Anda di halaman 1dari 147

Oleh :

JOKO SURYONO

PEMBEKALAN PKL
17-18_02_2021
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mengikuti mata pelajaran ini,


diharapkan peserta pelatihan mampu
menguasai metoda dan pengawasan
konstruksi serta mampu menerapkannya
dalam pengawasan pekerjaan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah menyelesaikan mata pelajaran ini diharapkan


peserta pelatihan mampu menjelaskan;
Peranan supervisi dalam pengawasan pekerjaan
Disiplin segitiga fungsional yaitu Kasatker, Konsultan dan
Kontraktor
Tugas dan tanggung jawab tim supervisi
Tahapan pelaksanaan pekerjaan satker jalan dan jembatan
Pengertian dan kegunaan keselamatan konstruksi dalam
pengawasan pekerjaan
Penerapan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja
Pengaturan lalu lintas sesuai dengan aturan yang berlaku
METODA & PENGAWASAN
KONSTRUKSI

 Peranan Supervisi
 Tahapan Pelaksanaan
 Keselamatan Konstruksi
 Pengaturan Lalulintas
1. Menjamin pekerjaan
yang telah
diselesaikan betul-
betul memenuhi
persyaratan
PERANAN 2. Desain yang telah
direncanakan serta
SUPERVISI bahan-bahan dan
ketrampilan kerja
tercapai dengan
kualitas/mutu yang
tinggi dan
memuaskan
3. Dalam jangka waktu
yang diinginkan
Disiplin Segitiga Fungsional
•(Wakil/Penuh) Pemilik
Pengendalian
Pelaksanaan.
Kasatker/P Pejabat Pembuat
PK Komitmen/PPK

Kontrak Kontrak
Pengendalian
Konsultan Pengawasan
Supervisi Kontraktor
Teknis

•Pengawas Teknis •Pelaksana


Pengawasan atas waktu, Menyelenggarakan
mutu, volume & Biaya Pekerjaan fisik (sesuai
pekerjaan (sesuai kontrak) kontrak)
POSISI KONSULTAN SUPERVISI

1. Konsultan supervisi dapat berupa perorangan,


beberapa orang, badan hukum atau instansi
yang diberi kekuasaan penuh oleh kasatker
untuk mengawasi dan mengarahkan
pelaksanaan pekerjaan agar dapat tercapai hasil
kerja sebaik-baiknya menurut persyaratan atau
petunjuk-petunjuk yang ada
2. Posisi konsultan supervisi merupakan
representatif dari kasatker, sehingga kendali
sepenuhnya atas konsultan supervisi ada di
tangan kasatker
• Definisi Engineer untuk Hubungan Garis Lurus
Engineer adalah orang atau orang-orang yang
ditunjuk oleh Employer sebagai pengawas pekerjaan.

• Definisi Engineer untuk Hubungan Segitiga


Engineer adalah Kasatker/PPK yang bertindak
sebagai pengawas dan dibantu oleh Tim Supervisi
 Mengikuti dan
mengawasi semua
proses pekerjaan dari
TUGAS awal sampai akhir
Mengawasi kualitas dan
KONSULTAN 
kuantitas konstruksi
SUPERVISI 

Mengawasi keadaan
Mengawasi
pelaksanaan kegiatan
satuan kerja
 Membuat laporan
- Bulanan
- Triwulan
PENDELEGASIAN
WEWENANG
Kewenangan yang didelegasikan dari
Kasatker/Pejabat Pemegang Komitmen (PPK)
kepada Konsultan Supervisi

Kewenangan penuh dalam mengawasi,


mengarahkan pelaksanaan agar dapat tercapai
penyelesaian pekerjan sesuai persyaratan
pekerjan yang ada dalam Dokumen Kontrak
PENDELEGASIAN WEWENANG

Sedangkan kewenangan yang tidak boleh


dilimpahkan kepada Konsultan Supervisi

Konsultan Supervisi tidak berwenang


mengambil keputusan terhadap hal-hal yang
dapat membebaskan kontraktor dari tugas-
tugas yang ada dalam dokumen kontrak
yang akan mengkibatkan keterlambatan
pekerjaan atau menambah pembayaran oleh
proyek
TUGAS POKOK INSPEKTOR
 Mengamati/Memonitor
- Ketrampilan
- Mutu Bahan
- Peralatan, dll
 Memberi Petunjuk
- Bahan
- Metode Pekerjaan
- Tenaga Kerja, dll
 Mencatat Kegiatan
- Lokasi
- Perbaikan, dll
TAHAPAN PELAKSANAAN
 PEKERJAAN JALAN

 PEKERJAAN
JEMBATAN
 Persiapan TAHAPAN
Pelaksanaan PELAKSANAAN
 Pembersihan dan PEKERJAAN
Pembongkaran
 Pekerjaan Tanah JALAN
 Penyiapan Tanah
Dasar
 Pembentukan
Lapis Pondasi
 Pekerjaan Lapis
Permukaan dan
Penutup
 Pembentukan Bahu
Jalan
 Pekerjaan Drainase
TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
JEMBATAN
 Pekerjaan Persiapan
 Pekerjaan Pondasi
 Pekerjaan Bangunan
Bawah
 Pekerjaan Bangunan
Atas
 Pekerjaan Bangunan
Pelengkap
 Pekerjaan Jalan
Pendekat (Oprit)
Adalah gambar
yang ditunjukkan
dalam
spesifikasi,
GAMBAR
perubahan yang RENCANA
terjadi pada
gambar harus JALAN
mendapat - Peta Situasi
- Alinyemen
persetujuan dari
- Pot Melintang
Direksi Teknik - Gambar Rinci, drainase,
selokan
JEMBATAN
- Peta Situasi/Lokasi
- Potongan
Memanjang/Melintang
- Gambar Rinci
PEMBERSIHAN & PEMBONGKARAN
Semak dan belukar dibabat/ditebang
dengan tenaga manusia atau dengan
bulldozer
TANAH DASAR
Tanah Dasar (Sub
Grade) merupakan
bagian konstruksi
jalan yang
mendukung
konstruksi
perkerasan jalan di
atasnya
Daya Dukung Tanah
 CBR
dalam persen (%)
PEKERJAAN GALIAN TANAH

 Menyiapkan permukaan tanah dasar


badan jalan,membentuk saluran samping
dan penempatan gorong-gorong.
 Tinggi Potongan Kurang dari 5,0 Meter;
Kemiringan lereng yang dapat diterima
untuk semua keadaan normal, adalah 2
(tegak) : 1 (mendatar)
Pemilihan kemiringan lereng lebih landai
dipertimbangkan.
Pekerjaan
Galian Tanah

 Tinggi Potongan Lebih dari 5.0 Meter;


Pada setiap ketinggian 5.0 meter perlu
dibuat bagian yang datar selebar 1.0 meter.
Bagian yang datar tsb harus miring ke
bagian dalam, agar dapat menampung air dan
mengalirkannya sepanjang bagian yang datar
yang dibuat sejajar dengan penjajaran jalan
tersebut.
Faktor yang
sangat PEKERJAAN
mempengaruhi
 Kondisi tanah asli yang TIMBUNAN
akan ditimbun
 Bahan dan Jenis Tanah
Timbunan
 Tinggi Timbunan Talud
 Cara Pemadatan;
Dihampar dan
dipadatkan lapis demi
lapis dengan tebal
padat tertentu (10-20
cm). tebal lapisan akhir
minimal 10 cm.
Mencapai kepadatan
tertentu (pemeriksaan
laboratorium)
• Tanah dasar, adalah
PENYIAPAN bagian dari konstruksi
jalan yang akan
TANAH DASAR mendukung konstruksi
perkerasan jalan di
atasnya
• Besarnya daya dukung;
dipakai nilai CBR
• Metode yang biasa
digunakan; mengambil
contoh tanah dari suatu
kedalaman tertentu,
yang umumnya berkisar
antara 0.5-1.0, meter;
dilakukan tes
laboratorium
Penyiapan • Pengilas Jenis Kaki
Tanah Dasar Kambing; digunakan
untuk tanah berpasir
(Alat Pemadat yang sedikit
Sheep Foot Roller) mengandung
lempung dan juga
untuk tanah yang
plastis dan kohesif.
Untuk tebal lapisan
antara 15-25 cm,
roller’ ini masih
berhasil guna.
Penyiapan Tanah Dasar
(Alat Pemadat Vibration Roller)
• Penggilas
dengan Getaran
Mempunyai
efisiensi
pemadatan yang
sangat baik
Efek yang
diakibatkan
adalah gaya
dinamis
terhadap tanah;
tanah padat
dengan susunan
yang lebih
kompak.
LAPIS PONDASI

Pondasi Bawah
Bagian konstruksi
perkerasan antara
Tanah Dasar dan
Pondasi Atas

Pondasi Atas
Bagian konstruksi
perkerasan antara
Pondasi Bawah dan
Lapis Permukaan
Mendukung dan
menyebarkan beban roda
Sebagai lapis perkerasan
Mencegah tanah dasar
masuk ke lapis pondasi
akibat tekanan roda dari
atas
Mencapai ketepatgunaan
dalam pemakaian material
yang relatif murah, agar
lapisan-lapisan berikutnya
dapat dikurangi tebalnya
(penghematan biaya
konstruksi)
Sebagai lapis pertama
LAPIS
untuk pelaksanaan
perkerasan karena PONDASI
umumnya tanah dasar
lemah. BAWAH
LPB Batu Belah dengan Balast Pasir
LPB
Aspal Beton
• Lapisan Pondasi
perkerasan jalan
yang terdiri dari
campuran
agregat aspal
dengan
perbandingan
tertentu,
dicampur dalam
keadaan panas
pada suhu
tertentu
LPB (Tugas Inspektor)
• Mempelajari metode kerja untuk pekerjaan
Lapis Pondasi Bawah
• Bersama-sama dengan Pelaksana Lapangan
mengadakan pemeriksaan persiapan.
• Melaporkan hasil pemeriksaan kepada
atasan untuk minta persetujuan
• Mengadakan pemeriksaan cara pemadatan
• Melaksanakan pemeriksaan ulang elevasi
dan kepadatan.
LAPIS PONDASI ATAS /
LPA
(BASE COURSE)
• Bagian konstruksi perkerasan yang
terletak antara LPB dan Lapis
Permukaan
• Sebagai lapis pendukung bagi Lapis
Permukaan dan juga ikut menahan gaya
geser dari beban roda.
• Sebagai lapis peresapan untuk LPB
• Lapis Penetrasi
Makadam (Lapen),
merupakan lapis
perkerasan yang
LPA / LAPEN
terdiri dari batu
(agregat) pokok
dan batu (agregat)
pengunci
bergradasi terbuka
dan seragam yang
diikat oleh aspal
dengan cara
disemprotkan di
atasnya dan
dipadatkan lapis
demi lapis.
• Cara Pencampuran
LPA AGREGAT di Tempat
(Perencanaan & • Bahan untuk tiap
Penghamparan) lapis dihampar;
mengatur kadar air;
bahan dicampur
dengan ‘motor
grader’ atau alat lain
yang disetujui
Direksi Teknik.
LPA AGREGAT (Pemadatan)
• Kepadatan setiap laipsan, minimum
harus mencapai 95% kepadatan
berdasarkan percobaan kepadatan di
laboratorium.
• Pemeriksaan kepadatan di lapangan
dilakukan dengan ‘sand cone, seperti
halnya dilakukan pada lapisan tanah
dasar (‘sub grade’)
• Penempatan titik-titik
pengontrolan serta
jaraknya tergantung
keadaan medan;
Pemeriksaan
tikungan perlu
pengecekan, jarak
Elevasi
yang pendek LPA
• Pekerjaan
peningkatan jalan
(‘bettermen’) perlu
titik-titk pengontrolan
yang lebih banyak
dari pekerjaan jalan
baru; pekerjaan
peningkatan bekerja
pada setengah lebar
jalan
PEKERJAAN
LAPIS PERMUKAAN & PENUTUP

• Lapis Permukaan / LP terletak di atas LPA


• Lapis Penutup terletak di atas LP atau di atas
LPA
• Lapis Permukaan mempunyai nilai struktur
• Lapis Penutup tidak mempunyai nilai struktur
• Lapisan permukaan maupun Lapis Penutup
mempunyai fungsi :
• Memberikan suatu permukaan yang rata
• Menahan gaya geser dari beban roda
• Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi
konstruksi
• Sebagai lapis aus
PEKERJAAN
LAPIS PERMUKAAN & PENUTUP
• Lapisan permukaan
maupun Lapis
Penutup mempunyai
fungsi :
• Memberikan suatu
permukaan yang rata
• Menahan gaya geser
dari beban roda
• Sebagai lapisan
kedap air untuk
melindungi konstruksi
• Sebagai lapis aus
PEKERJAAN
LAPIS PERMUKAAN & PENUTUP
 Lapis Permukaan
– LAPEN (Lapis Penetrasi Makadam)
– LABUSTAG (Lapis Asbuton Agregat)
– LASTON (Lapis Aspal Beton)
 Lapis Penutup
– LATASTON (Lapis Tipis Aspal Beton)
– BURTU (Laburan Aspal Satu Lapis)
– BURDA (Laburan Aspal Dua Lapis)
– BURAS (Laburan Aspal)
– LATASIR (Lapis Tipis Aspal Pasir)
– LATASBUM (Lapis Tipis Asbuton Murni)
Pemadatan/Penggilasan Awal
 Pemadatan/
penggilasan
awal dengan
Penggilas
Roda Baja
(Tandem
Roller)
Pemadatan/Penggilasan Antara

