Anda di halaman 1dari 23

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Pembelajaran Fiqih MI Rahmatul Khairiah, M.Pd

PENILAIAN AUTENTIK (K13), PENILAIAN FORMATIF DAN


PENILAIAN SUMATIF KURIKULUM MERDEKA
PADA PEMBELAJARAN FIQIH MI

OLEH KELOMPOK 5:
MUHAMMAD RAMADHONI : NIM 210101070136
NURUL BANIAH : NIM 210101070773
UTARI : NIM 210101070790
ANNISA MAHRIANA : NIM 210101070835

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
BANJARMASIN
2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah ta’alla yang telah memberikan taufiq, hidayah
serta inayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Makalah ini, bisa terwujud atas
bantuan dan jasa berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Untuk itu
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Rahmatul Khairiah,
M.Pd. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pembelajaran Fiqih MI yang telah
membimbing dan memberikan masukan terhadap pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap, Makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
pembaca pada umumnya.

Banjarmasin, 15 Oktober 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumus Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pengertian dari Penilaian Autentik (K13), Penilaian Formatif dan
Penilaian Sumatif Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran Fiqh
MI ................................................................................................... 3
B. Macam dan Teknik Penilaian Autentik (K13), Penilaian Formatif
dan Penilaian Sumatif Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran
Fiqh MI .......................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 19


A. Kesimpulan .................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran Fikih adalah proses kegiatan yang dapat menambahkan
wawasan dan merubah tingkah laku pada dirinya mengenai pengetahuan
hukum-hukum syara’ yang berkaitan dengan perbuatan mukallaf baik itu wajib,
haram, sunnah, dan mubah yang diambil dari kitab Al Qur’an dan sunnah serta
dalil aqli dan naqli.1
Pembelajaran fikih di Madrasah Ibtidaiyah membahas tentang materi yang
menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun
Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan ruang lingkup
mata pelajaran fikih di MI yang membahas tentang fikih ibadah dan fikih
muamalah sebagai pengenalan dasar tentang hukum-hukum Islam. Hal ini
karena disesuaikan dengan usia anak MI yang masih dalam tahap mengenalan
atau pemahaman dan supaya materi yang dipelajari dapat diterapkan dalam
kehidupannya sehari-hari.
Penilaian merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
keberhasilan proses dan hasil belajar. Kegiatan penilaian harus dapat
memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan
mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai perkembangan belajarnya
secara optimal. Guru harus menyadari bahwa kemajuan peserta didik
merupakan salah satu indikator keberhasilannya.

1
Mohammad Rizqillah Masykur, “Metodologi Pembelajaran Fiqih,” Jurnal Al-makrifat 4,
no. 2 (2019): 31–44.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dari Pengertian dari Penilaian Autentik (K13),
Penilaian Formatif dan Penilaian Sumatif Kurikulum Merdeka pada Mata
Pelajaran Fiqh MI?
2. Apa saja Macam dan Teknik Penilaian Autentik (K13), Penilaian Formatif
dan Penilaian Sumatif Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran Fiqh MI?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Penilaian Autentik (K13), Penilaian
Formatif dan Penilaian Sumatif Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran
Fiqh MI.
2. Untuk mengetahui Macam dan Teknik Penilaian Autentik (K13), Penilaian
Formatif dan Penilaian Sumatif Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran
Fiqh MI.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Penilaian Autentik (K13), Penilaian Formatif dan


Penilaian Sumatif Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran Fiqh MI
Menurut Zainal Arifin (2016: 4) penilaian adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi tentang proses dan hasil belajarpeserta didik dalam rangka membuat
keputusan-keputusan berdasarkan criteria dan pertimbangan tertentu.
Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta peserta didik,
seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas
dan kelulusan.2
1. Pengertian Penilaian Autentik (K13) pada Mata Pelajaran Fiqh MI
Penilaian yang ditekankan dalam kurikulum 2013 yaitu menggunakan
penilaian autentik yang mana pendidik menilai dari mulai proses
pembelajaran hingga akhir pelajaran. Dalam Permendikbud No. 66 tahun
2013 tentang Standar Penilaian, dinyatakan bahwa penilaian autentik adalah
penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari
input, proses, dan output. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli,
nyata, valid atau reliable. Autentik berarti keadaan yang sebenarnya, yaitu
kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik.
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru
tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan,
membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran
telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Penilaian autentik juga merupakan
sebutan yang digunakan untuk menggambarkan tugas-tugas yang riil yang
dibutuhkan peserta didik untuk dilaksanakan dalam menghasilkan
pengetahuan mereproduksi informasi.

2
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016), h. 4.

3
Evaluasi autentik pada kurikulum 2013 yaitu berfokus pada
pengetahuan melalui evaluasi output menjadi berbasis kemampuan melalui
evaluasi proses, portofolio dan evaluasi output secara utuh dan
menyeluruh.3 Syarat umum dalam penilaian autentik kurikulum 2013 adalah
guru tidak hanya mampu dalam menilai aspek pengetahuan atau kognitif
sebagaiman yang sudah dijalankan dan dikembangkan selama ini, tetapi
guru dituntut memiliki kapasitas untuk memberikan penilaian pada aspek
lainnya yakni aspek afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan).
Pendidik mutlak mempunyai kemampuan dalam penerapan penilaian pada
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada saat proses pembelajaran
dilangsungkan ataupun pada saat sudah melaksanakan pembelajaran
(output).4
Penilaian autentik adalah menjadi bagian penting pada kurikulum 2013,
sebab bagi pendidik diharapkan dapat menerapkan penilaian autentik pada
waktu pembelajaran dilangsungkan. Khusus bagi pendidik mata pelajaran
fikih, karena melalui penilain yang dilaksanakan, pendidik bisa mengukur
keberhasilan pembelajaran dan perkembangan sikap dan perilaku siswa.
Dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik dalam pembelajaran fiqh
MI adalah penilaian yang mencakup sikap, keterampilan dan kemampuan
yang dimiliki peserta didik dan mereka mampu mengamalkan dalam
kehidupan riil terkait pembelajaran fiqh. Dalam penilaian autentik, selain
memperhatikan aspek kompetensi sikap (afektif), kompetensi pengetahuan
(kognitif) dan kompetensi keterampilan (psikomotorik) serta variasi
instrument atau alat tes yang digunakan harus memperhatikan input, proses
dan output peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik juga harus
dilakukan pada awal pembelajaran (penilaian input), selama pembelajaran
(penilaian proses), dan setelah pembelajaran (penilaian output).

3
E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), h. 66.
4
Ma’sum dan Zakariyah, “Penerapan Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas V
di Madrasah Ibtidaiyah,” Andragogi Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 1, no. 2 (2021): 40–51.

4
2. Pengertian Penilaian Formatif Kurikulum Merdeka pada Mata
Pelajaran Fiqh MI
Penilaian formatif merupakan sebuah penilaian yang dilaksanakan
untuk mendapatkan Informasi tentang siswa yang mengalami hambatan
atau kesulitan belajar dan tentang kemajuan siswa. Penilaian formatif
dimaknai sebagai keseluruhan aktivitas bersama siswa yang menyediakan
informasi untuk digunakan sebagai umpan balik dalam meningkatkan
kualitas aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memberikan
informasi atau umpan balik kepada guru maupun siswa agar dapat
memperbaiki proses belajar. Penilaian ini dilakukan di awal pembelajaran,
pertengahan pembelajaran, akhir pembelajaran, maupun sepanjang
pembelajaran berlangsung.
Winaryati (2018) mendefinisikan penilaian formatif sebagai proses
terencana yang membutuhkan bukti penilaian siswa. Guru menggunakan
wawasan ini untuk menyesuaikan langkah-langkah pembelajaran yang
sedang berlangsung atau dipakai siswa untuk menyesuaikan strategi
pembelajaran mereka.5 Penialaian ini memberikan umpan balik bagi
penyempurna program pembelajaran, mengetahu dan mengurangi
kesalahan yang memerlukan perbaikan. Penilaian formatif tidak dihajatkan
untuk menggantikan penilaian akhir, melainkan sebagai upaya untuk
melengkapi keterbatasan berupa tes secara tertulis yang hanya mengukur
kemampuan tertentu tanpa melihat proses belajar siswa. Penerapan
penilaian yang lebih komprehensif untuk mencapai tujuan belajar yang
sudah ditetapkan sangat diharapkan sehingga memudahkan siswa dan guru
mencapai tujuan dimaksud.
Penilaian formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses
pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran.
Penilaian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta

Eny Winaryati, “Penilaian Kompetensi Siswa Abad 21,” Seminar Nasional Edusainstek
5

FMIPA UNISMUS 2018 6, no. 1 (2018): 6–19.

5
didik, hambatan atau kesulitan yang mereka hadapi, dan juga untuk
mendapatkan informasi perkembangan peserta didik. Informasi tersebut
merupakan umpan balik bagi peserta didik dan juga pendidik.
a. Bagi peserta didik, penilaian formatif berguna untuk berefleksi, dengan
memonitor kemajuan belajarnya, tantangan yang dialaminya, serta
langkah-langkah yang perlu ia lakukan untuk meningkatkan terus
capaiannya. Hal ini merupakan proses belajar yang penting untuk
menjadi pembelajar sepanjang hayat.
b. Bagi pendidik, penilaian formatif berguna untuk merefleksikan strategi
pembelajaran yang digunakannya, serta untuk meningkatkan
efektivitasnya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran.
Asesmen ini juga memberikan informasi tentang kebutuhan belajar
individu peserta didik yang diajarnya.
Penilaian formatif yang dilakukan di awal pembelajaran bertujuan
untuk memberikan informasi kepada guru mengenai kesiapan siswa dalam
mempelajari materi pelajaran sekaligus kesiapan mereka dalam mencapai
tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Artinya, penilaian ini tidak
digunakan untuk keperluan penilaian hasil belajar siswa yang dilaporkan
dalam rapor.
Sementara jika penilaian formatif dilakukan di pertengahan, akhir, atau
sepanjang pembelajaran berlangsung bertujuan untuk mengetahui
perkembangan siswa sekaligus memberikan umpan balik yang cepat kepada
guru, misalnya mengenai pemahaman siswa terhadap materi yang sudah
dijelaskan. Jika siswa sudah berhasil mencapai tujuan pembelajaran, maka
guru dapat melanjutkan ke tujuan pembelajaran berikutnya. Namun, jika
pembelajaran belum tercapai, maka guru perlu melakukan penguatan
terlebih dahulu sebelum lanjut ke tujuan pembelajaran.6

6
Mujiburrahman Mujiburrahman, Baiq Sarlita Kartiani, dan Lalu Parhanuddin, “Asesmen
Pembelajaran Sekolah Dasar Dalam Kurikulum Merdeka,” Pena Anda: Jurnal Pendidikan Sekolah
Dasar 1, no. 1 (2023): 39–48.

6
Penilaian formatif dalam kurikulum merdeka pada pembelajaran Fiqh
MI dapat berupa penilaian pada awal pembelajaran dan penilaian pada saat
pembelajaran Fiqh. Penilaian yang dilakukan di awal pembelajaran
mendukung pembelajaran yang menggunakan pembelajaran berdiferensiasi
agar siswa menerima pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajarnya.
Penilaian formatif selama pembelajaran dapat dijadikan sebagai dasar
refleksi terhadap pembelajaran secara keseluruhan, yang dapat dijadikan
acuan untuk perencanaan pembelajaran dan koreksi bila diperlukan.
3. Pengertian Penilaian Sumatif Kurikulum Merdeka pada Mata
Pelajaran Fiqh MI
Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memastikan
tercapainya tujuan pembelajaran secara keseluruhan, sehingga penilaian ini
sering dilakukan di akhir proses pembelajaran, akhir tahun ajaran atau akhir
jenjang pendidikan. Penilaian sumatif adalah kegiatan penilaian yang
menghasilkan skor atau angka yang kemudian digunakan untuk mengambil
keputusan tentang kinerja siswa (Warsah & Habibullah, 2022). 7 Evaluasi
kinerja dilakukan pada saat unit pengalaman belajar atau seluruh mata
pelajaran diselesaikan. Penilaian sumatif merupakan penilaian yang
dilaksanakan untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta didik sebagai
dasar untuk menentukan kenaikan kelas dan kelulusan dari satuan
pendidikan.
Penilaian sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau CP
peserta didik sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan
dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar peserta didik
dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik
dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.
Pada pembelajaran Fiqh MI, penilaian sumatif dalam kurikulum
merdeka dapat berfungsi untuk:

7
Idi Warsah dan Habibullah, “Implementasi Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam
Di Madrasah,” JOEAI (Journal of Education and Instruction) 5, no. 1 (2022): 213–225.

7
a. alat ukur untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik dalam
satu atau lebih tujuan pembelajaran di periode tertentu;
b. mendapatkan nilai capaian hasil belajar untuk dibandingkan dengan
kriteria capaian yang telah ditetapkan; dan
c. menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang
berikutnya.
Penilaian sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir,
misalnya pada akhir satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih
tujuan pembelajaran), pada akhir semester dan pada akhir fase; khusus
asesmen pada akhir semester, asesmen ini bersifat pilihan. Jika pendidik
merasa masih memerlukan konfirmasi atau informasi tambahan untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, maka dapat melakukan
asesmen pada akhir semester. Sebaliknya, jika pendidik merasa bahwa data
hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester telah mencukupi, maka
tidak perlu melakukan asesmen pada akhir semester. Hal yang perlu
ditekankan, untuk asesmen sumatif, pendidik dapat menggunakan teknik
dan instrumen yang beragam.
Penilaian sumatif dapat mempengaruhi nilai rapor siswa dan
menentukan kelanjutan proses belajar siswa di kelas atau jenjang
pendidikan berikutnya. Itu artinya, siswa yang tidak dapat mencapai tujuan
pembelajaran atau tidak memenuhi standar pencapaian pembelajaran yang
telah ditetapkan, bisa saja tidak naik kelas atau tidak bisa melanjutkan ke
jenjang pendidikan berikutnya.8

8
Ardiansyah, Fitri Sagita Mawaddah, dan Juanda, “Assesmen dalam Kurikulum Merdeka
Belajar,” Jurnal Literasi dan Pembelajaran Indonesia 3, no. 1 (2023): 8–13.

8
B. Macam dan Teknik Penilaian Autentik (K13), Penilaian Formatif dan
Penilaian Sumatif Kurikulum Merdeka pada Mata Pelajaran Fiqh MI
1. Macam dan Teknik Penilaian Autentik (K13) pada Mata Pelajaran
Fiqh MI
a) Penilaian Tertulis
Tes tertulis terdiri atas memilih atau mensuplai jawaban dan uraian.
Memilih jawaban terdiri atas plihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak,
menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian
atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian. Penilaian
tertulis adalah penilaian yang dilakukan seorang pendidik untuk
mengetahui respons peserta didik dalam bahasa tulisannya sendiri.
Tujuan penggunaan Penilaian Tertulis adalah sebagai berikut:
1) Mendiagnosa peserta didik (kekuatan dan kelemahan)
2) Menilai kemampuan peserta didik (keterampilan dan pengetahuan
dan pemahaman)
3) Memberi bukti atas kemampuan yang telah dicapai
4) Menyeleksi kemampuan peserta didik baik secara individu maupun
kelompok
5) Monitoring standar pendidikan. 9
b) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja atau penilaian hasil karya adalah jenis penilaian
autetik yang menitikberatkan pada kemampuan peserta didik dalam
membuat suatu produk. Definisi lain menyebutan bahwa penilaian
kinerja merupakan proses penilaian yang dilakukan dengan mengamati
peserta didik dalam melaksanakan suatu hal. Penilaian ini dinamakan
pula penilaian produk, namun penilaian yang dilakukan bukan hanya
pada hasil akhir, namun juga menilai proses menghasilkan produk
tersebut. Produk yang dihasilkan dari penilaian ini adalah karya
teknologi atau seni.

9
Rina Febriana, Evaluasi Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2019), h. 99.

9
Penilaian Kinerja dimaksudkan untuk menguji kemampuan peserta
didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan sebagaimana
yang ditemukan dalam situasi nyata dan dalam konteks tertentu. 10
Penilaian kinerja dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik
dakam melakukan sesuatu penilaian ini cocok digunakan untuk
melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktik
ibadah, presentasi dan lain lain. Jadi, bisa dikatakan bahwa penilaian
kinerja adalah suatu penilaian yang meminta peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam
berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Contohnya, tata cara berwudu. Dalam konteks ini yang dinilai oleh
seorang guru ialah bagaimana proses atau tata cara berwudu siswa yang
sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan.
Ada beberapa cara untuk merekam hasil penilaian Berbasis Kinerja:
1) Daftar cek (Cheklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau
tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau subindikator yang
harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
2) Catatan anekdot/narasi. Digunakan dengan cara guru menulis
laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing
peserta didik selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut,
guru dapat menentukan seberapa baik peserta ddik memenuhi
standar yang ditetapkan.
3) Skala penilaian. Biasanya digunakan untuk menggunakan skala
numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = Baik sekali, 4 = baik, 3
= cukup, 2 = urang, 1 = kurang sekali.
4) Memori atau ingatan. Digunakan oleh guru dengan mengamati
peserta didik ketika melakukan sesuatu, tanpa membuat catatan.

10
Nisrokha, “Penilaian Otentik,” Jurnal Madaniyah Vol. VIII, no. 2 (2018): 222.

10
Guru menggunakan informasi dari memori atau ingatannya untuk
menentukan apakah peserta didik sudah berhasil atau belum. 11
Beberapa langkah atau teknik yang harus dilakukan dalam penilaian
unjuk kerja adalah berikut ini:
a. Tetapkan KD yang akan dinilai dengan teknik penilaian unjuk kerja
beserta berbagai indikatornya.
b. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau
yang akan mempengaruhi hasi akhir yang terbaik.
c. Tulislah perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menjadikan hasil akhir
yang terbaik.
d. Rumuskan kriteria kemampuan yang akan diukur.
e. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan yang akan diukur, atau
karakteristik produk yang dihasilkan (harus dapat diamati).
f. Urutkan berbagai kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan
urutan yan akan diamati.
g. Periksa kembali dan bandingkan dengan berbagai kriteria
kemampuan yang sudah dibuat sebelumnya oleh orang lain di
lapangan.
c) Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang
harus diselesakan oleh siswa menurut periode waktu tertentu. Tugas
tersebut dapat berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik,
mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan, analisis, dan penyajian data. Penilaian ini sangat
bermanfaat untuk menilai keterampilan menyelediki secara umum
dalam segala bidang pembelajaran. Dikarenakan dalam penyelesaian
tugasnya siswa dituntut untuk menggunakan pemahaman, daya nalar,

11
Asrul, Rusydi Ananda, dan Rosnita, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Media
Citapustaka, 2014), h. 35.

11
daya tulis maupun daya bacanya, sehingga kegiatan ini dapat
memperdalam ilmu pengetahuan yang dimiliki. 12
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
• Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topic dan mencari
informasi serta dalam mengelola waktu pengumpulan data dan
penulisan laporan.
• Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dalam hal ini
mempertimbangkan tahap pengetahuan, keterampilanm dan
pemahaman dalam pembelajaran.
• Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil
karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru pada proyek
peserta didik, dalam hal ini petunjuk atau dukungan.
Beberapa contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek:
penelitian sederhana tentang perilaku terpuji dan tidak terpuji yang
ia temui didalam kehidupan sehari-hari.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produ
proyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru
meliputi penyusunan rancangan dan instrument penilaian, pengumpulan
data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek dapat
mengunakan instrument daftar cek, skala penilaian atau narasi. Laporan
penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
d) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang
didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan perkembangan
kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi

12
Kadek Agus Bayu Permana, Merancang Penilaian Autentik (Bali: CV. Media Educations,
2019), h. 56.

12
perkembangan peserta didik tersebut dapat berupa karya peserta didik
(hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh
peserta didiknya. Hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang
relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh
topic atau pembelajaran tertentu. Berdasarkan informasi perkembangan
tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan
kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan
demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan
belajar peserta didik melalui karya peserta didik.
Teknik penilaian potofolio dilakukan dengan menggunakan
langkah-langkah seperti berikut ini.
1) Guru menjelaskan secara ringkas penilaian portofolio
2) Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan
dibuat.
3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau dibawah
bimbibingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada
tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.
7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.13
2. Macam dan Teknik Penilaian Formatif Kurikulum Merdeka pada
Mata Pelajaran Fiqh MI
Penilaian formatif sebagai tugas yang dikerjakan oleh siswa selama
proses pembelajaran agar siswa memperoleh umpan balik dari guru untuk
memperbaiki capaian belajarnya, terlepas apakah pekerjaan siswa tersebut
dinilai atau tidak. Penilaian formatif yang juga biasa disebut assessment for

13
Lailan Aprina Siregar, Penilaian Otentik dalam Kurikulum 2013, n.d, h. 9.

13
learning didefinisikan sebagai proses mengumpulkan data/informasi/bukti-
bukti mengenai sejauh mana (seberapa baik) kemajuan siswa dalam
menguasai kompetensi, menginterpretasikan data/informasi tersebut, dan
memutuskan kegiatan pembelajaran yang paling efektif untuk memfasilitasi
setiap siswa untuk mencapai penguasaan materi/kompetensi yang optimal.
Penilaian formatif merupakan bagian dari langkah-langkah pembelajaran
dan dilakukan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penilaian
formatif merupakan bagian dari praktik keseharian guru dan siswa di dalam
proses belajar mengajar di kelas.
Teknik-teknik penilaian formatif sangat berkaitan dengan metode
pembelajaran yang dilakukan. Metode pembelajaran yang dapat mengukur
ketercapaian kompetensi yang diharapkan pada keterampilan abad ke-21
antara lain pembelajaran dengan metode ilmiah, inquiry/discovery learning,
pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning), dan pembelajaran
berbasis masalah (Problem-Based Learning). Metode-metode pembelajaran
tersebut dapat mengukur kemampuan keterampilan abad ke-21 yang
mencakup 3 hal, yaitu literasi dasar (bagaimana siswa dapat menerapkan
keterampilan dasar sehari-hari), kompetensi 4 C (critical thingking/problem
solving, creativity, communication, dan colaboration), dan kualitas karakter
(bagaimana siswa beradaptasi pada lingkungan yang dinamis). 14
Berdasarkan metode pembelajaran yang digunakan, guru dapat
mengembangkan teknik penilaian formatif dan instrumen penilaian yang
tepat untuk memantau ketercapaian kompetensi yang diharapkan.
Pengembangan teknik penilaian yang dapat digunakan dalam penilaian
formatif berkaitan dengan beberapa metode pembelajaran di atas dapat
dikelompokkan dalam bentuk-bentuk kegiatan antara lain:
1) Pertanyaan
Teknik penilaian formatif dalam bentuk pertanyaan dilakukan
dengan cara memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang sedang

14
Moh. Muslih et al., Pendidikan Humanis: Penilaian Pendidikan di Sekolah (Pekalongan:
Penerbit NEM, 2022), h. 12.

14
disampaikan. Pertanyaan dapat diberikan pada saat awal pembelajaran,
selama proses pembelajaran, atau setelah pembelajaran selesai.
Pertanyaan dapat diberikan secara lisan atau tertulis yang diberikan pada
setiap siswa, kelompok, atau semua siswa di kelas. Pertanyaan dapat
diberikan mulai dari pemahaman yang rendah atau Lower Order
Thinking Skills (LOTS) sampai ke pemahaman yang tinggi atau Higher
Order Thinking Skills (HOTS) sehingga terlihat pada level mana siswa
belum menguasai materi yang sudah disampaikan.15
2) Diskusi
Teknik penilaian formatif dalam bentuk kegiatan diskusi dilakukan
dengan cara menyajikan suatu masalah yang bersifat problematis untuk
dibahas dan dipecahkan bersama dalam kelompok atau kelas berkaitan
dengan materi yang akan disampaikan. Diskusi memungkinkan siswa
untuk meningkatkan wawasan dan kedalaman pemahaman mereka untuk
mengklarifikasi informasi yang terbaru atau informasi yang salah,
kemampuan berargumentasi, dan kemampuan berkomunikasi.
3) Aktivitas
Teknik penilaian formatif dalam bentuk aktivitas dilakukan dengan
cara meminta siswa untuk menunjukkan pemahaman konsep yang
dimilikinya melalui aktivitas yang dilakukan di dalam kelas, di
laboratorium, maupun di luar kelas. Teknik penilaian ini memungkinkan
siswa untuk terampil/kreatif dalam melakukan/mengerjakan suatu tugas
dengan menerapkan konsep-konsep yang sudah dipahaminya sesuai
dengan capaian kompetensi yang diharapkan pada pembelajaran yang
dilakukan.
4) Konferensi
Pertemuan untuk menyampaikan pendapat atau bertukar pendapat
mengenai suatu masalah/topik tertentu yang dihadapi bersama. Dalam
konteks penilaian formatif, konferensi dapat digunakan untuk

15
Ibid, h. 95.

15
mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai suatu masalah yang
dihadapi bersama sehingga kemampuan berpikir kritis, pemecahan
masalah, dan komunikasi dapat teramati dengan baik.
5) Interview
Dilakukan untuk mengetahui kesalahpahaman umum dengan cara
memprediksi tentang kesalahan konsep, prinsip, atau proses yang sering
dilakukan siswa. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara bertanya
kepada siswa apakahmereka setuju atau tidak dengan pernyataan dari
suatu masalah dan menjelaskan alasannya. Interview biasanya dilakukan
antara guru dan satu orang siswa atau lebih. Pertanyaan-pertanyaan pada
interviu sangat fokus untuk menggali seberapa jauh pemahaman siswa
untuk konsep tertentu.
6) Penilaian diri
Dilakukan dengan cara meminta siswa untuk menilai hasil pekerjaan
dengan merujuk pada rubrik /kriteria yang harus dicapai, umpan balik
yang ditulis guru pada hasil tugas yang dilakukan, atau masukan hasil
diskusi pada saat siswa menunjukkan kinerjanya. Siswa diberi
kesempatan untuk mengevaluasi proses pembelajarannya dengan
mencermati kriteria yang sudah diberikan, berdiskusi dengan teman
sejawatnya, dan diberi kesempatan untuk menunjukkan hasil evaluasi
dirinya.16
3. Macam dan Teknik Penilaian Sumatif Kurikulum Merdeka pada Mata
Pelajaran Fiqh MI
Dalam test sumatif di MI mata pelajaran fikih dilakukan dengan sistem
praktek, yaitu peserta didik di minta untuk mensimulasikan tata cara zakat
fitrah. Penilaian ini dilaksanakan setalah pelaksaaan penilaian kognitif
selesai, dalam pembuatan soal atau ketentuan apa yang dipraktekan adalah
guru yang bersangkutan, bukan seperti penilaian kognitif yang soalnya
diolah bersama guru Fiqih.

16
Mujiburrahman, Kartiani, dan Parhanuddin, “Asesmen Pembelajaran Sekolah Dasar
Dalam Kurikulum Merdeka.”

16
Evaluasi sumatif adalah suatu penilaian yang pelaksanaannya itu
dilakukan pada akhir tahun atau akhir program, atau lebih spesifiknya
penilaian yang dilakukan pada akhir semester dari akhir tahun. Penilaian
sumatif yang mengukur keterampilan yang telah dipelajari siswa. Seperti
halnya metode penilain lainnya, para guru dapat membuat tugas untuk tes
yang menilai keterampilan atau yang dikenal sebagai tes keterampilan.
Tugas dalam penilaian sumatif mengondisikan siswa melakukan
pekerjaan secara individual maupun kelompok dan semua siswa diperoleh
pengalaman yang sama. Misalnya tugas yang diberikan pada akhir
pembelajaran suatu kompetensi dasar atau materi pembelajaran, pada
praktik semacam itu tugas menjadi aktivitas penilaian pada akhir
pembelajaran atau setelah proses pembelajaran berakhir untuk menguji
penguasaan keterampilan dan untuk memberikan nilai kepada siswa, pada
penilaian sumatif (seperti ujian akhir smester, Tes Standar Negara, Proyek
Akhir).17
a) Ujian Akhir Semester: Ini adalah contoh klasik dari penilaian sumatif,
di mana siswa dinilai berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang
telah diperoleh selama satu semester.
b) Tes Standar Negara: Dalam penilaian sumatif ini, siswa diukur
kemampuannya berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh
pemerintah atau badan pendidikan.
c) Proyek Akhir: Proyek yang diberikan di akhir periode belajar juga
termasuk dalam kategori penilaian sumatif, menilai sejauh mana siswa
mampu mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari.
Penilaian Sumatif digunakan untuk mengukur prestasi, memberi
penghargaan prestasi, memberikan data seleksi (ke tahap selanjutnya dalam
pendidikan atau ke pekerjaan). Untuk semuaalasan ini, validitas dan
reliabilitas penilaian sumatif sangat penting. Penilaian sumatif dapat
memberikan informasi yang memiliki nilai formatif/diagnostik. Penilaian

17
Herman Yosep Sunu Endrayanto, Teknik Penilain Kinerja, ed. Kanisius (Yogyakarta,
2019).

17
sumatif ini biasanya dilakukan pada akhir tahun pelajaran atau pada akhir
semester yang sedang berjalan. Aspek-aspek yang dinilai ialah kemajuan
hasil belajar meliputi: pengetahuan, keterampilan, sikap dan penguasaan
murid tentang materi pembelajaran yang diberikan.
Asemen sumatif yang dilakukan pada akhir jenjang pendidikan
madrasah disebut Asesmen Madrasah (AM). Asesmen Madrasah adalah
asesmen sumatif yang diselenggarakan pada akhir jenjang pendidikan
madrasah untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik sesuai
Standar Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penilaian yang ditekankan dalam kurikulum 2013 yaitu menggunakan
penilaian autentik yang mana pendidik menilai dari mulai proses pembelajaran
hingga akhir pelajaran. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilakukan
untuk memberikan informasi atau umpan balik kepada guru maupun siswa agar
dapat memperbaiki proses belajar. Penilaian sumatif adalah penilaian yang
dilakukan untuk memastikan tercapainya tujuan pembelajaran secara
keseluruhan, sehingga penilaian ini sering dilakukan di akhir proses
pembelajaran, akhir tahun ajaran atau akhir jenjang pendidikan.
Penilaian autentik mempunyai macam dan teknik dalam melaksanakan
penilaian. Ada Terdapat 4 macam prnilaian yaitu : Penilaian Kinerja, Penilaian
Produk, Penilaian Portofolio dan Penilaian Tertulis. Pada penilaian formatif
terdapat bentuk-bentuk kegiatan antara lain: Pertanyaan, Diskusi, Aktivitas,
Konferensi, Interview, dan Penilaian diri. Penilaian sumatif yaitu aktivitas
penilaian pada akhir pembelajaran atau setelah proses pembelajaran berakhir
untuk menguji penguasaan keterampilan dan untuk memberikan nilai kepada
siswa, pada penilaian sumatif (seperti ujian akhir smester, Tes Standar Negara,
Proyek Akhir).

19
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Fitri Sagita Mawaddah, dan Juanda. “Assesmen dalam Kurikulum


Merdeka Belajar.” Jurnal Literasi dan Pembelajaran Indonesia 3, no. 1
(2023): 8–13.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.
Asrul, Rusydi Ananda, dan Rosnita. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Media
Citapustaka, 2014.
E. Mulyasa. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013.
Endrayanto, Herman Yosep Sunu. Teknik Penilain Kinerja. Diedit oleh Kanisius.
Yogyakarta, 2019.
Febriana, Rina. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2019.
Ma’sum, dan Zakariyah. “Penerapan Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran Fiqih
Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah.” Andragogi Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran 1, no. 2 (2021): 40–51.
Masykur, Mohammad Rizqillah. “Metodologi Pembelajaran Fiqih.” Jurnal Al-
makrifat 4, no. 2 (2019): 31–44.
Mujiburrahman, Mujiburrahman, Baiq Sarlita Kartiani, dan Lalu Parhanuddin.
“Asesmen Pembelajaran Sekolah Dasar Dalam Kurikulum Merdeka.” Pena
Anda: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar 1, no. 1 (2023): 39–48.
Muslih, Moh., Slamet Nurchamid, Ainul Wafa, Khairun Nadiah, Miftah Farid, dan
Anik Maghfiroh. Pendidikan Humanis: Penilaian Pendidikan di Sekolah.
Pekalongan: Penerbit NEM, 2022.
Nisrokha. “Penilaian Otentik.” Jurnal Madaniyah Vol. VIII, no. 2 (2018): 222.

Permana, Kadek Agus Bayu. Merancang Penilaian Autentik. Bali: CV. Media
Educations, 2019.
Siregar, Lailan Aprina. Penilaian Otentik dalam Kurikulum 2013, n.d.
Warsah, Idi, dan Habibullah. “Implementasi Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan
Agama Islam Di Madrasah.” JOEAI (Journal of Education and Instruction) 5,
no. 1 (2022): 213–225.
Winaryati, Eny. “Penilaian Kompetensi Siswa Abad 21.” Seminar Nasional
Edusainstek FMIPA UNISMUS 2018 6, no. 1 (2018): 6–19.

20

Anda mungkin juga menyukai