantun Nasihat pada Sahabat
(Karya Daniel M )
4.4. 1.2Pertemuan kedua (2 x 45 menit) kegiatan Evaluasi Menulis Syair pada tanggal
16 November 2009.
Setelah mengabsen kehadiran siswa, penulis menumbuhkan motivasi siswa dengan
menanyakan apakah syair yang mereka buat sebelumnya sudah diakhiri? Atau sudah
diciptakan ending ceritanya? Penulis juga menanyakan kepada beberapa siswa tentang tema
syair yang dibuat itu. Kegiatan memotivasi ini berlangsung selama 20 menit. Kemudian
penulis menuliskan beberapa buah tema cerita di slide infocus. Tema-tema tersebut adalah
percintaan, kemiskinan, KKN, politik, keimanan, kesehatan. Setiap tema diberi nomor urut 1
sampai 6. Kemudian siswa secara berurutan berhitung sampai dengan nomor 6 tersebut.
Setiap siswa harus menulis syair dengan tema sesuai nomor urut yang mereka dapatkan.
Evaluasi menulis syair dilaksanakan dengan waktu 60 menit. Siswa diminta menuliskan
judulnya juga. Syair yang ditulis minimal enam bait.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, ternyata semua siswa juga mampu menulis syair
sesuai dengan kriteria yang ditentukan walaupun masih ada beberapa siswa yang menulis
syair kurang dari enam bait. Berikut ini disajikan tabel kemampuan siswa menulis syair
berikut ini.
TABEL 5
NILAI KMAMPUAN MENULIS SYAIR
SISWA KELAS X.7 SMA CENDANA PEKANBARU
ASPEK
NO NAMA SISWA SKOR NILAI
R B D I
1 ADE LUTFIANTO WENAS 5 10 12 20 47 94(SB
2 ANATASIA ALEN 5 10 15 16 46 92 (SB
3 ADHELLA KASMITA 5 8 15 20 48 96 (SB
4 ARIF EKA PUTRA 5 10 12 16 43 86 (B
5 BERNADETHA RACHELA 5 8 15 20 48 96 (SB
6 BRENDA RUTH PANJAITAN 5 10 12 20 47 94 (SB
7 CERIA ICTAVANI 5 8 15 16 44 88 (B
8 CHINTYA ARIZONA 5 10 12 16 43 86 (B
9 CHRISTANTY W 5 10 12 16 43 86 (B
10 DANIEL MAHARDIKA PU 4 10 12 20 46 92 (SB
11 DIAN PUTRI PERTIWI 5 8 12 20 45 90 (SB
12 DENI SYAHRIL 5 8 12 16 41 82 (B
13 DIMAS TRIADI W 5 10 12 16 43 86 (B
14 DINDI WAHYU ALDIO 5 8 12 16 41 82 (B
15 DWINDA RIZKY AMALIA 5 10 12 16 43 86 (B
16 FARRAH NABILLA PUTRI 5 10 15 16 46 92 (SB
17 FARRIZKY 4 10 15 16 45 90 (SB
18 FAUZAN AHMAD 5 10 12 16 43 86 (B
19 FS INDRA 5 10 12 16 43 86(B
20 GUSTIEN ENDRINA 5 8 12 16 41 82 (B
21 HARTIKA RAFIH W 5 10 12 16 43 86 (B
22 M. IKHWAL 5 6 12 16 39 78 (C
23 M. KEMAL PADRIANO 5 10 12 16 43 86 (B
24 MUTIQ ZUZASQI 5 8 12 16 41 82 (B
25 NABILA MAHDIRANI 5 8 12 20 45 90 (SB
26 NAYESA SYAFIRA ETHAF 5 8 15 16 44 88 (B
27 OKTHASIA INDRA 5 10 12 12 39 78 (C
28 PRABAWATI DWIKUSUMA 5 10 15 12 44 88 (B
29 PUTRI DESTY AMELIA 5 8 15 16 44 88 (B
30 RICKO YORINDA PUTRA 5 10 12 16 43 86 (B
31 RICO ALFREDO H 5 8 12 16 41 82 (B
32 ROBBY PANJI ABDUL SANI 5 8 15 16 44 88 (B
33 SHAFIRA IRMAYUNI 5 10 12 16 43 86 (B
34 YULINA SUWITO 5 10 12 16 43 86 (B
Jumlah 2964/34
Rata-rata 87.18
Interval nilai kemampuan menulis syair :
Sangat baik = 90-100
Baik = 80-89
Cukup = 78-79
Kurang = < 78 (nilai KKM)
Syair Keraguan
Sama halnya dengan menulis pantun, pada dasarnya semua siswa mampu menulis syair
dengan nilai rata-rata 87.18. Keberhasilan ini tidak lepas dari pembelajaran dengan metode
Estafet Writing yang telah berhasil menumbuhkan motivasi mereka untuk mengembangkan
ide dan imajinasi pada pertemuan sebelumnya.
4.6 Upaya Perbaikan untuk Siklus III
Upaya perbaikan yang harus dilakukan pada siklus III adalah pembagian kelompok.
Siswa mengusulkan agar dilakukan pertukaran anggota kelompok untuk menghidari
kejenuhan. Agar tidak mengganggu alokasi waktu yang sudah ditetapkan dalam perencanaan,
pembagian kelompok dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran.
4.7.1.3 Pertemuan Ketiga (2 x 45 menit), Evaluasi Menulis Puisi Bebas pada tanggal 28
November 2009.
Pada pertemuan ketiga ini, untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam menulis puisi
bebas, penulis membacakan sebuah puisi berantai karya siswa. Kemudian, setelah
mengabsen, penulis menawarkan beberapa buah tema dan mempersilakan siswa untuk
memilih tempat atau posisi untuk menulis puisi. Kegiatan evaluasi ini dapat mereka lakukan
di luar kelas atau duduk (lesehan) di lantai. Sebagian lantai kelas Bahasa Indonesia
beralaskan karpet, jadi siswa dapat duduk santai sambil menulis puisi. Penulis juga
membunyikan musik lembut selama evaluasi dilaksanakan, begitu juga ketika tes menulis
pantun dan syair. Siswa sangat menikmati suasana belajar yang tenang dan penuh imajinasi
ini.
Hasil yang diperoleh setelah evaluasi dilaksanakan adalah semua siswa mampu
menulis puisi bebas sesuai dengan kriteria yang ditentukan meskipun pilihan kata (diksi)
yang digunakan masih banyak yang sederhana. Berikut ini adalah tabel presentase penulisan
puisi bebas siswa. Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca pada bagian analisis kegiatan
pembelajaran.
TABEL 6
NILAI KMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS
SISWA KELAS X.7 SMA CENDANA PEKANBARU
ASPEK
NO NAMA SISWA SKOR NILAI
RI BD JI IP
1 ADE LUTFIANTO WENAS 4 10 15 16 45 90(SB
2 ADHELLA KASMITA 5 8 15 20 48 96 (BS
3 ANATASIA ALEN 4 10 12 20 46 92 (BS
4 ARIF EKA PUTRA 4 10 15 16 45 90 (BS
5 BERNADETHA RACHELA 4 8 15 20 47 94 (BS
6 BRENDA RUTH PANJAITAN 4 10 12 16 42 84 (B
7 CERIA ICTAVANI 4 8 15 20 44 88 (B
8 CHINTYA ARIZONA 4 10 15 20 49 98(BS
9 CHRISTANTY W 5 10 12 16 43 86 (B
10 DANIEL MAHARDIKA PU 4 10 15 20 49 98 (BS
11 DIAN PUTRI PERTIWI 5 8 12 20 45 90 (BS
12 DENI SYAHRIL 4 10 15 20 49 98(BS
13 DIMAS TRIADI W 4 10 15 16 45 90 (BS
14 DINDI WAHYU ALDIO 4 8 15 20 47 94 (BS
15 DWINDA RIZKY AMALIA 5 10 15 16 46 92 (BS
16 FARRAH NABILLA PUTRI 4 10 12 20 46 92 (BS
17 FARRIZKY 4 8 15 20 47 94 (BS
18 FAUZAN AHMAD 4 10 12 20 46 92 (B
19 GUSTIEN ENDRINA 4 10 15 16 45 90 (B
20 FS INDRA 5 10 12 16 43 86(B
21 HARTIKA RAFIH W 4 10 15 16 45 90 (B
22 M. IKHWAL 4 8 12 16 42 84 (B
23 M. KEMAL PADRIANO 4 10 12 16 42 84 (B
24 MUTIQ ZUZASQI 5 8 15 16 44 88 (B
25 NABILA MAHDIRANI 5 10 12 20 47 94 (BS
26 NAYESA SYAFIRA ETHAF 5 8 15 16 44 88 (B
27 OKTHASIA INDRA 5 10 12 16 43 86 (B
28 PRABAWATI DWIKUSUMA 5 10 15 16 46 92 (BS
29 PUTRI DESTY AMELIA 5 8 15 16 44 88 (B
30 RICKO YORINDA PUTRA 4 10 12 16 42 84 (B
31 RICO ALFREDO H 4 8 15 16 43 86 (B
32 ROBBY PANJI ABDUL SANI 4 8 15 16 43 86 (B
33 SHAFIRA IRMAYUNI 4 10 12 16 42 84 (B
34 YULINA SUWITO 5 10 15 16 46 92 (BS
Jumlah 3060/34
Rata-rata 90
Keterangan :
RI ; Rima dan Irama
BD ; Bahasa dan Diksi
JI ; Judul dan isi
IP ; Isi Puisi
Interval nilai kemampuan menulis puisi bebas
Sangat baik = 90-100
Baik = 80-89
Cukup = 78-79
Kurang = < 78 (nilai KKM)
Puisi 2 Hampa