Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aninda Putri Utami

Kelas : XII IPA 6

Tugas : Membuat Teks Editorial

Mapel : B.Indonesia

MARAKNYA KASUS PINJOL DIKALANGAN ANAK MUDA

Dampak buruk pinjaman online (pinjol) bagi masyarakat sepertinya sudah dalam tahap yang
mengkhawatirkan. Situasi ini tidak hanya menimpa masyarakat kelas pekerja, tetapi juga kaum muda
yang mayoritas belum mempunyai pekerjaan yang mapan.

Berdasarkan riset yang dilakukan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), utang
yang dimiliki generasi muda Indonesia melalui mekanisme pinjol ternyata lebih besar jika dibandingkan
rata-rata penghasilan yang mereka terima. Riset tersebut mengungkapkan, dengan pendapatan rata-
rata pemuda di Indonesia dengan rentang umur 18 sampai 34 tahun hanya Rp2 juta per bulan, utang
mereka di pinjaman online yang mencapai Rp2,3 juta sampai Rp2,5 juta.

Maraknya fenomena ‘besar pasak daripada tiang’ ini tidak terlepas dari skema yang dipromosikan para
penjual layanan pinjol ini. Umumnya pinjaman ini menjanjikan akses yang begitu mudah dan cepat
untuk mendapatkan dana tunai tanpa persyaratan yang sulit kepada calon penggunanya.

Dengan situasi tersebut, ditambahnya pola hidup yang cenderung konsumtif, fenomena pinjol di
kalangan anak muda ini seperti menemukan tempat berkembang biak. Sayangnya, kaum muda yang
belum mempunyai penghasilan tetap ini seringkali tidak lancar dalam melakukan pembayaran kembali.
Konsekuensinya, riset Indef juga mengungkapkan bahwa saat ini muncul tren peningkatan pinjaman
perseorangan yang macet dan jumlah outstanding-nya di kalangan anak muda.

Fenomena mecetnya pembayaran produk pinjaman pinjol atau buy now pay later (BNPL) atau pay later
di kalangan muda ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi juga di seluruh dunia. Banyak kalangan
menyebutkan, terlilitnya kaum muda dan juga tentunya kelas pekerja dengan utang yang ditawarkan
melalui platform pinjol ini tidak terlepas dari ketidaktahuan mereka. Walaupun merupakan hal yang
lumrah dan sah-sah saja untuk dilakukan, publik harus sadar bahwa pinjaman merupakan sesuatu yang
harus dibayar. Artinya, setiap peminjam harus tahu akan kemampuan dalam membayar.

Banyak kaum muda, bahkan dari kalangan intelektual pun, seringkali kurang sadar mengenai hal ini.
Mereka baru sadar bahayanya pinjol ketika terlilit utang begitu dalam di luar kemampuan bayarnya.
Publik tentu masih ingat ketika ratusan mahasiswa di salah satu kampus ternama di Bogor terjebak
utang di 4 platform pinjol. Walaupun sebagian terjadi akibat penipuan, kasus itu cukup mengejutkan
karena menimpa kaum muda yang tingkat intelektualnya relatif tinggi.

Celakanya, menurut Indef, merebaknya pinjol di kalangan anak muda memiliki relevansi dengan
maraknya judi online. Data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menunjukkan
adanya transaksi mencurigakan yang terkait dengan perjudian sebesar 11,84% dari total 94.000 laporan
pada 2022. Angka ini mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan tahun 2020 yang hanya
sebesar 1,6% dari 68.000 laporan. Artinya, dari tahun 2020 hingga 2022, laporan terkait perjudian
meningkat sekitar 10 kali lipat.

Hubungan antara judi online dan pinjaman online, kata Indef, sangat erat, terutama jika melihat nominal
transaksi judi online yang mencapai Rp69,6 triliun dari 69,9 juta transaksi yang dianalisis oleh PPATK
pada 2022. Sementara itu, pertumbuhan pinjol hingga Desember 2022 mencapai 71% dan 18% pada Juli
2023. Selain itu, bukti lain yang mendukung temuan ini ialah adanya tren pencarian yang hampir serupa
di mesin pencari Google, yaitu pencarian terkait situs Zeus Slot dengan pinjaman online. Dari tahun 2021
hingga akhir 2022, terdapat peningkatan pencarian kata kunci terkait Zeus Slot dan pinjaman online.

Mengingat situasinya sudah mencemaskan, sebaiknya pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
tak henti-hentinya melakukan sosialisasi secara masif kepada masyarakat, khususnya anak muda,
mengenai baik-buruknya platform pinjol ini. Apalagi sudah cukup banyak berseliweran platform pinjol
ilegal yang bunganya begitu tinggi dan membahayakan. Anak muda harus benar-benar
mempertimbangkan risiko sebelum memutuskan untuk menjadi lender di suatu pinjol. Pinjaman bisa
menjadi bermanfaat apabila paham kemampuan bayar dan konsekuensinya.

Terkait masifnya judi online, kita patut mengapresiasi Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie
Setiadi yang memerintahkan jajaran kementeriannya untuk menyapu bersih judi online dalam waktu
sepekan. Jika target ini meleset, negara benar-benar dalam keadaan darurat judi online. Sedihnya,
negara kalah melawan penyelenggara judi onlline.

Anda mungkin juga menyukai