Anda di halaman 1dari 29

kjUpaya Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Puisi

Dengan Metode Estafet Writing di SMA Cendana Pekanbaru

Abstract
Estafet Writing atau menulis berantai merupakan metode pembelajaran learning by doing atau active
learning yang melibatkan siswa secara aktif menulis pantun dan syair dengan cara bersama-sama atau berantai.
Secara bergantian siswa menuliskan larik-larik imajinatif dalam buku latihannya (minimal satu baris/larik atau
satu bait) atau minimal sebuah sampiran. Pada akhir pembelajaran akan tercipta puluhan puisi (pantun dan syair)
sesuai dengan jumlah siswa di kelas yang ditulis bersama-sama (Estafet Writing) oleh para siswa. Pembelajaran
menulis puisi dengan menggunakan metode Estafet Writing ini sangat memotivasi siswa dalam belajar sehingga
berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Suasana belajar yang menyenangkan dan tidak membosankan dapat
dirasakan oleh siswa. sehingga tidak heran ketika pada akhir pelajaran mereka bertanya, ”kapan-kapan kita nulis
berantai lagi, Ya Bu..Asyikkkk....”
______________________________
Kata-kata kunci: kemampuan, motivasi, menulis puisi, dan Estafet Writing.

I PENDAHULUAN
Pada dasarnya keberhasilan sebuah pembelajaran dimotori oleh guru sebagai
sutradara yang bertugas menyusun skenario pembelajaran sekaligus sebagai pengatur
jalannya proses pembelajaran. Bila dianalogikan sebagai sebuah pertunjukan, pembelajaran
ini menjadi berhasil, menarik, dan berkesan bagi siswa, tidak terlepas dari kepiyawaian guru
sebagai sutradaranya. Keberhasilan guru mengatur strategi dalam pembelajaran sangat
berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.
Perubahan zaman mau tidak mau harus diikuti dengan aplikasi nyata di kelas.
Aplikasi itu diharapkan mampu mengantarkan siswa dalam belajar sehingga tercapai tujuan
pendidikan, baik belajar secara mandiri maupun kelompok. Konsep pembelajaran dengan
formula yang baru dan variatif harus ditemukan oleh guru agar kompetensi yang diharapkan
lebih meningkat dan maksimal.
Kemampuan siswa dalam pembelajaran sastra, khususnya dalam menulis puisi lama
(pantun dan syair) belum maksimal karena masih ada nilai siswa yang hanya sebatas KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan, yaitu 78. Berdasarkan pengamatan selama
proses pembelajaran sebelumnya, salah satu penyebabnya adalah metode pembelajaran yang
digunakan kurang menantang dan kurang menarik minat mereka dalam menulis puisi.
Apalagi puisi yang dimaksud adalah pantun dan syair yang merupakan jenis puisi lama yang
terikat bait dan rimanya. Metode pembelajaran yang selama ini sering digunakan adalah
dengan cara meminta siswa menuliskan beberapa buah pantun, membacanya di depan teman-
teman sekelas, kemudian menyerahkannya kepada guru. Metode ini sudah sering digunakan,
bahkan sejak mereka SD. Kegiatan menulis pantun sering tidak selesai dilaksanakan di
sekolah. Berbagai alasan dikemukan oleh siswa, misalnya mereka sulit memusatkan
konsentrasi dalam mengembangkan daya imajinasinya meskipun ide atau tema yang akan
dikembangkannya sudah ada dan sudah terpikirkan. Siswa mengaku inspirasi dan
imajinasinya jadi tumpul, konsentrasi terganggu, bosan, malas berpikir, tidak ada ide, tidak
ada mood dan beberapa alasan lainnya. Beberapa siswa mengaku akan lebih nyaman bila
kegiatan menulis dilaksanakan di rumah. Atas persetujuan guru, biasanya siswa dibiarkan
menyelesaikan puisi itu di rumah dan diminta menyerahkan hasil karyanya pada pertemuan
berikutnya atau seminggu kemudian.
Membiarkan siswa menulis puisi di rumah sangat tidak efektif. Guru sama sekali
tidak melihat proses pengembangan ide yang dilakukan oleh siswa. Kompetensi siswa dalam
menulis puisi tidak dapat diketahui dengan pasti bila proses penulisannya tidak disaksikan
oleh guru. Kegiatan pembelajaran seperti ini menyulitkan guru memantau hasil belajar
karena terdapat kemungkinan siswa dibantu oleh orang lain atau menyalin ulang puisi yang
terdapat dalam majalah, internet atau sumber lainnya.
Sehubungan dengan peningkatan motivasi dan kemampuan siswa dalam pencapaian
kompetensi yang diharapkan tersebut, dibutuhkan solusi dalam memilih metode yang tepat
dan menyenangkan untuk memotivasi siswa mengembangkan imajinasinya ke dalam bentuk
puisi dan dapat dilaksanakan di sekolah (di dalam kelas atau di luar kelas) atau tidak dibawa
pulang. Dengan demikian, bila siswa telah berani menuangkan daya imajinasinya, dan proses
pengembangannya dapat disaksikan oleh guru, kemampuan siswa dalam menulis sebuah
puisi dapat tercapai dengan maksimal dan sesuai dengan harapan.
Salah satu solusi yang ternyata dapat menumbuhkan respon positif dari siswa adalah
dengan menerapkan model pembelajaran yang penulis kembangkan dan penulis beri nama
“Estafet Writing ” atau Menulis Berantai.
Metode pembelajaran Estafet Writing ini sebelumnya sudah penulis terapkan dalam
pembelajaran menulis cerita pendek (cerpen) di kelas XII dan ternyata hasilnya sangat
memuaskan. Pada saat pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan metode Estafet
Writing ini, siswa sangat antusias dan aktif melakukan aktivitas menulis cerpen karena
metode ini merupakan metode pembelajaran active learning dan learning by doing. Siswa
terlihat tersenyum-senyum ketika melanjutkan setiap cerita yang telah ditulis teman-
temannya sebelumnya. Semua siswa tidak sabar membaca akhir dari cerita yang telah
ditulisnya di awal tadi. Semua siswa menebak-nebak akhir dari cerpennya. Ketika membaca
cerpen tersebut, berbagai ekspresi bermunculan di wajah siswa karena tema-tema yang
mereka ciptakan di awal jadi berbelok dan berubah. Ada yang lucu, menyedihkan, romantis,
bahkan ada yang horor. Hal ini sangat mengasyikan dan mereka saling bertukar buku latihan
untuk membaca cerpen-cerpen yang mereka ciptakan bersama.
Pada pembelajaran menulis cerpen, semua siswa sangat antusias dalam kegiatan
pembelajaran dan termotivasi dalam mengembangkan gagasannya untuk menulis cerpen.
Padahal sebelum berlatih dengan menggunakan metode ini, imajinasi mereka sulit untuk
dikembangkan. Menyadari bahwa metode ini berhasil dan sangat disambut gembira oleh
siswa, penulis mencoba menerapkannya kembali dalam kegiatan menulis puisi. Namun,
langkah yang dilakukan agak berbeda. Dalam kegiatan menulis cerpen, menulis berantai
melibatkan siswa satu kelas. Seluruh siswa tetap duduk di bangku masing-masing tanpa harus
berkelompok, hanya buku latihannya saja yang berpindah dari satu siswa ke siswa yang
lainnya (membentuk spiral). Pada pembelajaran puisi, Estafet Writing atau menulis berantai
dilaksanakan dengan berkelompok 4-5 orang tiap kelompok. Buku latihan hanya beredar di
antara 4-5 orang saja. Penulis berharap metode ini juga dapat meningkatkan motivasi siswa
sehingga termotivasi dan mampu menulis puisi. Di samping itu, dengan menerapkan metode
alternatif ini diharapkan dapat menciptakan iklim dan suasana belajar Bahasa Indonesia
menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ini
adalah

1.1 Apakah metode Estafet Writing dapat meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran
menulis puisi di kelas X.7 SMA Cendana Pekanbaru?

2. 2 Apakah metode Estafet Writing dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas
X.7 SMA Cendana Pekanbaru ?
Ruang lingkup penelitian ini meliputi pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X
semester ganjil dalam Standar Kompetensi (SK) nomor 8. Menulis: mengungkapkan pikiran,
dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi, dengan kompetensi dasar (8.1) Menulis puisi
lama dan (8.2) menulis .puisi baru. Materi pembelajaran yang dijadikan bahan dalam tulisan
ini adalah pantun, syair dan puisi bebas. Pembelajaran dilaksanakan di kelas X.7 TP 2009-
2010 SMA Cendana Pekanbaru.
Tulisan yang berjudul “Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Siswa dalam
Menulis Puisi dengan Metode Estafet Writing di SMA Cendana Pekanbaru ini bertujuan
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi (pantun, syair, dan puisi bebas) dalam
suasana belajar yang menyenangkan atau tidak membosankan.

II METODELOGI PENELITIAN

2.1 Subjek Penelitian


Siswa yang diamati dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi dengan metode
Estafet Writing ini adalah siswa kelas X.7 SMA Cendana Pekanbaru TP. 2009-2010 yang
berjumlah 34 orang, terdiri dari 20 orang perempuan dan 14 orang laki-laki. Kemampuan
akademis siswa X 7 ini berbeda-beda (heterogen), tentu saja kemampuan menulisnya juga
tidak sama sehingga pada saat pembagian anggota kelompok dalam pelaksanaan metode
Estafet Writing, siswa tidak dibiarkan memilih-milih teman. Pemilihan anggota kelompok
diatur oleh guru. Hal ini dilakukan untuk menghindari ketidakmerataan kemampuan dan
menumpuknya siswa pintar pada satu kelompok. Di samping itu hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya pengelompokan siswa berdasarkan gank atau teman dekat, mengingat
siswa-siswa SMA Cendana Pekanbaru adalah para siswa yang sudah saling mengenal sejak
SMP, bahkan ada yang sudah berteman sejak SD. SMA Cendana Pekanbaru merupakan
sekolah di bawah naungan yayasan yang donatur tunggalnya adalah PT Chevron Pacific
Indonesia (CPI). Yayasan Pendidikan Cendana beranggotakan seluruh karyawan PT CPI
yang merupakan orang tua dari 90 % siswa-siswa SMA Cendana Pekanbaru. Yayasan ini
memiliki sekolah yang dimulai dari TK, SD, SMP, dan SMA. Jadi, tidak heran bila mereka
sudah membentuk gank karena teman-teman SMA-nya adalah teman-teman sewaktu mereka
di SMP, bahkan mungkin teman sejak di TK.

