Anda di halaman 1dari 2

Nama : M Miftakhul Huda

Prodi : AFI / A

Makul : Filsafat Barat Modern

RASIONALISME- BARUCH DE SPINOZA

Baruch de Spinoza lahir dan besar di Belanda serta keturunan Yahudi(1632-


1677) Dalam berbagai fase yang dilaluinya seperti halnya pemikirannya yang
melampaui pemikiran pada zamannya yang justru bukan diapresiasi dan didukung
akan tetapi malah membuat ia dikeluarkan dari Sinagoge di Amsterdam karena
pemikirannya dianggap tidak ortodoks. Pemikiran Spinoza mengandung kolaborasi
antara Rasionalisme dan mistik, dimana ke-dua hal tersebut merupakan sebuah
paradoks dalam kehidupan. Dan termasuk yang dilabeli mistik akan tetap berada
dalam dimensi supranatural selama belum ditemukan penjelasan Rasional
dibaliknya. Mengenai hal tersebut, seringkali adanya pergeseran sudut pandang
dari mistik menuju rasional. Namun, keduanya akan selalu ada sepanjang jalan.

Sebagai seorang filsuf yang berkontribusi besar bagi pemikiran setelah masanya
yang ia juga termasuk sosok yang kritis dan sangat mencintai Allah(Tuhan) serta
tampil sebagai filsuf yang religius. Meski demikian, bukan berarti pemikirannya
bernuansa dogmatis dan konservatif. Akan tetapi, justru sebaliknya dimana
Spinoza menegaskan bahwa hubungan rasionalisme manusia dengan tuhan itu
merupakan pencipta alam semesta. Di samping itu, ia berada dalam lingkup agama
yahudi dan agama masehi yang berkembang saat itu. Spinoza dalam teologinya,
lumayan jauh dengan ortodoksi agama-agama tersebut.

Rene Descartes yang pemikirannya juga banyak mempengaruhi pemikiran


Spinoza membedakan _idea_yang ada dalam diri manusia menjadi _innate idea_
dan _adventitios idea_. Kedua _idea_ ini berperan penting bagi efektivitas dan
kapasitas individu dalam menyikapi suatu permasalahan. Dan kemampuan berpikir
kritis dalam berbagai situasi merupakan modal dasar untuk membebaskan manusia
dari jebakan dogma.

Spinoza berusaha memecahkan berbagai isu-isu krusial yang mewarnai konteks


kehidupan sosial masyarakat, serta memberikan pemahaman bahwa logika tidak
selamanya benar. Logika yang sering membuat jarak antara aku dan kamu, antara
milikku dan milikmu berusaha dijembatani. Dengan harapan agar manusia dapat
tampil menjadi manusia yang bermartabat dan mampu menanggulangi virus-virus
militan yang anti pada kesetaraan dan pluralitas. Spinoza berkeinginan untuk
memunculkan spirit toleransi dan perdamaian (grassroots peacebuilding) ditengah
hiruk pikuk sikap intoleransi dan radikalisme yang sering menginjak-injak hak
asasi manusia. Karena di zaman ia hidup sering kali terjadi pemaksaan untuk
masuk pada suatu agama tertentu.

Menurut Spinoza cinta kepada Tuhan adalah kebahagiaan yang muncul dari
kebebasan dan buka dari pemaksaan. Kebebasan untuk menjalankan keyakina
terhadap Tuhan sesuai dengan pilihan masing-masing merupakan sumber
kebahagiaan. Disini Filsafat Sponoza mendapat ciri religius karena pengetian akan
cinta kasih kepada Tuhan, kebebasan dan kebahagiaan menjadi satu. Sikap
semacam ini merupakan bentuk dari liberalisme religius. Interpretasi rasionalistis
memandang Spinoza sebagai bapak liberalisme religius modern (Hamersma,
1984:11). Liberalisme dalam pola pikir merupakan salah satu dampak dari
rasionalitas yang berusaha mendayagunakan dan mengembangkan segala potensi
yang ada, agar pengetahuan terus berkembang demi kehidupan yang lebih baik.

Karakter dari rasionalitas adalah progresif-adaktif dalam ruang dan waktu.


Mampu melahirkan orang-orang kreatif dengan inovasi yang spektakuler. Spinoza
menyatakan bahwa ada tiga jenis pengetahuan yaitu: pengetahuan panaca indera,
pengetahuan akal budi dan pengetahuan intuitif. Dari ketiga pengetahuan tersebut
pengetahuan intuitif merupakan pengetahuan yang paling sempurna. Orang yang
mancapai pengetahuan ini, melihat segala sesuatu dalam persfektif keabadian (sub
specie aetemitatis). Mereka tidak hanya menilai berdasarkan efektivitas, namun
juga berdasarkan asas kemanusiaan.

Anda mungkin juga menyukai