Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Melaksanakan asuhan kebidanan dengan persalinan fisiologis, penulis menggunakan nama


managenent kebidanan SOAP yaitu subyektif, obyektif, assesment dan penatalaksanaan.

Menejemen Kala I

1. Pengkajian
Tanggal :
Jam :
Tempat :

2. Identitas Pasien
a. Nama
Dikaji sebagai identitas pasien dan sebagai upaya agar bidan memanggil dengan nama
panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h.220)
b. Usia⁄Tanggal lahir
Usia dalam kategori reproduksi sehat yaitu atara 20 hingga kurang dari 35 tahun.
cvKehamilan usia muda berkaitan dengan risiko preeklamsia. Pada usia di atas 35 tahun
fungsi sistem reproduksi umumnya sudah tidak optimal untuk pertumbuhan janin, jalan
lahir juga tidak lentur lagi sehingga berisiko mengalami persalinan lama pada nulipara,
seksio sesaria, pelahiran preterm, IUGR. Semakin tua juga semakin sering terpapar
penyakit dan meningkatnya insiden DM tipe II dan hipertensi kronis yang mungkin dapat
membahayakan kehamilan. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.162)
c. Agama
Persalinan dan kehamilan selalu melibatkan aspek spiritual karena berkaitan dengan
adanya individu baru yang akan dilahirkan. Informasi ini dapat menuntun ke suatu
diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam
kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin, tenaga kesehatan, dan pada
beberapa kasus penggunaan produk darah. Beberapa praktik agama seperti puasa
Ramadhan selama satu bulan penuh dalam agam Islam bagi wanita hamil, bersalin dan
menyusui perlu dipertimbangkan dan dipantau efeknya terhadap tubuh klien.
(Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.162)
d. Pendidikan
Pendidikan berpengaruh sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang paling tepat
dalam penyampaian informasi mengenai teknik melahirkan bayi. Tingkat pendikan ini
akan sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap instruksi yang
diberikan bidan pada proses peralinan. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h.221)
e. Suku Bangsa
Praktik budaya suku bangsa tertentu pada masa hamil maupun beralin jika tidak dapat
dilakukan terkadang menimbulkan distres dan kekhawatiran yang perlu mendapatkan
perhatian dari bidan. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.163)
f. Pekerjaan
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisai, dan data pendukung
dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan. (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010; h.221)
g. Alamat
selain sebagai data alamat juga sebagai gambaran mengenai jarak dan waktu yang
ditempuhpasien menuju pelayanan kesehatan, serta mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan. Termasuk nomor telepon sangat penting untuk memudahkan komunikasi.
(Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.163)

h. Data mengenai suami/ penanggung jawab


Hal ini akan memberikan jaminan jika saat persalinan ibu mengalami
kegawatdaruratan maka bidan sudah tahu harus dengan siapa bidan berunding. Dan
saat ibu mendapat pendampingan saat persalinan akan membuat psikologis ibu
membaik dan membuat motivasi dalam mengejan.
Anjurkan ibu untuk di temani suami dan/ atau anggota keluarga lain selama
persalinan dan kelahiran bayinya. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah
dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayinya. Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu
diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta
mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka
terima, mereka akan mendapatan rasa aman dan hasil yang lebih baik. Disebutkan
pula bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan
vaakum, cunam, dan secsio sesar, dan persaalinan berlangsung lebih cepat
merupakan asuhan sayang ibu dalam proses persalinan. (Depkes RI, 2008 :12)
3. Data Subyektif
a. Alasan Datang
Hal-hal yang mendasari kedatangan ibu hamil sesuai dengan ungkapan ibu,
misalnya: ingin memeriksakan kehamilan, ingin berkonsultasi tentang
ketidaknyamanan yang dirasakan, ingin memastikan kondisi janin dan lain-lain. Jika
alasannya jelas maka asuhan yang diberikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan
klien. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.163)
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Pada kasus persalinan, informasi yang harus didapat dan pasien adalah kapan
mulai terasa ada kenceng-kenceng di perut, bagaimana intensitas dan frekuensinya,
apakah ada pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari air kemih, apakah sudah ada
pengeluaran lendir yang disertai darah, serta pergerakan janin untuk memastikan
kesejahteraannya. (Sulistyowati dan Nugraheny , 2010; h.221).
c. Tanda – tanda persalinan
1) Kontraksi
Informasi ini membantu membedakan antara kontraksi persalinan sejati dan
palsu.Pada persalinan sejati, intensitas kontraksi menjadi semakin kuat dengan
berjalan, sedangkan pada persalinan palsu hal ini jarang terjadi bahkan menghilang.
2) Frekuensi
Informasi ini sangat penting untuk menetapkan awal persalinan, biasanya di mulai
sejak kontraksi menjadi teratur, dan untuk membedakan kontraksi persalinan palsu
dan sejati.Pada persalinan palsu, frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi tidak
meningkat, tidak tertur, dan durasinya pendek.Kontraksi pada persalinan sejati pada
awal tidak teratur dan durasinya singkat, tetapi kemudian menjadi teratur dan disertai
peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi.
3) Lokasi ketidaknyamanan
Informasi ini membantu membedakan antara kontraksi persalinan sejati dan
palsu.Kontraksi persalinan palsu biasnya dirasakan pada abdomen bagian bawah dan
lipat paha.Kontraksi persalinan sejati biasanya di rasa sabagai nyeri yang menyebar
dari fundus ke punggung.
4) PPV
Bloody show adalah tanda yang menunjukan persalinan. Apabila bloody show
meningkat berarti wanita akan segera memasuki kala II persalian. (Varney,
2008 :692).
d. Riwayat Kesehatan
Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai “warning” akan adanya
penyulit saat persalinan. Perubahan fisik dan spikologis saat bersalin yang melibatkan
seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ yang mengalami gangguan.
Beverapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien perlu kita ketahuiadalah
apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit seperti jantung, diabetes
mellitus, ginjal, hipertensi, hipotensi, hepatitis, atau anemia. (Sulistyowati dan
Nugraheny , 2010; h.223)
e. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Menstruasi⁄Haid
Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan masa bersalin, namun
dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai gambaran tentang keadan dasar dari
organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat menstruasi
antara laihn:
a) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk wanita
indonesia pada usia sekitar 12-16 tahun, namun rata-rata pada usia 11-13
tahun yang menandakan bahwa alat kandungannya mulai berfungsi dan
merupakan ciri khas seorang wanita dimana terjadi perubahan-perubahan
siklik dari alaat kandunganya sebagai persiapan kehamilan. (Widatiningsih
dan Dewi, 2017; h.163)
b) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami dengan menstruasi
berikutnya dalam hitungan hari, normal biasanya 21-35 hari, mayoritas wanita
mengalami siklus 28-30 hari. Lama haid 4-7 hari namun 2-8 hari masih dianggap
normal. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.163)
c) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang di keluarkan.
Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data yang valid. Sebagai acuhan
biasanya kita gunakan kriteria banyak, sedang, dan sedikit.jawaban yang
diberikan pasien biasanya bersifat subyektif, namun kita dapatgali lebih dalam
lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung seperti sampai berapa kali ganti
pembalut dalam sehari. (Sulistyowati dan Nugraheny , 2010; h.222)
d) Sifat dan warna darah
Paling banyak pada hari ke 1-3 dengan warna darah merah tua disertai sedikit
bekuan darah. Selanjutnya berupa bercak-bercak merah kecoklatan dan bersih
pada hari 6 atau 7. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.163)
e) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika mengalami
menstruasi misalnya sakit yang sangat, pening sampai pingsan, atau jumlah darah
yang banyak. Keluhan yang disampaikan oleh pasien dapat menunjuk kepada
diagnosis tertentu. (Sulistyowati dan Nugraheny , 2010; h.222)
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
- Uraian dari keluhan utama. Jika ada keluhan utama, maka bidan harus menggali
lebih spesifik untuk memastikan bahwa apa yang terjadi pada ibu adalah normal
atau patologis. Pengembangan keluhan utama ini sedapat mungkin mengacu pada
kerangka pikir PQRST.
- Status Paritas.status paritas ibu mencakup gravida (G) yaitu kehamilan yang ke
berapa, para (P) yaitu berapa kali pernah melahirkan janin yang viabel (> 22
minggu), dan abortus (A) berapa kali. Klien yang pernah melahirkan lebih dari 4
kali tertolong kehamilan berisiko, begitu juga jika ada riwayat abortus. Status
paritas yang baik adalah P tidak lebih dari 4, sedangkan abortus mengalami 0 atau
tidak pernah mengalami abortus.
- Hari pertama haid terakhir ⁄ HPHT. Jika ibu tidak tahu maka dapat ditanyakan
perkiraan umr kehamilan menurut ibu yang nantinya akan dikonfirmasi dengan
pemeriksaan lain seperti TFU, TBJ, dan sebagainya.
- Hari ⁄ tanggal perkiraan lahir (HPL) ditentukan setelah mengkaji riwayat haid ibu
untuk memperkirakan tanggal persalinan. Perlu menjadi catatan bahwa tanggal
perkiraan persalinan tidak selalu tepat. Hanya 5% klien yang bersalin sesuai
dengan tanggal perkiraan, selebihnya bisa maju atau mundur 2 minggy dari
tanggal perkiraan.
- Pikiraan umur kehamilan. Didasarkan pada HPHT dan dikonfirmasi dengan
pemeriksaan lainnya.
- Gerak janin. Gerakan janin yang pertama kali (quickening) mulai dirasakan ibu
primigraviga pada akhir bulan ke empat (18-20 minggu), sedangkan pada
multigravida biasanya pada minggu ke-16-18. Apabila gerakan janin belum
muncul pada usia kehamilan ini maka harus waspada. Selanjutnya ibu akan
merasakan gerak janin yang diharapkan minimal 10 gerakan dalam 12 jam yang
merupakan salah satu indikator kesejahteraan janin.
- Tanda bahaya yang dialami ibu hamil. Adanya perdarahan, bengkak pada kaki,
tangan dan wajah, demam, janin yang tidak bergerak, muntah terus menerus,atau
keluar air ketubanpada kehamilan yang sudah besar memerlukan tindakan segera.
- Keluhan dan kekhawatiran penting lainnya yang terkait dengan kehamilan,
misalnya:
 Mual-muntah. Bisa muncul pada kehamilan muda terutama pada pagi hari
namun kondisi ini biasanya hilang setelah kehamilan berumur 3bulan.
Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan, kecuali kalau memang cukup
berat, hingga tidak dapat makan dan berat badan menurun terus.
 Pusing atau sakit kepala. Biasanya muncul pada kehamilan muda karena
instabilitas vasomotor akibat efek hormonal. Apabila pusing atau sakit
kepala berat dialami pada kehamilan ≥ 20 minggu sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari atau bahkan disertai pandangan kabur, maka perlu
diwaspadai kejadian preeklamsia atau penyakit hipertensi dalam
kehamilan.
 Perdarahan. Walaupun cuman sedikit sudah merupakan tanda bahaya
apalagi setelah kehamilan 10 minngu mungkin terjadi abortus iminens.
 Sakit perut hebat. Nyeri perut yang hebatdapat membahayakan seperti
pada kehamilan ektopik, mola, dan preeklamsi berat.
 Demam. Deman tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan
dari vagina dan kadang-kadang berbau merupakan salah satu tanda infeksi
 Batuk lama. Batuk lebih dari 2 minngu, perlu adapemeriksaan lanjut dan
dapat dicurigai ibu hamil menderita TB.
 Berdebar-debar. Perasaan berdebar-debar pada ibu hamil mungkin
mengindikasi adanya masalah jantung yang diperparah oleh peningkatan
beban kerja jantung akibat hipervolemia dan hemodilusi selama hamil.
 Cepat lelah. Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya
timbul rasa lelah, mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya
terjadi pada sore hari. Namun jika keluhan berat kemungkinan ibu
menderita anemia atau juga ada masalah pada jantung.
 Sesak nafas atau sukar bernafas. Pada akhir bulan kedelapan klian sering
merasa sedikt sesak bila bernafas karena besarnya rahim menekan
diagfragma dan paru-paruibu. Namun apabila hal ini terjadi berlebihan
maka perlu diwaspadai.
 Keputihan yang gatal dan berbau. Keputihan yang gataldan berabu
merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu hamil berupa infeksi pada
jalan lahir.
 Perilaku berubah. Selama kehamilan, ibu bisa mengalami perubahan
perilaku yang disebabkan perubahan hormonal.
 Kehamilan yang tidak diharapkan.
- Riwayat ANC
 Trimester I : frekuensi ANC pada trimester I setidaknya dilakukan
minimal 1 kali. Test kehamilan atau PP test positif yang merupakan salah
satu tanda kemungkinan hamil.
 Trimester II : frekuensi ANC pada trimester II setidaknya dilakukan
minimal 1 kali. Keluhan yang dirasakan ibu umumnya berkaitan dengan
ketidaknyamanan dalam kehamilan trimester II.
 Trimester III : frekuensi ANC pada trimester III setidaknya dilakukan
minimal 2 kali yaitu 1 kali pada usia 28-36 minggu dan 1 kali setelah usia
kehamilan 36 minggu keatas. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.169)
3) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Selanjutnya dikaji data yang menyankut keamilan, persalinan dan nifas yang lalu serta
kondisi anak. Catatan: jumlah kehamilan (G) idealnya ≤ 4 minggu, anak yang lahir
hidup P ≤ 3 dengan riwayat persalinan aterm 37-40 minngu, tidak pernah mengalami
abortus ⁄ kegagalan kehamilan, persalinan dengan tindakan (forcep, vakum, atau SC).
Tidak ada riwayat perdarahan atau hipertensi pada kehamilan, persalinan atau nifas
yang lalu. Berat bayi sebelumnya ≥ 2500gr atau ≤4000gr. Riwayat yang lalu sangat
membantu dalam mengelola menentukan kebutuhan konseling khusus, test, tindak
lanjut dan rencana persalinan. Kondisi anak dengan keterangan apakah hidup ⁄ mati,
sehat ⁄ sakit umur anak sekarang, meneteki atau tidak serta lamanya meneteki. Jika
anak meninggal maka di tuliskan meninggal pada usia berapa dan apa penyebabnya
supaya dapat dilakukan tindakan untuk mengantisipasi kejadian yang sama pada
persalinan yang sekarang ini. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.170)
4) Riwayat KB
Bidan mengkaji tentang alat kontrasepsi yang pernah dipakai dan lamanya, kapan
berhentidan alasan berhenti.keluhan ⁄ masalah selama menggunakan alat kontrasepsi
serta rencana KB setelah bersalin. Adakalanya kehamilan terjadi akibat kegagalan
kontrasepsi yang dapat menyebabkan kekhawatiran dan kecemasan klien terhadap
kehamilannya. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.172)
f. Pola Pemenuhan kebutuhan
1) Nutrisi
a) Makan
Data ini penting diketahui agar bisa mendapatkan gambaran bagaimana pasien
mencukupi asupan nutrisinya selama hamil sampai dengan masa awal persalinan.
Dat fokus mengenai asupan makanan pasien adalah sebagai berikut:
(1) Kapan atau jam berapa terakhir kali makan
(2) Makan yang dimakan
(3) Jumlah makan yang dimakan
(4) Seandainya saat ini ingin makan, apa yang ia ingin makan sebelum masuk
fase persalinan dimana ia tidak akan mungkin atau tidak ingin lagi untuk
makan.
b) Munim
Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan sangat penting karena akan
menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data yang perlu kita tanyakan
berkaitan dengan intake cairan adalah sebagai beriku:
(1) Kapan terakhir kali minum
(2) Berapa banyak yang dimunum
(3) Apa yaang diminum. Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya
pasien akan sangat membutuhkan cairan, bukan makanan. Disamping
pasien sudah tidak berselera lagi untuk makan karena rasa sakit akibat
hits, juga karena pengeluaran keringat yang bertambah sehinggan
membutuhkan pemasukan cairan lebih banyak. (Sulistyowati dan
Nugraheny , 2010; h.223)
2) Pola Istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk mempersiapkan energi menghadapi
proses persalinannya, hal ini akan lebih penting lagi jika proses persalinannya
mengalami pemanjangan waktu kala I. (Sulistyowati dan Nugraheny , 2010; h.224)
3) Pola Aktivitas
Kita perlu mengkajiaktivitas sehari-hari pasien karena data ini memberikan gambaran
kita tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasie di rumah. Jika di akhir
kehamilannya pasien melakukan aktivitas yang terlalu berat dikhawatirkan pasien
akan meras kelelahan sampai akhirnya dapat menimbulkan penyulit pada masa
bersalin. (Sulistyowati dan Nugraheny , 2010; h.224)
4) Pola Eliminasi
a) Buang Air Kecil
Frekuensi perhari pada kondisi normal dengan intake minum 2 liter yaitu 4-7 kali
perhari, warna urine baik yaitu jernih yang menandakan kecukupan cairan dan
tidak ada keluhan yang dirasakan. Jika urine berwarna kuning dan pekat
menunjukkan kekurangan intake cairan.
b) Buang Air Besar
Frekuensi perhari dikatakan lancar apabila teratur, misalnya sehari 1-2 kali, sehari
1 kali, atau 2 hari sekali hingga 3 hari sekali. Jika lebih dari 3 hari perlu
diwaspadai. Selain itu juga tidak ada keluhan ⁄ masalah seperti diare atau faeces
keras, disertai darah, nyeri anus, dan sebagainya. (Widatiningsih dan Dewi, 2017;
h.174)
5) Personal Hygiene
Data ini perlu kita gali karena akan sangat berkaitan dengan kenyamanan pasien
dalam menjalani proses persalinannya. Mandi yang baik frekuensinya 1-2x sehari,
keramas 2-3x seminggu. Ganti pakaian (termasuk pakaian dalam) minimal 2x sehari.
Kuku selalu terpotong pendek dan bersih. Gosok gigi 2x sehari yaitu pagi dan
menjelang tidur. Kebiasaan memakai alas kaki waktu di toilet dan keluar rumah
sangat baik untuk mencegah infeksi cacing.
g. Data psikososial dan spiritual
1) Status Perkawinan
Data ini penting untuk kita kaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga pasangan serta kepastian mengenai siapa yang akan
mendampingi persalinan. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h.223)
2) Respon keluarga terhadap persalinan
Bagaimanapun juga hal itu sangat penting untuk kenyamanan psikologis pasien.
Adanya respon yang positif dari keluarga terhadap persalinan akan mempercepat
proses adaptasi pasien menerima peran dan kondisinya.
3) Respons keluarga terhadap kelahiran bayinya
Dalam mengkaji data ini kita dapat menanyakan langsung kepada pasien mengenai
bagaimana perasaannya terhaap kehamilan dan kelahirannya.
4) Respon suami pasien terhadap kehamilan ini
Data mengenai respons suami pasien ini sangat penting karena dapat kita jadikan
sebagai salah satu acuan mengenai pola kita dalam memberikan asuhan kepada pasien
dan bayinya. Jika suami pasien memberikan respons yang positif terhadap istri dan
anaknya maka akan memberikan kemudahan bagi kita untuk melibatkannya dalam
pendampingan persalinan dan perawatan pasien dalam masa nifas.
5) Data Pengetahuan pasien tentang proses persalinan
Data ini dapat kita peroleh dari beberapa pertanyaan yang kita ajukan kepada pasien
mengenai apa yang ia ketahui tentang proses persalinan. Pengalaman atau riwayat
persalinannya yang lalu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyimpulkan sejauh mana pasien mengetahui tentang persalinan, karena terdapat
perbedaan dalam memberikan asuhan antara pasien yang sudah tahu atau punya
pengalaman tentang persalinan dengan yang sama sekali belum tahu tentang
persalinan.
6) Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan persalinan
Ada beberapa kebiasaan yang mereka lakukan ketika anak atau keluarganya
mengahadapi persalinan dan sangat tidak bijaksana bagi bidan jika tidak menghargai
apa yang merek lakukan. Kebiasaan adat yang dianut dalam menghadapi persalinan,
selama tidak membahayakan pasien, sebaiknya tetap difasilitasi karena ada efek
psikologis yang positif untuk pasien dan keluarganya. (Sulistyawati dan Nugraheny,
2010; h.225-226)
4. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaaan Umum
Keadaan umum yang baik memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam
berjalan. (Sulistyawati dan Nugraheni 2010:226)
2) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tetang kesadaran pasien, kita dapat melakukan
pengkajian derajat kesadaran pasien dari keadaan Composmentis (kesadaran
maksimal).(Sulistyawati dan Nugraheni 2010:226)
3) Tekanan darah
Meningkat selama kontraksi disertai peningkatan sistolik rata-rata 15 (10-20) mmHg
dari diastolic rata-rata 5-10 mmHg.Pada waktu-waktu diantara kontraksi tekanan
darah timbul kembali ke tingkat sebelum persalinan.Dengan menguabah posisi tubuh
dari terlentang ke posisi miring.Perubahan tekanan darah selama kontaksi dapat
dihindari.Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan
darah. (Varney, 2008;h.686)
4) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali per menit (Romauli,
2011:173).Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama
fase peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah
daripada frekuensi di antara kontraksi, dan peningkatan selama fase penurunan
hingga mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.Frekuensi yang mencolok
selama kontraksi uterus sedikit lebih tinggi disbanding selama periode menjelang
persalinan.Hal ini mencerminkan peningkatan metabolism yang terjadi selama
persalinan. (Varney, 2008 : 687)
5) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal 16-24x/menit(Romauli,2011;h.173). Sedikit
peningkatan frekuensi pernafasan masih normal selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi. (Varney, 2008 : 687)
6) Suhu
Suhu tubuh normal adalah 36-37,5ºC. Suhu sedikit meningkatkan selama persalinan,
tertinggi selama dan segera setelah melahirkan.Peningkatan suhu yang tidak lebih
dari 0,50C sampai 10C adalah normal yang mencerminkan peningkatan metabolisme
selama persalinan. (Varney, 2008 : 687)

b. Status present
Kepala : mesochepal, rambut hitam, kulit rambut bersih
Muka : simetris pucat odema
Kelopak mata : bengkak/ tidak (apabila kelopak mata sudah bengkak, kemungkinan terjadi
preeklamsi berat )
Conjungtiva : merah muda, pucat
Sclera : putih / kuning
Hidung : simetris, tidak nafas cuping hidung, tidak ada polip
Mulut : simetris, bibir kering/tidak, lidah stomatitis/tidak,
Gigi : tidak / ada caries dentis.
Telinga : bersih, simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
Leher : Pergerakan,pembengkakan kelenjar tiroid/tidak.
Ketiak : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dada : Simetris, datar, tidak ada retraksi dinding dada.
Payudara : membesar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri, bersih.
Abdomen : Tidak ada bekas oprasi, tidak ada benjolan
Kulit : turgor kulit, warna
Punggung : lordosis/kifosis/skoliosis
Vesika urinaria : penuh/ kosong
Genetalia : bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
Ekstremitas : atas (simetris, tidak oedema,tidak ada varises) Bawah (simetris, tidak
oedema,tidak ada varises)
Anus : tidak ada hemoroid, bersih
(Sulistyawati dan Nugraheni 2013:226-228 dan Baety,2012:h.4-5)
Reflek Patella : Refleks yang normal atau rata-rata yaitu +2.
(Varney,2008;h.1070).
c. Status Obstetri
Muka : pada sebagian wanita hamil, cloasma gravidarum +
Mammae : hiperpigmentasi areola, kelenjar Montgomery lebih menonjol, papilla
mungkin menonjol atau datar atau masuk, kolostrum bisa +atau –
Abdomen :
a. pembesaran abdomen bawah mungkin sudah terlihat, linea nigra +, striae mungkin
terlihat atau tidak tergantung pada elastisitas jaringan kolagen di bawah kulit.
b. palpasi Leopold
Leopold I : TFU ditentukan dengan jari, tingginya sesuai dengan usia kehamilan.
Deskripsikan cirri-ciri bagian yang ada di fundus bila usia gestasi > 28 minggu. kepala
dideskripsikan sebagai teraba 1 bagian besar, bulat, keras, melenting. Bokong
dideskripsikan sebagai teraba 1 bagian besar yang lunak, kurang bulat.
Leoplod II : deskripsi apa yang ada di sisi kanan dan kiri perut ibu. Punggung
dideskripsikan sebagai teraba bagian besar yang rata, memanjang dan terasa ada tahanan.
Sedangkan ekstremitas dideskripsikan sebagai teraba bagian- bagian kecil yang menonjol.
Leopold III : deskripsi cirri-ciri bagian yang teraba di atas simfisis. jika teraba 1 bagian
bulat, keras, melenting atau mudah digerakkan, maka itu adalah kepala. , Mulai 36
minggu tentukan apakah sudah masuk PAP yaitu jika teraba kepala maka goyangkan, bila
masih mudah digoyangkan berarti kepala belum masuk panggul, namun tidak dapat
digoyangkan berarti kepala sudah masuk panggul.
Leoplod IV : dilakukan bila Leopold III ditentukan bagian terbawah sudah masuk PAP
dan usia gestasi > 36 minggu. tentukan tingkat penurunan kepala apakah konvergen atau
sejajar atau divergen. Pada primigravida usia 37 minggu kepala harusnya sudah masuk
panggul, pada ,ultigravida mungkin kepala baru masuk panggul saat inpartu dikarenakan
tonus otot abdomen yang sudah mengendur tidak cukup bisa menekan kepala janin untuk
memasuki panggul.
c. TFU dalam cm ( jika sia gestasi > 22 minggu ). TFU akan sesuai dengan usia
kehamilannya dalam minggu dengan rentang selisih + atau – 2. Misalnya usia kehamilan
24 minggu TFU nya bisa saja 22 atau 23 cm atau 25 atau 26 cm masih dikatakan sesuai.
d. Taksiran berat janin : ( TFU dalam cm – N ) x 155 = ….
N = 13 jika kelapa belum masuk PAP sama sekali,
N = 12 jika kepala sudah masuk PAP namun masih di atas spina ischiadika dengan
penurunan kepala 4 5 – 3 5 di atas simfisis.
e. gerak janin teraba pada saat palpasi
f. Auskultasi : denyut jantung janin umumnya sudah jelas terdengar dengan Doppler mulai
usia 16 minggu. feteskop dapat digunakan pada usia 20 minggu ke atas. Nilai normal DJJ
antara 120- 160 per menit, teratur, dengan punctum maksimum1 terletak sesuai dengan
letak punggung janin. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.)
g. Pemeriksaan Dalam
1) Penipisan serviks (effacement)
Untuk menentukan apakah perubahan serviks yang progesif telah terjadi dan
mendiagnosis persalinan. Juga untuk menentukan tahap dan fase persalinan wanita,
jika ia dalam persalinan. (Varney,2008; h. 693).
Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini terbagi dalam 2 fase yaitu:
a) Fase laten :
(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan pembukaan sampai
pembukaan 3 cm
(2) Pada umumnya berlangsung 8 jam
b) Fase aktif :
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi,yaitu
1) Fase akselerasi.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,dari 4 cm sampai
9cm.
3) Fase decelerasi
Pembukaan menjadi lambat kembali.dalam waktu 2 jam pembukaan dari
9cm menjadi lengkap. (Nurasiah, 2014 : 5)
2) Posisi serviks
Serviks biasanya berada jauh di belakang dan menghadap ke arah posterior sebelum
persalinan. Gerakan serviks sehingga menghadap ke depan dalam posisi garis tengah
menunjukkan kesiapan serviks untuk atau sudah memasuki tahap persalinan.
1. Adanya bloodyshow
Peningkatan bloody show merupakan tanda menjelang kala 2 persalinan. (Varney,
2008;693)
2. Molase
Molase adalah indicator tentang seberapa jauh kepala janin dapat menyesuaikan
diri terhadap bagian keras (tulang) panggul.Nilai normalnya suatu sutura yaitu 0
(sutura terpisah). (Sulistyawati dan Nugraheni, 2010:78)
3. Letak, posisi dan variasi janin
Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil, ubun-
ubun besar arau fontanela magne) dan celah (sutura) dagitalis untuk menilai derajat
penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin
sesuai dengan ukuran jalan lahir. (Depkes RI,2008:44)
4. Status ketuban
Bila cairan ketuban pecahnya diraguka, masukkan spekulum dengn hati –hati, dan
cairan dicari di fornik posterior. Cairan diperiksa untuk mengetahui adnya warna
atau mekonium ( nurasiah, 2014 h 79)
5. Bagian lain
Tidak teraba tali pusat atau bagian bagian kecil (tangan/kaki).m (Depkes RI, 2008;
h. 44)
6. Bagian Terbawah
Bagian penurunan terbawah janin yaitu kepala,pastikan petunjuknya POD (ubun
ubun kecil,ubn ubun besar/frontanela magna) dan celah sutura (Depkes RI, 2008; h.
44)
7. STLD
Sarung tangan lendir darah positif. (Depkes RI, 2008; h. 44)
h. Pemeriksaan Penunjang
 Laboraturium
Pemeriksaan lainnya : USG, Non stress test atas indikasi

5. Menentukan Diagnosa dan masalah Kebidanan

Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian dianalisa dan diinterpretasikan
untuk dapat menentukan diagnose dan masalah ibu.

1. diagnosa kebidanan
rumusan diagnose kebidanan mencakup :
seorang perempuan umur 20 -35 tahun. G 4 P 3 A0, umur kehamilan dalam minggu, janin
hidup, tunggal, intauterin, puka atau puki ( jika usia > 28 minggu ), presentasi kepala
( signifikan jika usia > 28 minggu ), fisiologis.
2. Masalah
jika hasil analisis datamenunjukkanbahwa ibu mengalami masalah yang memerlukan
penanganannamun tidak dapat dimasukkan dalam kategori diagnose, maka tuliskan
sebagai masalah.
3. Bidan menentukan diagnose potensial yang mungkin terjadi berdasarkan diagnose dan
masalah yang telah ditentukan tersebut.
6. Pelaksanaan
Kala I
a. Melakukan pemantauan persalinan dengan partograf
b. Memberikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga
c. Mengucapkan kata – kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu.
d. Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
e. Melakukan pemantauan intake serta output cairan dan nutrisi
f. Memberikan keleluasan pasien untuk menggunakan kamar mandi secara teratur.
g. Melakukan pencegahan infeksi.
h. Membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi.
i. Memberikan bimbingan posisi yang nyaman selama kala I
j. Memberikan instruksi kepada pendamping pasien mengenai apa yang harus ia lakukan
selama persalinan
k. Kondisi ibu dan bayi harus dinilai dan dicatat dengan seksama,yaitu :
1) Denyut jantung janin : setiap ½ jam
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam
3) Nadi : setiap ½ jam
4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam
5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
6) Tekanan darah dan temperature tubuh : setiap 4 jam
7) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2-4 jam
l. Menyiapkan persalinan
1) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
a) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan
terlindung dari tiupan angin
b) Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu
sebelum dan sesudah melahirkan
c) Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk
membersihkan vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan
membersihkann perineum ibu setelah bayi lahir
d) Kecukupan air bersih, klorin, detergen, kain pembersih, kain pel dan sarung
tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi
dan proses peralatan
e) Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong
persalinan
f) Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan,
melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah
persalinan
g) Penerangan yang cukup baik siang maupun malam hari
h) Tempat tidur yang bersih untuk ibu
i) Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir
j) Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan
k) Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir
2) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat obatan yang diperlukan
a) Partus set (di dalam wadah stenlis yang berpenutup) : 2 klem kocher, gunting
tali pusat, benang tali pusat atau klem plastic, kateter nelaton, gunting
episiotomi, klem ½ kocher, 2 pasang sarung tangan DTT atau steril, kasa atau
kain kecil (untuk membersihkan jalan napas bayi), gulungan kapas basah
(menggunakan air DTT), tabung suntik 3 ml dengan jarum IM sekali pakai,
kateter penghisap De Lee (penghisap lendir) atau bola karet penghisap yang
baru dan bersih, 4 kain bersih, 3 handuk atau kain untuk mengeringkan dan
menyelimuti bayi
b) Bahan – bahan : partograf, catatan kemajuan persalinan atau KMS ibu hamil,
kertas kosong atau formulir rujukan yang digunakan di daerah tersebut, pena,
thermometer, pita pengukur, Doppler, jam yang mempunyai jarum detik,
stetoskop, tensimeter, sarung tangan pemeriksaan bersih (5 pasang), sarung
tangan DTT atau steril (5 pasang), sarung tangan rumah tangga (1 pasang),
larutan klorin 0,5 %, perlengkapan pelindung pribadi : masker, kacamata, dan
alas kaki yang tertutup, sabun cuci tangan, detergen, sikat kuku dan gunting
kuku, celemek plastic, alas tempat tidur ibu saat persalinan, kantong plastik
(untuk sampah), sumber air bersih yang mengalir, wadah untuk larutan klorin
0,5 % (bisa disediakan oleh keluarga), wadah untuk air DTT (bisa disediakan
oleh keluarga).
c) Perlengkapan resusitasi bayi baru lahir : balon resusitasi dan sungkup nomor 0
dan 1, lampu sorot, tempat resusitasi
d) Obat-obatan : 8 ampul oksitosin 1 ml 10 U, 20 ml Lidokain 1 % tanpa
epinefrin atau 10 ml Lidokain 2 % tanpa epinefrin dan air steril atau cairan
garam fisiologis (NS) untuk pengenceran, 3 botol Ringer Laktat atau cairan
garam fisiologis (NS) 500 ml, selang infuse, 2 kanula IV no 16-18 G, 2 ampul
metal ergometrin maleat, 2 vial larutan magnesium sulfat 40 %, 6 tabung
suntik 3 ml steril sekali pakai dengan jarum IM, 2 tabung suntik 5 ml steril
sekali pakai dengan jarum IM, 1 10 ml tabung suntik steril sekali pakai
dengan jarum IM ukuran IM ukuran 22 panjang 4 cm atau lebih, 10 kapsul /
kaplet amoksisilin / ampisilin 500 mg atau amoksisilin / ampisilin IV 2 g,
vitamin K 1 ampul, salep mata Tetrasiklin 1 %
e) Set jahit : 1 tabung suntik 10 ml steril sekali pakai dengan jarum IM ukuran
22 panjang 4 cm atau lebih, pinset, pegangan jarum, 2-3 jarum jahit tajam
ukuran 9 dan 11, benang chromic ukuran 2.0 dan atau 3.0, 1 pasang sarung
tangan DTT atau steril, 1 kain bersih (bisa disediakan oleh keluarga).
(JNPK-KR, 2014 ; h.171-172)
7. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita
mengacu kepada beberapa pertimbangan sebagai berikut :
a. Tujuan asuhan kebidanan
1) Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan pasien
2) Memfasilitasi pasien untuk menjalani persalinannya dengan rasa aman dan penuh
percaya diri
3) Meyakinkan pasien dan pasangannya untuk mengembangkan kemampuan sebagai
orang tua dan untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orang tua
b. Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah
Dalam melakukan evaluasi mengenai seberapa efektif tindakan dan asuhan yang kita
berikan kepada pasien, kita perlu mengkaji respons pasien dan peningkatan kondisi yang
kita targetkan pada saat penyusunan perencanaan.Hasil pengkajian ini kita jadikan
sebagai acuan dalam pelaksanaan asuhan berikutnya.
c. Hasil Asuhan
Meliputi :
1) Penerimaan pasien terhadap kondisi dan kesiapannya dalam menghadapisetiap tahap
persalinan
2) Stabilitas psikologis suami dan keluarga dalam mendampingi pasien
3) Pasien kooperatif dalam proses persalinan
4) Suami dan keluarga senantiasa siap memberikan dukungan
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013 ; h.233)
Manajemen Kala II
Tanggal :..... Jam :.....
a. Subyektif
1. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi uterus.
2. Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina
(JNPK-KR, 2014 ; h.73)
b. Obyektif
1. Perineum nampak menonjol
2. Vulva vagina dan sfringter ani nampak membuka.
3. Meningkatnya pengeluaran lendir darah
4. Pembukaan serviks lengkap
5. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
(JNPK-KR, 2014 ; h.73)
6. Kontraksi durasi lebih dari 40 detik, frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10
menit, intensitas kuat.
7. Pada umumnya ketuban pecah sendiri.
8. Perubahan fisiologis
a) Tekanan darah
Antara100/60-130/90 mmHg.Upaya mendorong pada ibu menyebabkan tekanan
darah meningkat lagi 15 sampai 25 mmHg selama kontraksi dan kemudian
menurun dan pada akhirnya berada sedikit diatas normal. (Varney, 2008;h.757)
b) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali per menit.Nadi meningkat selama
kala II persalinan disertai takikardi yang nyata ketika mencapai puncak pada
saat persalinan. (Varney, 2008;h.757)
c) Pernafasan
Frekuensi normal 12-20x/menit. Persalinan sama seperti pada saat kala I
persalinan. (Varney, 2008;757)
d) Suhu
Suhu tubuh normal adalah 36-37,5ºC. (Romauli, 2011: 173). Suhu sedikit
meningkatkan selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan.Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,50C sampai 10C
adalah normal yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama
persalinan. (Varney, 2008 : 757)
c. Assesment
Ny.......Umur 20-35 tahun, G ≤ 4 P ≤ 3 A 0, UK 36-40 minggu,janin tunggal, hidup,
intrauterin, puka/puki, presentasi belakang kepala, inpartu kala II fisiologis
d. Penatalaksanaan
1. Setelah pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa akan terjadi dorongan
alamiah berupa rasa tegang pada dinding perut yang diikuti rasa nyeri dan ingin
meneran (jika kepala bayi menekan pleksus Frankenhauser pada rektum) untuk
mengeluarkan bayi dari jalan lahir.
2. Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, merangkak, berjongkok atau
miring untuk member rasa nyaman dan mempersingkat kala dua.
3. Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran bayi
jika ibu memang menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang
dialaminya.
4. Membimbing ibu untuk meneran
5. Jika kala II telah dapat dipastikan, tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan
spontan untuk meneran. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi.
6. Diagnosis kala II dan memulai upaya meneran :
a) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
b) Pakai satu sarung tangan DTT / steril untuk periksa dalam
c) Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam
d) Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
(10 cm), lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur pencegahan infeksi.
e) Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi
nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin.
Ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan
bayinya.
f) Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan
belum saatnya untuk meneran, beri nasehat untuk tidak meneran dan ajarkan cara
bernafas cepat selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh
posisi yang nyaman dan beritahukan untuk menahan diri untuk meneran hingga
penolong memberitahukan saat yang tepat untuk ibu.
g) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu
mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan
benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu
untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan pada
partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu
dapat beristirahat diantara kontraksi.
h) Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu
ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu anjurkan untuk
berjalan-jalan).
i) Jika ibu masih merasa ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit (nulipara)
atau 30 menit (multipara) sejak pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran
di setiap puncak (fase acme) kontraksi. Anjurkan ibu mengubah posisinya secara
teratur, tawarkan untuk minum, dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Lakukan
stimulasi putting susu untuk memperkuat kontraksi.
j) Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit (nulipara) atau 30 menit (multipara)
meneran dan kontraksi adekuat atau jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi,
rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi mungkin disebabkan oleh
disproporsi kepala panggul (CPD).
7. Menolong kelahiran bayi
a) Posisi ibu saat melahirkan
b) Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada posisi berbaring
terlentang (supine position).
c) Pencegahan laserasi
d) Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat dapat
mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Bimbing
ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas cepat pada waktunya.
e) Melahirkan kepala
f) Saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm (crowning), letakkan kain yang bersih
dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain/handuk
bersih pada perut bawah ibu (untu mengeringkan bayi segera setelah lahir).
Lindungi perineum dengan satu tangan (diselubungi kain bersih dan kering), ibu
jari pada salah sisi perineum, 4 jari tangan pada sisi yang lain, dan tangan lain
pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap
fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati vulva dan perineum. Jika bayi
menangis dan bernafas spontan, tidak perlu dilakukan penghisapan mucus.
g) Periksa tali pusat pada leher
h) Jika ada dan lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan tersebut
dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka klem jepit
tali pusat pada 2 tempat dimana jarak antara masing-masing klem adalah 3 cm,
kemudian potong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
i) Melahirkan bahu
1) Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu
kontraksi berikut dan terjadinya putaran paksi luar secara spontan.
2) Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran
sambil penolong menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi
hingga bahu depan melewati simfisis.
3) Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi
sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
j) Melahirkan Seluruh Tubuh Bayi
1) Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum
dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
2) Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan lengan
bawah posterior saat melewati perineum.
3) Tangan bawah (posterior) menopang bagian samping posterior tubuh bayi
saat dilahirkan.
4) Secara simultan, tangan atas (anterior) menelusuri dan memegang bahu, siku
dan lengan bawah anterior.
5) Lanjutkan penelusuran dan pegang bagian punggung, bokong, dan kaki.
6) Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki
bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya.
7) Letakkan bayi diatas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut
bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
8) Segera keringkan dan lakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan
kain atau selimut diatas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup
dengan baik.
(JNPK-KR, 2014 : h.76-85)
e. Evaluasi
Pada akhir kala II, bidan melakukan evaluasi, antara lain :
1. Keadaan umum bayi : jenis kelamin, spontanitas menangis segera setelah lahir dan
warna kulit
2. Keadaan umum pasien : kontraksi, perdarahan dan kesadaran
3. Kepastian adanya janin kedua
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 ; h.237)

Manajemen Kala III


Tanggal :..... Jam :.....
a. Subyektif
Data subyektif kala III menurut Sulistyowati dan Nugraheny(2010;h.237)
1. Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui vagina
2. Pasien mengatakan ari-arinya belum lahir
3. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas
b. Obyektif
1. Bayi lahir secara spontan per vaginam pada tanggal…………jam….. jenis kelamin
laki-laki / perempuan, normal atau ada kelainan, menangis spontan kuat, warna kulit
kemerahan
2. Plasenta belum lahir Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan
sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat dan tinggi fundus 3
jari dibawah pusat.
3. Saat mulai teraba kontraksi uterus, plasenta terdorong ke bawah, fundus setinggi
pusat.
4. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva atau tali pusat memanjang.
5. Terdapat semburan darah mendadak dan singkat
(JNPK-KR, 2014;h.91-92)
6. Perubahan fisiologis
Tekanan darah, nadi, dan pernafasan kembali ke tingkat sebelum persalinan.
(Varney,2008;h.826)
c. Assesment
Ny. ..... Umur 20-35 tahun, G ≤ 4 P ≤ 3 A 0 UK 36-40 minggu, inpartu kala III.
d. Penatalaksanaan
Management Aktif Kala III
1. Pemberian Suntikan Oksitosin
a) Letakkan bayi baru lahir diatas kain bersih yang telah disiapkan di perut bawah
ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi
tersebut.
b) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi yang lain
c) Beritahu ibu bahwa akan disuntik
d) Suntikkan oksitosin segera (dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir). Suntikkan
oksitosin 10unit IM pada 1/3 bagian atas paha ibu bagian luar.
e) Letakkan kembali alat suntik pada tempatnya, ganti kain alas dan penutup tubuh
bayi dengan kain bersih dan kering yang baru kemudian lakukan penjepitan (2-3
menit setelah bayi lahir) dan pemotongan tali pusat sehingga langkah d dan e ini
akan tersedia cukup waktu bagi bayi untuk memperoleh sejumlah darah kaya zat
besi dari ibunya.
f) Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk IMD kontak kulit-kulit
dengan ibu dan tutup ibu-bayi dengan kain.
g) Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain bersih.
2. Penegangan Tali pusat Terkendali
a) Berdiri di samping ibu.
b) Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pada tali
pusat sekitar 5-20 cm dari vulva.
c) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas
simfisis pubis.Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menekan
uterus pada saat melakukanpenegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi
yang kuat, tegangkan tali pusat dengansatu tangan dan tangan yang lain (pada
dinding abdomen) menekan uterus ke arah lumbaldan kepala ibu (dorso-kranial).
Lakukan secara hati hati untuk mencegah terjadinya inversiouteri
d) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar
dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat
terkendali.
e) Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan
tali pusat kearah bawah, lakukan tekanan dorso-kranial hingga tali pusat makin
menjulur dan korpus uteribergerak keatas yang menandakan plasenta telah lepas
dan dapat dilahirkan.
f) Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi
berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali
pusat memanjang.
g) Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali
dantekanan dorso-kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-
langkah tersebutpada setiap kontraksi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding
uterus.
1) Jika setelah 15 menit melakukan PTT dan dorongan dorsokranial, plasenta
belum juga lahir maka ulangi pemberian oksitosin 10IU IM, tunggu
kontraksi yang kuat kemudian ulangi PTT dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta dapat dilahirkan.
2) Setelah plasenta terlepas dari dinding uterus, anjurkan ibu untuk meneran
agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina. Bantu kelahiran
plasenta dengan cara menegangkan dan mengarahkan tali pusat sejajar
dengan lantai (mengikuti poros jalan lahir).
h) Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
mengangkat talipusat keatas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk
diletakkan dalam wadahpenampung. Karena selaput ketuban mudah robek;
pegang plasenta dengan kedua tangan dansecara lembut putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin menjadi satu.
i) Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput
ketuban.
3. Rangsangan Taktil Masase Fundus Uteri
Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uterus:
a) Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
b) Jelaskan tindakan kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa agak tidak
nyaman karenatindakan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam
dan perlahan serta rileks.
c) Dengan lembut tapi mantap gerakkan tangan dengan arah memutar pada fundus
uteri supayauterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15
detik,lakukan penatalaksanaan atonia uteri
d) Periksa plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh:
1) Periksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk
memastikanbahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang
hilang).
2) Pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk
memastikan tidak adabagian yang hilang.
3) Periksa plasenta sisi foetal (yang menghadap ke bayi) untuk memastikan
tidak adanyakemungkinan lobus tambahan (suksenturiata).
4) Evaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.
e) Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus
berkontraksi.Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus
uteri. Ajarkan ibu dankeluarganya cara melakukan masase uterus sehingga
mampu untuk segera mengetahui jikauterus tidak berkontraksi baik.
f) Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan
dan setiap30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan. (JNPK-KR, 2014 ;
h.93-99)

Management Kala IV
Tanggal :..... Jam :.....
a. Subyektif
Data subyektif kala IV menurut Sulistyowati dan Nugraheny (2010: 239) :
1. Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir
2. Pasien mengatakan perutnya mulas
3. Pasien mengatakan merasa lelah tetapi bahagia
b. Obyektif
Data subyektif kala IV:
1. Plasenta lahir spontan lengkap pada tanggal………….jam……
2. Kontraksi uterus baik, plasenta dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, kandung kemih
kosong, bayi dalam keadaan sehat. (Varney, 2008 ; h.836-837)
3. Serviks, vagina dan perineum apakah ada laserasi, memar, dan pembentukkan awal
hematom. ( Varney,dkk,2008;h.836)
4. TFU setinggi atau 1-2 jari di bawah pusat
5. Tekanan darah, nadi, dan pernafasan kembali normal, sedangkan suhu tubuh yang
normal dibawah 38°C yang biasanya diikuti dengan gemetar. (Varney,2008;h.836)
c. Assesment
Ny. ..... umur 20-35 tahun, P ≤ 4 A 0 inpartu kala IV.
d. Penatalaksanaan
1. Melakukan pemantauan kala IV
2. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum kemudian melanjutkan
dengan penjahitan perineum
3. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervagina
a) 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin
b) setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c) setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan
4. Memeriksa kembali nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua pascapersalinan
5. Memeriksa temperature / suhu tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan
(DEPKES RI, 2008 ; h.116-117)
6. Memenuhi kebutuhan pada kala IV
a) Hidrasi dan nutrisi
b) Hygiene dan kenyamanan pasien
c) Bimbingan dan dukungan untuk berkemih
d) Kehadiran bidan sebagai pendamping
e) Dukungan dalam pemberian ASI dini
f) Posisi tubuh yang nyaman
g) Tempat dan alas tidur yang kering dan bersih agar tidak terjadi infeksi
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 ; h.240-241)
7. Mengajarkan ibu atau keluarga untuk memasase uterusnya sendiriMenghitung lama
persalinan dan jumlah perdarahan
a) Lama Persalinan
1) Kala I : fase latent berlangsung 8 jam dan fase aktif berlangsung 7
jam
2) Kala II : pada primipara berlangsung 2 jam, pada multipara berlangsung 1
jam
3) Kala III : tidak lebih dari 30 menit
4) Kala IV : mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam
(Sulistyawati dan Nugrahaeni, 2013 ; h.7-9)
b) Jumlah perdarahan
Kala I……………………...cc
Kala II……………………..cc
Kala III…………………….cc
Kala IV…………………….cc
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
(Sulistyawati dan nugraheni, 2013;h.9).

e. Evaluasi
Hasil akhir dari asuhan persalinan kala IV normal adalah pasien dan bayi dalam keadaan
baik, yang ditunjukkan dengan stabilitas fisik dan psikologis pasien dengan kriteria.
1. tanda vital pasien normal
2. perkiraan jumlah perdarahan total selama persalinan tidak lebih dari 500 cc
3. kontraksi uterus baik
4. IMD berhasil
5. pasien dapat beradaptasi dengan peran barunya

Temanggung, 8 mei 2018


Mengetahui
Pembimbing Akademik Praktikan

( Tuti Sukini.S.SiT.M.Kes ) ( Eka Wulandari )

Anda mungkin juga menyukai