2.2 Setting Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA Cendana Pekanbaru pada bulan November 2009.

2.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam penulisan ini adalah teknik observasi (pengamatan
langsung) terhadap siswa yang sedang melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis puisi di
sekolah, baik ketika sedang latihan dengan metode Estafet Writing maupun ketika menulis
puisi secara individu. Hal-hal yang diobservasi adalah motivasi siswa yang meliputi
keaktifan, keantusiasan, dan kegembiraan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
menulis puisi, baik pantun maupun syair. Di samping itu, teknik pengumpulan data juga
dilakukan dengan tes untuk menguji kemampuan siswa dalam menulis puisi setelah berlatih
dengan menggunakan metode Estafet Writing, dan angket untuk mengetahui tanggapan siswa
terhadap pembelajaran dengan metode Estafet Writing. Angket juga digunakan untuk
mengetahui motivasi belajar siswa,

2.4 Validasi Instrumen Evaluasi


Validasi instrumen dalam tulisan ini menggunakan validasi teman sejawat.

2.5 Teknik Analisis Data


Data dianalisis secara deskriptif, kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Kemampuan
siswa dalam menulis puisi (pantun, syair, dan puisi bebas) ditentukan dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Siswa dikatakan mampu menulis pantun apabila siswa tersebut mampu menulis pantun
dengan memperhatikan rima dengan benar (abab), memperhatikan jumlah bait yang
ditentukan, dapat menuliskan sampiran dan isinya dengan benar.
b. Siswa dikatakan mampu menulis syair apabila siswa tersebut mampu menulis syair dengan
memperhatikan rima dengan benar (aaaa), jumlah baris pada setiap baitnya, dapat
menggunakan diksi dengan baik, serta dapat menyampaikan isi syair dengan benar.
c. Siswa dikatakan mampu menulis puisi bebas apabila siswa tersebut mampu menulis puisi
dengan memperhatikan kesesuaian judul dengan isi, penggunaan bahasa/diksi, isi yang ingin
disampaikan, dan rima/irama puisi.

TABEL 1
ASPEK PENILAIAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN
NAM ASPEK PENILAIAN
SKO NILA
N A RIMA JLH BAIT (2) SAMPIRAN ISI
R I
O SISW (1) (3) (4)
A 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1
2
3
4

TABEL 2
ASPEK PENILAIAN KEMAMPUAN MENULIS SYAIR
NAM ASPEK PENILAIAN
SKO NILA
N A RIMA JLH BAIT (2) DIKSI ISI
R I
O SISW (1) (3) (4)
A 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1
2
3

TABEL 3
ASPEK PENILAIAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS
ASPEK PENILAIAN
RIMA/ BAHASA/MAJAS/ KESESUAIA ISI PUISI
NAM IRAMA DIKSI N JUDUL (4) SKO NIL
N A (1) (2) DENGAN ISI R AI
O SISW
A
(3)
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1
2
3
4
SKOR MAKSIMAL : 5
KETERANGAN
5 = Baik Sekali
4= Baik
3 = Cukup Baik
2 = Kurang Baik
1 = Tidak Baik
d. Motivasi belajar diketahui dari observasi selama pembelajaran yang direkam dengan
instrumen yang didasarkan atas aspek motivasi keaktifan, keantusiasan dan keceriaan selama
belajar. (Zubaidah, 2006:5). Lembar observasi terlampir.

2.6 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran Estafet Writing dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
 Siswa diminta menentukan sebuah tema (bebas) yang akan dikembangkan menjadi sebuah
puisi (pantun,syair, dan puisi bebas).
 Setelah tema ditemukan, setiap siswa diminta menuliskan minimal sebuah sampiran atau dua
baris untuk memulai puisinya. pada buku latihan.
Pada akhir kalimatnya siswa diminta menuliskan namanya. Misalnya, …(SYAIR)
Kuimpikan hidup sejahtera di dunia
Kuharapkan bahagia di akhirat sana (Rico)
Kuingin semua asa dan citaku terlaksana
Maka kujauhi narkoba dan sejenisnya (Yulina)

 Setelah siswa menyelesaikan penggalan puisi tersebut, mereka diminta untuk memindahkan
(menyerahkan) buku latihan berisi penggalan puisi tersebut kepada teman sebelah kanannya.
 Siswa yang menerima buku latihan temannya diminta membaca larik/baris pertama puisi yang
telah dituliskan di buku tersebut. Kemudian setiap siswa diminta meneruskan (menyambung)
lirik/baris puisi tersebut dengan cara menambah dengan beberapa lirik lagi. Setiap akhir
lariknya, siswa diminta menuliskan namanya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pemilik
larik yang tidak sesuai rimanya.
Misalnya: (Pantun)
(Ke Pekanbaru membeli buah durian
Selain durian ada juga buah cempedak
Bila ingin berilmu pengetahuan
Rajin-rajinlah membaca buku (Mutiq)
Atau (puisi bebas)
(Telah kutepis debu-debu
Yang sempat melekat di dinding hari
Telah kusisihkan onak di tepi jalan hari(Shafira)
Telah kutumbangkan pagar duka
yang sempat merengkuh luka
Semua karena jemariku
Telah menggenggam harap padamu (Putri)

 Setelah siswa kedua melanjutkan penggalan puisi temannya dengan beberapa lirik/baris, buku
latihan itu kembali berpindah searah jarum jam sampai batas waktu yang telah ditentukan
oleh guru.
 Setelah sampai pada batas waktu yang telah ditentukan, setiap siswa diminta menuliskan
akhir dari puisi tersebut bila diperlukan.
 Setelah kegiatan menulis berantai selesai, setiap siswa diminta mengembalikan buku latihan
tersebut kepada pemiliknya (siswa yang menulis baris pertama).
 Pemilik buku diminta membaca puisi berantai itu secara keseluruhan dan menandai lirik-lirik
yang tidak koheren atau yang tidak sesuai dengan rimanya. Larik-larik yang tidak nyambung
akan diketahui penulisnya, dan siswa yang bersangkutan akan diberitahu tentang
kesalahannya pada waktu pembahaasan.
 Siswa diminta merevisi puisi tersebut bila dianggap perlu, kemudian memberi judul yang
tepat.
 Setelah puisi berantai selesai ditulis, setiap siswa diminta membacakan hasil karya mereka
tersebut dan memajangnya di majalah dinding kelas bahasa Indonesia.

2.7 Prosedur Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom based
action research) dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri atas beberapa pertemuan,
melalui tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Secara
umum alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini digambarkan oleh
Kemmis dan Taggart dalam Zubaidah (2006)

Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas


Model Kemmis dan Taggart
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari
dua kali pertemuan. Indikator keberhasilan terhadap peningkatan kemampuan menulis puisi
siswa kelas X.7 SMA Cendana Pekanbaru dapat dilihat dengan membandingkan tingkat
keberhasilan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Keberhasilan tindakan pada siklus I
diketahui dengan cara membandingkan dengan refleksi awal. Keberhasilan tindakan pada
siklus II diketahui dengan cara membandingkan dengan siklus I. Begitu juga dengan siklus
III.

Siklus I
Perencanaan

Perencanaan ini berdasarkan pada refleksi awal (observasi pendahuluan tentang


pembelajaran menulis paragraf ). Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan berikut.
 Guru melakukan pendekatan dengan siswa dalam nenentukan cara atau strategi yang tepat
dalam menulis puisi agar kegiatan pembalajaran berbeda dengan kegiatan menulis puisi
(pantun, syair, dan puisi bebas) yang biasa dilakukan.
 Guru menyusun RPP yang akan digunakan pada siklus I dan siklus II, yaitu untuk kompetensi
dasar 8.1 Menulis puisi lama dan puisi baru, dan 8.2 Menulis puisi baru untuk siklus III.
 Guru dan siswa membuat kesepakatan untuk menggunakan metode Estafet Writing sebagai
metode pada pembelajaran menulis puisi (pantun, syair, dan puisi bebas) pada setiap siklus.
 Di dalam Rencana Pembelajaran, guru menyiapkan materi yang akan diujikan melalui lembar
tes menulis puisi (pantun, syair, dan puisi bebas) berikut kriteria penilaiannya. Penjelasan
materi pelajaran menggunakan LCD. Guru juga menyiapkan lembar observasi dan
dokumentasi.
 Guru menyiapkan perangkat multimedia komputer, siswa dibolehkan membawa laptop pada
saat proses pembelajaran. LCD (in focus) disiapkan sebagai media untuk membahas puisi
yang ditulis setiap akhir siklus.
 Setelah itu guru berkoordinasi dengan guru mata pelajaran sebagai pengamat dalam kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan pada pertemuan pertama (3 x 45 menit).
Proses pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun oleh guru dengan menerapkan
metode Estafet Writing. Proses pembelajaran dikemas dalam tiga kegiatan, yaitu (1) kegiatan
awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir. Berikut adalah uraian secara rinci tahapan
proses pembelajaran.
1. Kegiatan Awal:
 Setelah mengabsen siswa dan mengondisikan kelas untuk memulai pelajaran, Guru
mengaktifkan pengalaman siswa sewaktu belajar di SMP tentang pantun, syair, dan puisi
bebas.
 Guru dan siswa bertukar informasi tentang puisi lama (pantun dan syair), mengenai ciri-ciri
pantun dan syair, perbedaan pantun dan syair dan contoh-contoh pantun dan syair. Serta
bertanya jawab tentang puisi bebas dan ciri-cirinya. Kegiatan ini dilakukan untuk memotivasi
siswa dalam memulai pembelajaran ini.
 Guru memberikan contoh sebuah pantun dan syair melalui layar LCD
 Kegiatan Inti:
 Pelaksanaan dengan menggunakan metode Estafet Writing Pembagian kelompok dan tugas.
 Guru menjelaskan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran pada hari ini menggunakan
metode Estafet Writing. Guru menjelaskan langkah-langkah metode pembelajaran Estafet
Writing.
 Setelah memberikan penjelasan, guru membagi siswa atas 5 kelompok kecil yang
beranggotakan 5-6 siswa tiap-tiap kelompok.
 Setiap anggota kelompok diminta menentukan sebuah tema untuk dikembangkan menjadi
sebuah puisi (pantun, syair, dan puisi bebas).
 Setelah setiap siswa sudah mempunyai sebuah tema, mereka diminta mulai menulis sebuah
puisi, minimal sampirannya (baris pertama dan kedua), satu larik, atau satu bait dalam puisi
bebas.
 Setelah setiap siswa menuliskan minimal sebuah sampiran/sebuah pantun, sebuah syair, atau
satu bait puisi bebeas, setiap siswa diminta memindahkan buku latihannya tersebut ke teman
sebelahnya (boleh searah jarum jam atau teman sebelah kanannya).
 Secara bergantian (estafet), setiap siswa meneruskan tulisan teman-temannya yang berisi
pantun/syair/puisi bebas.
 Sebelum melanjutkan tulisan temannya, setiap siswa diwajibkan membaca puisi tersebut dari
awal untuk menghindari ketidakharmonisan antara sampiran dan isi pada pantun dan
ketidakharmonisan hubungan antar larik dalam bait pada syair. Kegiatan menulis berantai
(Estafet Writing) terus berlangsung sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh guru.
 Setelah kegiatan menulis berantai (Estafet Writing) berakhir, guru meminta setiap siswa
mengembalikan buku latihan yang sudah ditulis bergantian tadi kepada pemiliknya (penulis
awal).
 Pemilik buku latihan (penulis awal) harus membaca ulang puisi tersebut, merevisinya (bila
diperlukan), dan memberi judul yang tepat.
 Guru menunjuk salah seorang siswa untuk mengetik pantun, syair, atau puisi berantai yang
telah selesai ditulis dan menayangkannya di LCD (infocus).
 Guru mengajak siswa membahas kebenaran dan ketepatan patun berdasarkan jumlah bait dan
rimanya.

