Kelas : R1B
Rogers merupakan seorang yang cerdas dan dapat membaca dengan baik
sebelum menginjak TK. Dengan pendidikannya yang sangat ketat secara religius
serta lingkungannya sebagai anak altar di rumah pendeat Jimpley, ia menjadi orang
yang terisolasi, independen, disiplin, dan mendapatkan pengetahuan serta apresiasi
dari metode ilmiah di dunia praktis. Pilihan pertama kariernya adalah agrikultur, di
Universitas Wisconsin-Madison, di mana ia menjadi bagian dari persaudaraan
Alpha Kappa Lambda, diikuti dengan sejarah, lalu agama. Pada usia yang ke-20,
saat perjalannya ke Peking, Cina tahun 1922, untuk mengikuti konferensi
internasional Kristen, Setelah dua tahun lulus dari seminari, ia pergi ke Teachers
College, Columbia University, mendapatkan gelar M.A. pada tahun 1928 dan Ph.D
pada tahun 1931. Sementara ia menyelesaikan pekerjaan doktoralnya, ia terlibat
dalam studi tentang anak. Tahun 1930, Rogers bekerja sebagai direktur Society for
the Prevention of Cruelty to Children di Rochester, New York. Dari tahun 1935-
1940 ia mengajar di University of Rochester dan menulis The Clinical Treatment
of the Problem Child (1938), yang berdasarkan pengalamannya saat bekerja
dengan anak-anak bermasalah. Dalam mengkonstruksi pendekatan client-centered,
ia sangat dipengaruhi oleh praktik psikoterapi post-Fruedian dari Otto Rank. Tahun
1940, Rogers menjadi profesor psikologi klinis di Ohio State University, di mana
ia menuliskan buku keduanya, Counseling and Psychotherapy (1942). Di buku itu,
Rogers menyarankan bahwa klien, dengan membangun relasi yang berdasarkan
pemahaman, penerimaan dari terapis, dapat menyelesaikan berbagai kesulitan dan
mendapatkan pencerahan (insight) yang dibutuhkan untuk merekonstruksi hidup
mereka.
4. Ibnu Sina
Ibnu Sina (980 – Juni 1037 M), yang di Barat dikenal dikenal
sebagai Avicenna, adalah seorang
muslim Mu'tazilah polimat yang dipandang sebagai dokter,
astronomer, dan penulis terpenting dari Zaman Keemasan
Islam, dan dianggap sebagai filsuf paling berpengaruh di era pra-
modern. Bagi banyak orang, dia adalah "Bapak Kedokteran
Modern". Dari sekitar 450 judul yang ditulisnya, 240 di antaranya
selamat dan bertahan hingga hari ini, yang di antaranya terdapat
240 judul dalam bidang filsafat dan 40 judul dalam pengobatan. Karyanya yang
paling terkenal adalah Al-Qānūn fī al-Thibb (Buku Pengobatan), sebuah
ensiklopedia medis yang menjadi buku rujukan dan standar di bidang kedokteran
pada berbagai universitas dan terus digunakan selama berabad-abad hingga sekitar
tahun 1650. Ibnu Sina (Abū ‘Alī al-Husain bin ‘Abdullāh bin Sīnā) lahir
pada 980 di Afsyanah daerah dekat Bukhara (sekarang wilayah Uzbekistan) dan
meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (sekarang Iran). Pada masa
itu Kesultanan Samaniyah di Bukhara sedang diguncang konflik internal, setelah
sebelumnya menjadi salah satu sentral kebudayaan menyaingi Baghdad. Ayahnya
berasal dari Balkh, sedangkan ibunya berasal dari desa setempat di sekitar
Bukhara. (Metafisik) Filsafat dan Islam metafisika Islam awal, dijiwai karena
dengan teologi Islam, membedakan lebih jelas daripada Aristotelianisme antara
esensi dan eksistensi. Sedangkan keberadaan adalah domain dari kontingen dan
disengaja, esensi bertahan dalam makhluk luar disengaja. Filsafat Ibnu Sina,
terutama bagian yang berkaitan dengan metafisika, berutang banyak al-Farabi.
Pencarian untuk filsafat Islam definitif terpisah dari okasionalisme dapat dilihat
pada apa yang tersisa dari karyanya. (Teologi) Ibnu Sina adalah seorang Muslim
yang taat dan berusaha untuk mendamaikan filsafat rasional dengan teologi Islam.
Tujuannya adalah untuk membuktikan keberadaan Tuhan dan ciptaan-Nya dari
dunia ilmiah dan melalui akal dan logika. Pandangan Ibnu sina tentang teologi
Islam (dan filsafat) yang sangat berpengaruh, membentuk bagian dari inti
kurikulum di sekolah-sekolah agama Islam sampai abad ke-19. Ibnu Sina menulis
sejumlah risalah singkat berurusan dengan teologi Islam. Ini risalah disertakan
pada nabi (yang ia dipandang sebagai "filsuf terinspirasi"), dan juga pada berbagai
penafsiran ilmiah dan filosofis dari Quran, seperti bagaimana Quran kosmologi
sesuai dengan sistem filsafat sendiri. Secara umum risalah ini terkait tulisan-tulisan
filosofis ide-ide agama Islam; misalnya, akhirat tubuh.
5. Johann Heinrich Pestalozzi
Pestalozzi lahir pada tanggal 12 Januari 1746 di Zürich dan
meninggal pada tanggal 17 Februari 1827 di Brugg. Ayahnya
seorang dokter, yang meninggal pada saat Pestalozzi berumur 6
tahun dan sejak itu dia diasuh oleh ibunya. Pada masa kecilnya,
Pestalozzi merupakan anak yang tidak begitu tertarik dengan
tugas-tugas belajar yang menggunakan metode menghafal di
sekolah, tetapi dia lebih berminat dengan tugas-tugas yang
menggunakan daya imajinasi. Kelainan sifatnya itu
dipengaruhi: (1) selama masa kanak-kanak, keadaan tubuh
Pestalozzi lemah sehingga menyebabkan dia sering sakit-sakitan. Hal ini kemudian
menyebabkan (2) dia tidak dapat bergaul dan bermain seperti anak laki-laki pada
umumnya dan lebih merasa aman dalam hubungan dengan ibunya. (3) Di samping
itu, fakta bahwa tidak adanya tokoh laki-laki yang mengambil peran dalam
keluarga Pestalozzi, membuat dirinya hidup dalam dunia khayalan. Alhasil,
Pestalozzi tampak memiliki kelainan sifat yang berbeda dengan teman-teman
sebayanya, sehingga akhirnya dia dijuluki Heinrich Bodoh dari Kota Aneh. ada
tahap awal perjalanan kariernya, Pestalozzi berkeinginan untuk mengikuti jejak
kakeknya yang adalah seorang pendeta Protestan yang melayani jemaat di
pedesaan. Keinginan ini berawal ketika Pestalozzi melihat adanya ketidakadilan
dan penindasan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap rakyat di daerah itu.
Pestalozzi prihatin terhadap nasib mereka yang tertindas dan ingin menolong
mereka memperoleh pendidikan. Pendidikan yang memadai dianggap sebagai
solusi untuk keluar dari penindasan tersebut. Atas dorongan kakeknya, Pestalozzi
masuk ke salah satu perguruan tinggi. Akan tetapi, ketika menempuh proses
pembelajaran di perguruan tinggi, Pestalozzi lebih tertarik pada gaya penulisan dan
pemikiran pengarang klasik. Ia bahkan pernah menerjemahkan karangan bermutu
tinggi milik Demosthenes. Ketertarikannya terhadap filsafat kuno itu membuatnya
ragu akan tujuannya yang semula. Semakin ragu lagi ketika ia berkotbah di depan
klasis dan mendadak berhenti karena lupa isinya. Pengalaman buruk ini membuat
Pestalozzi mundur dari keinginannya untuk menjadi seorang pendeta. Dengan
memakai metode pengalaman, maka Pestalozzi dalam merumuskan dasar-dasar
kurikulumnya menggunakan akal, tubuh dan hati, sebagai tiga point yang penting
dalam proses pembelajaran yang dianjurkan oleh Pestalozzi dengan memanfaatkan
pancaindera dari naradidik. Oleh sebab itulah, Pestalozzi berharap agar pendidikan
ini dapat dirasakan oleh setiap anak tanpa memandang status sosialnya. Kesetaraan
dalam menerima pendidikan itulah yang sebenarnya menjadi point penting yang
diinginkan oleh Pestalozzi bagi anak-anak.
Tokoh Pendidikan Indonesia
1. Bj. Habibie
Prof. Dr.-Ing. Ir. H. Bacharuddin Jusuf
Habibie, FREng. (25 Juni 1936 – 11 September 2019)
adalah Presiden Republik Indonesia yang ketiga.
Sebelumnya, B.J. Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden
Republik Indonesia ke-7, menggantikan Try Sutrisno. B. J.
Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri
dari jabatan presiden pada tanggal 21 Mei 1998. Sebelum
memasuki dunia politik, Habibie dikenal luas sebagai
seorang profesor dan ilmuwan dalam
teknologi aviasi internasional dan satu-satunya presiden
Indonesia hingga saat ini yang berlatarbelakang teknokrat. B.J. Habibie kemudian
digantikan oleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang terpilih sebagai presiden
pada 20 Oktober 1999 oleh MPR hasil Pemilu 1999. Dengan menjabat selama 2
bulan dan 7 hari (sebagai wakil presiden) dan juga selama 1 tahun dan 5 bulan
(sebagai presiden), B. J. Habibie merupakan Wakil Presiden dan juga Presiden
Indonesia dengan masa jabatan terpendek.B. J. Habibie merupakan presiden
Indonesia pertama yang terlahir di luar Jawa dan berasal dari
etnis Gorontalo, Sulawesi dari garis keturunan ayahnya yang berasal
dari Kabila, Gorontalo, Bugis dan etnis Jawa dari ibunya yang berasal
dari Yogyakarta. Saat ini, Pemerintah Provinsi Gorontalo telah
membangun Monumen B.J. Habibie di depan pintu gerbang utama Bandar Udara
Djalaluddin, di Kabupaten Gorontalo. Selain itu, masyarakat Provinsi Gorontalo
pun sempat mengusulkan nama B.J. Habibie digunakan sebagai nama universitas
negeri setempat, menggantikan nama Universitas Negeri Gorontalo yang masih
digunakan. Visi, misi dan kepemimpinan presiden Habibie dalam menjalankan
agenda reformasi memang tidak bisa dilepaskan dari pengalaman hidupnya. Setiap
keputusan yang diambil didasarkan pada faktor-faktor yang bisa diukur. Maka
tidak heran tiap kebijakan yang diambil kadangkala membuat orang terkaget-kaget
dan tidak mengerti. Bahkan sebagian kalangan menganggap Habibie apolitis dan
tidak berperasaan. Pola kepemimpinan Habibie seperti itu dapat dimaklumi
mengingat latar belakang pendidikannya sebagai doktor di bidang konstruksi
pesawat terbang. Berkaitan dengan semangat demokratisasi, Habibie telah
melakukan perubahan dengan membangun pemerintahan yang transparan dan
dialogis. Prinsip demokrasi juga diterapkan dalam kebijakan ekonomi yang disertai
penegakan hukum dan ditujukan untuk kesejahteraan rakyat. Dalam mengelola
kegiatan kabinet sehari-haripun.
2. Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22
dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim
Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama
Dewi Condro Wulan binti Raja Champa terakhir dari Dinasti
Ming. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh
para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel, Surabaya,
dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di
Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila,
putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah
binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati
alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang, Siti Syari’ah,
Sunan Derajat, Sunan Sedayu, Siti Muthmainnah, dan Siti Hafsah. Pernikahan
Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi
Murtasiyah, Asyiqah, Raden Husamuddin (Sunan Lamongan), Raden Zainal
Abidin (Sunan Demak), Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2).
Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.