Anda di halaman 1dari 10

TUGAS TERSTRUKTUR PENGANTAR PENDIDIKAN

Nama : Muhammad Adli Hasan

Kelas : R1B

Mata Kuliah : Pengantar Pendidikan

Dosen : Suyekti Kinanti M.Pd

Tokoh Pendidikan Dunia


1. John Dewey
John Dewey dilahirkan pada tanggal 20 Oktober 1859 di
Burlington, Vermont. Nama orang tuanya adalah Archibald
Sprague Dewey dan Lucina Artemesia Kaya. Ia merupakan anak
ketiga dan memiliki tiga saudara. Keluarga besar dari John Dewey
berasal dari New England (Amerika Serikat). Beliau banyak
menulis tentang psikologi dan filsafat, Dalam pandangan Dewey,
filsafat merupakan pengungkapan secara terus-menerus terhadap perjuangan
manusia. Ia mengembangkan jenis logika yang tidak termasuk logika formal
maupun logika kebenaran. Jenis logika ini yaitu logika proses atau logika perantara
yang umumnya disebut instrumentalisme. Logika ini dibuatnya untuk mengakaji
kebenaran inheren dalam susunan benda- benda. Beliau memiliki pengaruh yang
besar bagi pragmatisme. Pemikiran pragmatismenya disebut juga sebagai
eksperientalisme karena ia menjadikan pertumbuhan manusia sebagai tujuan dari
pendidikan. Ia meyakini bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki sifat selalu
berubah sehingga pemikirannya dinamainya sebagai pertumbuhan. Pemikiran
pragmatismenya menjadi salah satu landasan pemikiran yang memulai
penyelenggaraan pendidikan massal. Beliau mengembangkan pemikiran dari tokoh
pragmatisme lainnya yaitu Charles Sanders Peirce dan William James. Hasil
pengembangannya tersebut sebagai teori instrumentalisme. Teori ini menyatakan
bahwa penyelesaian persoalan sosial harus menjadi fungsi dari kognisi.
Psychology merupakan buku pertama yang ditulis oleh Dewey yang diterbitkan
pertama kali pada tahun 1887. Gagasan utama di dalam bukunya ini mengenai
sebuah sistem filsafat tunggal. Sistem tersebut didasarkan pada hubungan antara
studi ilmiah psikologi dan filsafat idealis Jerman. Pemikiran-pemikiran di dalam
buku ini diterima oleh beberapa sarjana dan kemudian oleh beberapa universitas
diadopsi sebagai buku teks. Kritik atas buku ini hanya diberikan oleh Granville
Stanley Hall dan William James.
2. Edward Lee Thorndike
Edward Lee "Ted" Thorndike (31 Agustus 1874 - 9
Agustus 1949) adalah
seorang psikolog berkebangsaan Amerika Serikat yang
menghabiskan hampir seluruh kariernya di Teachers
College, Universitas Columbia. Karyanya di
bidang psikologi perbandingan dan
proses pembelajaran menghasilkan teori koneksionisme dan
membantu meletakkan dasar ilmiah untuk psikologi
pendidikan modern. Dia juga bekerja di bagian pengembangan sumber daya
manusia di tempat industri, seperti ujian dan pengujian karyawan. Dia adalah
anggota dewan dari Psychological Corporation dan menjabat
sebagai presiden dari American Psychological Association pada tahun 1912.
Thorndike, lahir di Williamsburg, Massachusetts, adalah anak dari
seorang pendeta Gereja Metodis di Lowell, Massachusetts. Thorndike lulus dari
The Roxbury (1891), di West Roxbury, Massachusetts dan Universitas
Wesleyan (1895). Ia mendapat gelar MA di Universitas Harvard pada tahun
1897. Selama di Universitas Harvard, ia tertarik pada bagaimana hewan belajar
(etologi), dan bekerja sama dalam penelitian dengan William James. Setelah itu,
ia menjadi tertarik pada hewan 'manusia', dan kemudian mengabdikan dirinya
demi penelitiannya ini. Tesis Edward hingga saat ini masih dianggap
sebagai dokumen penting dalam ranah ilmu psikologi komparatif modern.
Setelah lulus, Thorndike kembali ke minat awal, psikologi pendidikan. Pada
tahun 1898 ia menyelesaikan PhD-nya di Universitas Columbia di bawah
pengawasan James McKeen Cattell, salah satu pendiri psikometri. Pemikiran
Thorndike mengenai manajemen pendidikan menjadi salah satu pemikiran yang
berkembang dari manajemen industri. Ia menerapkan gerakan sains untuk ilmu
pengetahuan. Gerakan ini digunakannya dalam kuantifikasi terhadap setiap
perilaku peserta didik. Thorndike mulai menulis karya tulis ilmiah sejak masa
mudanya hingga menjelang kematiannya pada usia mendekati 75 tahun. Jumlah
karya tulis yang dipublikasikannya lebih dari 500 judul. Sebanyak 50 judul di
antaranya dipublikasikan sebagai buku. Ciri khas dari tulisan-tulisannya adalah
penggunaan langsung dari data-data yang terbaru. Tulisan-tulisan Thorndike
juga tidak membahas mengenai topik yang tidak memiliki fakta-fakta yang
nyata.
3. Carl Ransom Rogers
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan
pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client
centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan
pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun.
Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, tetapi pada
hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers
menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat.
Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai
proses perkembangan hidup alamiah, sementara ], kejahatan, dan persoalan
kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Rogers dilahirkan pada tanggal 8 Januari, 1902, di Oakpark, Illinois, pinggiran
kota Chicago. Ayahnya, Walter A. Rogers, seorang pekerja teknik sipil dan ibunya,
Julia M. Cushing, seorang ibu rumah tangga dan seorang Kristen Pentakostal yang
setia. Carl adalah anak keempat dari enam bersaudara.

Rogers merupakan seorang yang cerdas dan dapat membaca dengan baik
sebelum menginjak TK. Dengan pendidikannya yang sangat ketat secara religius
serta lingkungannya sebagai anak altar di rumah pendeat Jimpley, ia menjadi orang
yang terisolasi, independen, disiplin, dan mendapatkan pengetahuan serta apresiasi
dari metode ilmiah di dunia praktis. Pilihan pertama kariernya adalah agrikultur, di
Universitas Wisconsin-Madison, di mana ia menjadi bagian dari persaudaraan
Alpha Kappa Lambda, diikuti dengan sejarah, lalu agama. Pada usia yang ke-20,
saat perjalannya ke Peking, Cina tahun 1922, untuk mengikuti konferensi
internasional Kristen, Setelah dua tahun lulus dari seminari, ia pergi ke Teachers
College, Columbia University, mendapatkan gelar M.A. pada tahun 1928 dan Ph.D
pada tahun 1931. Sementara ia menyelesaikan pekerjaan doktoralnya, ia terlibat
dalam studi tentang anak. Tahun 1930, Rogers bekerja sebagai direktur Society for
the Prevention of Cruelty to Children di Rochester, New York. Dari tahun 1935-
1940 ia mengajar di University of Rochester dan menulis The Clinical Treatment
of the Problem Child (1938), yang berdasarkan pengalamannya saat bekerja
dengan anak-anak bermasalah. Dalam mengkonstruksi pendekatan client-centered,
ia sangat dipengaruhi oleh praktik psikoterapi post-Fruedian dari Otto Rank. Tahun
1940, Rogers menjadi profesor psikologi klinis di Ohio State University, di mana
ia menuliskan buku keduanya, Counseling and Psychotherapy (1942). Di buku itu,
Rogers menyarankan bahwa klien, dengan membangun relasi yang berdasarkan
pemahaman, penerimaan dari terapis, dapat menyelesaikan berbagai kesulitan dan
mendapatkan pencerahan (insight) yang dibutuhkan untuk merekonstruksi hidup
mereka.
4. Ibnu Sina
Ibnu Sina (980 – Juni 1037 M), yang di Barat dikenal dikenal
sebagai Avicenna, adalah seorang
muslim Mu'tazilah polimat yang dipandang sebagai dokter,
astronomer, dan penulis terpenting dari Zaman Keemasan
Islam, dan dianggap sebagai filsuf paling berpengaruh di era pra-
modern. Bagi banyak orang, dia adalah "Bapak Kedokteran
Modern". Dari sekitar 450 judul yang ditulisnya, 240 di antaranya
selamat dan bertahan hingga hari ini, yang di antaranya terdapat
240 judul dalam bidang filsafat dan 40 judul dalam pengobatan. Karyanya yang
paling terkenal adalah Al-Qānūn fī al-Thibb (Buku Pengobatan), sebuah
ensiklopedia medis yang menjadi buku rujukan dan standar di bidang kedokteran
pada berbagai universitas dan terus digunakan selama berabad-abad hingga sekitar
tahun 1650. Ibnu Sina (Abū ‘Alī al-Husain bin ‘Abdullāh bin Sīnā) lahir
pada 980 di Afsyanah daerah dekat Bukhara (sekarang wilayah Uzbekistan) dan
meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (sekarang Iran). Pada masa
itu Kesultanan Samaniyah di Bukhara sedang diguncang konflik internal, setelah
sebelumnya menjadi salah satu sentral kebudayaan menyaingi Baghdad. Ayahnya
berasal dari Balkh, sedangkan ibunya berasal dari desa setempat di sekitar
Bukhara. (Metafisik) Filsafat dan Islam metafisika Islam awal, dijiwai karena
dengan teologi Islam, membedakan lebih jelas daripada Aristotelianisme antara
esensi dan eksistensi. Sedangkan keberadaan adalah domain dari kontingen dan
disengaja, esensi bertahan dalam makhluk luar disengaja. Filsafat Ibnu Sina,
terutama bagian yang berkaitan dengan metafisika, berutang banyak al-Farabi.
Pencarian untuk filsafat Islam definitif terpisah dari okasionalisme dapat dilihat
pada apa yang tersisa dari karyanya. (Teologi) Ibnu Sina adalah seorang Muslim
yang taat dan berusaha untuk mendamaikan filsafat rasional dengan teologi Islam.
Tujuannya adalah untuk membuktikan keberadaan Tuhan dan ciptaan-Nya dari
dunia ilmiah dan melalui akal dan logika. Pandangan Ibnu sina tentang teologi
Islam (dan filsafat) yang sangat berpengaruh, membentuk bagian dari inti
kurikulum di sekolah-sekolah agama Islam sampai abad ke-19. Ibnu Sina menulis
sejumlah risalah singkat berurusan dengan teologi Islam. Ini risalah disertakan
pada nabi (yang ia dipandang sebagai "filsuf terinspirasi"), dan juga pada berbagai
penafsiran ilmiah dan filosofis dari Quran, seperti bagaimana Quran kosmologi
sesuai dengan sistem filsafat sendiri. Secara umum risalah ini terkait tulisan-tulisan
filosofis ide-ide agama Islam; misalnya, akhirat tubuh.
5. Johann Heinrich Pestalozzi
Pestalozzi lahir pada tanggal 12 Januari 1746 di Zürich dan
meninggal pada tanggal 17 Februari 1827 di Brugg. Ayahnya
seorang dokter, yang meninggal pada saat Pestalozzi berumur 6
tahun dan sejak itu dia diasuh oleh ibunya. Pada masa kecilnya,
Pestalozzi merupakan anak yang tidak begitu tertarik dengan
tugas-tugas belajar yang menggunakan metode menghafal di
sekolah, tetapi dia lebih berminat dengan tugas-tugas yang
menggunakan daya imajinasi. Kelainan sifatnya itu
dipengaruhi: (1) selama masa kanak-kanak, keadaan tubuh
Pestalozzi lemah sehingga menyebabkan dia sering sakit-sakitan. Hal ini kemudian
menyebabkan (2) dia tidak dapat bergaul dan bermain seperti anak laki-laki pada
umumnya dan lebih merasa aman dalam hubungan dengan ibunya. (3) Di samping
itu, fakta bahwa tidak adanya tokoh laki-laki yang mengambil peran dalam
keluarga Pestalozzi, membuat dirinya hidup dalam dunia khayalan. Alhasil,
Pestalozzi tampak memiliki kelainan sifat yang berbeda dengan teman-teman
sebayanya, sehingga akhirnya dia dijuluki Heinrich Bodoh dari Kota Aneh. ada
tahap awal perjalanan kariernya, Pestalozzi berkeinginan untuk mengikuti jejak
kakeknya yang adalah seorang pendeta Protestan yang melayani jemaat di
pedesaan. Keinginan ini berawal ketika Pestalozzi melihat adanya ketidakadilan
dan penindasan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap rakyat di daerah itu.
Pestalozzi prihatin terhadap nasib mereka yang tertindas dan ingin menolong
mereka memperoleh pendidikan. Pendidikan yang memadai dianggap sebagai
solusi untuk keluar dari penindasan tersebut. Atas dorongan kakeknya, Pestalozzi
masuk ke salah satu perguruan tinggi. Akan tetapi, ketika menempuh proses
pembelajaran di perguruan tinggi, Pestalozzi lebih tertarik pada gaya penulisan dan
pemikiran pengarang klasik. Ia bahkan pernah menerjemahkan karangan bermutu
tinggi milik Demosthenes. Ketertarikannya terhadap filsafat kuno itu membuatnya
ragu akan tujuannya yang semula. Semakin ragu lagi ketika ia berkotbah di depan
klasis dan mendadak berhenti karena lupa isinya. Pengalaman buruk ini membuat
Pestalozzi mundur dari keinginannya untuk menjadi seorang pendeta. Dengan
memakai metode pengalaman, maka Pestalozzi dalam merumuskan dasar-dasar
kurikulumnya menggunakan akal, tubuh dan hati, sebagai tiga point yang penting
dalam proses pembelajaran yang dianjurkan oleh Pestalozzi dengan memanfaatkan
pancaindera dari naradidik. Oleh sebab itulah, Pestalozzi berharap agar pendidikan
ini dapat dirasakan oleh setiap anak tanpa memandang status sosialnya. Kesetaraan
dalam menerima pendidikan itulah yang sebenarnya menjadi point penting yang
diinginkan oleh Pestalozzi bagi anak-anak.
Tokoh Pendidikan Indonesia
1. Bj. Habibie
Prof. Dr.-Ing. Ir. H. Bacharuddin Jusuf
Habibie, FREng. (25 Juni 1936 – 11 September 2019)
adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga.
Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden
Republik Indonesia ke-7, menggantikan Try Sutrisno. B. J.
Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri
dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Sebelum
memasuki dunia politik, Habibie dikenal luas sebagai
seorang profesor dan ilmuwan dalam
teknologi aviasi internasional dan satu-satunya presiden
Indonesia hingga saat ini yang berlatarbelakang teknokrat. B.J. Habibie kemudian
digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden
pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2
bulan dan 7 hari (sebagai wakil presiden) dan juga selama 1 tahun dan 5 bulan
(sebagai presiden), B. J. Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden
Indonesia dengan masa jabatan terpendek.B. J. Habibie merupakan presiden
Indonesia pertama yang terlahir di luar Jawa dan berasal dari
etnis Gorontalo, Sulawesi dari garis keturunan ayahnya yang berasal
dari Kabila, Gorontalo, Bugis dan etnis Jawa dari ibunya yang berasal
dari Yogyakarta. Saat ini, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah
membangun Monumen B.J. Habibie di depan pintu gerbang utama Bandar Udara
Djalaluddin, di Kabupaten Gorontalo. Selain itu, masyarakat Provinsi Gorontalo
pun sempat mengusulkan nama B.J. Habibie digunakan sebagai nama universitas
negeri setempat, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo yang masih
digunakan. Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan
agenda reformasi memang tidak bisa dilepaskan dari pengalaman hidupnya. Setiap
keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang bisa diukur. Maka
tidak heran tiap kebijakan yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget
dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan menganggap Habibie apolitis dan
tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu dapat dimaklumi
mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di bidang konstruksi
pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie telah
melakukan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan
dialogis. Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang disertai
penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola
kegiatan kabinet sehari-haripun.
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22
dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama
Dewi Condro Wulan binti Raja Champa terakhir dari Dinasti
Ming. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh
para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel, Surabaya,
dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di
Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila,
putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah
binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati
alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang, Siti Syari’ah,
Sunan Derajat, Sunan Sedayu, Siti Muthmainnah, dan Siti Hafsah. Pernikahan
Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi
Murtasiyah, Asyiqah, Raden Husamuddin (Sunan Lamongan), Raden Zainal
Abidin (Sunan Demak), Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2).
Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.

Kedatangan Sunan Ampel ke Majapahit diperkirakan terjadi awal dasawarsa


keempat abad ke-15, yakni saat Arya Damar sudah menjadi Adipati Palembang
sebagaimana riwayat yang menyatakan bahwa sebelum ke Jawa, Raden Rahmat
telah singgah ke Palembang. Menurut Thomas W. Arnold dalam The Preaching of
Islam (1977), Raden Rahmat sewaktu di Palembang menjadi tamu Arya Damar
selama dua bulan, dan dia berusaha memperkenalkan Islam kepada raja muda
Palembang itu. Arya Damar yang sudah tertarik kepada Islam itu hampir saja
diikrarkan menjadi Islam. Namun, karena tidak berani menanggung risiko
menghadapi tindakan rakyatnya yang masih terikat pada kepercayaan lama, ia
tidak mengatakan keislamannya di hadapan umum.

Keterangan dari Hikayat Hasanuddin yang dikupas oleh J. Edel (1938)


menjelaskan bahwa pada waktu Kerajaan Champa ditaklukkan oleh Raja Koci,
Raden Rahmat sudah bermukim di Jawa. Itu berarti Raden Rahmat ketika datang
ke Jawa sebelum tahun 1446 M, yakni pada tahun jatuhnya Champa akibat serbuan
Vietnam. Hal itu sejalan dengan sumber dari Serat Walisana yang menyatakan
bahwa Prabu Brawijaya, Raja Majapahit mencegah Raden Rahmat kembali ke
Champa karena Champa sudah rusak akibat kalah perang dengan Kerajaan Koci.
Penempatan Raden Rahmat di Surabaya dan saudaranya di Gresik, tampaknya
memiliki kaitan erat dengan suasana politik di Champa.
3. Abdoel Moeis
Abdoel Moeis (3 Juli 1886 – 17 Juni 1959) adalah seorang
sastrawan, politikus, dan wartawan Indonesia. Dia merupakan
pengurus besar Sarekat Islam dan pernah menjadi
anggota Volksraad mewakili organisasi tersebut. Abdoel Moeis
dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional yang pertama
oleh Presiden RI, Soekarno, pada 30 Agustus 1959.

Abdoel Moeis memulai kariernya sebagai klerk di Departemen Onderwijs en


Eredienst atas bantuan Mr. Abendanon yang saat itu menjabat sebagai Direktur
Pendidikan. Namun pengangkatannya itu tidak disukai oleh karyawan Belanda
lainnya. Setelah dua setengah tahun bekerja di departemen itu, ia keluar dan
menjadi wartawan di Bandung. Pada tahun 1905, ia diterima sebagai anggota
dewan redaksi majalah Bintang Hindia. Bintang Hindia merupakan sebuah
majalah yang memuat berita politik di Bandung. Pada tahun 1907, Bintang
Hindia dilarang terbit, Abdul Muis pindah kerja ke Bandungsche
Afdeelingsbank sebagai mentri lumbung. Pekerjaan ini ditekuni oleh Abdul Muis
selama 5 tahun. Pada 1912, ia bekerja menjadi wartawan pada surat kabar
Belanda Preanger Bode. Pada Preanger Bode Abdul Muis bekerja sebagai
korektor. Dalam waktu 3 bulan, ia diangkat menjadi hoofdcorector (korektor
kepala) karena kemampuan berbahasa Belanda yang cukup baik. Abdoel Moeis
merupakan tokoh yang begitu komitmen terhadap perjuangan dan nasib rakyat
yang saat itu sedang dijajah. Tidak hanya melalui garis profesi sastrawan, ia
bahkan berjuang dalam dunia politik. Tulisan-tulisan Abdoel Moeis yang tajam
dan gerakan-gerakan politiknya itulah yang kemudian menyebabkannya dilarang
tinggal di tempat kelahirannya. Ia kemudian memilih daerah Garut sebagai tanah
pengasingannya, dan di sanalah ia menghabiskan sisa-sisa hidupnya.

Tahun 1926 ia terpilih menjadi anggota Regentschapsraad Garut. Enam


tahun kemudian diangkat menjadi Regentschapsraad Controleur. Jabatan itu
diembannya hingga Jepang masuk ke Indonesia (1942). Karena sudah merasa tua,
pada 1944 Abdul Moeis berhenti bekerja. Namun, pada era setelah proklamasi, ia
aktif kembali bergabung dalam Majelis Persatuan Perjuangan Priangan. Bahkan, ia
pernah diminta untuk menjadi anggota DPA.

Setelah kemerdekaan, ia mendirikan Persatuan Perjuangan Priangan yang berfokus


pada pembangunan di Jawa Barat dan masyarakat Sunda.
4. K.H. Hasyim Asyari
K.H. Muhammad Hasyim Asy'ari atau yang lebih dikenal
dengan nama K.H. Hasyim Asy'ari adalah seorang ulama besar
bergelar pahlawan nasional dan merupakan pendiri sekaligus Rais
Akbar (pimpinan tertinggi pertama) organisasi Nahdlatul Ulama. Ia
memiliki julukan Hadratussyaikh yang berarti mahaguru dan telah
hafal Kutub al-Sittah (6 kitab hadits), serta memiliki gelar Syaikhu
al-Masyayikh yang berarti Gurunya Para Guru. Ia adalah putra dari
pasangan K.H. Asy'ari dengan Ny. H. Halimah, dilahirkan di Desa Tambakrejo,
Jombang, Jawa Timur, dan memiliki salah satu anak bernama K.H. A Wahid
Hasyim yang juga merupakan pahlawan nasional perumus Piagam Jakarta, serta
cucunya yakni K.H. Abdurrahman Wahid, merupakan Presiden RI ke-4.

Pemikiran dari K.H. Hasyim Asy'ari tentang Ahlussunnah wal


Jama’ah adalah ulama dalam bidang tafsir Al Qur'an, Sunnah Nabi Muhammad,
dan Fiqih yang tunduk pada tradisi Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin.
Selanjutnya beliau menyatakan bahwa sampai sekarang ulama tersebut termasuk
"mereka yang mengikuti Mazhab Imam Abu Hanifah, Imam Maliki, Imam Syafi'i,
dan Imam Hambali". Pemikiran inilah yang diterapkan oleh Jam'iyah Nahdlatul
Ulama yang menyatakan sebagai pengikut, penjaga, pelestari, dan penyebar
paham Ahlussunnah wal Jama’ah

Karya yang dibuat oleh Beliau :

 Risalah Ahlussunnah wal Jama'ah: Fi Hadistil Mauta wa Asyrathissa'ah wa


Bayani Mafhumissunnah wal Bid'ah (Paradigma Ahlussunah wal Jama'ah:
Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, Penjelasan
Sunnah dan Bid'ah). Karya K.H. Hasyim Asy’ari yang satu ini banyak
membahas tentang bagaimana sebenarnya penegasan antara sunnah dan bid’ah.
Secara tidak langsung, kitab tersebut banyak membahas persoalan-persoalan
yang akan muncul di kemudian hari, terutama saat ini.
 Muqaddimah Al Qanun Al Asasi li Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (Anggaran
Dasar Organisasi Nahdlatul Ulama). Kitab ini berisikan pemikiran K.H.
Hasyim Asy’ari yang berkaitan dengan NU. Dalam kitab tersebut, K.H. Hasyim
Asy’ari mengutip beberapa ayat dan hadits yang menjadi landasannya dalam
mendirikan NU.
5. Abdul Karim Amrulloh
Dr. Haji Abdul Karim Amrullah (nama lahir: Muhammad
Rasul, 10 Februari 1879 – 2 Juni 1945), dijuluki sebagai Haji
Rasul, adalah ulama terkemuka sekaligus reformis Islam di
Indonesia. Ia juga merupakan pendiri Sumatra Thawalib, sekolah
Islam modern pertama di Indonesia. Ia bersama Abdullah
Ahmad menjadi orang Indonesia terawal yang memperoleh gelar
doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar, di Kairo, Mesir.
Selain itu, ia juga seorang ayah dari ketua pertama Majelis Ulama
Indonesia (MUI), Buya Hamka.

Abdul Karim Amrullah dilahirkan dengan nama Muhammad Rasul dari


pasangan Syeikh Muhammad Amrullah Tuanku Abdullah Saleh dengan istri ketiga
bernama Andung Tarwasa. Ia anak ketiga dari tujuh bersaudara. Ayahnya, yang
juga dikenal sebagai Tuanku Kisai, merupakan syekh dari Tarekat
Naqsyabandiyah. Saudara Abdul Karim Amrullah yang seibu, yakni Maryam,
Aisyah, Maimunah, Hafsah, Muhammad Saleh, dan Yusuf. Pada tahun 1894, ia
dikirim ayahnya ke Mekkah untuk menimba ilmu, dan berguru pada Syeikh
Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang pada waktu itu menjadi guru dan
imam Masjidil Haram. Pada tahun 1925, sepulangnya dari perjalanan ke Jawa, ia
mendirikan cabang Muhammadiyah di Minangkabau, tepatnya di Sungai Batang,
kampung halamannya. Ia meninggal dunia pada 2 Juni 1945 di Jakarta. Salah satu
putranya, yaitu Hamka (nama pena dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah),
dikenal banyak orang sebagai ulama besar dan sastrawan Indonesia angkatan Balai
Pustaka.

(Karya) Buku pertama kali yang diterbitkannya pada tahun 1908


berjudul Amdatul Anam fi Ilmil Kalam yang membahas dua puluh sifat Allah, lalu
disusul buku-buku lain, yakni Qatthi'u Riqabil Mulhidin (1910), Syamsyul
Hidayah (1912), Sullamul Ushul (1914), Aiqazum Niam (1916), Al-Qawlus-
Shahih (bantahan terhadap Ahmadiyah, 1926), Cermin Terus (1928).

Anda mungkin juga menyukai