 Kegiatan Akhir:
 Setelah kegiatan menulis pantun, syair, atau, puisi bebas secara berantai berakhir, guru
meminta beberapa orang siswa membacakan pantun berantai yang telah mereka selesaikan
secara berkelompok.
 Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya, akan diadakan evaluasi menulis
puisi (pantun, syair, atau puisi bebas) secara individu (tanpa berantai)
Observasi
Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan
untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pembelajaran
pada siklus pertama. Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat yang bertindak
sebagai observer. Fokus observasi adalah bagaimana aktivitas-aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
Pada tahap ini dilakukan pencatatan hasil observasi terhadap kondisi yang terjadi pada
saat berlangsungnya tindakan terutama meliputi aktivitas dan respon siswa. Observasi ini
dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat dengan menggunakan perangkat yang telah
disiapkan. (terlampir).

Refleksi
Data yang diperoleh dari hasil tes tertulis dan observasi dianalisis pada tahap ini.
Hasil dari pengolahan data tersebut dijadikan sebagai acuan refleksi yang kemudian menjadi
dasar penyusunan rencana kegiatan atau tindakan pada siklus berikutnya.

Siklus II
Pada siklus kedua, pembelajaran menulis puisi tidak lagi menulis pantun melainkan
menulis syair. Perencanaan pada siklus kedua ini disusun berdasarkan analisis dan refleksi
pada siklus pertama. Hal ini dimaksudkan agar proses maupun hasil pembelajaran pada siklus
kedua mengalami peningkatan. Untuk itu hambatan-hambatan yang ditemukan pada siklus
pertama diatasi pada siklus kedua, terutama pada tahap pelaksanaan tindakan. Bersamaan
dengan itu dilakukan observasi. Kemudian dilanjutkan tahap refleksi. Perencanaan pada
siklus kedua ini hampir sama dengan siklus pertama. Sedangkan pada tahap tindakan
dilakukan perbaikan untuk mengatasi hambatan yang ditemukan pada siklus pertama. Dengan
demikian, perbaikan maupun penyempurnaan terlihat pada tahap-tahap siklus kedua ini.

Siklus III
Perencanaan pada siklus III ini menggunakan RPP yang kedua, yaitu pembelajaran
menulis puisi bebas..

2.8 Indikator Keberhasilan


Penelitian tindakan kelas ini dinyatakan berhasil jika 80% siswa menguasai
kompetensi dasar menulis puisi lama (pantun dan syair) dan puisi baru (puisi bebas) dan
terjadinya peningkatan motivasi siswa selama proses belajar berlangsung. Penguasaan
kompetensi siswa dilihat dari hasil tes keterampilan menulis pantun, syair, dan puisi bebas.
Peningkatan motivasi siswa diketahui dari hasil observasi selama proses pembelajaran..

III LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Puisi


Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya
makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang
terkandung di dalam puisi tersebut. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan
bahasa dalamn prosa (cerpen atau novel). Puisi menggunakan bahasa yang ringkas dan padat
namun sangat kaya dengana makna yang tersurat maupun yang tersirat. Kata-kata yang
digunakan pada umumnya adalah bermakna kias atau konotatif, yang mengandung banyak
penafsiran. (Kosasih, 2004: 235).
Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal istilah puisi lama dan puisi baru. Puisi
lama merupakan jenis puisi yang terikat oleh bait dan rimanya, sedangkan puisi baru adalah
puisi yang biasa disebut dengan puisi bebas atau modern adalah puisi yang tidak terikat oleh
bait maupun rimanya, tetapi tidak salah bila digunakan.
Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada
kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi
pada puisi baru tidak dibatasi. Keberadaan rima dalam puisi bebas tidak wajib tetapi dapat
menambah keindahan atau estetika dari puisi tersebut.
Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang
ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah
pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama
disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena
adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras
lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat
dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya
dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada
puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.
(http://abdurrosyid.wordpress.com.).
Berikut ini disajikan contoh penggunaan rima dalam puisi.
...dan angin mendesah
Mengeluh mendesah.

Konsonan /h/ pada baris di atas memberikan efek makna gelisah. Sementara itu,
perpindahan antara bunyi desis /s/ dan /h/ dengan menggunakan konsonan /n/ dalam ..dan
angin mendesah... menjadikan lagu puisi itu semakin merdu. (Kosasih, 2004:239)
Jenis puisi yang menjadi materi pelajaran dalam penelitian ini adalah pantun dan syair
yang tergolong jenis puisi lama, serta puisi bebas yang tidak terikat oleh bait maupun
rimanya.

3.1.1 Pantun
Pantun adalah puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait yang bersajak abab, baris
pertama dan kedua berupa sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Perhatikan contoh berikut ini.

Mari diukur bertali-tali


Buah keranji di tengah laman
Janganlah mungkir berkali-kali
Sudah berjanji bertapak tangan (Ibrahim, 2004:82)

Baris pertama diakhiri dengan bunyi /li/, baris ketiga pun demikian. Baris kedua
diakhiri dengan bunyi /an/, demikian pula baris keempat. Pantun tersebut memakai pola
persajakan a-b-a-b. Perulangan semacam itu akan membangun irama atau efek musikalitas
dalam puisi. Bahasa puisi itu berirama. Irama terbentuk dari perulangan bunyi yang sama
atau sedaerah artikulasi. Dalam puisi lama, pantun misalnya perulangan bunyi itu amat
terpola. Pola irama dalam puisi lama sering disebut pola persajakan atau rima. ( Setiawan,
2006:15).

3.1.2 Syair.
Syair adalah puisi lama yang keseluruhan barisnya adalah isi. Syair berisi kisah atau
cerita. Bentuknya terdiri dari empat baris sebait dan bersajak aaaa. Perhatikan contoh berikut!
Berhentilah kisah Raja Hindustan
Tersebutlah pula suatu perkataan,
Abdul Hamid Syah paduka Sultan
Duduklah baginda bersuka-sukaan

Abdul Muluk Putra baginda


Besarlah sudah Bangsawan Muda
Cantik majelis usulnya syahda,
Tiga belas tahun umurnya ada.

Parsnya elok amat sempurna


Petah majelis bijak laksana
Memberi hati bimbang gulana
Kasih kepadanya mulia dan hina

(St Alisyahbana, 1954)

Jika diperhatikan, syair di atas berisi empat baris sebait, bersajak aaaa (rata), jumlah
suku katanyanya berkisar 8-12 suku kata atau terdiri dari empat kata pada setiap barisnya.
(Suroto, 1989:49)

3.1.3. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India). Gurindam adalah satu
bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat
dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama
berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau
akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Kumpulan gurindam yang dikarang oleh Raja Ali Haji dari Kepulauan Riau. Dinamakan
Gurindam Dua Belas oleh karena berisi 12 pasal, antara lain tentang ibadah, kewajiban raja,
kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup
bermasyarakat.
Ciri-ciri gurindam:
a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal dari Tamil (India)
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui
sebab akibat.

INI GURINDAAM PASAL YANG PERTAMA


Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilang nama
Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat
Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terpedaya
Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat

3.2 Pengertian Motivasi Belajar


Motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat nonintelektual dan berperan dalam
menumbuhkan gairah, merasa senang, dan semangat dalam belajar. Motivasi belajar
diketahui dari observasi selama pembelajaran yang direkam dengan instrumen yang
didasarkan atas aspek motivasi keaktifan, keantusiasan dan keceriaan selama belajar.
(Zubaidah, 2006:5)

3.3 Metode Alternatif Estafet Writing


Estafet Writing atau Menulis Berantai termasuk salah satu metode active learning
atau learning by doing yang bertujuan agar siswa mengasosiasikan belajar sebagai sebuah
kegiatan yang menyenangkan. Para siswa diberi kebebebasan mengekspresikan imajinasinya
melalui tulisan-tulisan yang dihasilkannya seperti puisi. Dalam proses pembelajarannya,
kegiatan menyelesaikan sebuah puisi merupakan proyek bersama yang dilakukan oleh siswa
dalam kelompoknya. Pada akhir pembelajaran, akan tercipta sejumlah puisi berantai hasil
karya siswa (sebanyak jumlah siswa yang mengikuti kegiatan itu). Kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan metode Estafet Writing ini dilakukan sebagai langkah memotivasi
siswa dalam mengembangkan imajinasinya untuk menulis pantun dan syair yang akan
dilaksanakan secara individu.
3.4 Kerangka Berpikir
Kemampuan menulis puisi siswa kelas X.7 SMA Cendana Pekanbaru belum
mencapai hasil yang diharapkan. Kurang efektifnya proses pembelajaran mengakibatkan
kurang maksimalnya hasil belajar siswa. Berbagai faktor penyebab seperti yang telah
dijelaskan pada latar belakang masalah, perlu dicarikan jalan keluarnya. Alternatif yang
dilakukan adalah pemberian tindakan berupa pembelajaran dengan metode Estafet Writing
atau menulis berantai. Metode ini diyakini dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga
berdampak pada kemampuan menulis puisi yang diharapkan. Meningkatnya hasil belajar
siswa membuktikan bahwa siswa sudah termotivasi dalam belajar. Begitu juga sebaliknya,
bila motivasi belajar siswa sudah berhasil dibangkitkan oleh guru maka hasil belajar siswa
akan menjadi lebih maksimal.
Pembelajaran menulis puisi (pantun, syair, dan puisi bebas) dengan menggunakan
metode Estafet Writing tersebut dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas melalui
tahap perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Keempat tahap tersebut
dilakukan selama dua siklus.

3.5 Hipotesis Tindakan


Berikut adalah hipotesis tindakan yang diajukan pada penelitian ini.
1. Pembelajaran dengan metode Estafet Writing dapat meningkatkan motivasi siswa kelas X.7
SMA Cendana Pekanbaru dalam menulis puisi (pantun, syair, dan puisi bebas)
2. Pembelajaran dengan metode Estafet Writing dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi
(pantun, syair, dan puisi bebas) siswa kelas X.7 SMA Cendana Pekanbaru.

IV HASIL
4.1 Paparan Data pada Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan
tanggal 02 November 2009 dan pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 07 November 2010
dengan menerapkan pembelajaran menulis pantun dengan metode Estafet Writing. Pertemuan
ketiga dilaksanakan tanggal 09 November 2009 dengan melaksanakan evaluasi menulis
pantun secara individu. Secara umum gambaran pelaksanaan pembelajaran dijelaskan berikut
ini.

4.1.1 Gambaran Jalannya Pembelajaran pada Siklus I


4.1.1.1 Pertemuan Pertama (2 x 45 menit), Menulis Pantun tanggal 02 November 2009
Awal pembelajaran dibuka dengan membangkitkan motivasi siswa terhadap materi
pembelajaran menulis puisi, khususnya menulis pantun dan syair. Siswa diajak bertukar
informasi tentang pantun karena materi ini bukanlah hal baru bagi siswa. Semasa SMP
bahkan ketika mereka masih duduk di bangku SD, pantun dan syair sudah mereka pelajari.
Siswa diminta menyebutkan ciri-ciri pantun dan syair serta menyebutkan contoh-contohnya.
Agar pembelajaran menjadi tambah menarik, Penulis menggunakan LCD in focus untuk
menayangkan contoh-contoh pantun dan syair dengan power point. Siswa terlihat tambah
bersemangat. Kegiatan awal yang dilaksanakan di kelas Bahasa Indonesia ini menghabiskan
waktu 20 menit.
Berikut ini disajikan foto-foto siswa ketika sedang memperhatikan contoh-contoh puisi lama
(pantun dan syair) dengan media power point.
Setelah memperhatikan contoh-contoh pantun dan syair di layar monitor, penulis
menginformasikan kepada siswa bahwa kegiatan pembelajaran hari ini menggunakan metode
Estafet Writing. Penulis menjelaskan dengan seksama langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut. Kemudian, penulis membagi siswa ke
dalam 6 kelompok dengan anggota berjumlah 5-6 orang. Anggota setiap kelompok sudah
ditentukan sebelumnya untuk menghindari menumpuknya siswa yang pintar pada satu
kelompok. Di samping itu, untuk menghindari terjadinya pengelompokan siswa berdasarkan
gank. Siswa-siswa SMA Cendana adalah siswa-siswa yang sudah saling mengenal, bahkan
ada yang sudah menjadi teman sejak di Taman-Kanak-Kanak. Setelah pembentukan
kelompok, siswa dipersilakan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
metode Estafet Writing. Penjelasan ini menghabiskan waktu 20 menit.
Kegiatan menulis pantun secara berantai berlangsung selama 50 menit, sampai bel
tanda pertukaran jam pelajaran berbunyi. Waktu tidak mencukupi untuk langkah merevisi
pantun. Menyadari situasi ini, penulis menyampaikan kepada siswa bahwa pantun yang telah
dibuat secara berantai tersebut dikumpulkan untuk diteruskan pada pertemuan berikutnya dan
akan dibahas bersama-sama sebelum evaluasi dilaksanakan.
Ketika menutup pelajaran penulis berpesan kepada siswa bahwa pada pertemuan berikutnya,
setelah pantun berantai selesai dikerjakan akan dilanjutkan dengan pembahasan, dan
dilanjutkan dengan tes menulis pantun secara individu (tanpa berantai).

4.1.1.2 Pertemuan kedua (2 x 45 menit), Kegiatan lanjutan menulis pantun dengan metode
Estafet Writing (berkelompok) dan pembahasan pada tanggal 07 November 2009.
Pada kegiatan awal, setelah mengabsen kehadiraan siswa, penulis membuka pelajaran
dengan membacakan beberapa bait pantun berantai yang ditulis siswa pada pertemuan
sebelumnya. Kemudian, dilanjutkan dengan meneruskan dan menyelesaikan kegiatan menulis
pantun berantai. Penulis mengembalikan pantun yang ditulis pada pertemuan sebelumnya
setelah siswa kembali membentuk kelompoknya. Kegiatan awal ini berlansung selama 20
menit.
Usai menulis pantun secara berantai, penulis meminta beberapa siswa mengetikkan
pantun berantai karya kelompok mereka dalam laptop atau komputer kelas untuk ditayangkan
dan dibahas bersama-sama. Pembahasan pantun berdasarkan rima dan sampiran sangat
menarik perhatian siswa dan membutuhkan waktu yang cukup panjang kerena semua
kelompok ingin pantun berantainya ditayangkan dan dibahas bersama.
Pertemuan kedua ini ternyata tidak cukup untuk melaksanakan evaluasi menulis
pantun secara individu. Evaluasi direncanakan akan dilaksanakan pada pertemuan ketiga
tanggal 09 November 2009.

4.1.1.3 Pertemuan Ketiga (2 x 45 menit) Kegiatan Evaluasi Menulis Pantun secara


individu dilaksanakan pada tanggal 09 November 2009.
Pada kegiatan inti, siswa melaksanakan tes menulis pantun secara individu tanpa
metode Estafet Writing untuk mengetahui kemampuan siswa menulis pantun. Untuk
menghindari agar pantun tidak dibuat di rumah (dihafal oleh siswa), penulis memberikan
beberapa buah tema untuk dipilih siswa. Tema-tema tersebut adalah kesehatan, kemiskinan,
keindahan, keimana, percintaan. Pantun yang akan dibuat minimal delapan bait.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, ternyata semua siswa mampu menulis pantun
dengan memperhatikan bait, sampiran dan isi, serta rima yang benar walaupun ada beberapa
orang siswa yang menulis pantun kurang dari delapan bait. Rekapitulasi nilai kemampuan
menulis pantun dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 4
NILAI KMAMPUAN MENULIS PANTUN
SISWA KELAS X.7 SMA CENDANA PEKANBARU

ASPEK
NO NAMA SISWA SKOR NILAI
R B S I
1 ADE LUTFIANTO WENAS 5 8 15 20 48 96 (BS
2 ADHELLA KASMITA 5 8 12 20 45 90 (BS
3 ANATASIA ALEN 5 6 12 16 39 78 (C
4 ARIF EKA PUTRA 4 1 12 16 42 84 (B
0
5 5 1 12 16 43 86 (B
BERNADETHA RACHELA 0
6 5 1 12 16 43 86 (B
BRENDA RUTH PANJAITAN 0
7 CERIA ICTAVANI 5 8 12 16 41 82 (B
8 CHINTYA ARIZONA 5 8 12 16 41 82 (B
9 CHRISTANTY W 4 8 15 16 43 86 (B
10 DANIEL MAHARDIKA PU 4 8 12 20 44 88 (B
11 DIAN PUTRI PERTIWI 5 8 12 20 45 90 (BS
12 DENI SYAHRIL 5 6 12 16 39 78 (C
13 DIMAS TRIADI W 5 8 12 16 41 82(B
14 DINDI WAHYU ALDIO 5 8 12 12 40 80 (B
15 5 1 15 12 42 84 (B
DWINDA RIZKY AMALIA 0
16 4 1 12 16 42 84 (B
FARRAH NABILLA PUTRI 0
17 5 1 15 16 46 92 (SB
FARRIZKY 0
18 5 1 12 16 43 86 (B
FAUZAN AHMAD 0
19 FS INDRA 5 8 15 12 40 80 (B
20 4 1 12 16 42 84 (B
GUSTIEN ENDRINA 0
21 5 1 12 16 43 86 (B
HARTIKA RAFIH W 0
22 M. IKHWAL 5 8 15 20 48 96 (SB
23 M. KEMAL PADRIANO 4 8 12 16 40 80(B
24 MUTIQ ZUZASQI 5 6 12 16 39 78 (C
25 NABILA MAHDIRANI 5 8 15 16 44 88 (B
26 NAYESA SYAFIRA ETHAF 5 8 12 16 44 82 (B
27 OKTHASIA INDRA 4 8 15 12 39 78 (C
28 PRABAWATI DWIKUSUMA 5 8 12 16 41 82 (B
29 PUTRI DESTY AMELIA 5 8 15 16 44 88 (B
30 RICKO YORINDA PUTRA 5 8 15 16 44 88 (B
31 RICO ALFREDO H 5 8 15 12 40 80 (B
32 5 1 12 16 43 86 (B
ROBBY PANJI ABDUL SANI 0
33 SHAFIRA IRMAYUNI 5 8 15 16 41` 82 (B
34 YULINA SUWITO 4 8 15 16 43 86 (B
2878/34
84.64

KET: R : Rima (5-4-3-2-1)


B : Bait (5-4-3-2-1)
S : Sampiran (5-4-3-2-1)
I : Isi (5-4-3-2-1)
Skor Maksimal : 50
Keterangan
5 = Sangat baik
4= Baik
3 = Cukup Baik
2 = Kurang Baik
1 = Tidak Baik

Interval nilai kemampuan menulis pantun :


Sangat baik = 90-100
Baik = 80-89
Cukup = 78-79
Kurang = < 78 (nilai KKM)

4.2 Refleksi Siklus I


Proses pembelajaran menulis pantun dengan metode Estafet Writing pada siklus I
belum maksimal. Proses pembelajaran mengalami kendala, terutama dari segi waktu. Waktu
yang telah ditentukan dalam RPP ternyata tidak teralokasi dengan baik sehingga langkah-
langkah pembelajaran yang disusun dalam RPP tidak terlaksana dengan tuntas. Berdasarkan
pengamatan dan catatan lapangan yang dilakukan, Hal ini disebabkan oleh beberapa hal
berikut ini.
Pada awal kegiatan, beberapa siswa terlihat berdiam diri, menerawang. Mungkin
sibuk memikirkan tema apa yang akan ditulisnya menjadi sebuah pantun. Sebagian siswa
sudah mulai menulis dan bahkan berdasarkan pengamatan penulis, ada beberapa siswa yang
tidak hanya menuliskan sampiran, tetapi sudah bisa menuliskan satu bait pantun, baru
kemudian memindahkan bukunya ke teman sebelahnya.
Kegiatan pembelajaran terus berlangsung, siswa sudah mulai dapat menikmati
pembelajaran ini. Hal ini dapat dilihat dari ekspresi siswa ketika membaca bait-bait pantun
yang telah lebih dulu ditulis oleh temannya. Mereka tersenyum-senyum, bahkan ada yang
tidak sanggup menahan tawa ketika membaca isi pantun teman-temannya sehingga menarik
perhatian teman-temannya yang lain. Berikut ini adalah beberapa contoh pantun berantai
hasil karya siswa kelas X.7 SMA Cendana Pekanbaru.
Pulang kampung naik becak (Dimas)
Naik becak pinggang pegal(Dindi)
Ada apa di pikiran abang becak? (Fauzan)
Pikirkan anak istri yang tinggal (Ade)

Jangan lupa membeli jambu


Beli jampu jangan pula salah (Dimas)
Ingatlah selalu nasihat orang tuamu
Karena ortu tak pernah salah (Dindi)

Sungguh Indah kota Pekanbaru


Kebersihan kotanya sangat terjaga (Fauzan)
Sungguh manis senyummu padaku
Membuat hatiku berbunga-bunga (Ade)

Pada pertemuan pertama ini, penggunaan waktu kurang maksimal karena pada awal
pelajaran penulis harus menjelaskan langkah-langkah metode Estafet Writing dan membagi
kelompok. Proses pembelajaran menulis pantun secara berantai dilanjutkan pada pertemuan
kedua tanggal 07 November 2009.
Pada pertemuan kedua ini, proses pembelajaran menulis pantun dengan metode
Estafet Writing dilanjutkan dengan pembahasan hasil karya siswa dengan menggunakan
LCD. Pada akhir pelajaran diketahui bahwa ternyata semua siswa melakukan kegiatan ini
dengan sempurna. Semua siswa melakukan kegiatan menulis pantun secara berantai. Semua
siswa memiliki pantun berantai yang ditulis bersama-sama teman-teman sekelompoknya.
Kegiatan pada pertemuan berikutnya adalah melaksanakan evaluasi menulis pantun secara
individu.
Berdasarkan hasil evaluasi pada pertemuan ketiga yang telah disajikan dalam tabel
rekapitulasi kemampuan menulis pantun dapat diketahui bahwa dari 34 orang siswa yang
mengikuti evaluasi menulis pantun, hanya 4 orang yang termasuk dalam kategori cukup,
yakni sebanyak 11.76 %. 25 orang memperoleh nilai dengan kategori baik dengan persentase
73.53 %, dan 5 orang memperoleh nilai dengan kategori baik sekali yakni 14.71 %. Dari
persentase yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya semua siswa mampu
menulis pantun di sekolah. Pencapaian ini dilatarbelakangi atas keberhasilan memotivasi
mereka dalam pembelajaran dengan metode Estafet Writing yang dilaksanakan pada
pertemuan sebelumnya. Rata-rata nilai kemampuan siswa dalam menulis pantun adalah
84.64 % dan termasuk dalam kategori baik. Berikut ini adalah contoh pantun karya siswa
ysng dibuat pada saat evaluasi (tanpa berestafet writing)
Pantun Nasihat pada Sahabat

Sore-sore mencukur kumis


Supaya keren dilihat orang
Masih muda jangan mengemis
Masa depan tak terang benderang

Ke cengkareng bawa rambutan


Bawa rambutan sambil berkaca
Janganlah hanya berjalan-jalan
Lebih baik banyak membaca

Burung nuri melayang terbang


Menabrak dinding jatuh terhempas
Janganlah sering merasa bimbang
Para pemuda haruslah tegas

Banyak kupu-kupu menari-nari


Warna mereka berbeda-beda
Jangan terpaku berdiam diri
Yang bisa dilakukan selalu ada

Ramai-ramai mendaki bukit


Bukit didaki saat tamsya
Mari kawanku kita bangkit
Karena kita pemuda Indonesia

(Karya Daniel M )

4.3 Upaya Perbaikan untuk Siklus II


Upaya perbaikan yang harus dilakukan pada siklus II hanya dari segi penggunaan
waktu. Pada siklus II tidak perlu lagi membagi kelompok karena siswa sudah diingatkan
untuk membuat kelompok sebelum pembelajaran menulis syair berlangsung. Pembahasan
syair berantai dilakukan dengan waktu yang sudah disepakati.

4.4 Paparan Data pada Siklus II


Sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, kegiatan pembelajaran pada siklus II ini
dilaksanakan pada pertemuan berikutnya, yaitu pada tanggal 14 November 2009 dan 16
November 2009. Kegiatan pembelajarannya adalah melaksanakan pembelajaran menulis
syair dengan menggunakan metode Estafet Writing.

4.4.1 Gambaran Jalannya Pembelajaran pada siklus II


4.4.1.1 Pertemuan pertama (2 x 45 menit), Menulis Syair pada tanggal 14 November
2009
Sebelum kegiatan pembelajaran menulis syair dimulai, penulis meminta beberapa
siswa membacakan pantun yang telah ditulis sebelumnya. Setelah kegiatan membacakan
pantun selesai, barulah kegiatan menulis syair dimulai.
Pada pertemuan kedua ini, kegiatan pembelajaran tetap berpedoman pada RPP yang
sama. Penulis tidak perlu lagi menjelaskan materi tentang syair karena telah dijelaskan pada
pertemuan pertama. Kegiatan pembelajaran langsung dimulai dengan menulis syair dengan
menggunkan metode Estafet Writing.
Semua siswa langsung membentuk kelompok belajar seperti pada pertemuan pertama.
Persiapan awal pelajaran menghabiskan waktu selama 10 menit Setelah semua kelompok
tertib, kegiatan menulis syair dengan cara berantai segera dimulai. Semua siswa terlihat serius
menulis.Waktu yang disediakan untuk siswa dalam menulis syair adalah 40 menit. Setelah
40 menit berlangsung, Penulis memberi petunjuk kepada seluruh siswa untuk mengembalikan
buku latihan kepada pemiliknya (penulis awal). Kemudian, pemilik buku diharuskan
membaca syair tersebut secara keseluruhan, merevisinya dan memberikan judul yang tepat
sesuai dengan tema syair tersebut.
Setelah syair yang ditulis secara berantai tersebut diberi judul oleh penulis yang
pertama, beberapa siswa secara bergantian diminta membacakan karya mereka di depan
kelas. Guru dan siswa membahas syair yang dibuat secara berantai dengan menggunakan
LCD seperti yang dilakukan pada penulisan pantun. Kemudian, pada saat menutup pelajaran,
penulis berpesan bahwa pertemuan berikutnya akan diadakan tes menulis syair secara
individu (tidak berantai).

4.4. 1.2Pertemuan kedua (2 x 45 menit) kegiatan Evaluasi Menulis Syair pada tanggal
16 November 2009.
Setelah mengabsen kehadiran siswa, penulis menumbuhkan motivasi siswa dengan
menanyakan apakah syair yang mereka buat sebelumnya sudah diakhiri? Atau sudah
diciptakan ending ceritanya? Penulis juga menanyakan kepada beberapa siswa tentang tema
syair yang dibuat itu. Kegiatan memotivasi ini berlangsung selama 20 menit. Kemudian
penulis menuliskan beberapa buah tema cerita di slide infocus. Tema-tema tersebut adalah
percintaan, kemiskinan, KKN, politik, keimanan, kesehatan. Setiap tema diberi nomor urut 1
sampai 6. Kemudian siswa secara berurutan berhitung sampai dengan nomor 6 tersebut.
Setiap siswa harus menulis syair dengan tema sesuai nomor urut yang mereka dapatkan.
Evaluasi menulis syair dilaksanakan dengan waktu 60 menit. Siswa diminta menuliskan
judulnya juga. Syair yang ditulis minimal enam bait.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, ternyata semua siswa juga mampu menulis syair
sesuai dengan kriteria yang ditentukan walaupun masih ada beberapa siswa yang menulis
syair kurang dari enam bait. Berikut ini disajikan tabel kemampuan siswa menulis syair
berikut ini.
TABEL 5
NILAI KMAMPUAN MENULIS SYAIR
SISWA KELAS X.7 SMA CENDANA PEKANBARU

ASPEK
NO NAMA SISWA SKOR NILAI
R B D I
1 ADE LUTFIANTO WENAS 5 10 12 20 47 94(SB
2 ANATASIA ALEN 5 10 15 16 46 92 (SB
3 ADHELLA KASMITA 5 8 15 20 48 96 (SB
4 ARIF EKA PUTRA 5 10 12 16 43 86 (B
5 BERNADETHA RACHELA 5 8 15 20 48 96 (SB
6 BRENDA RUTH PANJAITAN 5 10 12 20 47 94 (SB
7 CERIA ICTAVANI 5 8 15 16 44 88 (B
8 CHINTYA ARIZONA 5 10 12 16 43 86 (B
9 CHRISTANTY W 5 10 12 16 43 86 (B
10 DANIEL MAHARDIKA PU 4 10 12 20 46 92 (SB
11 DIAN PUTRI PERTIWI 5 8 12 20 45 90 (SB
12 DENI SYAHRIL 5 8 12 16 41 82 (B
13 DIMAS TRIADI W 5 10 12 16 43 86 (B
14 DINDI WAHYU ALDIO 5 8 12 16 41 82 (B
15 DWINDA RIZKY AMALIA 5 10 12 16 43 86 (B
16 FARRAH NABILLA PUTRI 5 10 15 16 46 92 (SB
17 FARRIZKY 4 10 15 16 45 90 (SB
18 FAUZAN AHMAD 5 10 12 16 43 86 (B
19 FS INDRA 5 10 12 16 43 86(B
20 GUSTIEN ENDRINA 5 8 12 16 41 82 (B
21 HARTIKA RAFIH W 5 10 12 16 43 86 (B
22 M. IKHWAL 5 6 12 16 39 78 (C
23 M. KEMAL PADRIANO 5 10 12 16 43 86 (B
24 MUTIQ ZUZASQI 5 8 12 16 41 82 (B
25 NABILA MAHDIRANI 5 8 12 20 45 90 (SB
26 NAYESA SYAFIRA ETHAF 5 8 15 16 44 88 (B
27 OKTHASIA INDRA 5 10 12 12 39 78 (C
28 PRABAWATI DWIKUSUMA 5 10 15 12 44 88 (B
29 PUTRI DESTY AMELIA 5 8 15 16 44 88 (B
30 RICKO YORINDA PUTRA 5 10 12 16 43 86 (B
31 RICO ALFREDO H 5 8 12 16 41 82 (B
32 ROBBY PANJI ABDUL SANI 5 8 15 16 44 88 (B
33 SHAFIRA IRMAYUNI 5 10 12 16 43 86 (B
34 YULINA SUWITO 5 10 12 16 43 86 (B
Jumlah 2964/34
Rata-rata 87.18
Interval nilai kemampuan menulis syair :
Sangat baik = 90-100
Baik = 80-89
Cukup = 78-79
Kurang = < 78 (nilai KKM)

Baik Sekali :10 orang (29.41 %)


Baik : 22 orang (64.71 %)
Cukup : 2 orang (5.88 %)

4.5 Refleksi Siklus II


Pada pertemuan kedua, kegiatan menulis syair dengan metode Estafet Writing
berlangsung dengan tertib dan sesuai dengan alokasi waktu dalam RPP. Dengan waktu yang
ada, semua siswa dapat menulis syair sampai beberapa bait sehingga tema cerita yang
mereka kembangkan dapat membentuk sebuah cerita mini.
Semua siswa terlihat asyik mengembangkan gagasannya dan menuangkannya dalam
bentuk syair. Sebagaimana pada waktu penulisan pantun, beberapa siswa asyik menulis
sampai dua bait syair baru memindahkan buku latihannya kepada teman sebelahnya.
Kegiatan terus berlangsung. Sebagian besar buku latihan siswa sudah memuat beberapa bait
syair. Bermacam-macam tema cerita yang mereka buat. Ada percintaan, kemiskinan, bahkan
kritik pedas terhadap pemerintah. Berikut ini adalah contoh syair berantai karya siswa-siswa
kelas X.7 SMA Cendana Pekanbaru.

