Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS KEMAMPUAN BAHASA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN

PENGULANGAN CERITA BERDASARKAN JENIS KELAMIN.

Latar Belakang :
Pendidikan anak usia dini adalah tahap pendidikan dan pembinaan sebelum tahap
pendidikan sekolah dasar dimana anak dipersiapkan untuk belajar ke tahap
selanjutnya.Pendidikan anak usia dini tidak hanya dilakukan di sekolah tetapi juga dilakukan
dirumah dimana orang tua menjadi pendidik utama bagi anak.Pendidikan ini dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan memasuki
pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.UU
sisdiknas no. 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut.

Pendidikan anak usia dini juga bertujuan mengembangkan aspek aspek perkembangan
pada diri anak yang meliputi kognitif, sosial emosional,motorik,bahasa,agama,dan
seni.Penelitian ini akan membahas salah satu aspek perkembangan anak usia dini yaitu
perkembangan bahasa.Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan. Dengan adanya
bahasa, satu individu dengan individu lain akan saling terhubungkan melalui proses
berbahasa.Sementara Bromley (1992) menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem simbol yang
teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol-simbol
visual maupun verbal. Pengembangan keterampilan berbahasa pada anak usia dini mencakup
empat aspek, yaitu berbicara, menyimak, membaca, dan menulis.
Keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan yang bersifat produktif
karena anak dituntut untuk menghasilkan bahasa. Sebaliknya, keterampilan menyimak dan
memba bersifat reseptif karena anak lebih banyak.Penelitian ini akan membahas kemampuan
menyimak anak dengan menceritakan kembali isi cerita yang dibacakan guru.Dalam kegiatan
pengulangan cerita pada anak dapat merangsang kemampuan berbahasa anak.

Keterampilan menyimak merupakan keterampilan bahasa yang termasuk dalam


bahasa reseptif, artinya keterampilan yang harus dikuasai oleh anak sebagai dasar
keterampilan berbahasa yang lain. Dalam Permendiknas No.58 keterampilan menyimak yang
seharusnya sudah dikuasai anak usia 4-5 tahun meliputi menyimak perkataan orang,
memahami cerita yang dibacakan, dan menceritakan kembali cerita yang pernah didengar
Menurut Iskandarwassid, dkk. (2011) keterampilan menyimak adalah satu bentuk
keterampilan yang bersifat reseptif, artinya bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa
melainkan sekaligus memahaminnya. Sedangkan menurut Tarigan (2015) bahwa menyimak
adalah proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman
apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta
memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kemampuan bahasa anak usia 5-6 tahun melalui
kegiatan pengulangan cerita berdasarkan jenis kelamin.Dalam perkembangan bahasa pada
anak terdapat gangguan atau faktor yang mempengaruhi, baik itu internal dan eksternal pada
anak. Salah satu faktor tersebut yaitu jenis kelamin anak. Jenis kelamin merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak. Anak perempuan lebih cepat
belajar berbicara dibandingkan anak laki- laki. Pada setiap jenjang umur, kalimat anak laki-laki
lebih pendek, dan kurang benar dalam tata bahasa, kosa katanya pun lebih sedikit dan
pengucapan kata kurang tepat dari pada anak perempuan. Perbedaan perkembangan bahasa
anak laki-laki dan perempuan juga dapat dilihat dari faktor biologis dan sosialnya.
Perkembangan otak kiri (hemisfer cerebral) pada anak perempuan lebih cepat daripada anak
laki-laki, padahal otak ini mempunyai peran yang sangat besar dalam perkembangan bahasa.
Anak perempuan di usia dininya lebih sering menggunakan kemampuan berbicaranya
dengan suatu hal yang menjadi bahan permainannya. Adanya permainan seperti itu membuat
anak perempuan lebih sering berinteraksi dengan orang dewasa lain yang diajak bicara.
Sedangkan anak laki-laki lebih diarahkan pada penguasaan motoric dimana lebih
mengutamakan banyaknya gerakan daripada berbicara. Pada akhirnya dengan hal tersebut
menjadi suatu hambatan perkembangan bahasa pada anak laki-laki. Oleh karena itu, banyak
studi kasus menyatakan bahwa anak perempuan lebih reaktif terhadap kemampuan
berbahasa dibandingkan anak laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai