TINJAUAN TEORI
Menejemen Kala I
1. Pengkajian
Tanggal :
Jam :
Tempat :
2. Identitas Pasien
a. Nama
Dikaji sebagai identitas pasien dan sebagai upaya agar bidan memanggil dengan nama
panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih akrab.
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h.220)
b. Usia⁄Tanggal lahir
Usia dalam kategori reproduksi sehat yaitu atara 20 hingga kurang dari 35 tahun.
cvKehamilan usia muda berkaitan dengan risiko preeklamsia. Pada usia di atas 35 tahun
fungsi sistem reproduksi umumnya sudah tidak optimal untuk pertumbuhan janin, jalan
lahir juga tidak lentur lagi sehingga berisiko mengalami persalinan lama pada nulipara,
seksio sesaria, pelahiran preterm, IUGR. Semakin tua juga semakin sering terpapar
penyakit dan meningkatnya insiden DM tipe II dan hipertensi kronis yang mungkin dapat
membahayakan kehamilan. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.162)
c. Agama
Persalinan dan kehamilan selalu melibatkan aspek spiritual karena berkaitan dengan
adanya individu baru yang akan dilahirkan. Informasi ini dapat menuntun ke suatu
diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam
kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin, tenaga kesehatan, dan pada
beberapa kasus penggunaan produk darah. Beberapa praktik agama seperti puasa
Ramadhan selama satu bulan penuh dalam agam Islam bagi wanita hamil, bersalin dan
menyusui perlu dipertimbangkan dan dipantau efeknya terhadap tubuh klien.
(Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.162)
d. Pendidikan
Pendidikan berpengaruh sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang paling tepat
dalam penyampaian informasi mengenai teknik melahirkan bayi. Tingkat pendikan ini
akan sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap pasien terhadap instruksi yang
diberikan bidan pada proses peralinan. (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h.221)
e. Suku Bangsa
Praktik budaya suku bangsa tertentu pada masa hamil maupun beralin jika tidak dapat
dilakukan terkadang menimbulkan distres dan kekhawatiran yang perlu mendapatkan
perhatian dari bidan. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.163)
f. Pekerjaan
Data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola sosialisai, dan data pendukung
dalam menentukan pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan. (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010; h.221)
g. Alamat
selain sebagai data alamat juga sebagai gambaran mengenai jarak dan waktu yang
ditempuhpasien menuju pelayanan kesehatan, serta mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan. Termasuk nomor telepon sangat penting untuk memudahkan komunikasi.
(Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.163)
b. Status present
Kepala : mesochepal, rambut hitam, kulit rambut bersih
Muka : simetris pucat odema
Kelopak mata : bengkak/ tidak (apabila kelopak mata sudah bengkak, kemungkinan terjadi
preeklamsi berat )
Conjungtiva : merah muda, pucat
Sclera : putih / kuning
Hidung : simetris, tidak nafas cuping hidung, tidak ada polip
Mulut : simetris, bibir kering/tidak, lidah stomatitis/tidak,
Gigi : tidak / ada caries dentis.
Telinga : bersih, simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
Leher : Pergerakan,pembengkakan kelenjar tiroid/tidak.
Ketiak : tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dada : Simetris, datar, tidak ada retraksi dinding dada.
Payudara : membesar, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri, bersih.
Abdomen : Tidak ada bekas oprasi, tidak ada benjolan
Kulit : turgor kulit, warna
Punggung : lordosis/kifosis/skoliosis
Vesika urinaria : penuh/ kosong
Genetalia : bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
Ekstremitas : atas (simetris, tidak oedema,tidak ada varises) Bawah (simetris, tidak
oedema,tidak ada varises)
Anus : tidak ada hemoroid, bersih
(Sulistyawati dan Nugraheni 2013:226-228 dan Baety,2012:h.4-5)
Reflek Patella : Refleks yang normal atau rata-rata yaitu +2.
(Varney,2008;h.1070).
c. Status Obstetri
Muka : pada sebagian wanita hamil, cloasma gravidarum +
Mammae : hiperpigmentasi areola, kelenjar Montgomery lebih menonjol, papilla
mungkin menonjol atau datar atau masuk, kolostrum bisa +atau –
Abdomen :
a. pembesaran abdomen bawah mungkin sudah terlihat, linea nigra +, striae mungkin
terlihat atau tidak tergantung pada elastisitas jaringan kolagen di bawah kulit.
b. palpasi Leopold
Leopold I : TFU ditentukan dengan jari, tingginya sesuai dengan usia kehamilan.
Deskripsikan cirri-ciri bagian yang ada di fundus bila usia gestasi > 28 minggu. kepala
dideskripsikan sebagai teraba 1 bagian besar, bulat, keras, melenting. Bokong
dideskripsikan sebagai teraba 1 bagian besar yang lunak, kurang bulat.
Leoplod II : deskripsi apa yang ada di sisi kanan dan kiri perut ibu. Punggung
dideskripsikan sebagai teraba bagian besar yang rata, memanjang dan terasa ada tahanan.
Sedangkan ekstremitas dideskripsikan sebagai teraba bagian- bagian kecil yang menonjol.
Leopold III : deskripsi cirri-ciri bagian yang teraba di atas simfisis. jika teraba 1 bagian
bulat, keras, melenting atau mudah digerakkan, maka itu adalah kepala. , Mulai 36
minggu tentukan apakah sudah masuk PAP yaitu jika teraba kepala maka goyangkan, bila
masih mudah digoyangkan berarti kepala belum masuk panggul, namun tidak dapat
digoyangkan berarti kepala sudah masuk panggul.
Leoplod IV : dilakukan bila Leopold III ditentukan bagian terbawah sudah masuk PAP
dan usia gestasi > 36 minggu. tentukan tingkat penurunan kepala apakah konvergen atau
sejajar atau divergen. Pada primigravida usia 37 minggu kepala harusnya sudah masuk
panggul, pada ,ultigravida mungkin kepala baru masuk panggul saat inpartu dikarenakan
tonus otot abdomen yang sudah mengendur tidak cukup bisa menekan kepala janin untuk
memasuki panggul.
c. TFU dalam cm ( jika sia gestasi > 22 minggu ). TFU akan sesuai dengan usia
kehamilannya dalam minggu dengan rentang selisih + atau – 2. Misalnya usia kehamilan
24 minggu TFU nya bisa saja 22 atau 23 cm atau 25 atau 26 cm masih dikatakan sesuai.
d. Taksiran berat janin : ( TFU dalam cm – N ) x 155 = ….
N = 13 jika kelapa belum masuk PAP sama sekali,
N = 12 jika kepala sudah masuk PAP namun masih di atas spina ischiadika dengan
penurunan kepala 4 5 – 3 5 di atas simfisis.
e. gerak janin teraba pada saat palpasi
f. Auskultasi : denyut jantung janin umumnya sudah jelas terdengar dengan Doppler mulai
usia 16 minggu. feteskop dapat digunakan pada usia 20 minggu ke atas. Nilai normal DJJ
antara 120- 160 per menit, teratur, dengan punctum maksimum1 terletak sesuai dengan
letak punggung janin. (Widatiningsih dan Dewi, 2017; h.)
g. Pemeriksaan Dalam
1) Penipisan serviks (effacement)
Untuk menentukan apakah perubahan serviks yang progesif telah terjadi dan
mendiagnosis persalinan. Juga untuk menentukan tahap dan fase persalinan wanita,
jika ia dalam persalinan. (Varney,2008; h. 693).
Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini terbagi dalam 2 fase yaitu:
a) Fase laten :
(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan pembukaan sampai
pembukaan 3 cm
(2) Pada umumnya berlangsung 8 jam
b) Fase aktif :
Fase aktif dibagi dalam 3 fase lagi,yaitu
1) Fase akselerasi.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,dari 4 cm sampai
9cm.
3) Fase decelerasi
Pembukaan menjadi lambat kembali.dalam waktu 2 jam pembukaan dari
9cm menjadi lengkap. (Nurasiah, 2014 : 5)
2) Posisi serviks
Serviks biasanya berada jauh di belakang dan menghadap ke arah posterior sebelum
persalinan. Gerakan serviks sehingga menghadap ke depan dalam posisi garis tengah
menunjukkan kesiapan serviks untuk atau sudah memasuki tahap persalinan.
1. Adanya bloodyshow
Peningkatan bloody show merupakan tanda menjelang kala 2 persalinan. (Varney,
2008;693)
2. Molase
Molase adalah indicator tentang seberapa jauh kepala janin dapat menyesuaikan
diri terhadap bagian keras (tulang) panggul.Nilai normalnya suatu sutura yaitu 0
(sutura terpisah). (Sulistyawati dan Nugraheni, 2010:78)
3. Letak, posisi dan variasi janin
Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil, ubun-
ubun besar arau fontanela magne) dan celah (sutura) dagitalis untuk menilai derajat
penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin
sesuai dengan ukuran jalan lahir. (Depkes RI,2008:44)
4. Status ketuban
Bila cairan ketuban pecahnya diraguka, masukkan spekulum dengn hati –hati, dan
cairan dicari di fornik posterior. Cairan diperiksa untuk mengetahui adnya warna
atau mekonium ( nurasiah, 2014 h 79)
5. Bagian lain
Tidak teraba tali pusat atau bagian bagian kecil (tangan/kaki).m (Depkes RI, 2008;
h. 44)
6. Bagian Terbawah
Bagian penurunan terbawah janin yaitu kepala,pastikan petunjuknya POD (ubun
ubun kecil,ubn ubun besar/frontanela magna) dan celah sutura (Depkes RI, 2008; h.
44)
7. STLD
Sarung tangan lendir darah positif. (Depkes RI, 2008; h. 44)
h. Pemeriksaan Penunjang
Laboraturium
Pemeriksaan lainnya : USG, Non stress test atas indikasi
Data yang telah dikumpulkan pada tahap pengkajian kemudian dianalisa dan diinterpretasikan
untuk dapat menentukan diagnose dan masalah ibu.
1. diagnosa kebidanan
rumusan diagnose kebidanan mencakup :
seorang perempuan umur 20 -35 tahun. G 4 P 3 A0, umur kehamilan dalam minggu, janin
hidup, tunggal, intauterin, puka atau puki ( jika usia > 28 minggu ), presentasi kepala
( signifikan jika usia > 28 minggu ), fisiologis.
2. Masalah
jika hasil analisis datamenunjukkanbahwa ibu mengalami masalah yang memerlukan
penanganannamun tidak dapat dimasukkan dalam kategori diagnose, maka tuliskan
sebagai masalah.
3. Bidan menentukan diagnose potensial yang mungkin terjadi berdasarkan diagnose dan
masalah yang telah ditentukan tersebut.
6. Pelaksanaan
Kala I
a. Melakukan pemantauan persalinan dengan partograf
b. Memberikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga
c. Mengucapkan kata – kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu.
d. Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.
e. Melakukan pemantauan intake serta output cairan dan nutrisi
f. Memberikan keleluasan pasien untuk menggunakan kamar mandi secara teratur.
g. Melakukan pencegahan infeksi.
h. Membantu ibu bernafas secara benar pada saat kontraksi.
i. Memberikan bimbingan posisi yang nyaman selama kala I
j. Memberikan instruksi kepada pendamping pasien mengenai apa yang harus ia lakukan
selama persalinan
k. Kondisi ibu dan bayi harus dinilai dan dicatat dengan seksama,yaitu :
1) Denyut jantung janin : setiap ½ jam
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam
3) Nadi : setiap ½ jam
4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam
5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
6) Tekanan darah dan temperature tubuh : setiap 4 jam
7) Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2-4 jam
l. Menyiapkan persalinan
1) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi
a) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik dan
terlindung dari tiupan angin
b) Sumber air bersih dan mengalir untuk cuci tangan dan memandikan ibu
sebelum dan sesudah melahirkan
c) Air disinfeksi tingkat tinggi (air yang dididihkan dan didinginkan) untuk
membersihkan vulva dan perineum sebelum dilakukan periksa dalam dan
membersihkann perineum ibu setelah bayi lahir
d) Kecukupan air bersih, klorin, detergen, kain pembersih, kain pel dan sarung
tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi
dan proses peralatan
e) Kamar mandi yang bersih untuk kebersihan pribadi ibu dan penolong
persalinan
f) Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan,
melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah
persalinan
g) Penerangan yang cukup baik siang maupun malam hari
h) Tempat tidur yang bersih untuk ibu
i) Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir
j) Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh peralatan persalinan
k) Meja untuk tindakan resusitasi bayi baru lahir
2) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat obatan yang diperlukan
a) Partus set (di dalam wadah stenlis yang berpenutup) : 2 klem kocher, gunting
tali pusat, benang tali pusat atau klem plastic, kateter nelaton, gunting
episiotomi, klem ½ kocher, 2 pasang sarung tangan DTT atau steril, kasa atau
kain kecil (untuk membersihkan jalan napas bayi), gulungan kapas basah
(menggunakan air DTT), tabung suntik 3 ml dengan jarum IM sekali pakai,
kateter penghisap De Lee (penghisap lendir) atau bola karet penghisap yang
baru dan bersih, 4 kain bersih, 3 handuk atau kain untuk mengeringkan dan
menyelimuti bayi
b) Bahan – bahan : partograf, catatan kemajuan persalinan atau KMS ibu hamil,
kertas kosong atau formulir rujukan yang digunakan di daerah tersebut, pena,
thermometer, pita pengukur, Doppler, jam yang mempunyai jarum detik,
stetoskop, tensimeter, sarung tangan pemeriksaan bersih (5 pasang), sarung
tangan DTT atau steril (5 pasang), sarung tangan rumah tangga (1 pasang),
larutan klorin 0,5 %, perlengkapan pelindung pribadi : masker, kacamata, dan
alas kaki yang tertutup, sabun cuci tangan, detergen, sikat kuku dan gunting
kuku, celemek plastic, alas tempat tidur ibu saat persalinan, kantong plastik
(untuk sampah), sumber air bersih yang mengalir, wadah untuk larutan klorin
0,5 % (bisa disediakan oleh keluarga), wadah untuk air DTT (bisa disediakan
oleh keluarga).
c) Perlengkapan resusitasi bayi baru lahir : balon resusitasi dan sungkup nomor 0
dan 1, lampu sorot, tempat resusitasi
d) Obat-obatan : 8 ampul oksitosin 1 ml 10 U, 20 ml Lidokain 1 % tanpa
epinefrin atau 10 ml Lidokain 2 % tanpa epinefrin dan air steril atau cairan
garam fisiologis (NS) untuk pengenceran, 3 botol Ringer Laktat atau cairan
garam fisiologis (NS) 500 ml, selang infuse, 2 kanula IV no 16-18 G, 2 ampul
metal ergometrin maleat, 2 vial larutan magnesium sulfat 40 %, 6 tabung
suntik 3 ml steril sekali pakai dengan jarum IM, 2 tabung suntik 5 ml steril
sekali pakai dengan jarum IM, 1 10 ml tabung suntik steril sekali pakai
dengan jarum IM ukuran IM ukuran 22 panjang 4 cm atau lebih, 10 kapsul /
kaplet amoksisilin / ampisilin 500 mg atau amoksisilin / ampisilin IV 2 g,
vitamin K 1 ampul, salep mata Tetrasiklin 1 %
e) Set jahit : 1 tabung suntik 10 ml steril sekali pakai dengan jarum IM ukuran
22 panjang 4 cm atau lebih, pinset, pegangan jarum, 2-3 jarum jahit tajam
ukuran 9 dan 11, benang chromic ukuran 2.0 dan atau 3.0, 1 pasang sarung
tangan DTT atau steril, 1 kain bersih (bisa disediakan oleh keluarga).
(JNPK-KR, 2014 ; h.171-172)
7. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita
mengacu kepada beberapa pertimbangan sebagai berikut :
a. Tujuan asuhan kebidanan
1) Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan pasien
2) Memfasilitasi pasien untuk menjalani persalinannya dengan rasa aman dan penuh
percaya diri
3) Meyakinkan pasien dan pasangannya untuk mengembangkan kemampuan sebagai
orang tua dan untuk mendapatkan pengalaman berharga sebagai orang tua
b. Efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah
Dalam melakukan evaluasi mengenai seberapa efektif tindakan dan asuhan yang kita
berikan kepada pasien, kita perlu mengkaji respons pasien dan peningkatan kondisi yang
kita targetkan pada saat penyusunan perencanaan.Hasil pengkajian ini kita jadikan
sebagai acuan dalam pelaksanaan asuhan berikutnya.
c. Hasil Asuhan
Meliputi :
1) Penerimaan pasien terhadap kondisi dan kesiapannya dalam menghadapisetiap tahap
persalinan
2) Stabilitas psikologis suami dan keluarga dalam mendampingi pasien
3) Pasien kooperatif dalam proses persalinan
4) Suami dan keluarga senantiasa siap memberikan dukungan
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013 ; h.233)
Manajemen Kala II
Tanggal :..... Jam :.....
a. Subyektif
1. Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi uterus.
2. Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina
(JNPK-KR, 2014 ; h.73)
b. Obyektif
1. Perineum nampak menonjol
2. Vulva vagina dan sfringter ani nampak membuka.
3. Meningkatnya pengeluaran lendir darah
4. Pembukaan serviks lengkap
5. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
(JNPK-KR, 2014 ; h.73)
6. Kontraksi durasi lebih dari 40 detik, frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10
menit, intensitas kuat.
7. Pada umumnya ketuban pecah sendiri.
8. Perubahan fisiologis
a) Tekanan darah
Antara100/60-130/90 mmHg.Upaya mendorong pada ibu menyebabkan tekanan
darah meningkat lagi 15 sampai 25 mmHg selama kontraksi dan kemudian
menurun dan pada akhirnya berada sedikit diatas normal. (Varney, 2008;h.757)
b) Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali per menit.Nadi meningkat selama
kala II persalinan disertai takikardi yang nyata ketika mencapai puncak pada
saat persalinan. (Varney, 2008;h.757)
c) Pernafasan
Frekuensi normal 12-20x/menit. Persalinan sama seperti pada saat kala I
persalinan. (Varney, 2008;757)
d) Suhu
Suhu tubuh normal adalah 36-37,5ºC. (Romauli, 2011: 173). Suhu sedikit
meningkatkan selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan.Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,50C sampai 10C
adalah normal yang mencerminkan peningkatan metabolisme selama
persalinan. (Varney, 2008 : 757)
c. Assesment
Ny.......Umur 20-35 tahun, G ≤ 4 P ≤ 3 A 0, UK 36-40 minggu,janin tunggal, hidup,
intrauterin, puka/puki, presentasi belakang kepala, inpartu kala II fisiologis
d. Penatalaksanaan
1. Setelah pembukaan lengkap, beritahukan pada ibu bahwa akan terjadi dorongan
alamiah berupa rasa tegang pada dinding perut yang diikuti rasa nyeri dan ingin
meneran (jika kepala bayi menekan pleksus Frankenhauser pada rektum) untuk
mengeluarkan bayi dari jalan lahir.
2. Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, merangkak, berjongkok atau
miring untuk member rasa nyaman dan mempersingkat kala dua.
3. Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran bayi
jika ibu memang menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang
dialaminya.
4. Membimbing ibu untuk meneran
5. Jika kala II telah dapat dipastikan, tunggu sampai ibu merasakan adanya dorongan
spontan untuk meneran. Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi.
6. Diagnosis kala II dan memulai upaya meneran :
a) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)
b) Pakai satu sarung tangan DTT / steril untuk periksa dalam
c) Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam
d) Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan pembukaan sudah lengkap
(10 cm), lalu lepaskan sarung tangan sesuai prosedur pencegahan infeksi.
e) Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu mencari posisi
nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-jalan di sekitar ruang bersalin.
Ajarkan cara bernafas selama kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan
bayinya.
f) Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap, beritahukan
belum saatnya untuk meneran, beri nasehat untuk tidak meneran dan ajarkan cara
bernafas cepat selama kontraksi berlangsung. Bantu ibu untuk memperoleh
posisi yang nyaman dan beritahukan untuk menahan diri untuk meneran hingga
penolong memberitahukan saat yang tepat untuk ibu.
g) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran, bantu ibu
mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk meneran secara efektif dan
benar dan mengikuti dorongan alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu
untuk membantu dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan pada
partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Pastikan ibu
dapat beristirahat diantara kontraksi.
h) Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan untuk meneran, bantu
ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman (bila masih mampu anjurkan untuk
berjalan-jalan).
i) Jika ibu masih merasa ada dorongan untuk meneran setelah 60 menit (nulipara)
atau 30 menit (multipara) sejak pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran
di setiap puncak (fase acme) kontraksi. Anjurkan ibu mengubah posisinya secara
teratur, tawarkan untuk minum, dan pantau DJJ setiap 5-10 menit. Lakukan
stimulasi putting susu untuk memperkuat kontraksi.
j) Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit (nulipara) atau 30 menit (multipara)
meneran dan kontraksi adekuat atau jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi,
rujuk ibu segera karena tidak turunnya kepala bayi mungkin disebabkan oleh
disproporsi kepala panggul (CPD).
7. Menolong kelahiran bayi
a) Posisi ibu saat melahirkan
b) Ibu dapat melahirkan bayinya pada posisi apapun kecuali pada posisi berbaring
terlentang (supine position).
c) Pencegahan laserasi
d) Jalin kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat dapat
mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Bimbing
ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas cepat pada waktunya.
e) Melahirkan kepala
f) Saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm (crowning), letakkan kain yang bersih
dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain/handuk
bersih pada perut bawah ibu (untu mengeringkan bayi segera setelah lahir).
Lindungi perineum dengan satu tangan (diselubungi kain bersih dan kering), ibu
jari pada salah sisi perineum, 4 jari tangan pada sisi yang lain, dan tangan lain
pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap
fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati vulva dan perineum. Jika bayi
menangis dan bernafas spontan, tidak perlu dilakukan penghisapan mucus.
g) Periksa tali pusat pada leher
h) Jika ada dan lilitan di leher bayi cukup longgar maka lepaskan lilitan tersebut
dengan melewati kepala bayi. Jika lilitan tali pusat sangat erat maka klem jepit
tali pusat pada 2 tempat dimana jarak antara masing-masing klem adalah 3 cm,
kemudian potong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
i) Melahirkan bahu
1) Setelah menyeka mulut dan hidung bayi dan memeriksa tali pusat, tunggu
kontraksi berikut dan terjadinya putaran paksi luar secara spontan.
2) Letakkan tangan pada sisi kiri dan kanan kepala bayi, minta ibu meneran
sambil penolong menekan kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi
hingga bahu depan melewati simfisis.
3) Setelah bahu depan lahir, gerakkan kepala keatas dan lateral tubuh bayi
sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan.
j) Melahirkan Seluruh Tubuh Bayi
1) Saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke arah perineum
dan sanggah bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
2) Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan lengan
bawah posterior saat melewati perineum.
3) Tangan bawah (posterior) menopang bagian samping posterior tubuh bayi
saat dilahirkan.
4) Secara simultan, tangan atas (anterior) menelusuri dan memegang bahu, siku
dan lengan bawah anterior.
5) Lanjutkan penelusuran dan pegang bagian punggung, bokong, dan kaki.
6) Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas diantara kedua kaki
bayi yang kemudian dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya.
7) Letakkan bayi diatas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut
bawah ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
8) Segera keringkan dan lakukan rangsangan taktil pada tubuh bayi dengan
kain atau selimut diatas perut ibu. Pastikan bahwa kepala bayi tertutup
dengan baik.
(JNPK-KR, 2014 : h.76-85)
e. Evaluasi
Pada akhir kala II, bidan melakukan evaluasi, antara lain :
1. Keadaan umum bayi : jenis kelamin, spontanitas menangis segera setelah lahir dan
warna kulit
2. Keadaan umum pasien : kontraksi, perdarahan dan kesadaran
3. Kepastian adanya janin kedua
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 ; h.237)
Management Kala IV
Tanggal :..... Jam :.....
a. Subyektif
Data subyektif kala IV menurut Sulistyowati dan Nugraheny (2010: 239) :
1. Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir
2. Pasien mengatakan perutnya mulas
3. Pasien mengatakan merasa lelah tetapi bahagia
b. Obyektif
Data subyektif kala IV:
1. Plasenta lahir spontan lengkap pada tanggal………….jam……
2. Kontraksi uterus baik, plasenta dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, kandung kemih
kosong, bayi dalam keadaan sehat. (Varney, 2008 ; h.836-837)
3. Serviks, vagina dan perineum apakah ada laserasi, memar, dan pembentukkan awal
hematom. ( Varney,dkk,2008;h.836)
4. TFU setinggi atau 1-2 jari di bawah pusat
5. Tekanan darah, nadi, dan pernafasan kembali normal, sedangkan suhu tubuh yang
normal dibawah 38°C yang biasanya diikuti dengan gemetar. (Varney,2008;h.836)
c. Assesment
Ny. ..... umur 20-35 tahun, P ≤ 4 A 0 inpartu kala IV.
d. Penatalaksanaan
1. Melakukan pemantauan kala IV
2. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum kemudian melanjutkan
dengan penjahitan perineum
3. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervagina
a) 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin
b) setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c) setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pasca persalinan
4. Memeriksa kembali nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1
jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit pada jam kedua pascapersalinan
5. Memeriksa temperature / suhu tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca
persalinan
(DEPKES RI, 2008 ; h.116-117)
6. Memenuhi kebutuhan pada kala IV
a) Hidrasi dan nutrisi
b) Hygiene dan kenyamanan pasien
c) Bimbingan dan dukungan untuk berkemih
d) Kehadiran bidan sebagai pendamping
e) Dukungan dalam pemberian ASI dini
f) Posisi tubuh yang nyaman
g) Tempat dan alas tidur yang kering dan bersih agar tidak terjadi infeksi
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010 ; h.240-241)
7. Mengajarkan ibu atau keluarga untuk memasase uterusnya sendiriMenghitung lama
persalinan dan jumlah perdarahan
a) Lama Persalinan
1) Kala I : fase latent berlangsung 8 jam dan fase aktif berlangsung 7
jam
2) Kala II : pada primipara berlangsung 2 jam, pada multipara berlangsung 1
jam
3) Kala III : tidak lebih dari 30 menit
4) Kala IV : mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam
(Sulistyawati dan Nugrahaeni, 2013 ; h.7-9)
b) Jumlah perdarahan
Kala I……………………...cc
Kala II……………………..cc
Kala III…………………….cc
Kala IV…………………….cc
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc.
(Sulistyawati dan nugraheni, 2013;h.9).
e. Evaluasi
Hasil akhir dari asuhan persalinan kala IV normal adalah pasien dan bayi dalam keadaan
baik, yang ditunjukkan dengan stabilitas fisik dan psikologis pasien dengan kriteria.
1. tanda vital pasien normal
2. perkiraan jumlah perdarahan total selama persalinan tidak lebih dari 500 cc
3. kontraksi uterus baik
4. IMD berhasil
5. pasien dapat beradaptasi dengan peran barunya