Syair Keraguan

Ketika bulan September tahun lalu


Aku dan dia pertama kali bertemu
Hati kami pun menjadi satu
Dalam kasih sayang yang padu (Hartika)

Kini sudah setahun berganti


Banyak hari yang tlah dilewati
Masih ada tanyaku di hati
Akankah hubungan ini direstui (Harrizki)

Saat hal ini kutanyakan kepadamu


Dirimu hanya menangis tergugu
Tak sanggup kau tatap mataku
Karena kau tahu ibumu membenciku (Nabilla)
Contoh Syair karya siswa SMA Cendana Pekanbaru yang ditulis sendiri oleh Adella Kasmita
pada saat evaluasi.
Jeritan Anak Negeri
Ada anak memegang pena
Tulis syair sambil merana
Fikirkan nasib sang ibunda
Susah masak tiada dana

Tiada daya ibunda beli


Pangan naik harganya tinggi
Ibunda pulang menggigit jari
Ingat anak yang kan mati

Wahai petinggi sadarlah kalian


Bundaku menangis mengingat pangan
Di mana janji yang kau sampaikan
Seakan-akan habis di telan

Kami meminta paksa darimu


Dengan membelah si pagar batu
Tapi ternyata kau tidak di bangku
Larikan diri membawa saku

Saku penuh dengan air gula


Air habis tingla gulanya
Gula sisa berikan ke bunda
Bunda terima berlapang dada

Sungguh keji wahai petinggi


Sudah sisa baru diberi
Apalah isi di dalam hati
Air keruh nanah berdaki

(karya Adella Kasmita)


Adella Kasmita dalam syairnya yang bejudul Jeritan Anak Negeri di atas berisi
tentang jeritan hati seorang anak miskin yang hidup di bumi Indonesia. Kritik pedas terhadap
para petinggi disampaikan Ade dengan berani sekali. Ide menulis syair dengan tema kritik
terhadap pemerintah ini muncul ketika ade melanjutkan syair yang dibuatnya bersama teman-
teman sekelompoknya (ketika pembelajaran dengan menggunakan metode Estafet Writing
(menulis berantai). Berikut ini adalah sebait syair yang ditulis oleh Kemal yang
menginspirasi Adella Kasmita untuk menulis syair yang berisi kritik terhadap pejabat negeri
di atas.
Wahai engkau anak pejabat
Janganlah kamu sok hebat
Sebagian harta yang kau dapat
Di dalamnya ada uang rakyat (Kemal)
Berikut ini adalah syair yang ditulis oleh Fauzan Ahmad.yang ditulisnya pada saat evaluasi
menulis syair.
Syair Negeriku Kini

Indonesia negara yang besar


Jumlah rakyat terus melebar
Kejahatannya banyak tersebar
Senyum rakyat tak bisa ditebar

Korupsi dan kolusi meraja lela


Para pejabat tak mau dicela
Inginnya pejabat selalu dibela
Semangat rakyat tak bisa menyala

Demonstrasi terus terjadi


di negara yang inbdah ini
Pejabat hanya duduk santai
Maka hilanglah semangat negeri
Demontrasi teruslah ada
Menyampaikan pendapat mereka
Pejabat pun menutup telinga
Terhadap rakyat yang masih sengsara

Apakah solusi kekacauan ini


Tolonglah beritahukan kami
Agar para petinggi jadi mengerti
Mau memperbaiki negeri ini (Fauzan Ahmad)
Berdasarkan hasil evaluasi pada pertemuan keempat yang digambarkan dalam tabel 2
di atas dapat diketahui bahwa dari 34 orang siswa yang mengikuti evaluasi menulis syair, 10
orang termasuk kategori sangat baik (29.41%), 22 orang termasuk kategori baik (64.71%),
dan hanya 2 orang termasuk dalam kategori cukup dengan persentase 5.88%.

Sama halnya dengan menulis pantun, pada dasarnya semua siswa mampu menulis syair
dengan nilai rata-rata 87.18. Keberhasilan ini tidak lepas dari pembelajaran dengan metode
Estafet Writing yang telah berhasil menumbuhkan motivasi mereka untuk mengembangkan
ide dan imajinasi pada pertemuan sebelumnya.
4.6 Upaya Perbaikan untuk Siklus III
Upaya perbaikan yang harus dilakukan pada siklus III adalah pembagian kelompok.
Siswa mengusulkan agar dilakukan pertukaran anggota kelompok untuk menghidari
kejenuhan. Agar tidak mengganggu alokasi waktu yang sudah ditetapkan dalam perencanaan,
pembagian kelompok dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran.

4.7 Paparan Data pada Siklus III


Sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, kegiatan pembelajaran pada siklus III
ini dilaksanakan pada pertemuan berikutnya, yaitu pada tanggal 21 November 2009 dan 23
November 2009. Kegiatan pembelajarannya adalah melaksanakan pembelajaran menulis
puisi bebas yanag tidak terikat oleh bait maupun rima dengan menggunakan metode Estafet
Writing. Berikut adalah gambaran pelaksanaan pembelajaran menulis puisi bebas secara
berantai, menggunakan metode Estafet Writing.

4.7.1 Gambaran jalannya Pembelajaran pada Siklus III


4.7.1.1 Pertemuan pertama (2 x 45 menit), Menulis Puisi bebas pada tanggal 21
November 2009
Pada pertemuan pertama ini, kegiatan pembelajaran tetap berpedoman pada RPP no.
2 yairu tentang Kompetensi Dasar menulis puisi baru (puisi bebas). RPP ini dapat dilihat
pada lembar lampiran karya tulis ini.
Kegiatan awal dimulai dengan mempersiapkan siswa untuk memulai pembelejaran
dengan menyampaikan tujuan pembelajaran serta melakukan apersepsi. Untuk
membangkitkan motivasi siswa, penulis membacakan sebuah syair karya salah seorang siswa
dengan irama “Selendang Delima”. Usai menyampaikan syair tersebut, penulis menjelaskan
kembali perbedaan puisi lama dan puisi baru (puisi bebas). Penjelasan ini tidak membutuhkan
waktu lama karena pada dasarnya siswa sudah pernah mendapatkan materi ini pada waktu di
SMP.
Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama siklus III ini, sama dengan
pertemuan-pertemuan pada siklus I dan II. Siswa menulis puisi bebas dengan menggunakan
metode Estafet Writing. Siswa langsung membentuk kelompok kecil dengan teman-teman
yang berbeda. Penulis memberi petunjuk agar semua siswa kembali harus menyiapkan buku
latihan dan alat tulisnya untuk memulai menulis puisi berantai. Waktu yang dibutuhkan untuk
membuka pelajaran adalah 10 menit. Kegiatan inti menulis puisi bebas dilaksanakan dengan
waktu 50 menit. Setelah 50 menit berlangsung, siswa diminta mengembalikan puisi yang
mereka buat secara berantai tersebut kepada siswa yang pertama kali menulis (yang
membuka bait puisi). Pemilik buku latihan diminta membaca keseluruhan isi puisi,
memahaminya, merevisinya dan memberikan judul yang tepat terhadap puisi karya bersama
tersebut. Kegiatan ini berlangsung selama 15 menit. Setelah puisi diberi judul oleh penulis
awal, beberapa siswa diminta membacakan puisi tersebut ke depan kelas. Pembahasan puisi
berantai dengan menggunakan LCD tidak dapat dilakukan karena waktu sudah tidak
mencukupi. Kegiatan membahas puisi karya bersama (puisi berantai dilaksanakan pada
npertemuan kedua, tanggal 23 November 2009. Selanjutnya, ketika menutup pelajaran,
penulis berpesan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan pembacaan puisi dan
pembahasan puisi berantai serta pemajangan puisi berantai di majalah dinding kelas Bahasa
Indonesia.. para siswa dipersilahkan untuk membawa laptop masing-masing.

4.7.1.2 Pertemuan kedua ( 2 x 45 menit) kegiatan lanjutan membaca dan membahas


puisi bebas tanggal 23 November 2009.
Kegiatan pembelajaran pada siklus kedua ini merupakan kegiatan inti yang
merupakan lanjutan dari pertemuan pertama yang belum selesai. Setelah mengondisikan
siswa untuk siap memulai pelajaran pada hari ini,dengan mengabsen dan berdoa, penulis
mengajukan pertanyaan tentang tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran Estafet
Writing yang sudah dilaskanakan pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Para siswa
mengaku sangat mengasyikan belajar dengan metode inovatif ini.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan membahas puisi berantai yang terlah
diselesaikan pada pertemuan pertama. Beberapa puisi ditayangkan melalui slide LCD dan
dibahas sesuai dengan kriteria penilaian yang telah disepakati. Pembahasan ini bertujuan agar
siswa benar-benar memahami cara menulis mpuisi supaya pada saat evaluasi menulis puisi
yang akan dilaksanakan pada pertemuan ketiga tidak mengalami kendala. Usai membahas
beberapa buah puisi dan merevisinya, beberapa siswa diminta maju ke depan kelas untuk
membacakan puisi berantai tersebut. Kegiatan selanjutnya nadalah menempel puisi benatai
tersebut di majalah dinding kelas Bahasa Indonesia.
Guru menutup pelajaran dan berpean bahwa pada pertemuan berikutnya akan
dilaskanakan tes menulis puisi bebas secara individu.

4.7.1.3 Pertemuan Ketiga (2 x 45 menit), Evaluasi Menulis Puisi Bebas pada tanggal 28
November 2009.
Pada pertemuan ketiga ini, untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam menulis puisi
bebas, penulis membacakan sebuah puisi berantai karya siswa. Kemudian, setelah
mengabsen, penulis menawarkan beberapa buah tema dan mempersilakan siswa untuk
memilih tempat atau posisi untuk menulis puisi. Kegiatan evaluasi ini dapat mereka lakukan
di luar kelas atau duduk (lesehan) di lantai. Sebagian lantai kelas Bahasa Indonesia
beralaskan karpet, jadi siswa dapat duduk santai sambil menulis puisi. Penulis juga
membunyikan musik lembut selama evaluasi dilaksanakan, begitu juga ketika tes menulis
pantun dan syair. Siswa sangat menikmati suasana belajar yang tenang dan penuh imajinasi
ini.
Hasil yang diperoleh setelah evaluasi dilaksanakan adalah semua siswa mampu
menulis puisi bebas sesuai dengan kriteria yang ditentukan meskipun pilihan kata (diksi)
yang digunakan masih banyak yang sederhana. Berikut ini adalah tabel presentase penulisan
puisi bebas siswa. Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca pada bagian analisis kegiatan
pembelajaran.

TABEL 6
NILAI KMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS
SISWA KELAS X.7 SMA CENDANA PEKANBARU
ASPEK
NO NAMA SISWA SKOR NILAI
RI BD JI IP
1 ADE LUTFIANTO WENAS 4 10 15 16 45 90(SB
2 ADHELLA KASMITA 5 8 15 20 48 96 (BS
3 ANATASIA ALEN 4 10 12 20 46 92 (BS
4 ARIF EKA PUTRA 4 10 15 16 45 90 (BS
5 BERNADETHA RACHELA 4 8 15 20 47 94 (BS
6 BRENDA RUTH PANJAITAN 4 10 12 16 42 84 (B
7 CERIA ICTAVANI 4 8 15 20 44 88 (B
8 CHINTYA ARIZONA 4 10 15 20 49 98(BS
9 CHRISTANTY W 5 10 12 16 43 86 (B
10 DANIEL MAHARDIKA PU 4 10 15 20 49 98 (BS
11 DIAN PUTRI PERTIWI 5 8 12 20 45 90 (BS
12 DENI SYAHRIL 4 10 15 20 49 98(BS
13 DIMAS TRIADI W 4 10 15 16 45 90 (BS
14 DINDI WAHYU ALDIO 4 8 15 20 47 94 (BS
15 DWINDA RIZKY AMALIA 5 10 15 16 46 92 (BS
16 FARRAH NABILLA PUTRI 4 10 12 20 46 92 (BS
17 FARRIZKY 4 8 15 20 47 94 (BS
18 FAUZAN AHMAD 4 10 12 20 46 92 (B
19 GUSTIEN ENDRINA 4 10 15 16 45 90 (B
20 FS INDRA 5 10 12 16 43 86(B
21 HARTIKA RAFIH W 4 10 15 16 45 90 (B
22 M. IKHWAL 4 8 12 16 42 84 (B
23 M. KEMAL PADRIANO 4 10 12 16 42 84 (B
24 MUTIQ ZUZASQI 5 8 15 16 44 88 (B
25 NABILA MAHDIRANI 5 10 12 20 47 94 (BS
26 NAYESA SYAFIRA ETHAF 5 8 15 16 44 88 (B
27 OKTHASIA INDRA 5 10 12 16 43 86 (B
28 PRABAWATI DWIKUSUMA 5 10 15 16 46 92 (BS
29 PUTRI DESTY AMELIA 5 8 15 16 44 88 (B
30 RICKO YORINDA PUTRA 4 10 12 16 42 84 (B
31 RICO ALFREDO H 4 8 15 16 43 86 (B
32 ROBBY PANJI ABDUL SANI 4 8 15 16 43 86 (B
33 SHAFIRA IRMAYUNI 4 10 12 16 42 84 (B
34 YULINA SUWITO 5 10 15 16 46 92 (BS
Jumlah 3060/34
Rata-rata 90

Keterangan :
RI ; Rima dan Irama
BD ; Bahasa dan Diksi
JI ; Judul dan isi
IP ; Isi Puisi
Interval nilai kemampuan menulis puisi bebas
Sangat baik = 90-100
Baik = 80-89
Cukup = 78-79
Kurang = < 78 (nilai KKM)

Baik Sekali : 16 (47.06 %)


Baik : 18 52.94 %)

4.8 Refleksi Siklus III


Keaktifan dan keantusiasan siswa dalam proses pembelajaran pada pertemuan kelima
tidak jauh berbeda dengan pertemuan-pertyemuan sebelumnya. Pada saat ini para siswa
sudah tidak lagi banyak bertanya tentang teknik menulis puisi dengan metode Estafet Writing
karena sudah mulai terbiasa dengan kegiatan sebelumnya, yaitu menulis pantun dan syair.
Para siswa langsung memilih teman kelompoknya dan segera mengeluarkan buku latihan dan
bersiap-siap memulai mengembangkan imajinasinya. Siswa benar-benar siap untuk menulis
puisi. Dua kali melaksanakan pembelajaran menulis pantun dan syair dengan metode Estafet
Writing menjadikan mereka terbiasa dan sudah tahu langkah-langkahnya. Semua siswa
terlihat menikmati pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang biasanya kurang disukai oleh
siswa menjadi lebih mengasyikan dan menyenangkan. Selama pengamatan sangat terlihat
kesungguhan siswa dalam belajar. Belajar kelompok yang biasanya tidak efektif karena ada
siswa yang hanya numpang nama, kini sangat efektif. Siswa tidak mempunyai kesempatan
untuk santai atau bermain-main karena puisi-puisi teman-temannya sudah antre minta
dilanjutkan.
Berdasarkan pengamatan penulis, terlihat seolah-olah siswa merasa lebih mudah
menulis puisi bebas dibandinkan dengan menulis pantun dan syair yang harus terikat dengan
bait dan sajak (rimanya). Namun, setelah evaluasi dilaksanakan pada pertemuan keenam,
ternyata hasil yang diperoleh tidak sebaik kemampuan mereka dalam menulis pantun dan
syair.
Setelah evaluasi menulis puisi bebas dilaksanakan, dapat diketahui bahwa rata-rata
nilai siswa adalah 90.00 (Sangat Baik). 20 orang siswa memperoleh nilai sangat baik
(58.82%) dan 14 orang siswa memperoleh nilai dalam kategori baik (41.18%) Tema puisi
yang bervariasi banyak mereka temukan selama proses pembelajaran menulis puisi dengan
metode Estafet Writing. Puisi-puisi yang datang silih berganti dengan tema yang berbeda,
membuat imajinasi para siswa bangkit dan lebih mudah menuangkannya ke dalam bentuk
tulisan. Mereka sangat antusias dalam melanjutkan puisi-puisi teman-temannya. Kesulitan
menenmukan ide untuk dikembangkan menjadi puisi tidak lagi dialami oleh para siswa.
Berikut ini adalah puisi berantai yang ditulis oleh siswa-siswa kelas X.7 SMA Cendana
Pekanbaru.

Puisi 1 Belajar Melihat


Kucari yang tak dapat kulihat
Apa aku harus teliti mencari?
Atau belajar melihat? (Brenda)
Apa yang tak dapat kulihat?
Dan apa yang harus kucari?
Dunia seakan menjauh dariku
Meninggalkanku seorang diri (Shintia)

Kenapa?Kenapa semua pergi?


Padahal aku lelah mencari
Tapi yang kucari tak dapat kugapai
Kenapa?aku membenci...(Ceria)
Kenapa?
Kenapa dunia terasa hampa
Padahal aku sedah mencari kemana
Tapi yang kucari tak jua tergapai (Putri)
Kenapa?
Atau karena aku tak melihat? (Shintia)
Akankah semua berakhir jika aku belajar melihat
Jika aku lulus belajar melihat ..melihat mataa hati
Maka aku pun membuka mata...mata hati
Mata jiwa melihat semua (Ceria)
Yang tak dapat kulihat
Ada kulihat
Yang tak dapat kucari (Putri)
Ada kucari
Dengan membuka mata jiwa semua terlihat
Semua penuh makna...(Shintia)

Puisi 2 Hampa

Entah kenapa kamu begitu mengganggu


Perhatianku membuatku muak!! (Ade)
Pertanyaan-pertanyaanmu membuatku sesak
Lepaskan aku!! (Dimas)

Kau telah mengahantui hidupku


Sehingga membuatku resah (Dindi)
Lepaskan aku
Jauhi diriku (Daniell)

Ku tak pantas bagimu


Aku tak mencintai dirimu
Lepaskan aku..menjauhlah dariku
Jauhkan aku dari belenggu bayangmu!! (Arief)

Cukup sudah semua usahamu


Diri ini tak mungkin memilihmu
Kuharap kau memahami
Bahwa aku bukan untukmu (Ade)
Puisi bebas di atas ditulis oleh lima orang siswa (satu kelompok) secara berantai.
Lima orang siswa tersebut adalah Ade, Dimas, Dindi, daniel, dan Arif. Ade membuka bait
puisi di atas dengan sebait rasa kecewa terhadap seorang gadis. Rupanya hal ini dipahami
oleh temen-teman sekelompoknya sehingga dengan lancar mereka melanjutkan larik demi
larik ungkapan perasaan tersebut sampai melahirkan sebuah puisi ungkapan perasaan
penolakan cinta. Puisi yang diberi judul Hampa itu, akhirnya ditutup oleh Ade dengan bait,
...Kuharap kau memahami ..bahwa aku bukan untukmu. Sebuah puisi cinta yang dibaca
dengan penuh perasaan oleh salah seorang temannya di depan kelas. Tepuk tangan yang
gemuruh memberi aplus kepada si pembaca puisi, dan menimbulkan sebuah kebanggan
tersendiri bagi para penulisnya.
V PEMBAHASAN
Berdasarkan pemaparan data dan hasil penelitian yang dijelaskan sebelumnya, nilai
rata-rata siswa dalam menulis pantun pada siklus I adalah 84.64, nilai rata-rata siswa dalam
menulis syair pada siklus II adalah 87.18, dan nilai rata-rata siswa dalam menulis puisi bebas
pada siklus III adalah 90.00
Kemampuan menulis puisi lama siswa mengalami kenaikan dari siklus I ke siklus II
sebesar 2.54 atau 3.00 %. Dan kenaikan dari siklus II ke siklus III sebesar 2.82 atau 3.23 %.
Hal ini berarti telah terjadi peningkatan kemampuan menulis siswa setelah pembelajaran
dengan menggunakan metode Estafet Writing. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan
bahwa penerapan metode Estafet Writing dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan
menulis puisi siswa kelas X.7 SMA Cendana Pekanbaru dapat diterima.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pembelajaran dengan metode Estafet
Writing ini dapat membangkitkan motivasi siswa dalam mengembangkan imajinasi dan
berani menuangkannya dalam bentuk puisi. Peningkatan motivasi siswa dalam proses
pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Hal ini terbukti dari peningkatan
nilai rata-rata evaluasi menulis puisi yang dilaksanakan pada siklus II dan siklus III.
Meningkatnya motivasi siswa terlihat pada saat observasi dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa terlihat serius dan antusias membaca puisi karya teman-temannya sebelum
melanjutkan atau menyambung larik-larik dan bait-bait yang telah lebih dulu ditulis oleh
teman-temannya. Masing-masing siswa tidak menduga dan akan bertanya-tanya kemana arah
dan akhir dari puisi yang ditulisnya di awal tadi. Siswa terlihat asyik dan aktif menulis untuk
meneruskan tulisan-tulisan imajinatif itu. Mereka sibuk berfikir dan mengembangkan
gagasan yang muncul secara spontanitas. Siswa yang pada awalnya tidak berani atau bingung
mau memulai menulis puisi, sudah termotivasi untuk menulis karena dia hanya meneruskan
bait-bait puisi yang telah lebih dulu ditulis teman-temannya. Pengalaman menulis yang
mereka laksanakan bersama-sama merupakan proyek bersama yang sangat mengasyikkan
dan menggembirakan. Gambaran motivasi siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini,
TABEL 7
Rekapitulasi Skor Motivasi Belajar Siswa selama Proses Pembelajaran Menulis Puisi dengan Metode Estafet
Writing di SMA Cendana Pekanbaru
NO AKTIF ANTUSIAS CERIA KET
AK KA AN KA C KC
Jumlah siswa 29 5 29 5 27 7
83.33
Persentase 85.29% 14.71% 85.29% 14.71% 79.41% 20.59%
Baik
Ket :
AK : Aktif
KA : Kurang Aktif
AN : Antusias
KA : Kurang Antusias
C : Ceria
KC : Kurang Ceria
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa selama proses pembelajaran menulis puisi
dengan metode Estafet Writing motivasi belajar siswa meningkat. Hal ini tergambar dalam
persentase tiga faktor penting yang menjadi indikator meningkatnya motivasi belajar siswa,
yaitu bila keaktifan, keantusiaan, dan keceriaan siswa selama pembelajaran terlihat baik.
Berdasarkan tabel di atas keaktifan siswa selama pembelajaran mencapai 85.29 %,
keantusiasan siswa mencapai 85.29 %, dan keceriaan siswa mencapai 79.41 %.
Berikut ini akan disajikan jawaban siswa terhadap angket pelaksanaan pembelajaran
dengan metode Estafet Writing
TABEL 8
REKAPITULASI JAWABAN SISWA TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MENULIS
PUISI DENGAN METODE ESTAFET WRITING
PILIHAN JAWABAN
NOMOR YA TIDAK
PERTANYAAN JUMLAH PERSENTASE JUMLAH PERSENTASE
SISWA SISWA
1 28 82.35 % 6 17.65 %
2 30 88.23 % 4 11.76 %
3 32 94.11 % 2 5.88 %
4 29 85.29 % 5 14.71 %
5 31 91.18 % 3 8.82 %
6 29 85.29 % 5 14.71 %
7 34 100 % 0 0
Berdasarkan jawaban siswa terhadap angket, diketahui bahwa pada umumnya siswa
sangat senang mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaskanakan dengan menggunakan
metode Estafet Writing, yaitu sebanyak 28 orang siswa yang menjawab Ya (82.35 %). Siswa
lebih mudah memahami materi pembelajaran atau menulis puisi setelah menggunakan
metode ini. 88.23 % siswa menjawab Ya atau sebanyak 30 orang. Menurut siswa, metode
Estafet Writing juga dapat menciptakan suasana belajar yang berbeda. Kegiatan pembelajaran
menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Untuk pertanyaan ini, 32 orang siswa
memilih jawaban Ya dengan persentase 94.11. Dengan menulis berantai memudahkan siswa
meneruskan bait-bait puisi yang telah lebih dulu ditulis oleh teman-temannya. Untuk
pertanyaan ini memperoleh persentase 85.29 % sebanyak 29 orang. Umumnya para siswa
berpendapat metode pembelajaran ini sangat menarik dan ingin berkali-kali belajar dengan
menggunakan metode ini. Atas tanggapan ini penulis berjanji akan menggunakan metode
Estafet Writing ini dalam pencapaian kompetensi-komptensi yang lain. Persentase jawaban
siswa adalah 91.18 %. 29 orang siswa menyatakan bahwa metode Estafet Writing dapat
meningkatkan motivasi mereka dalam menulis puisi, dengan persentase 85.29 %. Parea
siswa merasa sangat yakin akan mendapatkan nilai di atas ketuntasan setelah melaksanakan
pembelajaran dengan metode Estafet Writing. Untuk jawaban ini, semua siswa menjawab ya
dengan persentase 100%.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, paling tidak para siswa sudah bisa
menghasilkan beberapa buah puisi yang mereka buat bersama-sama dan dengan tema yang
beragam pula. Banyak sekali ide atau tema yang mereka kembangkan dan daya imajinasi
mereka benar-benar bekerja dengan baik. Berdasarkan tema-tema puisi yang beragam, yang
mereka tulis pada setiap buku latihan teman-temannya tersebut terbukti memancing
kreativitas mereka untuk menulis puisi sendiri sehingga ketika dilakukan evaluasi penulisan
puisi tanpa menggunakan metode Estafet Writing, ternyata semua siswa dapat menulis pantun
dan syair.. Puisi-puisi tersebut telah dijilid dalam bentuk Kumpulan Puisi Berantai Siswa
Kelas X yang telah dijadikan sebagai referensi perpustakaan kelas Bahasa Indonesia dan
perpustakaan sekolah. Di samping itu dijadikan kenang-kenangan bahwa mereka pernah
menulis puisi secara bersama atau berantai.
VI KESIMPULAN DAN SARAN
Penggunaan metode Estafet Writing telah mampu meningkatkan kemampuan siswa
kelas X.7 SMA Cendana Pekanbaru dalam menulis puisi (pantun, syair, dan puisi bebas).
Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada saat dilakukan
evaluasi menulis pantun, yaitu 84.64 dan 87.18, nilai rata-rata menulis syair, dan nilai rata-
rata menulis puisi bebas 90.00.
Di samping meningkatnya kemampuan siswa dalam menulis puisi, metode Estafet
Writing ini juga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Berdasarkan
observasi atau pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaraan menulis puisi
dengan menggunakan metode Estafet Writing tersebut, persentase motivasi belajar siswa
yang mencakup keaktifan, keantusiasan, dan keceriaan siswa selama pembelajaran tergolong
baik, yakni 83.33%.
Belajar Bahasa Indonesia menjadi lebih variatif dan tidak membosankan. Semua
siswa sangat antusias dan sangat menikmati pembelajaran, menulis pantun, syair, dan puisi
bebas. Para siswa aktif menuangkan imajinasinya, meneruskan larik-larik dan bait-bait yang
telah lebih dulu ditulis teman-temannya. Kegiatan menulis puisi yang sebelumnya
diselesaikan di rumah, dapat diselesaikan di sekolah dan dapat dipantau oleh guru.
Kegiatan pembelajaran ini adalah awal bagi siswa untuk belajar menulis puisi. Penulis
berharap melalui kegiatan pembelajaran ini, siswa akan termotivasi untuk menulis puisi-puisi
selanjutnya, tentu saja dengan bimbingan guru Bahasa Indonesia.
Penulis mengharapkan agar guru Bahasa Indonesia dapat memanfaatkan metode
Estafet Writing ini dalam menumbuhkan motivasi siswa dan meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis puisi. Sebagai bentuk apresiasi atau penghargaan kepada siswa, guru
Bahasa Indonesia hendaknya memfasilitasi siswa untuk mengirimkan karya-karya tersebut ke
majalah atau surat kabar dan sering memotivasi siswa untuk mengikuti lomba. Di samping
itu, majalah dinding sekolah atau majalah dinding kelas Bahasa Indonesia harus lebih
digalakkan dan ditingkatkan lagi agar semua karya siswa dapat dipajang dan dibaca oleh
teman-temannya. Dengan dipajangnya karya-karya mereka di majalah dinding, siswa-siswa
yang lain dapat termotivasi untuk menulis, tidak hanya puisi tetapi juga karya-karya tulis
lainnya. Metode Estafet Writing ini juga dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran pada
KD-KD yang lain, di antaranya adalah menulis cerpen dan menulis puisi bebas yang tidak
terikat dengan bait dan baris. Kumpulan puisi siswa yang telah dibukukan dalam bentuk
kumpulan puisi tersebut diharapkan dapat dijadikan media pembelajaran pada kompetensi-
kompetensi yang berkaitan dengan puisi.
Penulis berharap model pembelajaran Menulis Berantai atau Estafet Writing ini dapat
digunakan oleh guru-guru mata pelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi siswa dalam
menguasai kompetensi-komptensi yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1975. Sari Kesusastraan Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.
Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Kegiatan Belajar mengajar. Jakarta Pusat: Pusat
Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
--------- 2004. Silabus Bahasa Indonesia. Jakarta: Direktorat pembinaan SMA.
Fuadi, Defi, Samrotul. 2005. Bahasa Indonesia Ringkasan Materi untuk SMP/Mts. Jakarta: Yrama
Widya.
Ibrahim. 2004.Pantun-Pantun Melayu Kuno. Pekanbaru: Yayasan Pustaka Riau.
Iskandar, Baharuddin.2005. “Agar Pembelajaran Sastra Tidak Membosankan”. Dalam Horison
(xxxix/2005.no.T4.2) Jakarta.
Kurniawan, Endang. 2007. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia (Bahan Ajar Diklat).
Jakarta:Depdiknas.
Setiawan, Setya Yuwana Sudikan. 2004. Pengembangan kemampuan Menulis sastra. Jakarta:
Depdiknas.
Suroso.1989. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai