Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS

PENDOKUMENTASIAN PADA MSA NIFAS

Disusun oleh :

Kelompok 3

Amrina Rosyada ( 022016011) Ninda Nabila S ( 022016008)

Desi Puspita ( 022016006) Putri Lestari ( 022016031)

Firdaus Kirana N ( 022016028) Siti Anisa T ( 022016020)

Mardiyah ( 022016024) Asyifa Tripuspa D ( 022014038)

Tanggal pengumpulan : Jum’at, 08 Desember 2017

Dosen Pengajar : Astuti Dyah Bestari, S.ST.,M.Keb

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

2017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “PENDOKUMENTASIAN PADA MASA NIFAS” Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi Kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, amin .

Bandung, 06 Desember 2017

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Salah satu upaya yang dapat di lakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan adalah dengan adanya sistem pendokumentasian yang baik. Sistem
pendokumentasian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai
sarana komunikasi antar tenaga kesehatan, saran untuk dapat mengikuti
perkembangan dan evaluasi pasien, dapat dijadikan data penelitian dan pendidikan,
mempunyai nilai hukum dan merupakan dokumen yang syah. Dalam kebidanan
banyak hal penting yang harus di dokumentasikan yaitu segala asuhan atau tindakan
yang diberikan oleh bidan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi dan keluarga
berencana
Bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis yang akurat
dan lengkap yang di miliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan khusunya
pada ibu postpartum dan berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan, dan
kalangan bidan sendiri. Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang di berikan pada
ibu segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah persalinan. Terlaksananya
suhan segera/ rutin pada ibu postpartum termaksud melakukan pengkajian, pembuatan
diagnosis, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosis
dan masalah potensial, tindakan segera, serta merencanakan asuhan.
B. Tujuan
Untuk mengetahui pendokumentasian pada masa nifas, meliputi data subjektif, data
objektif, assesment dan planning pada masa nifas.
C. Skenario kasus
Ny R p1A0 post partum 8hari datang ke BPM mengeluh Demam tinggi dan menggigil
sejak sehari yang lalu ,takut saat cebok karena adanya rasa nyeri pada luka jahitan
jalan lahir, hasil memeriksaan TD:100/70 N:98x/m R:22x/m S:38,2C TFU tidak
teraba involusi uterus normal,vulva vagina tak.luka jahitan lembab dan berbau lochea
normal ,pemeriksaan menunjang Hb:12,gr
D. Periode waktu dan tempat
Tempat :STIEMB
waktu : pukul 09.00 s/d 12.00

E. Deskripsi kerja
STEP 1
Tidak ada kata atau istilah yang tidak di mengerti
STEP 2
1. Mengapa ibu mengeluh demam dan menggigil?
2. Apa yang menyebabkan luka jahitan ibu lembab dan berbau?
3. Luka jahitan seharusnya kering berapa lama?
4. Apa luka jahitan yang lembab dan berbau menyebabkan demam tinggi?
5. Asuhan yang bidan berika?
6. Apa yang dibutuhkan ibu pada kasus tersebut (post partum 8 hari)
7. Peran bidan pada kasus tersebut?
STEP 3
1. karena sutuh tubuh ibu yang meningat yang disebabkan oleh infeksi
2. karena personal ibu yang kurang berhatiaan
3. 7 hari
4. ya karena dapat menyebabkan infeksi sehingga terjadi demam
5. memberitahu ibu perawatan luka jahitan
6. personal hygiene, asupan nutris, pola istirahat, memberikan konseling
7. memberitahu konseling
STEP 4

MIND MAPPING

PENDOKUMENTASIAN MASA
NIFAS

DATA DATA
SUBJEKT OBJEKTIF
IF

KELUHAN UTAMA TTV


LOCHEA
KEADAAN INVOLUSIUTERUS
IBU DAN BAYI LUKA JAHITAN
PERSONAL V/VPEMERIKSAAN
HYGIENE PENUNJANG

ASSESMENT PLANNING

PENGUMPULAN
DATA
INTERPRETASI MERENCANAKA
DATA N
MASALAH MELAKSANAKA
POTENSIAL N
TINDAKAN EVALUASI
SEGERA
DIAGNOSA
STEP 5
LO
1. Untuk mengetahui data subjektif?
2. Untuk mengetahui data objektif?
3. Untuk mengetahui assesment?
4. Untuk mengetahui planning?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Data subjektif pada masa nifas


Data subjektif adalah data yang diperoleh langsung dari klien melalui
anamnesa yang berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Data subjektif
akan menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
Data subjektif selain diperoleh dari hasil bertanya langsung dari pasien, juga
dapat diperoleh dari suami atau keluarga ( identitas umum, keluhan, riwayat
menarche, riiwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB,
penyakit, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial,
pola hidup.)

Data subjektif :
1. Biodata yang mencakup identitas pasien
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
b. Umur
c. Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-
alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih
dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
d. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan
pasien dalam berdoa.
e. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh-mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
f. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari hari.
g. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
h. Alamat

Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan

2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya
pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit
akut, kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada
masa nifas ini.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya.
4. Riwayat Perkawinan.
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena
bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga
akan mempengaruhi proses nifas.
5. Riwayat Obstetrik
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu,
penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
b. Riwayat Persalinan sekarang.
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB,
BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses
persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat
ini

6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa
lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa
nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
7. Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada
kebiasaan pantang makan.
8. Data Psikososial, Ekonomi dan Spiritual.
Untuk mengatahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak
perubahan emosi / psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri menjadi
seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukan depresi ringan beberapa hari setelah kelahiran.
Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Postpartum blues sebagian
besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang
terpisah dari keluarga dan bayinya. Pola ibadah ibu yang dilakukan dalam sehari-hari. Hal
ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor.

Penyebab yang paling menonjol adalah :

● Kekecewaan emosional yang meng-ikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan

wanita selama kehamilan dan persalinan.

● Rasa sakit masa nifas awal.

● Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum.


● Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah me-ninggalkan

rumah sakit

● Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.

Menjelaskan pengkajian psikologis:

● Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya

● Respon ibu terhadap bayinya

● Respon ibu terhadap dirinya

Respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya, rencana menyusukan bayi sampai
dengan yang dibutuhkan, penyesuaian akan adat istiadat yang di anut, kegiatan yang akan
dilaksanakan setelah kelahiran bayi seperti: adazan dan iqamah, aqiqah, cukur rambut dan hal
lain yang berkaitan dengan agama.

9. Data Pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan
sehingga akan menguntung-kan selama masa nifas. Tingkat pengetahuan ibu tentang
manfaat ASI, vulva higine, perawatan payudara, rencana mengasuh bayi, rencana KB,
kolaborasi masyarakat yang menguntungkan dan merugikan.
10. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari.
a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis
makanan, makanan pantangan.
b. Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, wama, jumlah.

c. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan
sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi
obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat sangat penting
bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat memper-cepat
penyembuhan.
d. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada
daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
e. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh
aktivitas terhadap kese-hatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat
proses pengembalian alat - alat reproduksi. Apakah ibu melakukan ambulasi, seberapa
sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika
melakukan ambulasi.

2. Data objektif pada masa nifas


dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan
data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk
kedalam komponen-komponen pengkajian data objektif ini adalah:
1. Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi yang dialaminya.
a. Temperatur / suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada
umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada
waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena isirahat dan tidur yang
diperpanjang selama awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post
partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 38 2 C
adalah mengarah ke tanda - tanda infeksi.
b. Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60 - 80x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/ menit pada masa
nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang
berlebihan.Jika takikardi tidak disertai panas kemungkinan disebabkan karena
adanya vitium kordis. Beberapa ibu postpartum kadang-kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai serendah – rendahnya 40
sampai 50x/menit, beberapa alasan telah diberikan sebagai penyebab yang
mungkin, tetapi belum ada penelitian yang mem-buktikan bahwa hal itu adalah
suatu kelainan. Pernafasan harus berada dalam tentang yang normal, yaitu sekitar
20 - 30x/menit.
c. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit - penyakit lain
yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan buah dada dan puting susu
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar putting susu, ini
menandakan dimulainya proses menyusui, pada hari kedua dan ke tiga akan
diproduksi collostrum / susu jolong yaitu asi berwarna kuning keruh yang kaya akan
anti body dan protein, sebagian ibu membuangnya karena dianggap kotor, sebaliknya
asih ini sangat bagus. Pengakajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi
penampilan, Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan
areola dan integritasi puting, posisi bayi pada payudara, stimulation nepple
erexi adanya kolostrum, apakah payudara terisi susu, Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, dan adanya sumbatan ductus, kongesti, dan tanda – tanda mastitis
potensial. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
Tujuan dari pemeriksaan payudara adalah Sebagai pemeriksaan tindak lanjut
dari pemeriksaa payudara prenatal dan segera setelah melahirkan apakah ada
komplikasi postpartum misalnya bendungan pada payudara (3-5 hari postpartum),
abses payudara, mastitis (3-4 minggu postpartum)
Cara Pemeriksaan :
1) Inspeksi Payudara:
a. Cek kecukupan penyangga dengan menggunakan bra yang pasa dan tepat
dalam
b. Bantu pasien mengatur posisi duduk menghadap kedepan, telanjang dada
dengan kedua
c. tangan rileks di sisi tubuh
d. Inspeksi kulit payudara mengenai warna, lesi, vaskularisasi dan udema
e. Inspeksi Epitelium putting: Karakteristik ukuran (kecil,besar), bentuk
(menonjol, datar, mendelep), pengeluaran cairan dan banyaknya
(kolostrum, ASI, pus, darah) dan luka/lecet pada putting susu.
2) Palpasi payudara untuk memastikan
a. Lakukan palpasi di sekeliling putting susu untuk mengetahui adanya
keluaran. Bila adanya maka identifikasi keluaran tersebut mengenai
sumber, jumlah, warna, konsistensi, dan kaji terhadap adanya nyeri tekan.
b. Angkat dan lipat tangan pasien Palpasi daerah klavikula dan ketiak
terutama pada area limfe nodi
c. Lakukan palpasi setiap payudara dengan teknis bimanual terutama untuk
payudara yang beukuran besar
b. Abdomen Uterus ( adanya involusi)
Adanya involusi uterus adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya
alat kandungan atau uterus dan jalan kelahiran setelah bayi dilahirkan hingga
mencapainya kadaan seperti sebelum hamil.
Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah pelebaran otot perut normal atau tidak caranya yaitu dengan
memasukkan kedua jari kita yaitu jari telunjuk dan jari tengah ke bagian dari
diafragma dari perut ibu. Jika jari kita masuk dua jari berarti diastasis rectie ibu
normal. Jika lebih dari dua jai berarti abnormal. Cara penanganan diastasis rectie
adalah dengan operasi ringan (tometock)

Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram


Uri lahir 1 jari bawah pusat 750 gram

1 Minggu Pertengahan sympisis pusat 500gram

2 Minggu Tidak teraba diatas simphisis 350 gram

6 Minggu Bertambah kecil 50 gram

8 Minggu Sebesar normal 30 ram

Berikut adalah hal yang di nilai dari involusi uterus:

Normal :

● Kokoh, berkontraksi baik

● Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera

Abnormal:

● Lembek

● Di atas ketinggian fundal saat masa post partum segera

● Kandung kemih : bisa buang air/ tak bisa buang air

c. Keadaan Vulva dan vagina


Setelah persalinan vulva dan vagina agak berwarana merah kehitaman,
konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir,
tangan masih bisa masuk rongga rahim ; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat
genitalianya karna pada maa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena infeksi
a) Lochea
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri melalui vagina dalam masa
nifas. Lochea dibagi dalam beberapa jenis diantaranya:

● Lochea Rubra, yaitu berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari paska


persalinan.

● Lochea sanguinolenta, yaitu berwarna merah kuning berisi darah dan lendir

selama hari ke 3-7 paska persalinan.

● Lochea serosa, yaitu berwarna kuning, cairan tidak brdarah lagi selama hari

ke 7-14 paska persalinan.

● Lochea alba, yaitu cairan putih setelah 2 minggu

● Lochea purulenta, yaitu terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan

berbau busuk

● Lochiostasis, yaitu lochia tidak lancar pengeluarannya.

Berikut adalah hal yang di nilai dari pengeluaran lochea adalah

Normal :

● Merahhitam (lochia rubra)

● Bau biasa

● Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil)

● Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut

setiap 3-5 jam)


Abnormal :

● Merah terang

● Bau busuk

● Mengeluarkan darah beku


● Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam)

d. Keadaan perineum
Pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6 – 7 hari. Berikut
adalah hal yang di nilai dari keadaan perinieum adalah oedema, hematoma, bekas luka
episiotomi/ robekan, hecting
e. Keadaan sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan berkurangnya
fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin / sulit BAB. Terkadang muncul wasir /
ambeien pada ibu setelah melahirkan. Ini kemungkinan karena kesalahan cara
mengajar juga karena sembelit berkepanjangan sebelum dan sesudah melahirkan.
Dengan memperbanyak asupan serat akan mengurangi bahkan menghilanhkan
keluhan ambein ini. Berikut adalah hal yang di nilai dari keadaan pada sistem
pencernaan adalah hemorrhoid
f. Keadaan sistem perkemihan
Dinding kandung kemih mengalami hypereamia soeduna, ada derah kecil
haemororagio hari pertama ibu biasanya mengalami kesuliatan buang air kecil, selain
khawatir nyeri jahitan, juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan
kepala bayi, namun usahakan tetap kencing secara teratur, kare3na kandung kencing
yang terlalu penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi
pendarahan.
g. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan penelitian perubahan yang timbul pada penyakit,
perubahan ini bisa berupa penyebab atau akibat pemeriksaan penunjang juga sebagai
ilmu terapan yang berguna membantu petugas kesehatan dalam mediagnosis dan
mengobati pasien

3. Assesment pada masa nifas


a. Langkah 1 Mengumpulkan Data
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:

● Riwayat kesehatan

● Pemeriksaan fisik pada kesehatan

● Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

● Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi

Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal
yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada
dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
b. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering berkaitan dengan
pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai
diagnosa. Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses
persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak
termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan
suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu
perencanaan untuk mengurangi rasa sakit.
c. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati
klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-
benar terjadi.
d. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai kondisi klien.Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik
atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.Data baru mungkin
saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan
situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera
setelah lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter,
misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
e. Langkah V(kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada
langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien
bila ada masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial ekonomi,kultur atau masalah
psikologis. Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar- benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yg up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.
f. Langkah VI(keenam) : Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini
bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang
efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
g. Langkah VII(Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif
sedang sebagian belum efektif.

4. Assesment pada masa nifas


a) Memberitahukan kepada pasien mengenai hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami
tanda infeksi, ibu mengerti dengan hasil pemeriksaannya
b) Memberikan suppot mental pada ibu dengan cara memotivasi ibu untuk tetap
tenang dan tidak takut, ibu mengerti dan sudah tidak takut untuk cebok
c) Memberitahukan kepada pasien bagaimana cara merawat luka, ibu mengerti dan
akan merawat luka ibu
d) Memberitahukan dan menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, ibu mengerti dan
akan melakukannya
e) Menganjurkan ibu untuk banyak istrihat, ibu mengerti dan akan melakukannya
f) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygene, ibu mengerti dan akan menjaga
kebersihan diri
g) Berikan obat analgetik untuk demam ibu, ibu mengerti dan akan meminum obat
h) Menganjurkan ibu melakukan kunjuangan ulang pada tanggal 1 minggu kemudian
atau jika ada keluhan, ibu mengerti dan akan melakukan kunjungan ulang
BAB III
KESIMPULAN
1. Data subjektif adalah data yang diperoleh langsung dari klien melalui anamnesa
yang berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Data subjektif akan
menguatkan diagnosa yang akan dibuat.
2. dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus
mengumpulkan data objektif untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam
keadaan stabil.
3. Assesment pada masa nifas di lakukan dengan pengkajian dan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap
4. Planning pada masa nifas merupakana asuhan yang di berikan kepada ibu berupa
konseling
DAFTAR PUSTAKA

Eny retna,dkk, 2008. Asuhan kebidanan nifas. Yogyakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Rustam Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai