Anda di halaman 1dari 15

TOKOH-TOKOH MUTU: DEMING, JURAN, DAN CROSBY

MAKALAH

Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti

Perkuliahan Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan

Dosen Pengampu: Sohiron, Dr., S.Pd.I., M.Pd.I.

Oleh:

Eviati 12110320643

Fira Wahyuni Putri 12110320446

Rafifah Sar`aini 12110320683

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Tokoh-tokoh Mutu: Deming, Juran, Crosby” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Sohiron, Dr., S.Pd.I., M.Pd.I.. pada mata kuliah Manajemen Mutu
Terpadu Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang tokoh-tokoh mutu bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekanbaru, 08 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Filsafat Mutu Deming ................................................................................. 3


B. Kegagalan Mutu .......................................................................................... 6
C. Manajemen Tahap Joseph Juran ................................................................. 7
D. 14 langkah Philib Crosby Untuk Meraih Mutu ........................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran ........................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tokoh-tokoh mutu yang memiliki peran penting dalam pengembangan dan


penerapan konsep-konsep manajemen mutu dalam dunia industri. Tokoh-tokoh
ini, yakni Deming, Juran, dan Crosby, adalah figur yang mendasar dalam
memahami bagaimana manajemen mutu dapat memberikan dampak signifikan
pada efisiensi, produktivitas, dan kepuasan pelanggan. Dalam era globalisasi dan
persaingan yang semakin ketat, pemahaman mendalam tentang pendekatan-
pendekatan mereka terhadap manajemen mutu dapat menjadi kunci kesuksesan
organisasi dalam mencapai standar mutu yang tinggi.

William Edwards Deming dikenal sebagai bapak statistik kualitas dan


kontribusinya yang monumental dalam meningkatkan kualitas produk dan
proses manufaktur telah memengaruhi banyak organisasi di seluruh dunia.
Sementara itu, Joseph M. Juran memberikan kontribusi penting dalam konsep
manajemen mutu dan pengembangan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act), yang
menjadi dasar bagi praktik manajemen mutu modern. Selain itu, Philip Crosby
dengan konsep Zero Defects dan pemahamannya tentang pentingnya mencegah
ketidaksempurnaan dalam proses produksi telah mengubah paradigma dalam
manajemen mutu. Melalui eksplorasi tokoh-tokoh ini, makalah ini akan
membahas peran mereka dalam memperkuat fondasi manajemen mutu yang
relevan hingga saat ini serta bagaimana ide-ide mereka dapat diterapkan dalam
konteks industri masa kini yang terus berkembang pesat.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Filsafat Mutu Deming?

2. Apa yang menyebabkan terjadinya Kegagalan Mutu?

3. Bagaimana Manajemen Tahap Joseph Juran?

4. Apa saja 14 langkah Philib Crosby Untuk Meraih Mutu?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Filsafat Mutu Deming

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Kegagalan Mutu

3. Untuk mengetahui Manajemen Tahap Joseph Juran

4. Untuk mengetahui 14 langkah Philib Crosby Untuk Meraih Mutu


BAB II

PEMBAHASAN

A. Filsafat Mutu Deming


Lahir tahun 1900 dan mendapat gelar Ph.D pada 1972 sangat menyadari bahwa
ia telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik kepada
para insinyur bukan kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk
memutuskan. Menurutnya, mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai
penyempurnaan terus-menerus, seperti penerapan kaizen di toyota dan gugus
kendali mutu pada telkom. Pendekatannya adalah bottom-up. Deming juga tokoh
yang menelurkan prinsip Total Quality Management yang dipakai di seluruh dunia
hingga sekarang.

Menurut W Edward Deming, Mutu ialah kesesuaian dengan kebutuhan pasar


atau konsumen. Perusahaan yang bermutu ialah perusahaan yang menguasai bangsa
pasar karena hasil produksinya sesuai dengan kebutuhan konsumen, sehingga
menimbulkan kepuasan bagi konsumen. Jika konsumen merasa puas, maka mereka
akan setia dalam membeli produk perusahaan baik berupa barang maupun jasa.1

Menurut Sallis bahwa : “Deming melihat bahwa masalah mutu terletak pada
masalah manajemen. Masalah utama dalam dunia industri adalah kegagalan
manajemen senior dalam menyusun perencanaan ke depan. Biasanya, perencanaan
tersebut merupakan serangkaian langkah untuk menetapkan mutu, tapi lebih
merupakan desakan serius terhadap manajemen. Ada lima penyakit yang signifikan
dan yang akan muncul dalam konteks pendidikan. Kelima faktor tersebut nanti akan
dapat digunakan untuk mencegah munculnya pemikiran baru. Penyakit pertama
adalah kurang konstannya tujuan. Penyakit kedua adalah pola pikir jangka pendek,
penyakit ketiga berkaitan dengan evaluasi prestasi individu, penyakit keempat

1
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Budaya Mutu, (Malang:
UIN Maliki Press, 2010), h. 78.

3
4

adalah rotasi kerja yang terlalu tinggi, dan penyakit kelima adalah manajemen yang
menggunakan prinsif angka yang tampak.2

Ada 14 point W. Edwards Deming yang termashur yang merupakan filsafat baru
tentang mutu dan seruan terhadap manajemen untuk merubah pendekatannya yaitu :

1. Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa dengan tujuan agar bisa
kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan. Kita
harus memiliki rencana jangka panjang yang didasarkan pada visi masa
depan dan ivovasi baru. Kita harus terus menerus berusaha memenuhi
kebutuhan pelanggan.
2. Adopsi filsafat baru. Sebuah organisasi tidak akan mampu bersaing jika
mereka terus menerus mempertahankan penundaan waktu, kesalahan,
bahan-bahan cacat dan produk yang jelek. Kita harus mengadopsi metode
kerja yang baru.
3. Hindari ketergantungan pada inspeksi massa untuk mencapai mutu. Inspeksi
tidak akan meningkatkan atau menjamin mutu. tidak akan menginspeksi
mutu ke dalam produk. W. Edwards Deming berpendapat bahwa
manajemen harus melengkapi staf-staf mereka dengan pelatihan alat-alat
statistik dan teknik-teknik yang dibutuhkan mereka untuk mengawasi dan
mengembangkan mutu.
4. Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga. Harga tidak memiliki arti
apa-apa tanpa ukuran mutu yang dijual. Praktik kontrak yang hanya
cenderung pada harga yang murah dapat menggiring pada kesalahan yang
mahal. Metode yang ditawarkan mutu terpadu adalah mengembangkan
hubungan dekat dan berjangka panjang dengan mensuplai, dan sebaiknya
pensuplai tunggal dan bekerja sama dengan mereka dalam mutu komponen.
5. Tingkatkan secara konsisten produksi dan jasa, untuk meningkatkan mutu
dan produktivitas, dan selanjutnya turunkan biaya secara konstan. Ini

2
Salis. E, Manajemen Mutu Terpada Pendidikan, (Jogjakarta : IRCiSoD, 2010), h. 98.
5
merupakan tugas manajemen untuk mengarahkan proses peningkatan dan
menjamin bahwa ada proses perbaikan yang berkelanjutan.
6. Lembagakan pelatihan kerja. Pemborosan terbesar dalam sebuah organisasi
adalah kekeliruan menggunakan keahliannya orang-orang secara tepat.
Mempergunakan uang untuk pelatihan tenaga kerja adalah penting, namun
yang lebih penting lagi adalah melatih dengan standar terbaik dalam kerja.
Pelatihan adalah alat kuat dan tepat untuk perbaikan mutu.
7. Lembagakan kepemimpinan. Kerja manajemen bukanlah mengawasi
melainkan memimpin. Makna dari hal tersebut adalah berubah dari
manajemen tradisional yang selalu memperhatikan hasil indikator-indikator
prestasi spesifikasi dan penilaian menuju peranan kepemimpinan yang
mendorong peningkatan proses produksi barang dan jasa lebih baik
8. Hilangkan rasa takut, agar setiap orang dapat bekerja secara efektif.
Keamanan adalah basis motivasi yang dibutuhkan para pegawai. Pada
hakekatnya semua orang ingin melakukan kerja dengan baik asalkan mereka
bekerja dalam lingkungan yang mampu mendorong semangat mereka.
9. Uraikan kendala-kendala. Orang dalam tugas yang berbeda harus dapat
bekerja sama sebagai sebuah tim. Organisasi tidak boleh memiliki unit yang
mendorong pada arah yang berbeda.
10. Hapuskan slogan, desakan, dan target, serta tingkatkan produktivitas tanpa
menambah beban kerja. tekanan untuk bekerja giat merepresentasikan
sebuah pemaksaan kerja oleh seorang manajer. Slogan dan target memiliki
sedikit dampak praktis terhadap pekerja.
11. Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numeric. Mutu tidak
dapat diukur dengan hanya mengkonsentrasikan pada hasil proses.
12. Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas
keahliannya. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan sistem
penilaian dan penghitungan jasa.
13. Lembagakan aneka program pendidikan yang meningkatkan semangat dan
peningkatan kwalitas kerja. Semakin tahu orang akan semakin giat bekerja.
6
Staf yang berpendidikan baik adalah mereka yang memiliki semangat untuk
meningkatkan mutu.
14. Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan
transformtion. Transformasi menuju sebuah kultur mutu adalah tugas setiap
orang. Ini juga merupakan tugas terpenting dari manajemen.

B. Kegagalan Mutu
1. Sebab Umum Kegagalan Mutu Dalam Pendidikan

Sebab-sebab umum adalah sebab-sebab yang diakibatkan oleh kegagalan


sistem. Masalah sistem ini merupakan masalah internal proses institusi.
Masalah-masalah tersebut hanya bisa diatasi jika sistem, proses dan prosedur
institusi tersebut dirubah. Dalam pendidikan. Sebab-sebab rendahnya mutu
pendidikan bisa disebabkan oleh beberapa sumber yang mencakup desain
kurikulum yang lemah, bangunan yang tidak memenuhi syarat, lingkungan
kerja yang buruk, sistem dan prosedur yang tidak sesuai, jadwal kerja yang
serampang, sumberdaya yang kurang, dan pengembangan staf yang tidak
memadai. Kesalahan yang sering kali terjadi dalam dunia pendidikan adalah
kurangnya penelitian dan analisa terhadap sebab-sebab rendahnya tingkat
pencapaian tujuan, serta belum terwujudnya penelitian dan analisis tersebut
sebagai subyek aksi manajerial.3

2. Sebab-Sebab Khusus Kegagalan Mutu Dalam Pendidikan


Sementara sebab-sebab khusus melahirkan variasi-variasi yang non-acak di
dalam sistem dan merupakan sebab-sebab eksternal. Sebab-sebab khusus
kegagalan, sering diakibatkan oleh prosedur dan aturan yang tidak diikuti atau
ditaati, meskipun kegagalan tersebut mungkin juga diakibatkan oleh kegagalan
komunikasi atau kesalah-pahaman. Jika sebuah masalah disebabkan oleh sebab-
sebab khusus, maka masalah tersebut bisa diatasi dengan tanpa mengganti
kebijakan atau desain kembali sistem. Banyak masalah kasus dalam pendidikan

3
Tjiptono. F, dan Anastasia. D, Total Quality Management, (Jogjakarta : ANDI, 2003), h.
78.
7
muncul dari sejumlah kecil individu yang kurang memiliki motivasi, atau
keterampilan untuk menjadi seorang guru yang efektif. Hanya manajemen yang
memiliki otoritas untuk menemukan solusi yang tepat dalam masalah ini.

C. Manajemen Tahap Joseph Juran


Selain W. Edwards Deming ada juga tokoh mutu yang lainnya seperti
Joseph Juran. Dia adalah seorang pelopor revolusi mutu di Jepang. Dia adalah
penulis dan editor sejumlah buku di antaranya, Juran’s Quality Control
Handbook, Juran on Planning for Quality,dan Juran on Leadership for Quality.
Menurut Sallis bahwa “ Dia terkenal dengan idenya, yaitu ‘kesesuaian
dengan tujuan dan manfaat’. Ide ini menunjukkan bahwa produk atau jasa yang
sudah dihasilkan mungkin sudah memenuhi spesifikasinya, namun belum tentu
sesuai dengan tujuannya. Spesifikasi mungkin salah atau tidak sesuai dengan
apa yang diinginkan pelanggan.4
Untuk membantu manajer dalam perencanakan mutu, Juran telah
mengembangkan sebuah pendekatan disebut manajemen mutu strategi.
Manajemen Mutu strategi adalah sebuah proses tiga-bagian yang didasarkan
pada staf pada tingkat berbeda yang member kontribusi unik terhadap
peningkatan mutu.

Juran institute yang memberikan konsultan berdasarkan prinsip-prinsip


Juran, menganjurkan penggunaan sebuah pendekatan tahap demi tahap untuk
menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu. Juran pernah mengatakan
bahwa “semua bentuk peningkatan mutu harus dilakukan dengan cara tahap
demi tahap dan tidak dengan cara lain”.5

4
Ibid, h. 108.
5
Umar, M., & Ismail, F. Peningkatan mutu lembaga pendidikan ISLAM (Tinjauan konsep
mutu Edward Deming dan Joseph Juran). Jurnal Ilmiah Iqra', 11(2), (2018), h. 18.
8

D. 13 Langkah Crosby untuk Meraih Mutu


Philip B. Crosby selalu diasosiasikan dengan dua ide yang sangat menarik
dan sangat kuat dalam mutu. Ide yang pertama adalah ide bahwa mutu itu gratis
dan yang kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan
penundaan waktu, serta semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan
jika institusi memiliki kemauan untuk ini. Ini adalah gagasan ‘tanpa cacat’ yang
kontroversial. Kedua ide tersebut sangat menarik jika diterapkan dalam dunia
pendidikan.6
Philip B. Crosby telah berusaha keras menekankan bahwa ‘tanpa cacat’
adalah sebuah hal yang dapat diwujudkan, meskipun memang sulit. Program
peningkatan mutu Crosby adalah salah satu dari bimbingan atau arahan yang
paling detail dan praktis. Tidak seperti pendekatan Deming yang cenderung
lebih filosofis, pendekatan Crosby dapat diterapkan sebagai rencana kegiatan.
Program peningkatan mutu Crosby adalah salah satu dari bimbingan atau arahan
yang paling detail dan praktis.

Cara untuk mencapai mutu dari produk atau jasa, menurut Crosby ada 13
langkah, meliputi:

a. Komitmen pada pimpinan. Inisiatif pencapaian mutu pada umumnya oleh


pimpinan dan dikomunikasikan sebagai kebijakan secara jelas dan
dimengerti oleh seluruh unsur pelaksana lembaga.
b. Bentuk tim perbaikan mutu yang bertugas merumuskan dan mengendalikan
program peningkatan mutu.
c. Buatlah pengukuran mutu, dengan cara tentukan baseline data saat program
peningkatan mutu dimulai, dan tentukan standar mutu yang diinginkankan

6
Purwaningsih, E, Peningkatan Mutu Sekolah Perspektif Philip B. Crosby, Jurnal
Intelektualita: Keislaman, Sosial dan Sains, 11(1), (2022), h. 135-140.
9
d. sebagai patokan. Dalam penentuan standard mutu libatkanlah pelanggan
agar dapat diketahui harapan dan kebutuhan mereka
e. Menghitung biaya mutu. Setiap mutu dari suatu produk/jasa dihitung
termasuk di dalamnya antara lain: kalau terjadi pengulangan pekerjaan jika
terjadi kesalahan, inspeksi/supervise, dan test/percobaan.
f. Membangkitkan kedaran akan mutu bagi setiap orang yang terlibat dalam
proses produksi/jasa dalam lembaga.
g. Melakukan tindakan perbaikan. Untuk ini perlu metodologi yang sistematis
agar tindakan yang dilakukannya cocok dengan penyelesaian masalah yang
dihadapi, dan karenanya perlu dibuat suatu seri tugas-tugas tim dalam
agenda yang cermat. Selama pelaksanaan sebaiknya dilakukan pertemuan
regular agar didapat feed back dari mereka
h. Lakukan perencanaan kerja tanpa cacat (zero defect planning) dari
pimpinan sampai pada seluruh staf pelaksana.
i. Adakan pelatihan pada tingkat pimpinan (supervisor training) untuk
mengetahui peranan mereka masing-masing dalam proses pencapaian mutu,
teristimewa bagi pimpinan tingkat menengah. Lebih lanjut juga bagi
pimpinan tingkat bawah dan pelaksananya.
j. Adakan hari tanpa cacat, untuk menciptakan komitmen dan kesadaran
tentang pentingnya pengembangan staf.
k. Goal setting. Setiap tim/bagian merumuskan tujuan yang akan dicapai
dengan tepat dan harus dapat diukur keberhasilannya.
l. Berusaha menghilangkan penyebab kesalahan. Ini berarti sekaligus
melakukan usaha perbaikan. Salah satu dari usaha ini adalah adanya
kesempatan staf mengkomunikasikan kepada atasannya mana diantara
pekerjaannya yang sulit dilakukan.
m. Harus ada pengakuan atas prestasi bukan berupa uang tapi misalnya
penghargaan atau sertifikat dan lainnya sejenis.
n. Bentuk suatu Komisi Mutu, yang secara profesional akan merencanakan
usaha-usaha perbaikan mutu dan menoneter secara berkelanjutan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

mutu berarti pemecahan masalah untuk mencapai penyempurnaan terus-


menerus, seperti penerapan kaizen di toyota dan gugus kendali mutu pada
telkom. Pendekatannya adalah bottom-up. Deming juga tokoh yang menelurkan
prinsip Total Quality Management yang dipakai di seluruh dunia hingga
sekarang.

Juran institute yang memberikan konsultan berdasarkan prinsip-prinsip


Juran, menganjurkan penggunaan sebuah pendekatan tahap demi tahap untuk
menyelesaikan masalah dan meningkatkan mutu. Juran pernah mengatakan
bahwa “semua bentuk peningkatan mutu harus dilakukan dengan cara tahap
demi tahap dan tidak dengan cara lain.

Philip B. Crosby selalu diasosiasikan dengan dua ide yang sangat menarik
dan sangat kuat dalam mutu. Ide yang pertama adalah ide bahwa mutu itu gratis
dan yang kedua adalah ide bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan
penundaan waktu, serta semua hal yang tidak bermutu lainnya bisa dihilangkan
jika institusi memiliki kemauan untuk ini.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, (2010), Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan


Budaya Mutu, Malang: UIN Maliki Press
Purwaningsih, E, (2022), Peningkatan Mutu Sekolah Perspektif Philip B.
Crosby, Jurnal Intelektual: Keislaman, Sosial dan Sain, 11(1).
Salis, E, (2010), Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan, Jakarta: IRCiSoD
Tjiptono Fandy, dan Anastasia Diana. 2003. Total Quality Management.
Jogjakarta : ANDI
Umar, M., & Ismail, F. (2018). Peningkatan mutu lembaga pendidikan ISLAM
(Tinjauan konsep mutu Edward Deming dan Joseph Juran). Jurnal
Ilmiah Iqra', 11(2).

11

Anda mungkin juga menyukai