Ketika berbicara soal drama atau teater rakyat, maka hal yang terlintas di pikiranku ialah tentang bagaimana aku mampu mengekspresikan diri dalam segala hal. Aku adalah orang yang cukup sulit untuk mengekspresikan diri dengan baik. Maka dari itu, pada awalnya disposisi batinku ketika awal mengikuti kegiatan teater rakyat adalah takut dan merasa pesimis. Namun, setelah dijalani beberapa hari, aku mulai menemukan keasyikan dari kegiatan teater rakyat ini, terutama dalam proses dinamika kelompok yang sangat kompak dalam menyatukan ide-ide pementasan. Akhirnya, aku mengakhiri kegiatan teater rakyat ini dengan perasaan gembira karena telah berhasil memberikan yang terbaik demi kegiatan ini. Rela berkorban dan rasa percaya diri menjadi dua hal yang sangat berpengaruh secara signifikan dalam proses dinamika kegiatan teater rakyat. Mengekspresikan diri bukan menjadi suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Ekspresi diri menuntut seseorang untuk bisa menjiwai sesuatu terutama tokoh-tokoh yang kelak akan dipentaskan dalam teater rakyat. Hal yang kuupayakan dalam teater rakyat ini adalah belajar mengekspresikan diri secara totalitas. Awalnya aku keberatan untuk menjiwai salah satu tokoh orang cina. Salah satu faktor penghambatnya ialah rasa kurang percaya diri ketika harus tampil menjadi orang lain yang memiliki sifat berbanding terbalik dengan diriku. Pengekspresian diri ini kemudian menjadi hal yang kuupayakan sekaligus menjadi hal yang belum kulakukan secara maksimal. Pengekspresian diri menjadi cara yang sangat baik untuk menyampaikan pesan dengan makna yang tersirat. Ekspresi diri itu bisa dibantu menggunakan wajah, gerak-gerik tubuh, dsb. Dalam pewartaan Injil kemampuan untuk berekspresi ini sangat dibutuhkan. Pewartaan yang baik adalah pewartaan yang melibatkan visual. Dalam hal ini tentu saja teater rakyat menjadi salah satu cara yang dapat merepresentasikan Injil dengan baik. Konsep yang digunakan dalam pementasan teater rakyat dapat pula digunakan sebagai sarana pewartaan Injil. Saat ini pewartaan Injil harus sungguh-sungguh kontekstual dengan fenomena atau peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian, persoalan-persoalan yang ada dalam Injil dapat direlevansikan dengan peristiwa yang masih terjadi sampai saat ini melalui pementasan teater rakyat. Sebagai frater Keuskupan Agung Pontianak aku ingin membagikan pesan-pesan Injil melalui pementasan teater rakyat yang sederhana kepada umat di Keuskupan Agung Pontianak. Alternatif lain yang lebih sederhana ialah menggunakan ilmu- ilmu yang ada dalam teater rakyat untuk dijadikan gaya penyampaian pesan Injil, seperti menjelaskan Kitab Suci dengan vokal dan ekspresi gerak tubuh yang komunikatif. Akhirnya, Injil tidak lagi menjadi kabar sukacita yang sulit dimengerti, melainkan menjadi semakin mudah dipahami dan selalu relevan berkat penyampaian Injil yang ekspresif dan komunikatif. Menurutku, teater rakyat ini merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Maka supaya hal itu tidak sia-sia berakhir begitu saja, aku berkomitmen untuk bisa mengolah rasa yang ada dalam diriku. Pengolahan rasa ini sangat erat kaitannya dengan ekspresi diri, tentang bagaimana rasa itu diolah menjadi energi untuk mengekspresikan diri. Kelak hal itulah yang dapat membuat manusia melakukan tindakan yang mencerminkan perasaan jiwanya secara ekspresif. Pelatihan teater rakyat ini hendaknya pun tidak membuatku hidup semakin penuh drama dan penuh kepalsuan. Kejujuran dalam mengekspresikan diri merupakan bentuk apresiasi rasa terhadap diri sendiri. Ilmu dalam teater rakyat ini juga sangat bermanfaat bagi panggilanku dalam hal refleksi. Semakin ekspresif seseorang, maka cakupan refleksinya pun akan semakin luas dan tajam. Berekspresi berarti mengambil langkah atau tindakan keluar dari diri sendiri untuk mengambil nilai-nilai penting untuk dibawa masuk ke dalam diri dan kemudian diolah. Dengan demikian diriku dapat menemukan sesuatu yang baru yang baik bagi kehidupanku melalui ekspresi diri.