 Pemadatan/
penggilasan
antara
dengan
Penggilas
Roda Karet
(Pneumatic
Tire Roller /
TR)
PEKERJAAN PERKERASAN KAKU
 Pelat beton dengan pembesian atau tanpa pembesian;
diatas subgrade atau subbase
 Sebagian besar kekuatan struktur perkerasan kaku
dipikul pelat beton
 Bahan terdiri dari bahan agregat dan bahan pengikat
 Bahan agregat batu pecah sebagai agregat kasar dan
pasir alam atau abu batu sebagai agregat halusnya
JENIS PERKERASAN KAKU
 Fungsi utama
dari pembesian
pada perkerasan
kaku adalah
sebagai
pengontrol dan
pengatur retak
 Pembesian pada
perkerasan kaku
tidak akan
menambah
kekuatan
struktur (flexural
strength)
Pelaksanaan Perkerasan Kaku
 Campuran
Beton harus
sesuai dan
teruji
 Dihampar
dengan mesin
beralat
penggetar
mencegah
segregasi dari
beton
 Toleransi
perkerasan
jalan beton
Pelaksanaan Perkerasan Kaku

 Pemeriksaan ketinggian
untuk menetapkan
ketebalan pelat dengan
jarak antara maksimum
10 m
 Diberi alur dalam arah
tegak lurus garis sumbu
jalan
 Baru dicor dilindungi
terhadap pengaruh
matahari, angin, dan
hujan
Pelaksanaan Perkerasan Kaku
 Pada posisi
dowel
dilakukan
pemotongan
(sambungan
kontraksi)
 Setiap
Sambungan
diberi bahan
pengisi
(joint
sealant)
TIPE BAHU JALAN
 Bahu Jalan
Tanah
 Bahu Jalan
Batuan
 Bahu Jalan
Berumput
 Bahu Jalan
Beraspal
 Bahu Jalan
Khusus
FUNGSI BAHU JALAN

 Memperjelas pandangan pada jalur lalulintas


 Tempat memarkir kendaraan atau
menghindarkan kendaraan dari bahaya, seperti
melanggar atau adanya rintangan/darurat
 Memberikan dukungan dari samping terhadap
perkerasan
 Mempercepat pengeringan air yang mengalir di
perkerasan jalan menuju selokan tepi
 Sebagai jalur lambat di sisi luar jalur lalu-lintas
yang ada (lalu lintas lambat)
Pekerjaan Bahu Jalan
(Tugas Inspektor)
 Mengawasi pengadaan,
pengangkutan, penempatan,
penebaran dan pemadatan
bahan batuan yang telah dipilih
untuk bahu jalan
 Pengawasan geometrik bahu
jalan:
 Garis Batas
 Kelandaian dan Kemiringan
 Dimensi dengan Toleransi yang
ditentukan
Pekerjaan Bahu Jalan
(Tugas Inspektor)
 Pengujian bahan sesuai mutu bahan
pondasi bawah kelas A atau kelas B
 Pengawasan dengan pengecekan lokasi;
tempat penyiapan tanah dasar;
pemadatan .
 Menolak setiap bahan bahu jalan yang
tidak memenuhi persyaratan
 Ketidakteraturan atau cacat-cacat pada
setiap pekerjaan bahu jalan, diperbaiki
atau penggantian atas beban kontraktor,
DRAINASE JALAN

Drainase Permukaan
Saluran Tepi / Side Ditch
Drainase Memotong Jalan / Cross
Drainage
Drainase Bawah Permukaan
• Tidak merusak
perkerasan jalan
• Tidak mengganggu
arus lalulintas
Drainase Jalan
Drainase Bawah Permukaan

Melindungi tanah dasar atau


‘subgrade’ maupun lapis perkerasan
dari pengaruh air tanah yang
merugikan
Permukaan air tanah dekat dengan
tepi atas ‘subgrade’ (<1m), hal ini
dapat mengakibatkan daya dukung
‘subgrade’ berkurang
Permukaan air tanah diturunkan
dengan menggunakan ‘sub drain’
Drainase Bawah Permukaan

Tempat
Pompa
Muka Tanah Asli Pipa Pembuangan

Perkerasan
Bak Pengumpul
Median
permukaan air
permukaan air Filter pada sisi Pompa pada
tanah dan alas parit Pipa keluar ketinggian ini
Pengontrol tinggi air
Pipa pengumpul
Pipa Pengumpul
Filter Material
 Harus
mempunyai Drainase
kemampuan
tembus air Bawah Permukaan
(‘Permeability’)
yang cukup
tinggi agar
dapat
membuang
air.
 Bahan : Pasir,
Kerikil, atau
batu pecah
dengan
gradasi
tertentu dan
bersih serta
keras.
JEMBATAN  Bangunan
Sementara
Pengukuran
Pekerjaan

 Tata-laksana/
Administrasi Teknik
Persiapan  Mobilisasi Alat dan
Tenaga
 Pemuatan dan
Pembongkaran
 Jalan Darurat dan
Jembatan Darurat
 Jalan Kerja dan
Pekerjaan Lapangan
 Pembongkaran
Bangunan yang
Tidak Berguna
Pekerjaan Persiapan
 Bangunan Sementara
 Pengukuran
 Tata-laksana/Administrasi Teknik
 Mobilisasi Alat dan Tenaga
 Pemuatan dan Pembongkaran
 Jalan Darurat dan Jembatan Darurat
 Jalan Kerja dan Pekerjaan Lapangan
 Pembongkaran bangunan yang tidak berguna
Pondasi
Sumuran  Lapisan tanah keras
terdapat antara 2-8
meter di bawah dasar
sungai
 Jenis Sumuran; bundar,
persegi empat, oval
 Pelaksanaan pondasi
suuran; membuat cincin
beton bertulang setinggi
1-2 meter; tebal cincin +
1/20 diameter; diameter
sumuran ≥1 m
Pondasi Tiang Bor
 Merupakan sejenis pondasi tiang, yang lubangnya
dibuat lebih dahulu dengan dibor dan kemudian
dipasang baja tulangan serta dicor.
 Tiang Strauz diameter < 30 cm kedalaman
maksimum 10 m
 Tiang Benoto, Kato & Franki, adalah sama seperti
tiang Strauz, tetapi diameternya > 30 cm; kedalaman
mencapai + 50 m
 Pembuatan tiang-tiang dikerjakan secara ‘manual’
atau dengan mesin.
 Untuk pembuatan lubangnya agar digunakan pipa
pelindung
 Pengerukan lubang harus cukup bersih
 Pengecoran beton ke dalam lubang bor yang berisi
air dengan alat “treme”
Pondasi Tiang Pancang
 Dengan alat pancang
 Jenis Tiang Pancang; beton non pratekan atau
pratekan; baja bulat atau bentuk lain; kayu
 Pemilihan salah satu jenis tiang tersebut
didasarkan pada dana yang tersedia dan jenis
tanah setempat
 Tiang Pancang Beton dicetak dilapangan atau
dipabrik (bermutu tinggi) dengan ukuran sekitar 35
x 35 cm
 Tiang Pancang Baja berbentuk pipa dengan
diameter 40-100 cm dan berbentuk H
 Tiang Pancang Kayu bentuknya bulat dengan
diameter minimum 20 cm; mutu kayu PKKI; seluruh
bagian tiang pancang berada di bawah muka air
tanah.
• Kepala Jembatan
(Abutment) BANGUNAN
•  meneruskan BAWAH
beban ke pondasi
•  sebagai tembok
penahan tanah
• Pilar (Pier)
•  meneruskan
beban ke pondasi
• Kepala Jembatan
dan Blok Anker
(pada jembatan
gantung)
Jadual Pelaksanaan Bangunan Bawah

• Apabila terletak di bagian


atau di sekitar air ,
pengaturan jadual
pelaksanaan (‘time
shedule’), sebagai berikut;
• Pondasi bangunan bawah
sudah harus selesai 100 %
di musim kemarau
• Kepala jembatan dan pilar
harus dijaga sudah selesai
di musim kemarau. Paling
tidak sudah selesai sampai
ketinggian permukaan air
tertinggi.
 Gelagar BANGUNAN ATAS
 Ikatan Angin
 Sandaran
 Lantai
Kendaraan
 Expansion
Joint
 Perletakan
 Drainase
Tugas Inspektor
• Mempelajari gambar rencana dan spesifikasi umum
• Melaksanakan pengawasan pekerjaan staking out
• Pelaksana membuat metoda kerja pelaksanaan dan
inspektor melaksanakan pengawasan
• Bersama pelaksana memeriksa persiapan pekerjaan
sesuai daftar simak
• Bersama pelaksana memeriksa bagian pekerjaan
sesuai daftar simak
• Pelaksana melaporkan pekerjaan yang selesai dan
mengajukan persetujuan untuk pekerjaan
selanjutnya (Direksi Teknik)
Jadual Pelaksanaan (Kurva “S”)
No. URAIAN JUMLAH Bobo 2001 2002
(Jenis KONTRAK t KETERANGAN
(Rp.10^3) APR MEI JU JUL AGS SEP OKT NOP DES JAN FEB MAR
Kegiatan) %
N
1 A 6.000 6 2 2 2 90

2 B 5.000 5 1 1 1 1 1 80

3 C 5.000 5 1.2 1.25 1.25 1.25 70


5
4 D 500 0,5 0.2 0.3 60

5 E 15.000 15 2.5 5 5 2.5 50

6 F 50.000 50 15 20 10 5 40

7 G 15.000 15 1.25 5 5 2.5 1.25 30

8 H 2.000 2 0.5 0.5 0.5 0.5 20

9 I 600 0,6 0.2 0.2 0.2 10

10 J 900 0,9 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0

TOTAL 100.000 100 --- --- 2.1 6.8 9.30 28.1 29.8 13.6 6.55 0.80 2.80
0 5 5 5 0
Kumulatif Kemajuan Rencana --- --- 2.1 8.9 18.3 46.4 76.2 89.9 96.4 97.2 100
0 5 0 5 0 0 0
Realisasi Progress Bulan Yang Bersangkutan --- ---

Kumulatif Kemajuan Aktual --- ---

Perbedaan (Deviasi) --- ---


Pengaturan Lalulintas

 Kontraktor harus membebaskan Pemilik, Kasatker, Direksi


Teknik dan Pengawas terhadap tuntutan pihak ketiga yang
terjadi karena kecelakaan, kerusakan atau kerugian yang
timbul akibat pelaksanaan penyelesaian dan pemeliharaan
pekerjaan
 Kontraktor harus mengusahakan dengan segala upaya untuk
mencegah agar lalu lintas peralatan kontraktor tidak merusak
jalan atau jembatan yang menghubungkan dengan, atau yang
terletak pada, jalan yang menuju ke lokasi pekerjaan
 Kontraktor harus berusaha memilih rute dan memilih serta
menggunakan kendaraan untuk membatasi kerusakan yang
mungkin terjadi atau kecelakaan yang mungkin timbul akibat
dari lalu lintas biasa, karena pengangkutan peralatan dan
bahan-bahan dari atau ke lapangan
Pengaturan Lalulintas
• Semua kegiatan untuk melaksanakan pekerjaan,
termasuk pekerjaan sementara, harus dilaksanakan
sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan
gangguan yang berarti bagi kenyamanan umum atau
membatasi jalan masuk yangmenuju ke dalam
daerah pekerjaan tanah yang berdampingan
• Kontraktor harus membebaskan pemilik/Kasatker /
PPK /Direksi Teknik/Pengawas dalam memberikan
ganti rugi sehubungan dengan semua permintaan,
tuntutan, cara kerja, biaya dan pengeluaran lain yang
timbul atau hal lain yang masih dalam tanggung
jawab kontraktor
Penempatan Rambu-rambu
Pengendalian Lalulintas Lokasi

1. Tanda “Ada Orang Bekerja” 200 m sebelum tempat pekerjaan

2. Tanda “Kurangi Kecepatan” (80 100 m sebelum tempat pekerjaan


km/jam) (hanya digunakan
pada jalan dengan lalulintas
kecepatan tinggi)

50 m sebelum tempat pekerjaan


3. Tanda “Kurangi Kecepatan” (50
km/jam) (hanya digunakan
pada jalan dengan lalulintas
kecepatan tinggi)

4. Tanda “Akhir Pekerjaan” 20 m setelah tempat pekerjaan


Penempatan Rambu
Penempatan Rambu Perbaikan Jalan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
perwujudan perlindungan tenaga kerja dan
kelancaran pekerjaan
 Perlindungan tenaga kerja merupakan usaha-
usaha penghindaran dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja
 Kecelakaan kerja di dalam pekerjaan konstruksi,
antara lain dapat berupa kemungkinan orang
jatuh dari tempat yang tinggi karena terpeleset,
kejatuhan benda atau barang, terkene peralatan
kerja dan lain-lainnya
 Penyakit akibat kerja terjadi, karena terkena
cairan semen, gangguan pernapasan pada
pekerja pemecahan batu dan lain-lainnya
TRAKTOR
 Sebagai penarik
atau pendorong
beban yang
memerlukan
tenaga besar
dan keperluan
lainnya
 Traktor Roda
Kelabang
(Crawler
Tractor)
 Traktor Roda
Ban (Wheel
Tractor)

TRAKTOR RODA KELABANG
 Sebagai tenaga
penggerak untuk
CRAWLER TRAKTOR
pendorong dan
menarik beban
 Sebagai tenaga
penggerak untuk
winch dan alat
angkut
 Sebagai tenaga
penggerak ‘blade’
(bulldozer)
 Sebagai tenaga
penggerak front
end bucket loader
 Crawler Tractor  Dibutuhkan
terutama bila
diperlukan gesekan
yang besar antara
roda dan
permukaan tanah
untuk mendapatkan
tenaga yang
maximum (tidak
slip) pada waktu
traktor bekerja
 Misalnya
menggusur tanah,
menarik scraper,
menarik beban
muatan dan
sebagainya

TRAKTOR
RODA BAN
WHEEL TRACTOR

 Untuk
mendapatkan
kecepatan yang
lebih besar
 Tenaga tarik
lebih kecil
 Kecepatan
mencapai 45
km/jam
Jenis Wheel Tractor
 Traktor roda dua:
 Kemungkinan gear nya yang lebih besar
 Traksinya lebih besar (dilimpahkan ke dua roda)
 Rolling resistance / tahanan gelindingnya lebih
kecil, jumlah roda lebih sedikit
 Pemeliharaan ban lebih sedikit
 Traktor roda empat
 Lebih nyaman dikemudikan
 Pada jalan kerja buruk, stabil
 Kecepatan lebih besar
 Dapat bekerja tersendiri bila unit trailnya dilepas
PERBEDAAN ANTARA
CRAWLER DAN WHEEL TRACTOR
Crawler Tractor Wheel Tractor

1. Tenaga tarik besar 1. Daya tarik relatif lebih


2. Kecepatan relatif kecil kecil
3. Luas bidang kontak roda 2. Kecepatan besar
dan muka tanah besar 3. Luas bidang kontak roda
4. Dapat bekerja pada dan muka tanah lebih
kondisi tanah yang buruk kecil
(daya apung lebih besar) 4. Sangat dipengaruhi
5. Kemungkinan slip kecil kondisi tanah di
lapangan
5. Ada kemungkinan slip
 Pembersih medan
 Fungsi & Kerja  Pembuka jalan
Bulldozer kerja
 Memindahkan
tanah
 Menarik scraper
 Menghampar
tanah
 Menimbun
kembali
 Pembersih lokasi
 Pemeliharaan
jalan kerja
 Menyiapkan
material (tempat
pengambilan
bahan)
Macam Blade
 Universal Blade (U – Blade); reklamasi tanah,
stok material
 Straight Blade (S – Blade); segala jenis lapangan,
manuver mudah
 Angling Blade (A – Blade); posisi lurus dan
menyerong
 Cushion Blade (C – Blade);dilengkapi bantalan
karet untuk meredam benturan
 Bowldozer;membawa/mendorong material
 U Blade for light material; stok tanah lepas/
gembur, reklamasi dengan tanah gembur
BAJAK / RIPPER
 Untuk volume pekerjaan tanah keras
(misal lempung keras) cukup besar
 Dengan blade kurang efektif
 Menggemburkan tanah dengan
ripper/bajak
Faktor yang berpengaruh terhadap
pembersihan medan

 Kelebatan pohon
 Penggunaan tanah setelah dikerjakan
 Keadaan dan daya dukung tanah
 Topografi
 Keadaan iklim dan hujan
 Kekhususan pekerjaan
BACKHOE /
PULL SHOVEL
 Untuk
penggalian
yang letaknya
dibawah
kedudukan
peralatan
 Penggalian jauh
lebih teliti
 Pemuat hasil
galian ke truk
POWER SHOVEL

 Sebagai alat
penggali dan
pemuat
 Penggalian
tebing yang
letaknya lebih
tinggi dari
kedudukan alat
DRAGLINE
 Attachment boom crane
 Drag bucket
 Jangkauan lebih besar daripada jenis shovel
 Tenaga penggali kecil; mengandalkan kekuatan
dari berat sendiri
 Jenis roda kelabang, roda ban, dipasang di atas
truk
 Penggalian material lepas; pasir kering, kericak,
tanah liat basah, tanah jenuh air
 Efektif untuk pengerukan saluran irigasi dan
drainase
 Efektif untuk
penanganan
bahan lepas; CLAMSHELL
pasir, kerikil,
batu pecah,
lumpur, batu
bara dan
sebagainya
 Pekerjaan
berat;
dilengkapi
gigi
 Pekerjaan
ringan; tanpa
gigi
LOADER
 Pemuat material
 Jenis crawler
tractor dan
wheel tractor
 Bucket untuk
menggali, muat
tanah,
mengangkut,
membuang ke
truk
 Kendali
pengoperasian
secara hidrolis
SCRAPER
 Pemuat, pengangkut, membongkar
material yang lepas

 Jenis; mesin sendiri; ditarik crawler


tractor

 Efektif untuk mengerjakan tanah


yang lepas, menggaruk, memuat,
membongkar
Kemampuan Scraper

 Pengupasan permukaan tanah


 Peralatan contour di sekeliling building sites
 Penggalian untuk saluran drainase dan saluran
irigasi
 Penggalian dan pengurugan untuk badan jalan
 Top soil yang digaruk tebal 10 cm setiap passing
 Jarak ekonomis 100 m – 1000 m
Variasi penggunaan berbagai Scraper
Jarak Pengangkutan Material dan Kondisi Macam Prime Mover dan
(100 m – 1000 m) Rute Pengangkutan Scraper yang digunakan
Pendek Kasar Crawler tractor

Pendek Baik Two wheel tractor

Menengah Keras Crawler tractor atau twin


engine wheel
Menengah Sedang Sama dengan jenis wheel
tractor dengan pusher
jika diperlukan
Panjang Sedang sampai keras 2 atau 4 wheel tragtor
dengan bantuan traktor
pendorong dan atau
penarik
 Berhubungan
dengan
masalah
penggusuran
tanah yang
relatif besar
 Jarak angkut
yang cukup
jauh
 Pengangkutan
alat berat ke
lapangan
Truk Kecil
 Keuntungan;
 Lebih kecil dalam beroperasi
 Lebih mudah mengoperasikannya
 Lebih luwes dalam pengangkutan jarak dekat
 Pertimbangan terhadap jalan kerja lebih sederhana
 Penyesuaian terhadap loader mudah
 Jika satu tidak bekerja tidak terasa terhadap produksi
 Pemeliharaan lebih mudah
 Kerugian;
 Waktu hilang, terutama waktu muat
 Pemuatan lebih sulit karena bak kecil
 Kebutuhan jumlah supir
 Biaya pemeliharaan lebih besar karena jumlah lebih banyak
Truk Besar
 Keuntungan;
 Kapasitas yang sama, jumlah lebih sedikit
 Jumlah supir lebih sedikit
 Cocok untuk angkutan jarak jauh
 Pemuatan lebih mudah, waktu hilang sedikit
 Kerugian;
 Jalan kerja lebih mudah rusak
 Pengoperasian lebih sulit
 Produksi sangat berkurang bila satu tidak operasi
 Pemeliharaan lebih sulit
Dump Wagon
 Angkutan material khusus dalam jumlah
besar
 Rear dump (pembuangan ke belakang)
 Side dump (pembuangan ke samping)
 Bottom dump (pembuangan ke bawah)
 Disesuaikan dengan keadaan dan
kebutuhan di lapangan
 Material yang diangkut cukup besar
 Bisa digunakan penarik tersendiri;
menghemat penggunaan alat berat
Trailer
 Pengangkutan alat berat ke lapangan
 Semi trailer
 Full trailer
 Terutama alat berat tractor dan excavator jenis crawler
tidak mungkin berjalan sendiri dlam jarak yang cukup jauh
 Dapat digunakan untuk angkutan barang berat dan jumlah
besar
 Untuk perataan
tanah,
pembentukan Motor Grader
permukaan
 Blade dapat
diatur
gerakannya
sesuai
keperluan
 Motor grader;
penggerak
sendiri
 Towed grader;
pengoperasian
perlu penggerak
lain
Perlengkapan Umum
 Scarifier teeth; ripper bentuk kecil/
penggaruk di depan blade, dikendalikan
 Pavement widener; untuk mengatur
penghamparan
 Elevating grader unit; pengatur grading
 Selain untuk pembentukan lapis
perkerasan jalan juga untuk bahu jalan
dan taludnya
 Menggali saluran drainase sepanjang jalan
dalam bentuk V (penampang segitiga)
Perlengkapan
Khusus

 Special Short Blade (blade pendek);


 Penggalian saluran dangkal
 Pelebaran perkerasan jalan yang ada
 Elevating Conveyor;
 Untuk mengolah material lepas melewati blade
 Mengangkut dan membuang material lepas
kesamping
PERALATAN PEMADATAN
 Smooth steel roller (penggilas besi dgn
permukaan halus); three wheel rollers (penggilas
roda tiga), tandem rollers (penggilas tandem)
 Pneumatic tired rollers (penggilas roda ban
angin)
 Sheep foot type roller (penggilas jenis kaki
kambing)
 Vibratory rollers (penggilas getar)
 Vibratory plate compactor (alat pemadat getaran)
 Mesh grid roller (penggilas dgn roda anyaman)
 Segment roller (penggilas dgn roda lempengan)
Penggunaan Peralatan untuk Pemadatan

 Tanah plastis dan


kohesif; sheep
foot roller;
pneumatic roller
 Tanah pasir
dan/atau kerikil
berpasir;
vibrating roller,
pneumatic tired
roller
 Tanah pasir
campur lempung
atau tanah liat;
segmented roller
Three Wheel Roller;
Penggilas Besi  Pemadatan berbutir kasar
dengan  Roda silinder diisi minyak,
Permukaan Halus air, pasir untuk
menambah bobot
 Berat 6 – 12 ton, isi roda
penambahan bobot
15 – 35 %nya

Tandem Roller;
 2 atau 3 poros
 Penggilasan aspal beton
 Berat 8 – 14 ton, isi roda
penambahan bobot
25 – 60 %nya
 Efisiensi
pemadatan Vibrator Roller
sangat baik
 Butiran tanah
(Penggilas dengan
mengisi bagian Getaran)
yang kosong
 Susunan butiran
tanah padat
 Frekuensi
getaran
 Amplitudo
getaran
 Gaya sentrifugal
Mesh Grid Roller
(Penggilas Jenis Anyaman)
 Roda
penggilas
berbentuk
anyaman
 Efek
pemadatan
dari bawah
 Efektif untuk
lapisan tanah
berbutir kasar
Segment Roller
(Penggilas Jenis Lempengan)
 Roda tersusun dari
lempengan
 Memberikan efek
pemadatan ke
bawah
 Air berlebih dalam
lapisan tanah dapat
ditekan keluar
 Cukup memberikan
kepadatan maximal
Pneumatic Tired Roller
(Penggilas Roda Ban Karet)
 Roda ban karet, susunan roda depan/ belakang
berselang-seling
 Kneading action (tekanan) terhadap tanah
 Tekanan sesuai tekanan ban
 Sumbu roda mengikuti perubahan permukaan
tanah
 Efektif untuk penggilasan bahan yang granular
(seperti hotmix)
 Untuk meningkatkan berat dapat diisi zat cair
atau pasir
 Susunan roda depan/belakang; 4 – 5; 5 – 6;
 6 – 7; 7 – 8
Sheep Foot Type  Silinder yang bagian
Roller luarnya dipasang
kaki-kaki; terjadi
(Penggilas Jenis Kaki tekanan yang tinggi
Kambing)  Memberikan
pemadatan ke bawah
 Untuk tanah berpasir
dengan sedikit
mengandung
lempung; tanah
plastis dan kohesif
 Efektif untuk
pemadatan material
lepas tebal 15 – 25
cm
 Ukuran 3 – 5 ton;
sampai 12 – 30 ton
 Kompresor;
 Melayani berbagai
alat konstruksi;
hand tools, hammer, Kompresor dan
demolition tool, dll Pompa Air
 Pekerjaan
pengeboran,
menghaluskan,
urugan,
terowongan, dll
 Pompa Air;
 Pengeringan mata
air (cofferdam)
 Penyedotan air
rembesan (galian
pondasi saluran)
 Pengeringan bawah
tanah (terowongan)
Alat Pemecah Batu

 Kapasitas 10 m3/jam – 300 m3/jam


 Batcher berupa container; berfungsi menampung
dan mengukur material beton sebelum
dituangkan ke dalam mixer
Alat Pengolah Aspal dan Perkerasan

 Untuk proses pengolahan aspal atau hotmix


bituminous material lainnya
 Batch type asphalt plant; continous asphalt plant
 Tangki
aspal
dipasang
pada truk
 Dilengkapi
alat heated
built in
(pemelihara
suhu)
 Penyemprot Asphalt Distributor
an pada
pelapisan
pertama
sebelum
beton aspal
dihampar
Asphalt
Finisher

 Untuk menghampar
secara rata lapisan
perkerasan beraspal
 Produksi kurang lebih
50 ton/jam
 Tebal lapisan 5 cm
 Kecepatan 1 – 1,5
m/menit
Alat Pemancang Baja
 Pemancangan
tiang pondasi
jembatan
 Drop hammer,
single acting
hammer,
double acting
hammer,
differential
hammer, diesel
hammer
LATAR BELAKANG
PETUNJUK TEKNIS
Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup

Setiap rencana kegiatan yang diperkirakan


mempunyai dampak penting terhadap lingkungan,
wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), yang
pelaksanaannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 51 Tahun 1993
Pelaksanaan dari PP 51/1993
 Melalui KepMen KLH No. 11, 12, 13, dan
14, tahun 1994 yang mencakup :
 Tentang Jenis Usaha yang wajib
dilengkapi dengan AMDAL
 Tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL)
 Tentang Pedoman Susunan Keanggotaan
dan Tata Kerja Komisi AMDAL
 Tentang Pedoman Umum Penyusunan
AMDAL
Pedoman Teknis AMDAL
 Pedoman teknis untuk proyek-proyek di bidang
Pekerjaan Umum ditetapkan dalam Peraturan
Menteri PU No. 69/PRT/1995
 Digunakan untuk penyusunan dan penilaian
dokumen AMDAL proyek-proyek bidang
Pekerjaan Umum
 Secara khusus, Pedoman ini mengemukakan
keterkaitan antara pelaksanaan AMDAL dengan
siklus pengembangan proyek pada setiap tahapan
 Mensyaratkan dimasukkannya aspek lingkungan
dalam setiap tahapan proyek
Pedoman Teknis AMDAL

Pedoman teknis untuk proyek-proyek di bidang Pekerjaan


Umum ditetapkan dalam Peraturan Menteri PU
Digunakan untuk penyusunan dan penilaian dokumen AMDAL
proyek-proyek bidang Pekerjaan Umum
Secara khusus, Pedoman ini mengemukakan keterkaitan
antara pelaksanaan AMDAL dengan siklus pengembangan
proyek pada setiap tahapan
Mensyaratkan dimasukkannya aspek lingkungan dalam setiap
tahapan proyek
Sistematika Petunjuk Teknis AMDAL
Proyek Jalan dan Jembatan
 Disusun untuk memberi arahan tentang hal-hal
sebagai berikut :
 Kegiatan Proyek Jalan dan Jembatan yang
berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan
 Komponen lingkungan yang terkena dampak
 Perkiraan dan evaluasi dampak
 Penanganan dampak sisa (pengelolaan dan
pemantauan lingkungan) yang dapat dilakukan
untuk memperkecil dan/atau mencegah
dampak sisa)
PEMBERIAN PROYEK DAN
KONDISI LINGKUNGAN
Kegiatan pelaksanaan yang berpotensi
menimbulkan dampak;
 Penyiapan tanah dasar mencakup
kegiatan pembersihan dan pengupasan
tanah
 Penggalian dan penimbunan tanah untuk
keperluan penyiapan badan jalan
 Pekerjaan galian mencakup kegiatan
pemotongan tebing
 Pekerjaan timbunan tanah, bila berada di
daerah rawa/rendah
Kegiatan pelaksanaan yang
berpotensi menimbulkan dampak

 Pekerjaan lapis perkerasan mencakup


pekerjaan lapis pondasi bawah, lapis
pondasi atas dan lapis permukaan
 Pengangkatan bahan-bahan/material dan
peralatan proyek yang menggunakan jalan
umum sebagai jalan kerja
 Pekerjaan jembatan, mencakup pekerjaan
bangunan bawah yang berada di sungai di
daratan serta kegiatan pekerjaan
bangunan atas
Kondisi Lingkungan
(base camp dan sepanjang trase proyek)

Kondisi sosial budaya setempat


Kondisi permukiman/perumahan/ bangunan umum
Kondisi flora dan fauna
Kondisi sumber daya air
Kondisi udara
Kondisi utilitas umum
Prasarana jalan umum yang telah ada
Para pemakai jalan umum
Kondisi Lingkungan
 Di lokasi ‘Quarry’ (Daratan)
 Perhatikan :
– Kondisi permukiman/perumahan/bangunan umum
– Kondisi flora dan fauna
– Kondisi sumber daya air
– Kondisi udara
 Di lokasi Quarry (Sungai)
– Kondisi sungai di bagian hulu dan hilir
– Kualitas air sungai
– Kondisi flora dan fauna air
– Pemakai air sungai di hilir
Kondisi Lingkungan

Di lokasi ‘Quarry’ (Daratan)


Perhatikan :
Kondisi permukiman/perumahan/bangunan
umum
Kondisi flora dan fauna
Kondisi sumber daya air
Kondisi udara
Di lokasi Quarry (Sungai)
Kondisi sungai di bagian hulu dan hilir
Kualitas air sungai
Kondisi flora dan fauna air
Pemakai air sungai di hilir
DAMPAK KEGIATAN PROYEK TERHADAP
LINGKUNGAN DAN PENANGANANNYA
(Tahap Persiapan)

 1. Mobilisasi bahan/material dan alat-alat berat;


 Meningkatnya pencemaran udara
 Kerusakan pada jalan yang sudah ada

 2. Mobilisasi tenaga kerja;


 Keresahan dan kecemburuan sosial
 Konflik dengan adat istiadat/kebiasaan setempat
Tahap Persiapan

3. Pembuatan/pengoperasian ‘base camp’, bengkel,


gudang dsb.
Meningkatnya pencemaran udara dan kebisingan
Timbulnya genangan air dan pencemaran pada
badan air dan sumber air
Gangguan terhadap flora
4. Pengelolaan ‘quarry’ yang dikelola proyek
Peledakan/penggalian di darat
Penggalian di badan sungai
Tahap
 Pelaksanaan
konstruksi Pelaksanaan
mencakup
pekerjaan
 Penyiapan tanah
dasar
 Galian dan
timbunan tanah
 Lapis perkerasan
 Pengangkutan
bahan-bahan
material dan
peralatan proyek
Penyiapan Tanah Dasar

Pembersihan dan pengupasan tanah;


Pencemaran udara (debu) dan kebisingan
Hilangnya vegetasi penutup dan fungsi lahan semula
serta berpindahnya habitat fauna
Rusak/terganggunya utilitas umum (jaringan
telepon, PLN, gas, dsb)
Pekerjaan Galian dan Timbunan Tanah

 Meningkatnya pencemaran udara (debu),


kebisingan dan kecelakaan lalulintas
 Timbulnya kemacetan lalulintas akibat
beroperasinya kendaraan proyek
 Terganggunya aliran air permukaan dan
pencemaran kualitas air
 Terganggu/terpotongnya aliran air tanah
dan stabilitas lereng
 Terganggunya utilitas umum (jaringan
telepon, PLN, gas dsb)
Pekerjaan Lapis Perkerasan

Meningkatnya pencemaran/pengotoran udara dan


kebisingan yang ditimbulkan oleh kendaraan/alat-alat
besar proyek
Meningkatnya kecelakaan lalulintas
Asphalt Mixing Plant
Pengangkutan Bahan Material
dan Peralatan Proyek

Meningkatnya pencemaran udara (debu) dan


kebisingan di jalan umum
Terjadinya kerusakan prasarana jalan
Timbulnya kemacetan dan kecelakaan lalulintas
Pekerjaan Jembatan

Bangunan Bawah (di sungai);


Timbulnya erosi/penggerusan di badan sungai
Meningkatnya kadar sedimen dan perubahan arah
aliran sungai
Timbulnya gangguan pada lalulintas air
Timbulnya kebisingan dan getaran akibat pekerjaan
pemancangan
Pekerjaan Jembatan

Bangunan Bawah (di darat);


Timbulnya kemacetan dan kecelakaan lalulintas
Timbulnya kebisingan dan getaran akibat pekerjaan
pemancangan
Pekerjaan Jembatan

Bangunan Atas;
Timbulnya kemacetan dan
kecelakaan lalulintas
PROSEDUR PENYARINGAN AMDAL

 Kegiatan/proyek jalan dan jembatan jumlanya relatif besar


 Tidak semuanya menimbulkan dampak penting terhadap
lingkungan
 Dana yang tersedia untuk melaksanakan AMDAL relatif
terbatas
 Perlu dilakukan penyaringan guna memisah-misahkan
kegiatan/proyek yang memerlukan AMDAL
 Disusun menurut skala prioritas yang disesuaikan dengan
dana yang tersedia
 Penyaringan ini mengacu kepada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 12 tahun 1994
 Dirinci lebih detail lagi, dan disesuaikan dengan kondisi
kegiatan/ proyek jalan dan jembatan
Prosedur Penyaringan AMDAL
 Tahap perencanaan umum, data/informasi mengenai
rencana kegiatan penanganan jalan/jembatan
dikumpulkan oleh seksi AMDAL untuk dilakukan
penyaringan
 Seksi AMDAL berdasarkan usulan kegiatan/proyek, peta
lokasi dan kriteria penyaringan melakukan penyaringan
tahap pertama
 Apabila rencana kegiatan tersebut harus melaksanakan
studi ANDAL, RKL-RPL, maka seksi AMDAL akan
mengajukan daftar nama-nama kegiatan AMDAL tersebut
kepada Komisi Pusat AMDAL PU untuk ditetapkan oleh
Komisi
 Untuk rencana proyek yang masih meragukan (harus
dilakukan studi ANDAL/tidak), maka dilakukan
penyaringan tahap kedua
 Daftar rencana kegiatan/proyek yang akan dilakukan
Kajian Lingkungan atau UKL-UPL oleh seksi AMDAL
disampaikan kepada unit Pembinaan AMDAL masing-
masing Direktorat
Langkah-langkah Penyaringan AMDAL

Kumpulkan nama-nama rencana kegiatan


berdasarkan daftar yang ada diperencanaan
umum
Rencana kegiatan;
Pembangunan baru jalan TOL
Jembatan layang (‘fly over’)
Jalan antar kota lebih dari 25 km
Jalan dikota besar/metropolitan
Studi ANDAL yang disertai dengan RKL-RPL
Langkah-langkah
Penyaringan AMDAL

Pembangunan baru jalan Inter Urban yang mempunyai panjang


kurang dari 25 km
Jalan lokal/kabupaten
Jembatan di Urban dengan bentang lebih dari 20 meter
Jembatan Inter Urban lebih dari 60 meter
Peningkatan jalan di luar Rumija di Urban yang mempunyai
panjang kurang dari 5 km
Perlu dilanjutkan kepenyaringan tahap kedua
Apabila terdapat jawaban “ya” dari salah satu kriteria tahap dua,
maka perlu dilakukan Kajian Lingkungan
Apabila hasil kajian lingkungan terdapat dampak penting, maka
studi AMDAL harus dilanjutkan ke ANDAL
Penilaian
Teknis

 Penilaian Dokumen;
 ANDAL (Analisa Dampak Lingkungan)
 RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan)
 RPL (Rencana Pemantauan Lingkungan)
 UKL (Usaha Pengelolaan Lingkungan)
 UPL (Usaha Pemantauan Lingkungan)
Rangkuman (1)
 Peranan Supervisi dalam pelaksanaan pekerjaan
antara lain adalah; menjamin pekerjaan
diselesaikan sesuai dengan persyaratan yang
telah ditentukan, dan tercapainya hasil pekerjaan
melalui keterampilan kerja dengan kualitas dan
kuantitas yang memuaskan, sesuai dengan jadual
(jangka waktu) yang telah ditetapkan dalam
kontrak
 Tugas Konsultan Supervisi dalam
penyelenggaraan kegiatan satuan kerja antara
lain adalah mengikuti dan mengawasi semua
proses pekerjaan dari awal sampai akhir, baik
kualitas maupun kuantitas konstruksi, membuat
laporan bulanan dan triwulanan, dan lain-lain
Rangkuman (2)
 Konsultan mempunyai kewenangan penuh dalam
pengawasan pekerjaan dalam hal mengarahkan
pelaksana agar dapat tercapai penyelesaian
pekerjaan sesuai dengan persyaratan dalam
dokumen kontrak serta mengambil keputusan
terhadap masalah-masalah yang dipersyaratkan
sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen
kontrak
 Pelaksana menyelenggarakan pekerjaan fisik
sesuai dengan rencana dalam kontrak, yaitu
dengan melakukan kegiatan fisik lapangan
seperti; melaksanakan pekerjaan pemadatan
tanah dasar, memelihara bahu jalan dan talud
badan jalan, melapis ulang perkerasan jalan,
memperbaiki sandaran jembatan, dan lain-lain
Rangkuman (3)
 Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
perwujudan perlindungan tenaga kerja dan
kelancaran pekerjaan dan perlindungan tenaga
kerja merupakan usaha-usaha penghindaran dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja
 Pengaturan lalulintas dimaksudkan agar selama
pelaksanaan pekerjaan dapat dijamin tidak akan
menyebabkan gangguan keselamatan dan
kesehatan bagi masyarakat umum di sekitar
lokasi pekerjaan, dan bila terjadi sesuatu hal
yang merugikan pihak ketiga, maka hal tersebut
menjadi tanggungjawab kontraktor
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai