Anda di halaman 1dari 7

MATERI : INKLUSI DAN AKUNTABILITAS SOSIAL DESA

SUB-MATERI 4

“Strategi Advokasi Inklusi dan Akuntabilitas Sosial”

Sub-materi ke-4 ini merupakan ujung pembahasan materi Inklusi dan Akuntabilitas Sosial
Desa. Materi ini akan fokus pada strategi advokasi inklusi dan akuntabilitas sosial. Dengan
strategi advokasi sebagai ujung materi, Anda diharapkan untuk berperan sebagai pelaku
aktif dalam mempromosikan dan mengembangkan inklusi dan akuntabilitas sosial di Desa
– terutama dalam posisi sebagai Tenaga Pendamping Profesional. Pembahasan sub
materi ini akan meliputi 4 (empat) tahap, pertama kerangka kerja strategi advokasi, kedua
identifikasi permasalahan, pemetaan stakeholder dan isu penting, dan keempat
perumusan strategi advokasi. Perlu Anda ingat bahwa strategi (beserta turunannya lagi)
akan sangat bervariasi sesuai dengan kondisi lapangan. Bahan ini tidak dimaksudkan
sebagai tawaran ‘strategi siap pakai’ yang dapat langsung digunakan. Seperti halnya
dengan pembahasan sebelumnya mengenai indikator, pembahasan di bagian ini
cenderung bersifat metodologis.

A. Kerangka kerja advokasi


Kerangka kerja advokasi dimaksudkan sebagai logika dan cara kerja dasar dalam
merumuskan strategi advokasi, khususnya untuk perihal inklusi dan akuntabilitas
sosial. Di dalamnya terdapat beberapa aktivitas yang perlu disiapkan dan dilakukan
hingga pada ujungnya dihasilkan rumusan kerja, program, dan tindakan pengawalan
inklusi dan akuntabilitas sosial. Kerangka kerja advokasi dalam bahasan di sini
digambarkan dalam ilustrasi di bawah ini.

Pemetaan
• Memerinci sumber masalah stakeholder • Menyusun langkah-langkah
• Menetapkan wujud masalah strategis yang perlu
• Mengenali tokoh-tokoh yang dilakukan.
terlibat dan/atau • Menyusun indikator untuk
berkepentingan secara mengukur keberhasilan
langsung dengan masalah. langkah-langkah strategis.

Perumusan strategi
Identifikasi masalah
dan indikator
Dapat disimak dalam ilustrasi di atas, kerangka kerja advokasi di sini dibagi ke dalam
tiga tahap yaitu identifikasi masalah, pemetaan stakeholder, dan perumusan strategi
dan indikator. Masing-masing tahap tersebut akan dibahas secara umum di bawah ini,
termasuk perumusan indikator yang telah dibahas tersendiri di bagian sebelumnya.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah upaya untuk mengenali situasi serta kondisi-kondisi yang
bertentangan dengan inklusi maupun akuntabilitas sosial. Dengan demikian,
identifikasi masalah berarti mengenali dan menetapkan sesuatu sebagai masalah
karena dinilai mengakibatkan atau potensial mengakibatkan terjadinya eksklusi
individu atau kelompok rentan dan/atau mengakibatkan akuntabilitas sosial tidak
terwujud. Setidaknya terdapat dua kegiatan penting dalam identifikasi masalah, yaitu
mengenali bentuk masalah dan menelaah sumber masalah.
Mengenali bentuk masalah ialah menggambarkan secara presisi wujud permasalahan
yang terjadi di dalam masyarakat. Bentuk masalah menunjuk pada situasi kongkrit
yang terjadi di dalam masyarakat. Penyajian sederhana bentuk masalah dapat dilihat
pada dua contoh di bawah ini.
Contoh 1
Penyandang tunanetra di Desa Sambirejo kesulitan mengakses fasilitas umum di desa
tersebut, seperti Balai Desa, layanan kesehatan, dan tempat ibadah. Bangunan-
bangunan layanan umum tersebut tidak didesain untuk mengakomodasi penyandang
disabilitas. Penyandang disabilitas lain yang terhambat mengakses fasilitas umum
bukan hanya tunanetra, namun juga penyandang paralisis (lumpuh) yang
menggunakan kursi roda.
Contoh 2
Di desa Paguyangan selalu saja ada warga miskin yang mengeluh pada masa-masa
pembagian Bantuan Sosial. Menurut mereka, pada saat Bansos dibagikan, mereka
yang berpunya justru mendapatkan bantuan sementara banyak mereka yang miskin
yang terlewat dari bantuan tersebut.
Mengidentifikasi sumber masalah ialah melacak dan menentukan sumber atau akar
masalah. Dalam pembahasan di sini, sumber masalah tersebut dibagi dalam dua jenis
yaitu faktor sosio-kultural dan faktor struktural. Masalah yang terjadi karena nilai,
pandangan sosial, atau kebiasaan-kebiasaan yang berkembang di masyarakat
dikategorikan sebagai masalah yang bersumber dari faktor sosio-kultural. Sementara
masalah yang terjada karena kebijakan serta tindakan-tindakan aparatur pemerintah
desa, dikategorikan sebagai masalah yang bersumber dari faktor struktural. Namun
sumber masalah juga dapat terjadi akibat kombinasi dua faktor tersebut.
Contoh 2 misalnya menunjukkan adanya faktor sosio-kultural, yaitu kelompok orang
mampu yang merasa berhak mendapat Bansos. Pada saat yang sama, Pemerintah
Desa tidak tegas atau tidak memiliki data akurat penduduk miskin (faktor struktural).
Hasil identifikasi masalah akan sangat menentukan strategi dan perumusan indikator
nantinya. Namun sebelum sampai ke tahap tersebut, ada tahap penting yang harus
dilakukan terlebih dahulu, yaitu pemetaan stakeholder.
C. Pemetaan stakeholder
Maksud stakeholder (atau: pemangku kepentingan) dalam tulisan ini ialah individu
atau kelompok yang memiliki pengaruh atau kontribusi baik langsung maupun tidak
langsung terhadap masalah yang telah diidentifikasi. Artinya, stakeholder dapat
berupa orang penting yang terlibat dalam masalah dan/atau orang yang memiliki
perhatian khusus terhadap masalah. Stakeholder bisa personal dan bisa kelompok.
Dia/mereka dapat berupa aparatur atau pejabat desa yang mewakili otoritas
pemerintahan, tokoh masyarakat, pengusaha, individu atau kelompok rentan, atau
figur-figur lain.
Pengenalan stakeholder berarti mengenali atau mengetahui dengan baik aktor-aktor
yang terkait dengan suatu masalah tertentu yang telah diidentifikasi. Dalam konteks
ini tentu saja yang dituntut bukan semata-mata tahu orangnya, melainkan mengetahui
posisi, kepentingan, pengaruh, serta kontribusi si aktor dalam masalah tertentu. Oleh
karena itu dalam tulisan ini, istilah stakeholder dirangkai dengan isu penting.
Isu penting dalam konteks ini merujuk pada kepentingan stakeholder di dalam atau
atas masalah yang telah diidentifikasi. Mengenali isu penting dari stakeholder perlu
dilakukan sebagai salah satu pijakan dan pertimbangan dalam menetapkan langkah
strategis. Dari contoh 2 di atas, dapat dikembangkan penyajian sebagai berikut:
Identifikasi masalah Stakeholder & Isu Penting
Bentuk masalah Sumber Stakeholder Isu Penting

Di desa Paguyangan selalu saja ada warga miskin Sosio-kultural Pak Fulan (orang kaya penerima Merasa berhak menerima Bansos
yang mengeluh pada masa-masa pembagian Bansos) sebagai Warga Negara Indonesia
Bantuan Sosial. Menurut mereka, pada saat - Orang berpunya belum memiliki dan sekalian berhemat.
Bansos dibagikan, mereka yang berpunya justru pengetahuan cukup bahwa Bansos
mendapatkan bantuan sementara banyak mereka ditujukan bagi orang miskin. Ibu Fulanah (tokoh agama yang Bansos dapat diumpamakan
yang miskin yang terlewat dari bantuan tersebut. - Warga miskin tidak berani complain disegani) dengan sedekah ditujukan bagi
secara langsung kepada aparat desa orang miskin.

Struktural Pak OPQ Pentingnya update data warga


miskin sebagai acuan panerima
- Pemerintah Desa tidak memiliki data Bansos.
warga miskin yang akurat.
- Pemerintah Desa tidak tegas dalam
menyeleksi penerima Bansos.

D. Perumusan Strategi dan Indikator


Pada akhirnya, dengan informasi yang dimiliki sebagaimana disebut sebelumnya,
Pendamping Desa menyusun langkah atau pendekatan terhadap stakeholder dalam
rangka untuk mengatasi masalah. Perumusan pendekatan ini tidak lain ialah strategi.
Dengan kata lain, strategi yang dimaksud di sini ialah langkah-langkah yang dapat
dilakukan untuk mengatasi sebuah masalah yang telah diidentifikasi. Dalam kasus-
kasus tertentu, seorang stakeholder perlu didekati dengan cara khusus dan tersendiri.
Namun tidak menutup kemungkinan bahwa sejumlah stakeholder yang, misalnya,
memiliki kepentingan yang sama, dapat didekati dengan strategi yang sama.
Indikator dirumuskan dengan cara yang telah disajikan pada sub materi sebelumnya.
Perumusan indikator untuk pembahasan di sini merupakan tahapan terakhir yang
perlu dilakukan. Selanjutnya, tentu saja, kegiatan yang menunggu ialah menjalankan
strategi yang telah disusun tersebut. Catatan penting, setiap strategi dapat diubah
sesuai dengan kondisi lapangan apabila memiliki justifikasi yang kokoh. Justifikasi
tersebut misalnya ialah identifikasi sumber masalah yang keliru, pemetaan stakeholder
yang tidak tepat, atau identifikasi isu penting (kepentingan) yang tidak tepat.
Sebagai penutup, di bawah ini disajikan contoh/alternatif cara penyajian rencana
advokasi dalam konteks inklusi dan akuntabilitas sosial Desa. Pendamping dapat
menggunakan tabel semacam itu sebagai rancangan kerja, menggubahnya sesuai
konteks, atau menyusun format yang baru untuk keperluan lapangan.
Contoh/alternatif cara penyajian rencana advokasi inklusi dan akuntabilitas sosial Desa
AGENDA IDENTIFIKASI MASALAH PEMETAAN STAKEHOLDER & ISU STRATEGI &INDIKAOR
Bentuk masalah Sumber masalah Stakeholder Isu penting Strategi Indikator
Inklusi sosial

Akuntabilitas
sosial
DAFTAR BACAAN YANG DIRUJUK DALAM TULISAN

Abbas, Hamza. 2017. What is Social Accountability?. https://atlascorps.org/what-is-social-


accountability/

Amanullah, Naeni, Semiarto Aji Purwanto, Ahmad Suaedy. 2015. Tata Kelola Pemerintahan Inklusif
dan Inisiatif Lokal. Depok: Abdurrahman Wahid Center-Universitas Indonesia (AWC-UI).

Ayub. 2019. Berguru dari Kaki Gunung Biru, dalam Berguru Pada Desa: Upaya Memaknai Dharma
Bakti Para Pendamping. KF Borni Kurniawan dan Fritsam (editor). Jakarta: Kemendesa
PDTT.

Bahrianoor. 2019. Mengejar Keotonomian Desa, dalam Berguru Pada Desa: Upaya Memaknai
Dharma Bakti Para Pendamping. KF Borni Kurniawan dan Fritsam (editor). Jakarta:
Kemendesa PDTT.

Ditjen PPMD Kemendesa PDTT. 2019. Panduan Fasilitasi Desa Inklusif. Jakarta: Kemendesa PDTT.

Eko, Sutoro. 2019. Mosaik Pendamping Desa (Prolog), dalam Berguru Pada Desa: Upaya
Memaknai Dharma Bakti Para Pendamping. KF Borni Kurniawan dan Fritsam (editor).
Jakarta: Kemendesa PDTT.

Erliyani, Maira. 2019. Bertransformasi dari Pegawai Bank ke Pendamping Desa, dalam Berguru
Pada Desa: Upaya Memaknai Dharma Bakti Para Pendamping. KF Borni Kurniawan dan
Fritsam (editor). Jakarta: Kemendesa PDTT.

Erliyani, Maira. 2019. Bertransformasi dari Pegawai Bank ke Pendamping Desa, dalam Berguru
Pada Desa: Upaya Memaknai Dharma Bakti Para Pendamping. KF Borni Kurniawan dan
Fritsam (editor). Jakarta: Kemendesa PDTT.

Hamdi, Mujtaba, Tanti Budi Suryani, Darwanto. Tanpa Tahun. Akuntabilitas Sosial Pelayanan
Kesehatan Daerah Perbatasan. Jakarta: Ford Foundation dan Media Link.
https://medialink.or.id/akuntabilitas-sosial-pelayanan-kesehatan-daerah-perbatasan/

Karyanto, Ibe. 2021. Akuntabilitas Sosial Desa. Dalam Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas
Pendamping Desa dan Pendamping Lokal Desa. Jakarta: Kementerian Desa PDTT. Hal.
144-148.

Misfahuddin. 2019. Petikan Dawai Pendampinganku dari Desa ke Desa, dalam Berguru Pada Desa:
Upaya Memaknai Dharma Bakti Para Pendamping. KF Borni Kurniawan dan Fritsam
(editor). Jakarta: Kemendesa PDTT.

Ra’is, Deki Umamur. 2017. Peta Inklusi Sosial dalam Regulasi Desa. Reformasi. Vol. 7 (2): 88-106.
https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/reformasi/article/view/803/772
Salabarría-Peña, Yamir, Betty S. Apt, Cathleen M. Walsh. 2007. Practical Use of Program Evaluation
among Sexually Transmitted Disease (STD) Programs. Atlanta: Departement of Health
and Human Services Centers for Disease Control Prevention.
https://www.cdc.gov/std/program/pupestd.htm
https://www.cdc.gov/std/Program/pupestd/Developing%20Evaluation%20Indicators.p
df

Sudibyo, D. Priyo. 2010. Akuntabilitas Sosial Pelayanan Publik Menuju Good Governance. Spirit
Publik: Jurnal Ilmu Administrasi. Vol. 6 (1):9-18.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/59417/Akuntabilitas-Sosial-Menuju-Good-
Governance

Sumadi. 2019. Wisata Mangrove, Konservasi, dan Jalan Keluar dari Ketertinggalan, dalam Berguru
Pada Desa: Upaya Memaknai Dharma Bakti Para Pendamping. KF Borni Kurniawan dan
Fritsam (editor). Jakarta: Kemendesa PDTT.

Suryana, Nana. 2019. Membangun Peradaban Desa Sawit Berkelanjutan, dalam Berguru Pada
Desa: Upaya Memaknai Dharma Bakti Para Pendamping. KF Borni Kurniawan dan
Fritsam (editor). Jakarta: Kemendesa PDTT.

UU No, 6 Tahun 2014 tentang Desa

World Bank. Social Inclusion. https://www.worldbank.org/en/topic/social-inclusion#1

Anda mungkin juga menyukai