Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Proyek


Proyek pembangunan gedung kedokteran dan ilmu kesehatan dilaksanakan
dengan tujuan sebagai tempat belajar mengajar mahasiswa dan dosen Universitas
PGRI Yogyakarta. Pembangunan gedung ini terdiri dari 8 lantai. Proyek ini
dibangun pada wilayah administrasi Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Proyek Pembangunan dilakukan secara swakelola
oleh pihak Universitas PGRI Yogyakarta.
1.2. Latar Belakang
Gedung kampus merupakan salah satu konstruksi gedung negara yang
termasuk dalam kategori banguana tidak sederhana. Adanya kebijakan pemerintah
terkait otonomi daerah menyebabkan diperlukan pemerataan segala bidang
pembangunan termasuk kesetaraan pendidikan tinggi. Terlebih pemerintah telah
mengalokasikan dana APBN sebesar 20% dalam sector pendidikan. Salah satu
peruntukan dari alokasi dana tersebut adalah digunakan untuk pembangunan
gedung kampus baru guna memfasilitasi dan menanggulangi semakin
bertambahnya mahasiswa akibat minat dan kesadaran masyarakat akan
pendidikan tinggi yang semakin meningkat.
Gedung kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas PGRI Yogyakarta
sebagai salah satu gedung kampus di Yogyakarta yang berfungsi sebagai wadah
kegiatan aktivitas Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pengajaran,
penelitian, dan aktivitas pengabdian pada masyarakat.
Gedung kedokteran dan ilmu kesehatan dibangun di area milik kampus UPY
yang terletak di Jalan Ikip PGRI, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
dengan gedung bertingkat 8 lantai dan 1 basement.
Gedung kedokteran dan ilmu kesehatan berada di lingkungan pedesaan
warga, menjadikan gedung kampus ini mampu memberikan timbal balik saling
menguntungkan dari pihak kampus ke warga maupun sebaliknya. Di kawasan ini
masih bisa merasakan bersihnya udara, akses yang mudah dijangkau dan memiliki

1
potensi investasi yang menguntungkan. Tak jauh dari fasilitas pendukung
kehidupan, baik hiburan, pusat transportasi seperti stasiun malioboro, malioboro,
alun – alun utara.
1.3. Tujuan Pembangunan Proyek
Tujuan pelaksanaan proyek pembangunan gedung kedokteran dan ilmu
kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Sebagai bentuk terwujudnya keinginan atau mimpi besar Universitas PGRI
Yogyakarta untuk membuka Fakultas Kedokteran.
b. Menyediakan tempat belajar mengajar untuk mahasiswa dan dosen.
1.4. Lokasi Proyek
Proyek pembangunan gedung kedokteran dan ilmu kesehatan terletak kec
Kasihan, kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta. Adapun batas – batas geografis
lokasi proyek ini adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Rumah Penduduk
b. Sebelah selatan : Rumah Penduduk
c. Sebelah timur : Jalan Sonosewu Baru
d. Sebelah barat : Rusunawa UPN

Gambar 1.1 Denah Lokasi Proyek

2
1.5. Data Proyek
Data proyek terdiri dari 2 bagian yaitu data umum dan data teknis.
1.5.1. Data Umum
Data proyek pembangunan gedung kedokteran dan ilmu kesehatan secara
umum adalah sebagai berikut :
a. Proyek : Pembangunan gedung kedokteran dan ilmu
kesehatan
b. Lokasi : Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta.
c. Fungsi Bangunan : Gedung Perkuliahan dan Riset
d. Pemilik : UPY
e. Nilai kontrak : Rp. 42.000.000.000,00
f. No. SPMK : 054/YP-UPY/VIII/2022
g. No. SPK : 055/YP-UPY/VIII/2022
h. Kepala Proyek : Drs. John. Sabari, M.Si
i. Project Manager : Hanif Nursyahid
j. Konsultan Pengawas : Budi
k. Site Manager : Wiranto
l. Kontraktor : Febrian
m. Logistik : Parjo
n. Drafter : Faturahman
Zaini
o. Sumber Dana : UPY
p. Waktu Pelaksanaan : Agustus 2022 s/d Agustus 2023
1.5.2. Data Teknis
Data teknis dari pelaksanaan proyek pembangunan kedokteran dan ilmu
kesehatan yaitu :
a. Nama Bangunan : Gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan
b. Jumlah Lantai : 7 Lantai + Basement + Lantai Roof Top +
Lantai Atap

3
c. Mutu Beton : Ready Mix K-350 (fc 29,05 Mpa)
Ready Mix K-300 (fc 24,90 Mpa)
d. Mutu Baja Tulangan : BJTP-Ø24
BJTD-D40

4
BAB II
MANAJEMEN PROYEK

2.1. Uraian Umum


Manajemen proyek adalah suatu metode atau teknik yang digunakan untuk
mengelola proyek, dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pemantauan atau pengendalian suatu proyek agar tujuan atau sasaran proyek
dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan (Eka Jayanti et al., 2021).
Manajemen proyek kontruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak
memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun, memiliki karakteristik yang
bersifat unik dan juga membutuhkan sumber daya seperti manpower, material,
machines, money, method, serta membutuhkan organisasi (Ervianto, 2005).
2.2. Unsur Pengelola Proyek
Dalam penyelenggaraan suatu proyek, kegiatan yang akan dihadapi
sangat kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga
pada akhirnya proyek dapat berjalan sesuai dengan rencana. Unsur-unsur yang
terlibat dalam pengelolaan harus saling bekerja sama dan mempunyai rasa
tanggung jawab terhadap tugas, kewajiban serta wewenang yang telah
diberikan sesuai bidang dan keahlian masing-masing.
Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat pengorganisasian
yang baik. Pengorganisasian tersebut merupakan pengelolaan proyek dengan
tujuan mengatur tahap–tahap pelaksanaan pekerjaan dalam mencapai sasaran.
Dalam proyek pembangunan gedung fakultas kedokteran dan ilmu
kesehatan terdapat beberapa unsur pengelola proyek :
Pemilik : UPY
Kepala Proyek : Drs. John Sabari, M.Si
Project Manager : Hanif Nursyahid
Konsultan Pengawas : Budi
Kontraktor : Febrian

5
Gambar 2.1 Hubungan Kerja Unsur-Unsur Pelaksana Pembangunan

2.2.1 Pemberi Tugas / Pemilik Proyek / Owner


Pemilik pekerjaan atau pemberi tugas adalah orang atau badan yang
memiliki pekerjaan dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan
pekerjaan kepada pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan
tersebut. Pengguna jasa dapat berupa perseorangan, badan, lembaga, atau instansi
pemerintah maupun swasta (Ervianto, 2005). Pengelola proyek adalah panitia
yang di tunjuk oleh UPY.
Tugas dan wewenang pemberi tugas adalah sebagai berikut :
1. Mengendalikan proyek secara keseluruhan dalam mencapai sasaran baik segi
kualitas fisik, batas waktu dan penggunaan dana yang telah ditetapkan.
2. Mengambil tindakan apabila terdapat segala sesuatu yang dapat
mengakibatkan kerugian proyek, khususnya dalam hal batas – batas
pengeluaran untuk biaya pengawas dan biaya administrasi proyek.
3. Membayar konsultan dan kontraktor atas biaya yang telah ditentukan selama
proyek berlangsung serta berkewajiban mengadakan pembukuan sehingga
setiap saat dapat diketahui batas anggaran proyek, jumlah dana yang tersedia,
perkembangan fisik sesuai program dan memberikan laporannya kepada
pemerintah.
4. Pemilik proyek pemerintah bertanggung jawab langsung kepada pemerintah
baik dari segi fisik, keuangan dan batas waktu yang telah ditentukan.

6
2.2.2 Manajer Proyek (project manager)
Manajer proyek merupakan yang melaksanakan pekerjaan sesuai
perencanaan proyek. Oleh karena itu, sebagai pemimpin dalam proyek harus
mempunyai pengalaman, pengetahuan,penilaian, keahlian dan kepemimpinan
yang cukup memadai. Manajer proyek pada proyek pembangunan gedung
fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan ini adalah yang ditunjuk oleh UPY.
Tugas dan wewenang manajer proyek :
1. Memimpin proyek dari awal hingga akhir meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengelolaan SDM, hingga ruang lingkup proyek.
2. Memiliki tujuan yang jelas agar dapat menuntaskan proyek yang
dihasilkan melalui penyelesaian dengan sukses.
3. Membuat proyek diawali dengan pemeriksaan kelayakan, menyusun
anggaran, tim sukses, hingga pengelolaan sumber daya.
4. Melaksanakan berbagai perencanaan yang meliputi penetapan tujuan
utama proyek dilaksanakan.
5. Melakukan penjadwalan tugas agar sesuai target yang dibutuhkan.
6. Memastikan proyek berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang
diinginkan oleh klien.
7. Mengidentifikasi serta mengelola resiko untuk memastikan proyek
berjalan tepat waktu.
8. Membuat laporan terkait proyek yang dilaksanakan kepada manajemen
perusahaan dan klien secara teratur.
2.2.3 Manager lapangan (Site Manager)
Manager lapangan merupakan wakil dari pemimpin proyek yang bertugas
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proyek konstruksi selesai
tepat waktu dan sesuai anggaran. Site manager pada proyek pembangunan
gedung fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan ini adalah tim yang
ditunjuk oleh UPY.

7
2.2.4 Konsultan Pengawas
Konsultan pengawas pada proyek pembangunan gedung fakultas
kedokteran dan ilmu kesehatan ini adalah tim pengawas yang ditunjuk oleh kepala
proyek.
Tugas dan wewenang konsultan pengawas :
1. Melaksanakan pekerjaan pengawasan secara umum, pengawasan lapangan,
koordinasi dan inspeksi kegiatan-kegiatan pembangunan agar pelaksanaan
teknis maupun administrasi teknis yang dilakukan dapat secara terus menerus
sampai dengan pekerjaan diserahkan untuk kedua kalinya.
2. Mengawasi kebenaran ukuran, kualitas dan kualitas dan dari bahan atau
komponen dari bahan bangunan, peralatan dan perlengkapan selama
pekerjaan pelaksanaan di lapangan atau ditempat kerja lainnya.
3. Mengawasi kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan menerbitkan laporan
prestasi pekerjaan (weekly progress) untuk dapat diketahui oleh owner serta
mengambil tindakan yang tepat dan cepat dalam pengendaliannya sesuai
dengan yang dipersyaratkan dalam spesifikasi teknis, agar batas waktu
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan dalam master
schedule yang disetujui.
4. Memberikan masukan pendapat teknis tentang penambahan atau
pengurangan biaya dan waktu pekerjaan serta berpengaruh pada ketentuan
kontrak, untuk mendapatkan persetujuan dari owner.
5. Memberikan petunjuk, perintah sejauh tidak mengenai pengurangan dan
penambahan biaya dan waktu pekerjaan serta tidak menyimpang dari kontrak,
dapat langsung disampaikan kepada pemborong, dengan pemberitahuan
tertulis kepada owner.
2.2.5 Kontraktor
Kontraktor adalah perorangan atau badan biro pelaksana pembangunan
yang di tunjuk untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perjanjian kontrak
yang telah disepakati. Kontraktor pada proyek pembangunan gedung fakultas
kedokteran dan ilmu kedokteran adalah tim kerja yang ditunjuk oleh UPY.
Tugas dan wewenang kontraktor :

8
1. Pekerjaan pembangunan konstruksi harus sesuai dengan peraturan (RKS) dan
spesifikasi yang telah direncanakan dalam kontrak perjanjian pemborongan.
2. Membuat Laporan kemajuan pelaksanaan proyek (progress) yang isinya
antara lain laporan harian, mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek,
yang biasanya terdiri dari laporan pelaksanaan pekerjaan, Kemajuan kerja
yang telah dicapai, Jumlah tenaga kerja yang digunakan, Pengaruh alam
seperti cuaca dan Laporan perubahan pekerjaan (CCO) Jika ada.
3. Menjaga kecepatan pekerjaan pembangunan agar waktu pelaksanaan
pekerjaan pembangunan on schedule.
4. Menyediakan sumber daya untuk pembangunan seperti tenaga kerja (tukang
dll), bahan bangunan, peralatan dan lain - lain demi kelancaran pelaksanaan.
5. Menjaga keamanan dan kenyamanan lokasi proyek, untuk kelancaran
pelaksanaan pembangunan.
6. Melakukan evaluasi terhadap desain rumah atau bangunan yang dikerjakanya
jika terdapat sesuatu yang janggal.
7. Memberikan Jaminan secara profesional bahwa bangunan yang dibangun
memenuhi semua unsur keselamatan bangunan, sesuai perundang undangan
yang berlaku.
2.2.6 Logistik
Logistik merupakan staf dari proyek yang memiliki tugas dalam
pengendalian bahan bangunan di lapangan. Logistik pada proyek pembangunan
gedung fakultas kedokteran dan ilmu kedokteran adalah tim kerja yang ditunjuk
oleh UPY.
Adapun tugas bagian logistic adalah berikut :
1. Melakukan pembelian alat/bahan, sesuai dengan tingkatan proyek dengan
mengambil pemasok yang sudah ada dalam daftar pemasok terseleksi dan atas
persetujuan direktur perusahaan
2. Menyediakan tempat untuk memelihara alat/bahan yang dipasok pelanggan
termasuk memberi label keterangan setiap barang.
3. Bertanggung jawab terhadap cara penyimpanan barang dan mencatat keluar
dan masuknya barang – barang yang tersedia dipenyimpanan/ Gudang.

9
4. Membuat dan Menyusun laporan yang telah ditetapkan perusahaan dan
laporan lainnya yang berhubungan dengan bidanngnya.
5. Membuat berita acara penerimaan/penolakan bahan setelah pengontrolan
kualitas dan kuantitas oleh supervisor
2.2.7 Drafter
Drafter berkerja sama dengan enginnering dipekerjakan enginner proyek
dengan spesifikasi penanggung jawab hal membuat, mengukur, dan
melaksanakan kegiatan drawing. Drafter pada proyek pembangunan gedung
fakultas kedokteran dan ilmu kedokteran adalah tim kerja yang ditunjuk oleh
UPY.
Adapun tugas drafter dalam proyek adalah sebagai berikut :
1. Membuat gambar pelaksanaan/ gambar shop darawing.
2. Menyesuaikan gambar perencanaan dalam kodisi nyata dilapangan.
3. Menjelaskan kepada pelaksana lapangan / surveyor
4. Membuat gambar akhir pekerjaan / as built drawing
2.3. Hubungan Kerja Unsur – Unsur Pelaksana Pembangunan
Hubungan kerja antar unsur-unsur pelaksana proyek adalah hubungan
dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan. Hal ini merupakan suatu bentuk
manajemen proyek yang diperlukan dalam setiap pelaksanaan proyek, baik
proyek dengan skala besar maupun kecil.
Dengan adanya hubungan kerja ini, diharapkan adanya kerja sama yang
baik antara pihak-pihak yang terkait, agar pekerjaan yang dilaksanakan tidak
saling tumpang tindih antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya,
sehingga terwujud hasil pelaksanaan sesuai dengan tujuan, tepat mutu dan
tepat waktu.
Usaha-usaha untuk mewujudkan sebuah bangunan diawali dari tahap ide
hingga tahap pelaksanaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi dari
tahap perencanaan sampai pelaksanaan dapat dikelompokkan menjadi tiga pihak,
yaitu pihak pemilik proyek (owner) atau principal (employer/client/bouwheer),
pihak perencana dan pihak kontraktor .

10
Orang/badan yang membiayai, merencanakan dan melaksanakan bangunan
tersebut disebut unsur – unsur pelaksana pembangunan. Masing - masing unsur
tersebut mempunyai tugas, kewajiban, tanggung jawab dan wewenang sesuai
posisinya masing-masing. Dalam melaksanakan kegiatan perwujudan bangunan,
masing-masing pihak sesuai posisinya berinteraksi satu sama lain sesuai
hubungan kerja yang telah ditetapkan. Koordinasi dari berbagai pihak yang
terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian proyek konstruksi
merupakan kunci utama untuk meraih kesuksesan sesuai tujuannya.
Unsur-unsur yang terlibat dalam proyek pembangunan gedung fakultas
kedokteran dan ilmu kesehatan adalah pemilik proyek, konsultan perencana,
pengawas dan kontraktor. Struktur organisasi pada proyek tersebut adalah sebagai
berikut :

Gambar 2.2 Hubungan Kerja Unsur-Unsur Pelaksana Pembangunan

2.3.1 Hubungan kerja antara Project Manager dengan Owner


Ikatan berdasarkan kontrak, project manager memberikan jaminan dimana
produk yang dihasilkan berupa gambar – gambar rencana dan peraturan serta
syarat – syarat, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa atas konsultasi
yang diberikan oleh konsultan.

11
2.3.2 Hubungan Kontraktor dengan Owner
Ikatan berdasarkan kontrak, kontraktor memberikan layanan jasa
profesionalnya berupa bangunan sebagai realisasi dari keinginan pemilik proyek
yang telah dituangkan kedalam gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat
oleh konsultan, sedangkan pemilik proyek memberikan biaya jasa profesional
kontraktor.
2.3.3 Hubungan Konsultan Pengawas dengan Owner
Terikat ikatan kontrak dan hubungan fungsional. Pengawas menyampaikan
perubahan – perubahan yang terjadi berkaitan dengan pelaksanaan di lapangan.
owner membayar atau mengurangi biaya perubahan.
2.3.4 Hubungan Project Manager dengan Kontraktor
Ikatan berdasarkan peraturan pelaksanaan. Project manager memberikan
gambar rencana, peraturan serta syarat – syarat, dan time schedule selama
pekerjaan berlangsung, kemudian kontraktor harus merealisasikan menjadi
sebuah bangunan.
2.3.5 Hubungan Konsultan Pengawas dengan Kontraktor
Terikat hubungan fungsional. Pengawas melakukan pengawasan selama
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan peraturan – peraturan yang telah disepakati.
Kontraktor melaporkan setiap hasil pekerjaan yang dilaksanakan dan kendala –
kendala secara teknis kepada pengawas.
2.3.6 Hubungan Konsultan Pengawas dengan Project Manager
Terikat hubungan fungsional. Perencana memberikan hasil desain serta
peraturan – peraturan pelaksanaan kepada pengawas. Pengawas melaporkan hasil
pekerjaan serta kendala – kendala teknis yang timbul di lapangan guna dicari
perubahan.
2.3.7 Hubungan Project Manager dengan Site Manager
Terikat hubungan fungsional. Project manager menentukan kebijakan dan
aturan lainnya dalam manajemen proyek konstruksi kepada site manager. Site
manager menjelaskan petunjuk aturan dan kebijakan kepada pekerja proyek.

12
2.3.8 Hubungan Kontraktor dengan Logistik
Terikan hubungan fungsional. Kontraktor melaksanakan pembangunan
dengan material disuplai melalui logistic. Logistik menyediakan berbagai
keperluan material dan diberikan kepada kontraktor selama pekerjaan
berlangsung.
2.3.9 Hubungan Drafter dengan Kontraktor
Terikan hubungan fungsional. Drafter membuat gambar kerja dan
perbaikan gambar lalu diserahkan kepada kontraktor. Kontraktor merealisasikan
gambar kerja kepada proyek pembangunan dan memberitahukan ketikan ada
perubahan dilapangan kepada drafter.
2.4. Penjadwalan Proyek
Penjadwalan proyek adalah kegiatan menetapkan jangka waktu kegiatan
proyek yang harus diselesaikan, bahan baku, tenaga kerja serta waktu yang
dibutuhkan oleh setiap aktivitas. Penjadwalan proyek merupakan salah satu
elemen hasil perencanaan yang dapat memberikan informasi tentang jadwal
rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga
kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres waktu untuk
menyelesaikan proyek. Penjadwalan proyek dalam proses penyusunan kegiatan
dan hubungan antar kegiatan dibuat lebih terperinci dan sangat detail, untuk
membantu pelaksanaan evaluasi proyek. Penjadwalan atau scheduling adalah
pengalokasian waktu yang tersedia melaksanakan masing – masing pekerjaan
dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga tercapai hasil optimal dengan
mempertimbangkan keterbatasan – keterbatasan yang ada. Penjadwalan proyek
meliputi urutan dan membagi waktu untuk seluruh kegiatan proyek. Pendekatan
yang dapat digunakan diantaranya adalah Diagram Gantt.
Penjadwalan proyek membantu dalam :
1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan lainnya dan terhadap keseluruhan
proyek.
2. Mengidentifikasikan hubungan yang harus didahulukan di antara kegiatan.
3. Menunjukkan perkiraan biaya dan waktu yang realistis untuk tiap kegiatan.

13
4. Membantu penggunaan tenaga kerja, uang dan sumber daya lainnya dengan
cara hal-hal kritis pada proyek.
Selama proses pengendalian proyek, penjadwalan mengikuti perkembangan
proyek dengan berbagai permasalahannya. Proses monitoring serta updating
selalu dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang paling realistis agar
alokasi sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan
proyek. Berikut ini adalah sumber daya proyek yang yang berkaitan dengan
penjadwalan proyek :
1. Sumber daya manusia ini biasanya diklasifikasikan berdasarkan keahliannya
terkait dengan proyek seperti programmer, engineer machine, pengawas,
direktur pemasaran dll.
2. Material proyek mencakup spektrum luas misalnya bahan-bahan kimia untuk
proyek ilmiah, pondasi untuk proyek konstruksi, survei data untuk
pemasaran, dll.
3. Peralatan yang biasanya digunakan untuk menunjukan tipe ukuran dan
jumlahnya dalam beberapa kasus peralatan dapat ditukar tempatkan untuk
perbaikan jadwal tetapi tidak selalu peralatan sering dianggap sebagai
pembatas. Kesalahan yang paling sering adalah asumsi adanya sumber daya
berlebih dalam proyek.
4. Modal kerja dalam situasi proyek tertentu seperti konstruksi diperlukan
sebagai sumber daya karena jumlahnya yang terbatas. Modal kerja udah
tersedia jika manager proyek dapat bekerja pada beberapa pekerjaan secara
bersamaan.
Berkaitan dengan faktor ketersediaan sumber daya, hal lain yang perlu di
perhatikan adalah fluktuasi penggunaan tenaga kerja dan peralatan, untuk
menghindari kebutuhan yang naik dan turun secara tajam, adalah dengan
mengadakan pemerataan sumber daya. Dalam penerapannya, metode
penjadwalan recources dapat dilakukan melalui metode trial and error dan
komputerisasi (Tjolia, 1990).

14
2.5. Metode Penjadwalan
Dalam penjadwalan proyek pembangunan gedung fakultas kedokteran dan
ilmu kesehatan ini metode penjadwalan yang di gunakan adalah metode Kurva S.
2.5.1 Kurva S
Kurva S merupakan salah satu metode perencanaan dan pengendalian waktu
proyek yang banyak digunakan dalam perencanaan dan monitoring schedule
pelaksanaan proyek. Hampir semua proyek pemerintah maupun swasta
mensyaratkan dan menggunakan kurva S.
Kurva S merupakan gambaran yang menjelaskan tentang keseluruhan jenis
pekerjaan, volume tentang keseluruhan jenis pekerjaan dalam satuan waktu dan
koordinatnya adalah jumlah persentase kegiatan pada garis waktu.
Kurva S adalah diagram yang menggambarkan suatu grafik hubungan
antara waktu pelaksanaan proyek di mulai dari awal hingga selesai yang dicapai
dalam nilai material. Pembuatan kurva S dilakukan pada tahap awal sebelum
proyek dimulai dengan menerapkan asumsi sehingga dihasilkan rencana kegiatan
yang rasional. Instrumen ini digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
proyek berlangsung.
Adapun keuntungan dari penggunaan Kurva S ini yaitu :
1. Metodenya mudah dipahami dan sangat bermanfaat sebagai alat perencana
serta komunikasi.
2. Sebagai alat yang diperlukan untuk membuat EVM (Earned Value Methods),
alat prediksi atau forecast penyelesaian proyek, alat untuk mereview dan
membuat program kerja pelaksanaan proyek dalam satuan waktu mingguan
atau bulanan untuk melakukan percepatan, dasar perhitungan eskalasi proyek,
alat bantu perhitungan cash flow, mengetahui perkembangan program
percepatan serta dasar evaluasi kebijakan manajerial secara makro.
3. Sebagai alat komunikasi yang baik untuk menginformasikan pelaksanaan
suatu proyek kontruksi.

15
Sedangkan kekurangan Kurva S yaitu :
1. Tidak dapat menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara
satu kegiatan dengan kegiatan yang lain sehingga sulit mengetahui dampak
yang diakibatkan oleh keterlambatan terhadap jadwal keseluruhan proyek.
2. Sulit mengadakan perbaikan atau pembaharuan dan untuk proyek dalam skala
sedang dan besar yang memiliki sifat kompleks, penggunaan kurva S akan
sulit digunakan karena akan mengurangi kemampuan penyajian secara
sistematis.
3. Tidak dapat menggambarkan kemajuan pekerjaan secara aktual berdasarkan
fisik di lapangan.
4. Tidak dapat memprediksi titik atau lintasan kritis untuk dasar percepatan
program ketika terjadi keterlambatan.
5. Tidak dapat memberikan informasi mengenai rincian pekerjaan secara pasti
seperti susunan pekerjaan yang sesuai dengan pelaksanaan di lapangan.

16
BAB III
ALAT - ALAT DAN BAHAN MATERIAL

3.1. Uraian Umum


Penyediaan alat kerja dan bahan konstruksi pada suatu proyek
memerlukan suatu manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran dalam
proses pekerjaannya. Pengadaan alat kerja dan bahan kontruksi disesuaikan
dengan kebutuhan kontruksi. Penyedia bahan kontruksi sebaiknya mudah
ditempuh dari lokasi proyek sehingga bisa menghemat waktu dan biaya
pengangkutan. Penempatan material disesuaikan dengan sifat bahan sehingga
menghindari resiko kerusakan bahan terutama pada bahan kontruksi yang
sensitif terhadap kondisi lingkungan seperti baja tulangan dan semen. Alat
kerja berperan penting dalam menunjang pelaksanaan suatu proyek terutama
dalam pelaksanaan pekerjaan - pekerjaan yang sulit dikerjakan dengan tenaga
manusia, mempermudah pelaksanaan dan meningkatkan efektifitas suatu
pekerjaan.
3.2. Alat – Alat Kontruksi
Dalam pekerjaan proyek konstruksi peralatan sangat diperlukan agar dapat
mendukung pelaksanaan pekerjaan dan mencapai ketepatan waktu yang lebih
cepat, serta memenuhi spesifikasi teknis yang telah disyaratkan. Pemilihan dan
pemanfaatan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan, jenis, jumlah, kapasitas
maupun waktu yang tersedia. Demikian pula cara penggunaannya, harus
mengikuti prosedur pengoperasian dan perawatan.
3.2.1 Concrete mixer
Concrete mixer merupakan alat yang menggabungkan semen secara agregat
seperti pasir atau kerikil, dan air untuk membentuk beton . Concrete mixer
menggunakan drum berputar untuk mencampur komponen, untuk volume yang
lebih kecil biasa menggunakan mixer beton portabel sehingga beton dapat dibuat
di lokasi konstruksi.

17
Gambar 3.1 Concrete mixer

3.2.2 Bekisting
Bekisting dipasang sebelum dilakukan pengecoran. Bekisting adalah untuk
menampung dan membentuk beton di tempatnya sesuai dengan bentuk yang
telah didesain. Bekisting sebelum dipasang bagian ratanya diberi cairan
pelumas, supaya pada saat pelepasan bekisting beton tidak menempel pada
bekisting. Formwork atau bekisting merupakan sarana beton untuk mencetak
beton, sehingga bekisting harus mampu berperan sebagai struktur sementara yang
bisa memikul berat sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja.
Fungsi utama bekisting yaitu :
a. Untuk memberi bentuk pada sebuah konstruksi beton.
b. Untuk memperoleh tekstur yang diharapkan.
c. Untuk memikul beban di atasnya.
d. Mencegah rembesan air beton (bleeding) dari beton segar.

Gambar 3.2 Bekisting

18
3.2.3 Perancah (Scaffolding)
Perancah atau scaffolding merupakan alat yang digunakan untuk
penyangga, biasanya digunakan untuk menyangga bekisting pada saat
pengecoran plat lantai dan balok. Perancah juga dapat di fungsikan sebagai
tangga, tinggi rendah dari perancah dapat diatur sesuai dengan kebutuhannya.
Perancah adalah alat yang terbuat dari besi dan berbentuk rangka yang berfungsi
untuk menahan atau menyangga bekisting pada saat pengecoran balok, plat,
maupun tangga. Perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau tabung
logam, meskipun juga dapat menggunakan bahan-bahan lain. Tinggi rendah dari
perancah dapat diatur sesuai dengan kebutuhannya. Perancah memiliki fungsi
sebagai struktur sementara untuk menahan beton yang belum mampu memikul
beratnya sendiri pada pelaksanaan pengecoran.
Satu set scaffolding terdiri dari :
1. Main Frame
Main frame merupakan komponen utama dari frame scaffolding atau
perancah bingkai, yang berfungsi sebagai penyangga utama dari bentuk
konstruksi sebuah perancah. Main frame dipasangi jack base pada bagian bawah
dan bagian atasnya dipasangi joint pin untuk membuat tingkat perancah
berikutnya.

Gambar 3.3 Main Frame

19
2. Ladder Frame
Ladder frame adalah bingkai yang digunakan pada susunan teratas dari
perancah dan yang dipasang hanya pada kedua sisi dari perancah. Ladder frame
berfungsi sebagai pembatas bagi para pekerja yang sedang bekerja diatas
perancah.

Gambar 3.4 Ladder Frame

3. Cross Brace
Cross brace merupakan palang yang berfungsi untuk menyatukan dan
mengikat sepasang main frame sehingga konstruksi main frame dapat berdiri
tegak dan kuat.

Gambar 3.5 Cross Brace

4. Arm Lock
Arm lock merupakan kompenen yang berfungsi sebagai pengaman untuk
mengunci cross brace. Arm lock sebagai pengunci dan penguat 2 susunan
perancah atau lebih agar tidak mudah goyang.

20
Gambar 3.6 Arm Lock

5. Joint Pin
Joint pin digunakan untuk menyambung main frame satu dengan main
frame yang lain secara vertikal sehingga memungkinkan untuk membuat lebih
dari 1 tingkatan perancah.

Gambar 3.7 Joint Pin

6. Jack Base
Jack base merupakan komponen yang berfungsi sebagai alas kaki dari
scaffolding atau perancah adalah jack base scaffolding. Konstruksi jack base
berulir sehingga dapat disesuaikan dengan jarak dari lantai.

21
Gambar 3.8 Jack Base

7. U-Head Scaffolding
U-head scaffolding dengan bentuk menyerupai huruf “U” merupakan
komponen yang umumnya digunakan untuk menyangga, mengapit dan menahan
konstruksi diatasnya agar tidak mudah goyah. Komponen U-head ini tidak efektif
jika digunakan pada konstruksi bagian atas yang rata.

Gambar 3.9 U-Head Scaffolding

8. Catwalk Scaffolding
Catwalk scaffolding ini berfungsi sebagai platform atau tempat berpijak
antar main frame yang digunakan para pekerja sebagai landasan kerja. Catwalk
ini harus terbuat dari logam agar kuat untuk menopang bobot para pekerja dan
peralatan yang digunakan.

22
Gambar 3.10 Catwalk Scaffolding

9. Tangga Scaffolding
Tangga scaffolding berfungsi sebagai akses naik turunnya para pekerja
untuk menuju susunan perancah dikehendaki. Keberadaan tangga sangat penting
dan merupakan standar keselamatan kerja dalam menggunakan perancah.

Gambar 3.11 Tangga Scaffolding

10. Horizontal Frame


Horizontal frame merupakan bingkai besi yang membujur dan berfungsi
sebagai penguat susunan scaffolding atau perancah. Jika perancah lebih dari satu
susunan, maka horizontal frame harus dipasang pada kedua sisi perancah.

23
Gambar 3.12 Horizontal Frame

Gambar 3.13 Perancah (Scaffolding)

3.2.4 Tiang Penyangga (Soring)


Soring adalah tiang yang dipasang segera setelah scaffolding untuk
pengecoran pelat dibuka. Soring ini dipasang karena beton belum mencapai
kekuatan yang diharapkan sedangkan diatasnya sudah akan dipasang
scaffolding dan bekisting untuk pengecoran lantai berikutnya. Tiang penyangga
ini dipasang pada jarak tertentu dan dilepas setelah beton berumur 28 hari, bisa
juga dalam kasus tertentu adukan beton pada kolom yang diberi bahan kimia dapat
dilepas kurang dari 28 hari.

24
Gambar 3.14 Tiang Penyangga (Soring)

3.2.5 Pembengkok Besi (Bar Bender)


Bar bender atau pembengkok besi adalah alat yang digunakan untuk
membengkokan besi tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan
perencanaan yang tertera pada shop drawing. Bar bender ini adalah besi baja
yang akan dibengkokan dimasukkan di antara poros tekan dan poros
pembengkokan, kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok
yang diinginkan dan panjang pembengkokannya. Ujung tulangan pada
poros pembengkokan dipegang dengan kunci pembengkok, kemudian pedal
ditekan sehingga roda pembengkokan akan berputar sesuai dengan sudut dan
pembengkokan yang diinginkan. Bar bender dapat mengatur sudut
pembengkokan tulangan dengan mudah dan rapi.

Gambar 3.15 Pembengkok Besi (Bar Bender)

25
3.2.6 Pemotong Besi (Bar Cutter)
Bar Cutter atau pemotong besi merupakan mesin pemotong besi-besi ulir
atau baja tulangan dengan rapi sesuai ukuran yang diinginkan. Pada proyek
konstruksi, umumnya dibutuhkan Bar cutter tipe listrik untuk meningkatkan
efektifitas pekerjaan. Keuntungan dari Bar cutter Listrik jika dibandingkan
dengan Bar cutter manual adalah pada Bar cutter tipe listrik bisa memotong besi
tulang dengan ukuran diameter besar maupun baja tulangan dengan tipe kekuatan
yang cukup tinggi. Area kerja mesin perlu diperhatikan karena mesin dan
pengoperasian Bar cutter memerlukan area yang cukup luas agar aman digunakan
oleh pekerja.

Gambar 3.16 Pemotong Besi (Bar Cutter)

3.2.7 Gerobak Sorong


Gerobak sorong umumnya digunakan sebagai salah satu alat dalam
mempermudah pekerjaan konstruksi bangunan atau pembuatan rumah. Gerobak
sorong atau biasa disebut gerobak dorong sering kali digunakan sebagai alat bantu
dalam pekerjaan konstruksi bangunan. Alat ini berfungsi untuk membawa
material bangunan seperti pasir, batu bata, semen, dan lain sebagainya dalam
jumlah banyak. Efektivitas menjadi salah satu manfaat gerobak sorong, apalagi
jika penyimpanan material dan jarak pembangunan rumah atau konstruksi cukup
jauh.

26
Gambar 3.17 Gerobak sorong

3.2.8 Gerinda Potong


Gerinda potong adalah salah satu mesin yang digunakan untuk mengasah
atau memotong benda kerja. Prinsip kerja dari mesin gerinda adalah batu gerinda
yang berputar kemudian bergesekan dengan benda kerja sehingga terjadi
pemotongan atau pengasahan, biasa nya gerinda potong di gunakan untuk
memotong besi tulangan di pekerjaan kontruksi.

Gambar 3.18 Gerinda Potong

3.2.9 Alat Ukur (Waterpass)


Alat ukur yang dipakai untuk menentukan posisi sejajar dari suatu benda
dengan bagian yang lainnya, baik dalam keadaan vertikal maupun horizontal.
Waterpass dengan air di dalamnya untuk mengukur kesejajaran, mempermudah
pengguna untuk memastikan suatu benda menjadi rata dengan permukaan tertentu
untuk menciptakan pijakan yang kuat dan stabil. Keakuratan hasil pengukuran

27
dengan waterpass bisa terlihat dari perbedaan yang timbul. Pekerja biasanya
memakai waterpass layaknya penggaris ketika merancang sketsa bangunan. Pita
pengukur waterpass membuatnya mampu dipakai untuk mengukur pemotongan,
pengecekan berkala diperlukan untuk menghindari kesalahan ketika mengukur
menggunakan waterpass. Penggunaan waterpass sangat di perlukan dalam
pelaksanaan proyek untuk mendapatkan bangunan yang tepat, akurat dan presisi.

Gambar 3.19 Alat Ukur (Waterpass)

3.2.10 Ayakan Pasir


Ayakan pasir merupakan alat sederhana yang berfungsi untuk menyaring
material pasir agar menjadi agretan yang di tentukan. Alat tersebut bisa di buat
sendiri dengan memanfaatkan kayu atau bambu di lokasi proyek di tambah kawat
ayam galvanis. Ayakan pasir dengan posisi berdiri miring, pasir di angkut
menggunakan cangkul di lemparkan ke arah depan kemudian pasir halus akan
melewati lubang kawat sedangkan butiran kasar akan tertinggal dengan begini
maka terjadi pemisahan antara agregat kasar dan halus. Jenis agregat tersebut bisa
di gunakan untuk pekerjaan kontruksi.

28
Gambar 3.20 Ayakan Pasir

3.2.11 Jet Cleaner Pressure


Jet cleaner pressure merupakan alat pembersih yang menggunakan air
bertekanan tinggi. Berfungsi sebagai pembersih cetakan atau bekisting beton
sebelum dilakukan pengecoran agar debu dan kotoran tidak bercampur dengan
beton. Alat ini dipakai setiap sebelum dilakukan pengecoran.

Gambar 3.21 Jet Cleaner Pressure

3.2.12 Tang Kakatua


Tang kakatua merupakan jenis tang yang digunakan untuk menggunnting
kawat dengan mudah dan cepat.

29
Gambar 3.22 Tang Kakatua
3.2.13 Alat Penggetar Beton (Concrete Vibrator)
Untuk memadatkan beton diperlukan alat penggetar yang disebut vibrator
beton. Alat ini berfungsi memadatkan sekaligus mengeluarkan udara dari beton.
Tujuannya agar adukan beton lebih kuat sehingga agregat dapat saling mengikat
dengan sempurna tanpa terhalang rongga udara.

Gambar 3.23 Alat Penggetar Beton (Concrete Vibrator)

3.3. Bahan Material


Bahan dan material bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu
proyek pembangunan, karena dari berbagai macam bahan dan material itulah akan
terbentuk suatu struktur konstruksi yang diinginkan. Material yang berkualitas
tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,
kekakuan, dan kestabilan. Pengadaan bahan material yang tepat waktu akan
membantu penyelesaian proyek tepat pada waktunya.

30
3.3.1 Baja Tulangan
Baja yang digunakan pada proyek pembangunan gedung fakultas
kedokteran dan ilmu kesehatan ini adalah baja untuk penulangan beton bertulang.
Mutu baja tulangan sangat baik dan memperoleh hasil pekerjaan yang
memuaskan. Hal – hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan baja tulangan
antara lain :
a. Besi konstruksi dan baja harus disimpan dengan cara untuk mencegah korosi
dan distorsi.
b. Disarankan untuk melapisi penguat lapisan anti korosi sebelum menumpuk
untuk mencegah penskalaan dan karat.
c. Batangan besi dengan klasifikasi, ukuran, dan panjang yang berbeda harus
disimpan secara terpisah untuk memfasilitasi masalah dalam ukuran dan
panjang tersebut untuk meminimalkan pemborosan yang dipotong dari
panjang standar.
d. Dalam hal penyimpanan yang lama atau daerah pantai, tulangan harus
ditumpuk di atas permukaan tanah setidaknya 15 cm, dan semprot dengan
bahan anti karat untuk mencegah karat dan kerak.
e. Baja struktural dari berbagai bagian, ukuran, dan panjang harus disimpan
secara terpisah, yang harus disimpan di atas lantai setidaknya 15 cm pada
platform, atau pendukung lain yang sesuai untuk menghindari distorsi.
f. Ujung-ujung palang harus dicat dengan warna terpisah untuk membedakan
diameter batang yang berbeda.
Baja tulangan pada proyek pembangunan gedung fakultas kedokteran dan
ilmu kesehatan ini yaitu:
a. Tulangan polos Ø10
b. Tulangan ulir D10, D13, D22

31
Gambar 3.24 Baja Tulangan

3.3.2 Portland Cement (PC)


Portland Cement adalah salah satu bahan utama dalam kontruksi bangunan
yang berfungsi sebagai perekat, yaitu material yang dapat mengikat bahan – bahan
padat menjadi suatu kesatuan yang kuat. Semen portland atau portland cement
adalah jenis semen yang paling umum di gunakan untuk bahan campuran beton,
plester dinding, adukan encer, bahan penambal, dan lain sebagainya. Salah satu
ciri khusus portland cement adalah dapat mengeras apabila bersentuhan dengan
air dan berubah menjadi benda padat yang tidak larut dalam air. Inilah mengapa
semen portland disebut sebagai perekat hidrolis. Hal – hal yang perlu di
perhatikan dalam penyimpanan persediaan semen :
a. Simpan dalam wadah kedap air.
b. Simpan dalam ruang yang kering.
c. Hindari tempat penyimpanan yang bisa terkena air hujan.
d. Berikan alas berupa papan sebelum menumpuk semen.
e. Cek apakah kondisi semen masih bagus (menggumpal atau tidak) sebelum
diaplikasikan guna memastikan kualitas semen.
Jenis semen yang di gunakan dalam proyek pembangunan gedung fakultas
kedokteran dan ilmu kesehatan adalah Portland Cement tipe II

32
Gambar 3.25 Portland Cement (PC)

3.3.3 Beton Ready Mix


Ready mix adalah istilah untuk beton yang telah di-blend dengan rangkaian
bahan material terdiri dari pasir dengan formulasi khusus. Pembuatan campuran
ready mix dilakukan oleh para ahli khusus di bidang mixing, sehingga dapat
menghasilkan mutu beton yang berkualitas tinggi. Pembuat adonan beton bermutu
tinggi disebut mix design, perancang, formulator sekaligus penentu kekuatan
beton yang dibuat. Dalam pencampuran material - material beton yaitu krikil,
pasir dan semen juga biasa diberi zat tambahan khusus yaitu admixture. Kegunaan
beton ready mix dapat ditinjau dari beberapa aspek kegunaan antara lain beton
non struktural, beton struktural dan beton pratekan / prategang.
Dalam proyek pembangunan gedung fakultas kedokteran dan ilmu
kesehatan ini menggunakan beton ready mix dengan alat concrete mixer dan mobil
molen ready mix sedangkan untuk pekerjaan yang bukan struktur pengecoran di
laksanakan dengan manual.

Gambar 3.26 Beton Ready Mix

33
3.3.4 Kawat Bendrat
Kawat bendrat merupakan jenis kawat lunak yang terbuat dari kawat baja
karbon yang memiliki fungsi utama yaitu sebagai penguat atau pengikat rangka
besi tulangan sebelum dicor. Selain sebagai pengikat, kawat bendrat juga dapat
digunakan sebagai rangka dinding beton atau besi dengan diameter kecil sekitar
0,8 hingga 2,8 milimeter agar mudah dalam proses mengikat dan dalam
pemakaiannya menggunakan 2-3 lapis kawat agar lebih kuat dalam mengikat baja
tulangan. Baja tulangan saling terikat dengan kuat maka kawat yang digunakan
harus mempunyai kualitas yang baik dan tidak mudah putus.

Gambar 3.27 Kawat Bendrat

3.3.5 Air
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena
air bereaksi dengan semen akan menjadi pasta pengikat agregat. Selain itu air juga
di gunakan untuk perawatan alat – alat proyek dengan cara membersihkan nya
agar bisa di gunakan kembali. Air yang di gunakan dalam proyek kontruksi
sebaiknya tidak mengandung lumpur dan tidak mengandung garam karena dapat
merusak beton.

34
Gambar 3.28 Air

3.3.6 Waterproofing
Pada proyek pembangunan gedung fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan
dibutuhkan waterproofing yang bertujuan agar bagian struktur kedap air dan kuat.
Waterproofing yang digunakan pada pembangunan gedung fakultas kedokteran
dan ilmu kesehatan adalah sikabond. Penggunaan sikabond bertujuan :
a. Meningkatkan kerekatan campuran semen
b. Workability / kelecakan beton lebih baik
c. Mudah diencerkan
d. Meningkatkan plastisitas
e. Mengurangi porositas dan retak

Gambar 3.29 Waterproofing

35
3.3.7 Agregat
3.3.7.1 Pasir (Agregat Halus)
Agregat halus adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm. Agregat
halus berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang
dihasilkan dari alat pemecah batu (stone crusher). Pasir umumnya terdapat
disungai-sungai yang besar. Akan tetapi sebaiknya pasir yang digunakan untuk
bahan-bahan bangunan dipilih yang memenuhi syarat. Spesifikasi dari Agregat
halus Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan oleh ASTM. Pasir di gunakan sebagai campuran beton ready mix,
campuran mortar, campuran lantai kerja, dan campuran untuk memadatkan tanah.

Gambar 3.30 Pasir (Agregat Halus)

36
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Uraian Umum


Pelaksanaan pekerjaan merupakan tahapan dimana suatu kegiatan yang
dijalankan untuk menyelesaikan sebuah proyek dan merupakan tahapan yang
sangat menentukan berhasil tidaknya suatu proyek. Dalam menjalankan tahapan
proyek diperlukan pengawasan pekerjaan secara baik dan sesuai dengan ketentuan
yang sudah dituangkan dalam buku bestek pekerjaan, sehingga dapat diperoleh
hasil yang baik, tepat waktu, dan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan
dari awal.
Kepekaan dalam menangkap dan memprediksi segala kemungkinan
berdasarkan pengalaman akan sangat menentukan keberhasilan pelaksana dalam
menyelesaikan pekerjaan. Oleh sebab itu, dalam tahap pelaksanaan proyek
dibutuhkan kerja sama yang baik antara owner, konsultan perencana, pengawas
lapangan, bagian umum, maupun pelaksana untuk mempersiapkan rencana kerja,
alat penunjang pekerjaan, material, dan tenaga profesional yang sudah ahli dalam
bidangnya masing-masing. Sehingga, apabila terjadi permasalahan di lapangan
dapat langsung mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah di lapangan
dengan metode yang efisien dan tidak mengubah hasil dari rencana pekerjaan
tersebut. Dengan cara demikian, diharapkan manajemen yang baik dapat dicapai
dengan hasil pelaksanaan pekerjaan secara optimal.
Dalam bab ini dilaporkan pekerjaan yang diamati selama kerja praktek pada
proyek pembangunan gedung fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan antara lain:
1. Pekerjaan Balok
4.2. Pekerjaan Balok
Balok adalah batang horizontal dari rangka struktural yang memikul beban
tegak lurus sepanjang beban tersebut (biasanya berasal dari dinding, pelat atau
atap bangunan) dan menyalurkan beban pada kolom atau struktur yang ada
dibawahnya. Balok merupakan elemen struktural yang menyalurkan beban-beban
dari pelat lantai ke kolom sebagai penyangga vertical.

37
Pekerjaan balok meliputi beberapa kegiatan antara lain penentuan as balok,
pemasangan bekisting balok, pembesian balok, pemasangan tahu beton dan kursi
– kursi, pengecoran balok, pembongkaran bekistingan balok.
4.2.1 Penentuan Elevasi Balok
Penentuan elevasi balok harus dilakukan secara cermat dan teliti, agar
menghasilkan elevasi yang sama dalam pembuatan balok.
Ada beberapa langkah menentukan elevasi balok :
a. Mengukur setinggi 1,00 m dari dasar kolom dan diberi kode pada kolom
tersebut.
b. Kemudian dengan menggunakan waterpass, kolom yang lain juga diberi
kode elevasi 1,00 m dari dasar kolom.
c. Dari kode tersebut, diukur sesuai tinggi yang diinginkan sebagai elevasi
dasar bekisting balok.
d. Kemudian dari dasar bekisting kolom tersebut diukur setinggi ketinggian
balok sebagai elevasi dasar bekisting plat lantai.
4.2.2 Pembuatan Bekisting Balok
Pelaksanaan pekerjaan bekisting balok di proyek dilakukan dengan tahapan
– tahapan antara lain sebagai berikut :
a. Tiang penyangga (Soring) dipasang pada bagian bawah balok setinggi dasar
bekisting kolom.
b. Lakukan pengukuran dengan menggunakan benang dan unting – unting
untuk mepresisikan ukuran dan peletakan balok dengan kolom.
c. Pasang papan kayu atau triplek di atas perancah sebagai tempat meletakan
rangkaian penulangan balok.
d. Kayu – kayu untuk bekisting dipersiapkan. Bekisting dirangkai sesuai
ukuran dan bentuk balok yang akan dicor.

38
Gambar 4.1 Pembuatan Bekisting Balok

4.2.3 Penulangan Balok


Penulangan balok pada proyek ini menggunakan dimensi tulangan yang
sangat bervariasi, penulangan balok dilakukan dengan langkah – langkah sebagai
berikut :
a. Setelah bekisting balok selesai dipasang, sebelum meletakan tulangan balok
letakan terlebih dahulu tahu beton agar tulangan tidak menempel pada
bekisting saat pengecoran.
b. Tulangan balok dapat dipotong pada lokasi kerja jika ukurannya kurang dari
D16 sedangkan diatas D16 harus menggunakan mesin khusus.
c. Tulangan balok yang dipasang oleh tukang sudah sesuai dengan desain yang
ada, tetapi beberapa balok utama memiliki panjang berbeda yang berakibat
tulangan harus disambung.
d. Tulangan balok dipasang pada elevasi yang telah ditentukan dari kode
elevasi pada kolom tidak lupa pula menghitung tebal selimut beton.
e. Tulangan atas dan bawah dipasang dengan menekuk 90 ujungnya pada
tulangan kolom, sedangkan sengkang dimasukkan ke dalam tulangan balok
satu persatu dan diukur jarak tiap sengkang.
f. Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana jarak pada
tumpuan lebih rapat dibandingkan jarak pada lapangan. Sengkang diikat
dengan kawat bendrat, ikat tahu beton ke bagian tulangan bawah dengan
kawat bentrat.

39
Gambar 4.2 Penulangan Balok

4.2.4 Pengecoran Balok


Pengecoran merupakan salah satu tahap yang sangat penting, maka sebelum
proses pengecoran dilaksanakan, perlu dilakukan hal – hal sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Bekisting
Posisi dan kondisi bekisting harus di cek lagi apakah sudah sesuai dengan
yang direncanakan. Bekisting harus sesuai dengan as – nya, tegak dan tidak bocor.
Bekisting juga harus kuat, terpasang dengan kokoh agar tidak bergeser karena
getaran dan tekanan adukan beton selama proses pengecoran. Pemeriksaan ini
tidak boleh ditunda hingga mendekati waktu pengecoran, pemeriksaan tersebut
meliputi :
a. Ukuran bekisting (lebar dan tinggi).
b. Kemungkinan elevasi tidak tepat, pengecekan dengan menggunakan
waterpass.
c. Kemungkinan tidak tegak lurus terhadap bidang horizontal maupun vertikal.
d. Kebersihan lokasi pengecoran, sehingga pembersihan bekisting serta
tulangan harus benar – benar dijaga.
e. Pemeriksaan sambungan bekisting.
f. Pemeriksaan perkuatan bekisting.
g. Jarak beton decking.
h. Pemeriksaan penulangan.

40
2. Pemeriksaan Pemasangan Tulangan
Pemeriksaan pemasangan tulangan dimaksudkan untuk mengetahui ukuran,
ketepatan jarak dan jumlah tulanagan, serta pengaitan antar tulangan, sehingga
akan terbentuk kontruksi beton yang sesuai dengan spesifikasinya. Pemeriksaan
penulangan untuk konstruksi meliputi hal – hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan jumlah dan ukuran tulangan utama.
b. Pemeriksaan jumlah, jarak, dan posisi sengkang.
c. Pemeriksaan penyambungan tulangan.
d. Pemeriksaan kekuatan kawat bendrat.
e. Tulangan harus bebas dari kotoran dan karat serta bahan – bahan lain yang
dapat mengurangi daya rekatan.
3. Pengecoran Balok
Pelaksanaan pengecoran balok pada proyek dilakukan dengan urutan antara
lain sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pengecoran balok dan pelat lantai menggunakan concrete
pump yang menyalurkan beton ready mix dari truk mixer ke lokasi
pengecoran.
b. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis sampai memenuhi ukuran balok
yang direncanakan.
c. Adukan kemudian diratakan sampai kesela – sela tulangan dan sudut
bekisting menggunakan vibrator (alat getar) .
d. Langkah berikutnya adalah meratakan adukan beton dengan jidar (kayu
perata) sesuai dengan tinggi peil yang sudah ditentukan. Tinggi peil di cek
dengan waterpass atau jika sudah menggunakan bantuan relat peil maka
permukaan balok sudah dianggap rata.

41
Gambar 4.3 Pengecoran Balok

4.2.5 Pelepasan Bekisting Balok


Pelepasan bekisting balok dapat dilakukan setelah beton berumur 14 hingga
28 hari. Pelepasan bekisting tersebut biasanya menggunakan alat linggis dan tang
kakatua untuk mempermudah pengerjaannya.

Gambar 4.4 Pelepasan Bekisting Balok

42
BAB V
HASIL PENGAMATAN

5.1. Uraian umum pelaksanaan pekerjaan proyek


Pelaksanaan pekerjaan dalam sebuah proyek konstruksi merupakan suatu
bagian yang sangat penting dalam proyek konstruksi untuk mencapai hasil dan
tujuan yang maksimal dari suatu proyek itu sendiri yaitu baik dari segi biaya,
kualitas, dan waktu. Proyek dapat diselesaikan dengan efektif dan efisien dengan
menggunakan sistem manajemen yang baik dan diperlukan juga berbagai metode
sesuai jenis bangunan yang diselesaikan.
5.2. Pekerjaan Balok
Balok adalah bagian dari struktur bangunan yang menerima beban tegak
lurus () sumbu memanjang batang. Perencanaan serta pelaksanaan pembuatan
kolom yang baik dapat mempengaruhi kekuatan dari bangunan itu sendiri, apabila
dalam perencanaan serta pelaksanaan pembuatan kolom terdapat kegagalan maka
akan berakibat fatal.
5.2.1 Data Balok
Ukuran balok pada proyek Proyek pembangunan gedung kedokteran dan
ilmu kesehatan sudah ditentukan berdasarkan perhitungan struktur dan hanya
beberapa yang difokuskan dalam kerja praktek sebagai berikut :

43
Gambar 5.1. Data Rencana Balok

Pekerjaan balok meliputi beberapa kegiatan antara lain penetuan elevasi


balok, penentuan As balok, fabrikasi bekisting balok, pemasangan bekisting
balok, pembesian balok, pengecoran balok, serta pembongkaran bekisting balok.

44
Penentuan Elevasi Balok

Penentuan As Balok

Pembuatan Bekisting Balok

Pembesian Balok

Pengecoran Balok

Pembongkaran Bekisting Balok
Gambar 5.2. Diagram Alir Pekerjaan Balok

5.2.2 Penentuan Elevasi Balok


Penentuan elevasi balok harus dilakukan secara cermat dan teliti agar
menghasilkan elevasi yang sama dalam pembuatan balok. Alat yang digunakan
dalam penentuan elevasi balok adalah waterpass.

5.2.3 Penentuan As Balok


Pekerjaan ini sangat penting dan harus dilakukan dengat teliti agar supaya
menghasilkan posisi yang sesuai. Penentuan As balok harus mengikuti kolom dan
paling penting balok yang terikat langsung dengan kolom. Pekerjaan ini dapat
dilakukan bersamaan dengan penetuan elevasi balok.

45
Gambar 5.3. Penentuan Elevasi Balok

5.2.4 Pembuatan Bekisting Balok


Pembuatan bekisting balok di proyek mempunyai beberapa tahapan antara
lain sebagai berikut :
1. Memasang scaffolding di antara dua kolom sebagai penyangga bekisting balok.
2. Setelah scaffolding disusun, langkah selanjutnya adalah memasang gelagar
balok, gelagar tersebut diletakkan u-head.
3. Memasang bekisting balok berukuran sesuai dengan desain. Bekisting ini
menumpu di atas kayu gelagar dengan cara dipaku atau dengan kawat bendrat.
4. Memasang bodeman atau bekisting balok bagian bawah/bottom.
5. Memasang sisi kanan dan kiri kayu bekisting balok dengan dipaku dan
dikencangkan dengan kawat bendrat.

Gambar 5.4. Pembuatan Bekisting Balok

46
5.2.5 Penulangan Balok Beton Bertulang
Penulangan balok pada proyek ini dilakukan dengan langkah-langkah antara
lain sebagai berikut :
1. Tulangan pokok yang digunakan bervariasi tergantung dari kuat mutu beton
pada bangunan struktur yang bekerja.
2. Tulangan atas dipasang dengan menjangkarkan ujungnya pada tulangan
kolom dan ditekuk 90, sedangkan sengkang dimasukkan ke dalam tulangan
balok satu persatu dan diukur jarak tiap sengkang.
3. Pemasangan tulangan sengkang yang diatur jaraknya dimana jarak pada
tumpuan lebih rapat dibandingkan jarak pada lapangan. Sengkang diikat
dengan kawat bendrat 3 sampai 5 kawat, pasang beton decking pada bagian
bawah serta samping untuk selimut beton dengan kawat bendrat.

Gambar 5.5. Penulangan Balok

5.2.6 Pengecoran Balok


Pelaksanaan pengecoran balok pada proyek antara lain sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pengecoran balok menggunakan concrete pump yang
menyalurkan beton ready mix dari truck mixer ke lokasi pengecoran dengan
menggunakan pipa pengecoran yang disambung-sambung menggunakan
klem.
2. Pengecoran balok dilakukan selapis demi selapis sampai memenuhi tebal plat
yang direncanakan.

47
3. Beton dipadatkan dengan vibrator dimaksudkan agar terbentuk beton yang
benar-benar padat, proses penggetaran tidak boleh terlalu lama bila adukan
beton sudah terlihat agak mengeluarkan air (air semen sudah memisah dengan
agregat) maka vibrator harus dipindahkan ke titik yang lain.
4. Adukan kemudian diratakan dengan menggunakan penggaruk dan cangkul.
5. Langkah berikutnya adalah meratakan adukan beton dengan jidar (kayu
perata) sesuai dengan tinggi yang sudah ditentukan. Tinggi peil dicek dengan
waterpass atau jika sudah menggunakan bantuan relat peil maka permukaan
lantai sudah dianggap rata.

Gambar 5.6. Pengecoran Balok

5.2.7 Pembongkaran Bekisting Balok


Pembongkaran bekisting balok ada proyek ini dilakukan sebagai berikut :
1. Pembongkaran dilakukan pada saat umur beton berumur 28 hari.
2. Pembongkaran kayu bekisting dibantu dengan alat linggis dan tang.
3. Setelah bekisting terlepas, lakukan pembongkaran scaffolding.

48
Gambar 5.7. Pembongkaran Bekisting

5.3. Analisis Permasalahan


Pada proyek pembangunan tidak lepas dari permasalahan baik
permasalahan managerial, masalah teknis, maupun masalah sosial yang dapat
berpengaruh terhadap kesuksesan suatu proyek. Untuk itu sebagai pelaksana
proyek harus memiliki kemampuan identifikasi masalah dan problem solving
yang baik.
Pada hal ini akan dijelasakan permasalahan teknis yang ada di lapangan
pada tahapan pelaksanaan proyek pembangunan gedung kedokteran dan ilmu
kesehatan di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
5.4. Permasalahan Teknis Dalam Pelaksanaan
Pelaksanaan teknis merupakan pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan
prosedur dan kaidah pekerjaan yang telah ditentukan. Setiap proyek mempunyai
tata cara pengerjaan yang berbeda beda sesuai jenis konstruksi. Pada hal ini akan
dijelaskan permasalahan pada tahap pekerjaan balok pada proyek pembangunan
gedung kedokteran dan ilmu kesehatan.
5.4.1 Tahapan Penulangan Balok
Berikut adalah permasalahan yang ada pada saat penulangan balok :
a. Ikatan kawat bendrat terhadap sengkang dan tulangan pokok tidak semua
karena pekerja kesulitan menggapai bagian bawah sengkang untuk diikat.
b. Ikatan tahu beton pada tulangan mudah terlepas sehingga tahu beton
tercecer.

49
5.4.2 Tahapan Pembersihan Balok Sebelum Pengecoran
Berikut adalah permasalahan yang ada pada saat pembersihan balok
sebelum pengecoran :
a. Pembersihan balok menggunakan Jet cleaner pressure kurang merata,
mengakibatkan masih ada sisa sampah (debu, sisa cor) yang tidak terbawa
air.
b. Pembersihan balok menggunakan magnet kurang baik untuk menarik sisa
kawat bendrat di sela – sela tulangan.
5.4.3 Tahapan Pengecoran Balok
Berikut adalah permasalahan yang ada pada saat pengecoran balok:
a. Pemakaian alat vibrator untuk meratakan beton agar masuk ke sela – sela
balok kurang maksimal.
5.5. Langkah Perbaikan Balok
Dalam pekerjaan konstruksi yang komplek biasanya rawan akan kesalahan
besar maupun kecil, itu semua juga tak lepas dari proyek pembangunan gedung
bertingkat oleh karena itu pelaksana sudah mempersiapakan solusi terhadap
kesalahan maupun permasalahan yang terjadi.
Pada hal ini akan dijelaskan perbaikan pada tahap pekerjaan balok pada
proyek pembangunan gedung kedokteran dan ilmu kesehatan.
Berikut adalah perbaikan pada saat pekerjaan balok :
a. Beton keropos dengan cara melapisi dengan adukan patching (2 pasir : 1
kapur : 1 pasir + air) setelah kering lapisi lagi dengan adukan finishing (1
semen : 6 pasir).

50
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang diperoleh selama
pelaksanaan kerja praktek, dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Proyek pembangunan gedung kedokteran dan ilmu kesehatan dibuat
untuk menjadi gedung perkuliahan baru milik UPGRI dengan fasilitas
yang mumpuni, aman, nyaman, bersih dan rapi.
2. Struktur beton bertulang dan material yang digunakan untuk
pembangunan sudah memenuhi kualitas beton struktur.
3. Pengawasan dan pekerja sering berkomunikasi sehingga perbedaaan
dilapangan dengan desain segera diperbaiki.
4. Pembangunan suatu proyek memerlukan keahlian dari tim manajemen
konstruksi untuk dapat mengendalikan mutu, waktu dan biaya agar
dapat mencapai target yang di inginkan.
5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) kurang diperhatikan terbukti
banyak pekerja yang tidak memakai alat – alat keselamatan seperti
helm, masker dan APD.
6. Pengawasan hanya sekali saja yang berakibat pada penumpukan
sampah pekerjaan contohnya dibagian pembersihan lokasi pengecoran.

6.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, didapat beberapa saran yang dapat
diusulkan antara lain sebagai berikut :
1. Perlunya ketelitian pada saat pelaksanaan pekerjaan, khususnya
pengawasan pembersihan lokasi pengecoran.
2. Diperlukan koordinasi yang baik antara pengawas dan kontraktor di
lapangan, sehingga akan menghasilkan pekerjaan yang baik dan
optimal sesuai rencana.

51
3. Pemeliharaan peralatan dan penyimpanan bahan bangunan perlu
mendapat perhatian serius karena dapat berpengaruh terhadap kualitas
pekerjaan.
4. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam proyek harus lebih
diperhatikan agar tercipta suasana kerja yang kondusif dan nyaman
dengan cara membuat peraturan wajib K3 di lokasi proyek.

52
BAB VII
PENUTUP

Laporan kerja praktek ini dibuat sebagai hasil dari pengamatan kerja praktek
pada proyek pembangunan gedung kedokteran dan ilmu kesehatan. Penyusun
hanya dapat melaporkan sebagian kecil dari pelaksanaan pekerjaan pada proyek.
Laporan kerja praktek ini membuat penyusun dapat mengetahui penerapan teori –
teori yang digunakan di perkuliahan.
Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin melaporkan dan menyajikan
hal – hal yang diamati, tetapi penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyajian laporan ini, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
akan menambah kesempurnaan dari penyusunan laporan ini.
Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
terlibat sehingga penyusun dapat menyusun laporan kerja praktek ini. Semoga
laporan kerja praktek pada proyek Pembangunan gedung kedokteran dan ilmu
kesehatan dapat bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya, serta ilmu yang
terkandung didalamnya dapat berguna bagi semua yang membaca laporan kerja
praktek ini.

53
DAFTAR PUSTAKA

SipilGokil. (2014). Hubungan Kerja Unsur - Unsur Proyek. URL :


https://metodebangunansipil.blogspot.com/2015/11/hubungan-kerja-unsur-unsur-
proyek.html

Siswanto, Agus B., dan M. Arif Salim. Manajemen Proyek.


Semarang: CV. Pilar Nusantara, 2020.

Tim Program Studi Program Studi Teknik Sipil. BUKU PANDUAN PENULISAN
KERJA PRAKTEK. Yogyakarta : Program Studi Teknik Sipil ITNY, 2021.

54
55

Anda mungkin juga menyukai