Anda di halaman 1dari 9

Kiat membina kepribadian anak muslim

Pertama : Pembinaan Aqidah


Aqidah merupakan pondasi mendasar dalam pembinaan anak
dan iapun menjadi pelengkap bagi anak di masa kekanak-
kanakannya dan fase-fase selanjutnya. Oleh karena itu kita
membutuhkan perangkat efektif dan kokoh yang mampu
merespon dan mempengaruhi kepribadian seorang anak.
Di mana pembinaan ini tidak akan sempurna hanya dengan
waktu satu atau dua tahun saja, namun ia membutuhkan masa
yang amat panjang. Dimulai sejak kelahiran sampai masa
remaja.
Tentu seorang pendidik diam termenung, bagaimana, kapan
dan di mana ia bisa mulai membina? Namun hal ini sangat
mudah ditemui melalui peninjauan dan pengamatan langsung
terhadap nasihat atau intruksi dari nabi. Karena Nabi pun telah
menjelaskan pondasi mendasar dalam pembinaan aqidah
tersebut dan pengaruhnya terhadap anak akan terus menerus
melekat sepanjang hidupnya. Ia akan mudah memperolehnya
kemana pun pergi.
Ketahuilah, pondasi dasar dalam pembinaan aqidah itu ialah :

- Al-quran Al-karim
Seyogyanya bagi orang tua sudah mulai mengajarkan al-qur'an
kepada anak anaknya sejak dini agar keyakinan mereka benar
meyakini bahwa Allah adalah Tuhan semesta alam dan
meyakini bahwa al-quran adalah firmannya. Dan agar mengalir
ruh dan cahaya al-Qur'an ke dalam hati sanubari, pikiran,
kecerdasan dan panca indra mereka. Dan juga agar mereka
menerima aqidah yang benar yang ada dalam al-qur'an sejak
dini, juga agar mereka tumbuh menjadi remaja yang mencintai
al-qur'an dan selalu bergantung kepadanya. Mengerjakan
perintah perintahnya dan menjauhi larangan larangannya.
Berakhlak dengan akhlak al-qur' an dan berjalan di atas
jalurnya.
Alhafidz Assuyuti berkata : Mengajarkan al-qur'an kepada anak
merupakan dasar diantara dasar dasar Islam kelak mereka akan
tumbuh sesuai dengan fitrahnya dan cahaya hikmah masuk ke
dalam hati sanubari mereka sebelum diselimuti hawa nafsu
angkara lewat maksiat dan kesesatan.
Imam Tobroni dan Ibnu Annajar mengemukakan hadits dari Ali
karamallahu wajhah bahwa Nabi bersabda "Ajarkan adab
kepada anak kalian melalui tiga hal : Cinta nabi, cinta ahli bait
nya dan cinta membaca al-qur'an, karena para penghapal
qur'an ada dalam naungan arsy Allah bersama para nabi dan
orang orang pilihannya pada hari di mana tidak ada naungan
kecuali naungannya.
Oleh karena itu Kami mendapati para sahabat memperhatikan
pendidikan jiwa melalui al-qur'an dan membiasakan anak anak
mereka mencintai al-qur'an dan membacanya.
Ibnu Katsir menyebutkan dalam Kitab Fadhoil Al-qur'an Hal. 44,
dari Ibnu Abbas, ia berkata : "Ketika Nabi wafat, Aku berusia 10
tahun sedangkan pada waktu itu Aku sudah membaca
muhakkam".
Abdullah bin Mas'ud mengajarkan anak anak perempuan nya
surat al-qur'an yang dapat menjaga mereka dari kefakiran.
Ibnu Katsir menyebutkan keutamaan surat al-wakiah, bahwa
alhafidz Ibnu Asakir meriwayatkan berikut sanadnya kepada Abi
Dzobyah, ia berkata :
Ketika Ibnu Mas'ud sakit (sakit yang menjadi penyebab
wafatnya) lalu Usman bin Affan menyambanginya dan bertanya
:
Apa yang kamu keluhkan?
Dosa-dosa ku, jawab Ibnu Mas'ud
Lalu apa yang kamu inginkan? Ibnu Mas'ud bertanya ulang
Rahmat Tuhan, jawabnya.
Apakah mau Aku datangkan dokter untuk mu? Ibnu Mas'ud
bertanya lagi.
Jawabnya " Dokter membuat parah sakitku"
Maukah aku beri kamu sesuatu?
Aku tidak membutuhkan nya, jawabnya
Apa yang akan terjadi pada anak anak perempuan mu setelah
kepergianmu?
Apakah kamu khawatir terhadap anak anakku akan kefakiran?
Aku sudah menyuruh anak anak ku untuk membaca surat al-
waqiah setiap malam, karena aku mendengar Rasulullah
bersabda :
Barangsiapa membaca surat al-waqiah setiap malam maka ia
selamanya tidak akan terdampak kefakiran.
Diantara kepedulian para sahabat RA dalam mengarahkan anak
anak mereka adalah kejelian dalam mengamati mereka. Dan
menceritakan hal itu kepada Nabi untuk mengenalkan sesuatu
yang bermanfaat bagi anak anak mereka.

Imam Ahmad mengemukakan hadits dari Abdullah bin Umar


bahwa seorang laki laki datang membawa anaknya lalu
berkata : Wahai Rasulullah, Sesungguhnya anakku membaca al-
qur'an di siang hari dan terjaga sampai malam hari. Lalu
Rasulullah bertanya, Apa yang kamu tidak suka? sesungguhnya
anakmu senantiasa berdzikir dan terjaga dalam keadaan
selamat.
Apakah ada yang lebih utama daripada seorang anak yang
senantiasa berdzikir dengan membaca al-qur'an, apakah ada
selain al-qur'an, sesuatu yang dapat membuat cemerlang akal,
jiwa dan hati?
Imam Thobroni mengemukakan hadits dari Anas bin Malik RA
bahwa setiap ia mengkhatamkan al-qur'an keluarga dan anak
anaknya dikumpulkan lalu berdo'a untuk mereka.
Sungguh Kami menyaksikan sahabat menasihati orang-orang
dengan al-qur'an serta membesarkan anak anak mereka
melalui al-qur'an.
Ibnu Katsir menuturkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya ia berkata
kepada seorang laki laki:
Maukah Aku sajikan sebuah hadits yang dapat membuatmu
bahagia? Laki laki itu menjawab : Ya
Bacalah surat al-mulk, ajarkanlah ia kepada keluargamu,
seluruh anak dan tetanggamu karena ia adalah surat penolong
dan ia bisa menyelamatkan pembacanya dari siksa neraka dan
siksa kubur, Rasulallah bersabda : Sungguh Aku senang Surat Al-
mulk terpatri dalam hati setiap orang dari umatku.
Para ulama terdahulu sangat perhatian dalam mendidik dan
membesarkan anak anaknya dengan al-qur'an, hal itu dilakukan
Abu Hanifah, ia memberi 500 dirham kepada guru yang
mengajari anaknya, Hamad surat al-fatihah (pada waktu itu
satu ekor domba harga 1 dirham). Guru itu mendapatkan
banyak dirham atas kedermawanan seperti itu padahal ia baru
mengajarkan surat al-fatihah saja.
"Jangan kamu anggap remeh apa yang kamu ajarkan kepada
anak ku, jika saja aku memiliki harta lebih dari itu Aku serahkan
kepadamu semuanya, tanda penghormatan dan pengagungan
terhadap al-qur'an" ucap Abu Hanifah.
Alhafidz Assuyuti dalam Kitab Thobaqot Alhuffadz hal. 154
menyebutkan perkataan Imam Syafi'i RA : " Aku hapal al-qur'an
pada usia 7 tahun dan hapal kitab Muatho pada usia 10 tahun.
Syekh Yasin bin Yusuf Al-Marakisyi menceritakan kepada kami
tentang masa kecil Imam Nawawi, Ia berkata : Aku menyaksikan
Imam Nawawi pada waktu itu berusia 10 tahun di tanah Nawa,
sedangkan anak anak seusianya memaksanya untuk bermain
bersama, namun ia lari menghindar dari mereka sambil
menangis. Dalam kondisi tersebut ia selalu membaca al-quran.
"Maka aku pun semakin mencintainya" tutur gurunya, Syech
Yasin.
Nawawi kecil pernah disuruh menunggu toko oleh ayahnya,
namun ia tetap fokus membaca al-quran tidak terganggu
dengan akad jual beli.
"Aku mendatangi gurunya untuk menyampaikan pesan dan
berkata kepada : "semoga kelak ia menjadi orang paling
berilmu di zamannya, zuhud dan bermanfaat bagi banyak
orang" Gurunya menjawab "Apakah kamu seorang peramal? "
Tidak, tapi Allah yang membuatku berkata seperti itu.
Dialog itu kemudian diceritakan kepada orang tuanya sehingga
ia semakin bersemangat untuk mendidik Nawawi kecil
terutama pendidikan al-qur'anal-qur'an sampai memperoleh
pengertian yang mendalam terhadapnya.
Di dalam kitab Ihya hal. 72 juz 3, Imam Ghozali menyebutkan
ucapan Sahl bin Abdullah At-tusturi : ....... Lalu aku mempelajari
al-qur'an dan menghapalnya sedangkan aku berusia 6 atau 7
tahun.
Khotib Albagdadi di dalam kitabnya al kifayah fi ilmi ar-riwayah
menyampaikan informasi kepada kami tentang keajaiban anak-
anak kecil dalam menghapal al-qur'anal-qur'an, ia berkata : Abu
Ashim telah menceritakan kepada kami, ia berkata : Aku pergi
membawa anaku ke Ibnu Jurej sedangkan ia baru berusia
kurang dari 3 tahun dan Ibnu Jurej menyampaikan hadis nabawi
dan al-qur'an kepadanya.
Abu Ashim berkata : Tidak apa apa anak kecil diajarkan hadits
dan al-qur'an walaupun baru umur kurang dari tiga tahun atau
semisalnya.
Diantara beberapa kejadian mengenai hapalan al-qur'an (anak
kecil) yang pernah aku dengar adalah apa yang diinformasikan
oleh Abul 'Ala dan diisnadkan kepada Ibrahim bin Sa'id
Aljauhari, ia berkata : Aku melihat anak kecil usia empat tahun
dibawa ke Raja Ma'mun, ia mampu membaca al-qur'an dan
berpendapat pada sisi lain ketika lapar ia pun menangis.
Aku mendengar Qodi Abu Muhammad Abdullah bin
Muhammad bin Abdurrahman Al-Asbihani, ia berkata : Aku
hapal al-qur'an pada usia 5 tahun, aku dibawa ke Abu Bakar Al-
Muqri agar aku langsung mendengar bacaan al-qur'an dari nya
pada waktu itu Aku baru berusia 4 tahun. Sebagian orang-orang
yang hadir berkata : Janganlah mendengarkan apa yang
dibacanya!! karena ia masih kecil. Ibnu Al-Muqri berkata
kepadaku : Bacalah surat at-Takwir lalu Aku membacanya, yang
lain pun menyuruhku : bacalah surat Walmursalaat lalu akupun
membacanya dan tidak ada kekeliruan dalam membacanya.
Ibnu Al-Muqri berkata : Dengarkanlah dia Aku yang
bertanggung jawab.
Ibnu Al-Muqri kemudian berkata : Aku mendengar Abu Sholih
kawan Abu Mas'ud, berkata : Aku mendengar Abu Mas'ud
Ahmad bin Furot berkata : Aku kagum kepada orang yang
membaca surat Walmursalaat di luar kepala dan tidak ada
kekeliruan dalam membacanya?!!.
Sebagaimana disebutkan dalam Kitab An-nawadir As-
sultoniyyah hal 9 bahwa Sholahuddin Al-Ayubi adalah anak kecil
pemberani dalam membaca al-qur'an. Suatu hari ia melewati
anak yang berada di depan ayahnya sambil membaca al-quran
dan bacaan nya baik dan benar

Mengajarkan al-qur'an kepada anak anak merupakan syiar


agama, Ahli agama melakukannya mereka menyebarluasksan
syiar itu ke pelosok kota

Anda mungkin juga menyukai