Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Media Pembelajaran
1. Pengertian media pembelajaran
Pembelajaran memiliki komponen pendukung penting untuk
menunjang kelancaran pelaksanaannya. Komponen tersebut diantaranya
ada dua yang meliputi media dan metode pembelajaran. Pada dasarnya
metode pembelajaran berpengaruh pada kesesuaian media yang akan
digunakan. Terdapat aspek lain yang juga sangat penting dalam pemilihan
media untuk menunjang pembelajaran di kelas yaitu berkaitan dengan
tujuan pembelajaran, respon yang diharapkan, karakteristik siswa, dan jenis
tugas yang akan diberikan. Arsyad Ashar (2005 : 15) mengemukakan bahwa
kegunaan dari media pembelajaran salah satunya yaitu digunakan sebagai
alat untuk mempermudah pembelajaran yang berpengaruh terhadap
lingkungan pembelajaran, iklim dan kondisi belajar, serta suasana yang
dikelola oleh guru.
Pada jenjang sekolah dasar, media pembelajaran merupakan
komponen yang sangat penting untuk diperhatikan. Media pembelajaran
diartikan sebagai alat, kegiatan, maupun lingkungan yang dikondisikan
dan drencanakan secara sengaja untuk menyampaikan materi pembelajaran
dari guru kepada siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dilakukan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan pembelajaran bisa
berjalan secara efisien dan efektif. Media pembelajaran juga digunakan
untuk menambah pengalaman siswa dalam menangkap materi ajar
sehingga menumbuhkan pemikiran kritis dan rasa ingin tahu karena
perhatian siswa telah tertarik pada media yang dikembangkan oleh guru.
Hal ini bisa menjadi upaya yang dapat menjadikan prestasi belajar siswa
menjadi lebik maksimal.

1
2

2. Ciri – ciri Media Pembelajaran


Gerlach & Ely yang dikutip Arsyad Azhar (2005: 12) mengemukakan
mengenai 3 karakteristik utama dari media belajar yang dapat
meningkatkan efektivitas pembelajaran yang tidak bisa dilakukan oleh
guru. Karakteristik tersebut antara lain :
a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Media pembelajaran dapat menyimpan, melakukan rekaman,
mewujudkan kembali tampilan yang berhubungan dengan materi yang
diajarkan. Objek materi belajar atau suatu peristiwa yang dipelajari
didokumentasikan berupa video, foto, audio, disimpan pada memori,
dan berbagai media lainnya. Ciri ini disebut dengan ciri fiksaktif yang
mana media pembelajaran mampu diputar kembali kapanpun dan
dimanapun tanpa ada batasan tertentu.
b. Ciri manipulatif (Manipulative Property)
Ciri manipulatif media pembelajaran diartikan sebagai kondisi
penyajian materi yang awalnya membutuhkan waktu yang panjang dan
berhari-hari dapat ditampilan dalam waktu singkat dalam hitungan
menit. Teknik yang dilakukan bisa menggunakan time-lapse recording.
c. Ciri distributif (Distributive Property)
Ciri ini berhubungan dengan kejadian atau objek tertentu yang
mengalami transportasi informasi sehingga antara materi yang
dipelajari siswa dengan pengalaman yang disapatkan dengan kondisi
sehari-hari dapat dirasakan secara langsung. Konsep ini juga
mengandung makna bahwa media pembelajaran yang telah direkam
dan disimpan dapat dilakukan profuksi ulang secara fleksibel
diberbagai tempat, dan waktu, serta bisa dilakukan pengulangan
berkali-kali. Perekaman yang dilakukan harus dikondisikan menyerulai
wujud yang asli dari materi yang dijelaskan oleh guru. Paparan di atas
menghasilkan kesimpulan bahwa ciri-ciri media pembelajaran anatara
lain dapat digunakan dengan baik dengan memperhatikan kelompok
kesar atau digunakan pada lingkup individu; wujudnya bisa beripa
3

hardware maupun software. Serta memiliki beberapa ciri utama yaitu


ciri fikasatif, ciri manipulatif, dan ciri distributif.
3. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat atau keguanaan media pembelajaran dijelasakan oleh Eko
Purwanto, Hendri & Susanti menjelaskan bahwa penggunaan media ini
bertujuan agar siswa mudah memahami materi pembelajaran yang
dijelaskan guru. Berikut adalah manfaat dari media pembelajaran:
a. Motivasi belajar siswa yang tinggi bisa juga disebabkan karena
penggunaan media belajar yang menarik perhatian.
b. Tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah setelah
menyusunan bahan ajar secara optimal sehingga materi dapat diakses
oleh siswa secara optimal.
c. Media pembelajaran membantu mengatasi kebosaanaan siswa di kelas.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan variasi dalam belajar dan
kedua pihak tidak kehabisan tenaga.
d. Siswa melakukan kegiatan yang beragam selain memperhatikan guru,
misalnya melalui kegiatan demonstrasi, mengamati, dan lain
sebagainya.

4. Jenis – Jenis Media Pembelajaran


Menurut Kemp dan Dayton dalam kemendikbud (2013:3), Media
pembelajaran dapat dikelompokan menjadi 5 jenis :
a. Media Visual
Media jenis ini penggunaanya mengoptimalkan fungsi mata sebagai
indera penglihatan. Sehingga, pembelajaran didapatkan siswa
tergantung pada kemampuan melihat pada masing-masing siswa.
Media visual yang ada biasanya meliputi: peta, buku, jurnal, prototype,
modul, poster, dan media alam dan lingkungan nyata.
visual antar lain : media cetak seperti buku, modul, jurnal, peta,
poster,model dan prototype seperti globe bumi, dan media realitas
seperti alam sekitar.
4

b. Media Audio Visual


Penggunaan media ini mengoptimalkan fungsi penglihatan dan
pendengaran dalam proses pembelajaran saat di dalam kelas. Integrasi 2
indera siswa sehingga memungkinkan siswa dapat mendapatkan
informasi yang relevan dengan pembelajaran yang dilakukan. Diantara
media audiovisual yang dapat ditemui adalah video, program TV, dan
film.
c. Media Grafis (Grafika)
Penggunaan media ini menggunaakan fungsi komunikasi gagasan dan
realita yang divisualisasikan dalam bentuk gambar yang berisi juga
kata-kata.
d. Media Proyeksi Over Head Projector (OHP)
Media ini merupakan salah satu media visual simpel yang memiliki
fungsi untuk menampilkan gambar pada tranparan.
e. Media Berbasis Komputer
Media ini sedang menjadi trend di era saat ini, penggunaan computer
disebut juga dengan Computer assisted learning (CAL) atau computer
assisted instruction (CAI). Media ini dapat mengintegrasikan bentuk
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, sehingga sangat banyak
bermanfaat jika digunakan dalam pembelajaran.

B. Media Flashcard (Kartu Kata Bergambar)


1. Pengertian Media Kartu Kata Bergambar (flashcard)
Media kartu gambar merupakan media pembelajaran yang
penggunaannya mengoptimalkan fungsi penglihatan, berisi materi
pembelajaran sehingga mempermudah ingatan anak serta dapat
meningkatkan minat belajar pada anak. Selain itu fungsi dari kartu gambar
juga digunakan untuk menghubungkan dunia nyata dengan yang
ditampilkan pada kartu. Komponen yang ada pada flashcard diantaranya
adalah tulisan dan juga gambar. Komponen ini disusun untuk membantu
siswa untuk menvisualisasikan benda atau sesuatu yang dituliskan pada
5

kartu disertai dengan gambar juga di dalamnya. Penggunaan Media


flashcard bertujuan untuk membantu siswa agar lebih termotivasi dalam
belajar dan lebih mudah mengingat tulisan yang berkaitan dengan gambar
yang ada pada Media flashcard tersebut.
Media ini bisa dimanfaatkan sebagai pengoptimalan untuk menambah
kosakata pada anak untuk mendukung berkembangkan kemapuan
berbahasa pada anak. Cara kerja kartu ini adalah dengan memperlihatkan
kartu pada anak disertai dengan pendampingan membaca. Cara lain yang
bisa dilakukan menurut Jarukhi dalam lilis madyawati menjelaskan bahwa
kartu bergambar adalah rentetan cerita yang sebenarnya masih
berkesinambungan terdiri dari satuan gambar terpisah yang mewakili
makna masing-masing.
Ciri dari Media flashcard yaitu menampilkan materi dan informasi
berkaitan dengan gambar di tiap masing-masing kartu. Cara ini dianggap
dapat mempermudah ssiswa untuk mengingat pembelajaran yang
berhubungan dengan gambar pada kartu. Konsep yang dijelaskan pada
Media flashcard cukup mempermudah siswa karena memanfaatkan
keterangan beruta tulisan dan juga gambar. Sehingga berdasarkan
penjelasan di atas dapat ddisimpulkan bahwa Media flashcard
dimanfaatkan agar mengoptimalkan kegiatan belajar siswa sehingga lebih
meningkatkan motivasi dan minat belajar mereka dalam memahami suatu
materi pembelajaran, khususnya berkaitan dengan kemampuan awal
membaca.
Menurut Arsyad menjelaskan bahwasanya Media flashcard adalah
kartu yang isinya adalag tanda, simbol, tulisan, dan gambar yang
mengandung tuntunan dan materi pembelajaran agar membantu siswa
dalam mengingan dan memahami materi yang berhubungan dengan
keadaan nyata. Ukuran Media flashcard umumnya 8 x 12 cm atau bisa juga
dilakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi siswa dan kebutuhan
pembelajaran. Selain itu Haryanto dan Rahman mengemukakan bahwa
Media flashcard diartikan sebagai kartu berisi gambar yang berisi materi
6

pembelajaran sehingga mempermudah proses belajar mengajar antara


guru dan murid. Isi dari Media flashcard bisa berupa kata, huruf, atau
disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran berkaitan dengan
pengetahuan umum lainnya.

2. Karakteristik dan macam – macam media flashcard


Media flashcard sebagai media yang praktif hasil dari grafis yang
mempunyai komponen utama yaitu berupa teks, gambar, simbol, dan sisi
yang lain yaitu keterangan gambar, definisi, atau penjelasan mengenai sisi
yang satunya. Media ini berguna untuk meningkatkan daya ingat siswa
terhadap materi yang berhubungan dengan kondisinya nyata yang
dibutuhkan siswa dalam belajar. Sehingga penulis dapat menyimpulkan
ciri-ciri atau karakteristik flashcard adalah sebagai berikut:
1. Kartu yang di dalamnya terdapat visualisasi berupa gambar
2. Terdapat 2 sisi terdiri dari dua desain yang berbeda namun saling
berkaitan
3. Gambar atau simbol berada pada sisi depan.
4. Uraian atau keterangan berada pada sisi belakang.
5. Mudah dibuat dan sederhana.
Media flashcard merupakan kertu yang memberikan pemahaman
kepada siswa melalui wujud visual gambar yang berkaitan dengan kondisi
nyata yang berhubungan dengan materi pada kartu. Media ini juga bersifat
aplikatif dan praktis yang berisi informasi penting sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran. Flash card yang banyak ditemui di dunia
pendidikan misalnya flashcard binatang, flashcard huruf, dan flashcard
angka.

3. Kelebihan Media Flashcard


Cepi Riana dan Rudi mengemukakan bahwa flashcard mempunyai
beberapa kelebihan utama, yang meliputi: praktis, mudah diingat,
menyenangkan dan ringan dibawa kemanapun.
7

4. Penggunaan Media Flashcard dalam pembelajaran


Media flashcard digunakan untuk menunjang proses pembelajaran
secara efektif dan mudah yang di dalamnya terdapat teeks, gambar, simbol
atau tanda yang berfungsi menjelaskan kepada siswa mengenai suatu
materi pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mendukung siwa dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan minar belajar pada siswa.
Selain itu, media ini juga bisa digunakan untuk memberi pemahaman
kepada siswa mengenai arti atau makna dari tulisan dan gambar yang ada
pada flashcard. Sehingga pemahaman siswa menjadi lebih terbangun.
Dina Indriana menjelaskan mengenai langkah-langkah yang dapat
dilakukan saat menggunakan media flashcard antara lain :
1) Susun kartu-kartu tersebut menghadap siswa posisikan setinggi dada.
2) Saat guru selesai menjelaskan, ambil satu persatu kartu yang
dibutuhkan
3) Berikat kartu tersebut kepada siswa yang posisinya terdekat. Kemudia
minta pada siswa tersebut agar melihat kartu itu dan meneruskan
kepada temannya yang lain secara bergantian untuk melihat.
4) Penggunaan media flashcard juga bisa dipadukan dengan permainan
atau games. Berikut adalah langkah-langkahnya :
a) Kartu ditaruh di dalam kotak yang berada jaauh dari siswa, (b) siswa
bergantian dipanggil untuk berlomba, (c) guru meminta siswa untuk
mengambil kartu gambar, teks, atau lambang sesuai dengan yang
disebutkan guru, (d) siswa yang telah menemukan mengambil kartu
tersebut dan duduk pada bangkunya masing-masing, (e) siswa
mengemukakan isi dari kartu yang dipegangnya masing-masing.
8

C. Pembelajaran Membaca Permulaan


1. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan tahap belajar yang ditujukan pada
siswa SD pada kelas rendah atau kelas awal. Akhadiah (1992/1993:33)
menjelaskan mengenai konsep membaca permulaan yang dilakukan pada
kelas 1 dan 2 SD. Pada karyanya tersebut dijelaskan bahwa membaca
sebagai upaya pembelajaran untuk mengenal bahasa dalam bentuk tulisan.
Dari tulisan tersebut, siswa diberi kesempatan untuk membunyikan
lambang bunyi bahasa. Pada dasarnya, membaca permulaan adalah tahap
pembelajaran baca permulaan sebagai tahap belajar pada siswa di kelas
dasar.
Tahapan belajar membaca pada anak di tahap permulaan diantaranya
yaitu diawali dengan pengenalan kata, mengeja, dan membedakan antara
kata. Siswa mempelajari penguasaan teknik membaca serta paham
terhadap isi dari teks yang dibaca. Berkaitan dengan hal itu, guru
menyusun perencanaan belajar baca sesuai dengan kemampuan peserta
didi melalui pembiasaan literasi sebagai kegiatan yang asyik dan disenangi
siswa. Membaca permulaan dipelajari oleh peserta didik kelas 1 dan 2 yang
bertujuan untuk peserta didik dapat mampu paham dan mengucapkan
tulisan dengan intonasi yang benar. Hal ini ditujukan agar bisa menjadi
kemampuan dasar bagi siswa dalam menapaki kemampuan membaca
lanjutan untuk menguasai sistem tulisan dan mempresentasikan bahasa.
Membaca lanjutan merujuk pada kemampuan peserta didik untuk
mengasai makna dari tulisan yang dibacanya. Pada tingkat ini siswa
membaca untuk belajar atau disebut engan reading to learn. Tingkatan di
atas saling berkesinambungan sehingga pada tingkatan membaca
permulaan hal ini difokuskan pada kemampuan teknik menulis dan mulai
memahami membaca lanjut meski masih dalam keterbatasan.
Membaca permulaan di tingkat sekolah dasar bernilai strategi dalam
peningkatan kemampuan dan pribadi siswa. Kepribadian peserta didik
dapat dikembangkan melalui materi teks bacaan yang terdiri dari huruf,
9

suku kata, kata, kalimat, dan disatukan dalam wacana yang mengandung
amanat yang dapat menjadi pedoman siswa dalam kehidupannya. Selain
sebagai pengembangan kepribadian siswa, wacana juga dikembangkan
untuk menunjang kemampuan akademik siswa. Kemampuan non
akademik seperti nilai sosial, emosional, dan spiritual menjadi pondasi
pembentukan pribadi siswa menjadi anak yang hebat di masa yang akan
datang. Pembelajaran mengenai hal tersebut dapat dilakukan secara
terintegrasi lewat pembelajaran narasi bacaan yang di dalamnya terdapat
pengalaman dan pengetahuan baru yang berorientasi pengembangan
potensi peserta didik.
Sebagai kemampuan dasar pengenalan simbol, tanda, dan huruf yang
bisa dirangkai menjadi kata dan kalimat, siswa kemudian diarahkan
menuju kemampuan membaca permulaan. Pada membaca permulaan
huruf konsonan utama yang harus bisa diucapkan dengan baik yaitu
b,d,k,l,m,p,s,dam t. Yang kemudian menjadi a, b, d, e, i, m, o, p, s, t, dan u
sebagai indiktor permulaan.
Aktivitas membaca adalah kegiatan yang tidak hanya melafalkan
tulisan, melainkan mengoptimalkan keterlibatan kemampuan berpikir,
visual, metakognitif, dan psikolinguistik. Membaca juga diartikan sebagai
aktivitas visual dengan melakukan proses terjemah dari simol baca pada
pelafalan lisan. Membaca merupakan proses berpikir yang diawali dengan
menganal kata, memahami literal, interpretasi, baca kritis, serta
pemahaman kreatif. Membaca menggabungkan kemampuan seseorang
dalam berimajinasi dengan intergrasi kemampuan komunikasi. Melalui
kegiatan membaca komunikasi bida dilakukan meski terhalang jarang,
ruang, dan waktu. Membaca dapat menambah pengetahuan serta dapat
memahami perasaan seseorang melalui narasi yang dibaca. Berkaitan
dengan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca membuka
pengetahuan dan mendukung seseorang beradaptasi di era saat ini.
10

2. Langkah – Langkah Membaca Permulaan.


Terdapat 5 langkah membaca permulaan yang harus diketahui sebagai
pondasi kemampuan siswa dalam membaca. Langkah tersebut yaitu
pengenalan unsur kalimat, pengenalan unsur kata, pengenalan unsur
huruf, mampu rangkai huruf dalam satuan suku kata dan kata. Penekanan
pembelajaran membacaa permulaan yaitu terletak pada berkembangnya
kemampuan membaca dasar pada anak yang berhubungan dengan
pelafalan huruf, suku kata, kalimat yang dijelaskan pada anak baik dalam
bentuk tertulis maupun lisan.

3. Tujuan Pembelajaran Membaca Permulaan


Wassid menjelaskan bahwa membaca permulaan bertujuan untuk
mengoptimalisasikan beberapa tingkatan kemampuan membaca pada
anak. Tingkatan tersebut meliputi :
Menurut Wassid tujuan pembelajaran membaca dibagi menjadi
beberapa tingkat pemula. Menurutnya, tujuan pembelajaran bagi tingkat
pemula adalah sebagai berikut :
a. Pengenalan lambang atau simbol bahasa melalui membaca anak bisa
secara langsung mengamati lambang bahasa sehingga aktivitas ini
dapat menambah pemahaman anak terhadap konsep lambang bahasa
yang berbeda.
b. Pengenalan kalimat dan kata, melalui kegiatan ini siswa dapat
mengenal kata untuk bisa dirangkai menjadi kalimat.
c. Penemuan kata kunci dan gagasan utama.
d. Menceritakan ulang kisah pendek.

Pembelajaran membaca permulaan dirancang agar peserta didik dapat


melafalkan kalimat dan paham dengan konsep sederhana mengenai
penggunaan intonasi yang benar, dan menyurakan suaranya sesuai dengan
tulisan, serta dapat membaca kata dan kalimat sederhana secara tepat dan
lancar pada rentang waktu yang singkat. Berikut ini adalah tujuan
pengajaran membaca permulaan pada anak menurut Soejono :
11

1. Pengenalan huruf abjad sebagai tanda bunyi dan tanda suara.


2. Mengembangkan kemampuan anak dalam merubah huruf tulis menjadi
lafal suara.
3. Saat anak memasuki tahap membaca lanjut, anak mengetahui huruf dan
telah dapat melafalkan huruf, kata, atau kalimat sederhana.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah


bahwasannya membaca permulaan bertujuan untuk membuat anak paham
mengenai lambang bahasa yang selanjutnya disuarakan. Hal ini ditujukan
agar anak paham mengenai isi dari lambang bahasa yangs sedang
dibacanya. Karena membaca di era saat ini sangat penting. Maka dari itu,
membaca permulaan sangat penting dimiliki anak sebagai bekal untuk
mampu membaca tingkat lanjut.

4. Faktor Penghambat Pembelajaran Membaca Permulaan


Membaca akan berbeda untuk setiap anak, tergantung pada apa yang
merangsang mereka. Anak-anak yang mengalami kesulitan membaca
seringkali kesulitan mengenal kata-kata, melakukan kesalahan dengan
penghilangan, menyisipkan, mengganti, membalik, serta melakukan
berbgai perubahan tata letak bahasa. Beberapa gejala dari masalah tersebut
antara lain jawaban yang salah atas pertanyaan tentang bacaan, tidak dapat
memahami apa yang dibaca, dan tidak dapat mengikuti tema utama cerita.
Gejala lainnya seperti membaca kata demi kata, membaca dengan penuh
ketegangan, dan nada tinggi, dan membaca dengan penekanan yang tidak
tepat.

D. Pengertian Menulis Permulaan


Pada kelas rendah menulis permulaan juga merupakan tahap
pembelajaran yang dilalui oleh siswa. Pentingnya kemampuan menulis
permulaan pada siswa digunakan untuk dasar yang menunjang kemampuan
menulis pada tahap yang lebih tinggi. Siswa yang telah memiliki kemampuan
menulis permulaan yang baik di kelas rendah akan dapay mengikuti
12

pengajaran menulis tingkat lanjut dengan baik dan cepat. Meski demikian, di
sekolah tidak semua siswa lancar dalam melewati tahap menulis permulaan,
terdapat juga siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ini. Sugihartono,dkk
(2010 : 105) menjelaskan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berhasil
atau tidaknya pengajaran menulis permulaan disebabkan karena tujuan
belajar, proses pelaksanaan, minat siswa, kesiapan siswa, lingkungan, gaya
mengajar dan juga evaluasi.
Terdapat hambatan yang menjadi faktor siswa kurang dapat mengikuti
pembelajaran membaca dan menulis. Hal ini misalnya karena anak mengalami
kesulitan belajar. Anak dengan kesulitan belajar kesulitan pada kemampuan
akademik dan psoes pdikologis basic, sehingga menampilkan perbedaan
kemampuan dan potensi yang dimilikinya dibandingkan dengan siswa lain
seusianya (Mulyono Abdurrahman, 2010: 9). Hambatan pada proses pdikologis
dasar yang dialami siswa menyebabkan anak kesulitan pada kemampuan
akademik seperti menghitung, mengeja, membaca, dan menulis. Faktor inilah
yang seringkali disalahersepsikan bahwa anak dengan kesulitan belajar
memiliki IQ di bawah rata-rata. Padahal berdasarkan faktanya tidak demikian,
ketertinggalan yang dialami anak kesulitan belajar bukan disebabkan karena
hambatan fisik maupun inteligensi melainkan karena berbedanya proses
psikologis dasar pada diri siswa tersebut.
Anaak kesulitan belajar diklasifikasikan menjadi 2 jenis. Mulyono (2010)
menjelaskan klasifikasi tersebut yaitu didasarkan pada kesulitan belajar yang
berhubungan dengan perkembangan, dan kesulitan belajar yang berhubungan
dengan akademik. Pada aspek perkembangan kesulitan belajar berhubungan
dengan tumbuh kembang anak pada kemampuan persepsi dan gangguan
motorik, komunikasi, bahasa, serta gaangguan perilaku sosial. Kalau kesulitan
belajar pada aspek akademik dikaitkan dengan kemampuan anak dapat
melakukan kegiatan menulis, membaca, dan berhitung matematika. Pada
kesulitan belajar akademik, besar kemungkinan bahwa hambatan ini akan
mempengaruhi siswa dalam mata pelajaran yang lain. Hal ini karena
kemampuan akademik menulis, membaca, dan berhitung sebagai dasar utama
13

seseorang bisa melakukan belajar dengan baik dan maksimal. Berkaitan


dengan hal tersebut anak dengan kesulitan belajr harus segera diintervensi
agar hambatan terhadap mata pelajaran lainnya dapat diminimalisir.
Pada umumnya, di sekolah dasar banyak ditemukan siswa yang
mengalami kesulitan belajar pada aspek akademik. Kesulitan tersebut
diwujudkan siswa pada perilaku motivasi belajar rendah, tidak naik kelas dan
ksulitan mengikuti berbagai pembelajaran, hingga tidak mampu untuk
menyelesaikan beban tugas yang ada berhubungan dengan kemampuan
akademik seperti menulis, membaca,dan berhitung. Lerner & Kline (2006: 21)
menjelaskan bahwa kesulitan belajar menulis permulaan banyak dialami anak
pada sekolah dasar. Meski tidak ada data spesifik, namun prevalensi anak
kesulitan belajar pada jenjang SD yaitu sebanyak 1% hingga 30%.
Diantara tanda anak mengalami kesulitan menulis permulaan adalah
anak secara intens melakukan kesalahan dalam menulis kata maupun huruf.
Anak yang mengalami kesulitan dalam menulis permulaan ditandai dengan
seringnya melakukan kesalahan dalam menulis huruf maupun kata.
Pujaningsih,dkk (2013) menjelaskan bahwa berikut ini adalah ciri anak yang
mengalami kesulitan belajar yaitu tulisa jelek dan kurang terbaca, mengalami
keterlambatan dibandingkan dengan temannya saat aktivitas menulis,
mengalami banyak kesalahan dalam menulis seperti hurufnya hilang dan
terbalik, kesulitan menulis pada kertas bergaris, serta yang terakhir mengalami
kesulitan dalam membedakan beberapa huruf seperti b dan p, p dan q, u dan v,
dan lain sebagainya.
Sebagai upaya deteksi dini adanya kesulitan belajar pada diri anak di usia
sekolah, bisa ditandai dengan sulitnya anak dalam memegang pensil dengan
enak saat menulis. Selain itu mereka juga mengalami kesulitan untuk menulis
dengan rapi dan kesulitan dalam pengkondisian ukuran tulisan yang tepat.
Anak dengan kesulitan belajar mungkin juga mengalami kesulitan menulis
pada kertas bergaris dan tidak maksimal dalam penggunaan ejaan yang baik
dan benar.
14

Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan menulis pada anak


mengenai menulis permulaan, dapat juga dilakukan assesmen kemampuan
anak. Assesmen yang dilakukan terdiri dari informal dan juga formal. Pada
assemen formal, kegiatan dilakukan sesuai dengan prosedur dan cara yang
dilakukan oleh ahli. Sedangkan kalau assemen non formal dilakukan dengan
mengenali gejala-gejala yang ditunjukkan anak dan menganalisa tipe
kesalahan yang cenderung dilakukan anak pada dokumen hasil pekerjaannya
(Pujaningsih, Heri Purwanto, Rahmah Tri Silvia, Bastiana, Asri Wijiastuti,2013:
67). Mercer& Mercer (1989: 450) mengemukakan bahwa ada berbagai fakto
yang bisa menjadi dasar dalam penentuan kemampuan menulis permulaan
pada siswa diantaranya adalah (1) Shape (bentuk); (2) Size (ukuran); (3) Space
(jarak); (4 )Speed; (5) Alignment. Selain itu, tipe kesalahan yang dapat ditemui
pada hasil pekerjaan anak, antara lain: (1) Substitusi; (2) Adisi; (3) Omisi; dan
(4) Reversal.

E. Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitian ini relevan dengan penelitian terdahulu, penelitian yang berkaitan
dengan penelitian ini adalah, sebagai berikut :
1. Rumidjan, Sumanto dan A. Badawi tahun 2017 dengan judul
“Pengembangan Media Kartu Kata Untuk Melatih Keterampilan Membaca
Permulaan Pada Siswa Kelas I SD”. Menjelaskan bahwa berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan pengembangan media kartu kata bergambar layak
digunakan dengan presentase 94 % yang datanya diperoleh dari uji
kelompok besar dan uji kelompok kecil serta masuk dalam kategori “sangat
valid”. Penelitian ini menggunakan angket untuk pengambilan datanya.
Dari hasil yang sangat valid maka media kartu kata bergambar dapat
dikembangkan secara luas. Model pengembangan yang digunakan adalah
ADDIE, yaitu model pengembangan yang melibatkan tahap tahap
pengembangan dengan lima fase/langkah.
2. Tri Sarah Febriani tahun 2015 dengan judul “Penggunaan Media Flashcard
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkembangan
15

Teknologi IPS di Sekolah Dasar”. Mempunyai tujuan untuk dicapai yaitu


untuk meningkatkan aktifitas guru dan siswa, serta meningkatkan hasil
belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS. Pada penelitian ini
menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Menjelaskan bahwa
berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pengembangan media kartu
kata bergambar layak digunakan dengan presentase 90,6 %. Maka peneliti
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS materi perkembangan
teknologi dengan menggunakan media flashcard di kelas IV dinyatakan
“valid” dan berhasil digunakan.
3. Sastika Widi Astuti tahun 2020 dengan judul “Pengembangan Media Kartu
Kata Bergambar (flashcard) Untuk Melatih Kemampuan Membaca
Permulaan Kelas 1 SD/MI”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media
kartu kata bergambar memperoleh nilai rata-rata persentase dari ahli media
mencapai presentase 86% dengan kriteria “sangat layak”, ahli materi
mencapai presentase 82% dengan kriteria “sangat layak”, penilaian respon
pendidik memperoleh presentase sebesar 95% dengan kriteria sangat layak,
tahap uji coba skala kecil mendapatkan presentase keseluruhan sebesar 88%
dengan kriteria sangat layak, uji coba skala besar mendapatkan presentase
keseluruhan sebesar 90% dengan kriteria sangat layak. Hal ini
menunjukkan bahwa media kartu kata kata bergambar yang telah peneliti
kembangkan telah layak digunakan sebagai sumber belajar dalam proses
pembelajaran.

F. Kerangka Konseptual
Permasalahan kemampuan bahasa pada siswa dapat ditangani sejak dini
dengan berbagai cara, yaitu: mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang
sederhana secara tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangkitkan
minat untuk dapat bahasa Indonesia, sehingga bahasa Indonesia akan memiliki
peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa
dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari seluruh aspek
pembelajaran, salah satunya aspek membaca permulaan. Pentingnya
16

kemampuan membaca permulaan sebagai modal dalam perkembangan


bahasa. Oleh karena itu dibutuhkan solusi dalam meningkatkan kemampuan
membaca permulaan, yaitu salah satunya penggunaan media pembelajaran.
Kemampuan belajar membaca permulaan pada siswa kelas satu
mengalami hasil belajar atau prestasi akademik yang kurang baik. Hal ini
dikarenakan siswa belum dapat membaca dengan lancar namun harus
mengikuti materi untuk mencapai kompetensi di semua mata pelajaran yang
ada, sehingga menyebabkan beberapa siswa kelas satu ada yang tidak dapat
membaca dengan baik yang berakibat hasil belajar yang diperoleh tidak
maksimal dan mendapatkan hasil yang rendah dibanding teman lainnya yang
mampu membaca dengan baik. Kemampuan membaca menjadi faktor utama
yang harus diperhatikan dan dicapai oleh siswa. Hal tersebut disebabkan guru
masih menggunakan metode pembelajaran konvensional, pembelajaran
membaca permulaan seringkali hanya menggunakan majalah Lembar Kerja
Anak, dan proses pembelajaran membaca permulaan belum menggunakan
media yang lebih efektif dan masih kurang. Selain itu, media pembelajaran
yang tersedia untuk pembelajaran membaca permulaan masih belum lengkap.
Dengan memperhatikan masalah diatas, maka perlu adanya media yang
cocok serta bisa digunakan sebagai media pembelajaran dan dapat menjadikan
siswa lebih aktif dan berada dalam suasana belajar yang menyenangkan.
Hal ini dilakukan agar siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Media kartu kata bergambar menjadi salah satu media
pembelajaran yang bisa digunakan untuk melatih kemampuan membaca serta
dapat menarik dan meningkatkan semangat siswa pada saat kegiataan belajar
mengajar. Media ini dapat berupa kartu huruf, kartu kata ataupun kartu
kalimat. Media kartu bergambar yaitu media pembelajaran yang dibuat
menggunakan kertas berukuran tebal dan berbentuk persegi panjang serta
ditulisi atau ditandai dengan unsur abjad atau huruf tertentu. Kartu bergambar
merupakan salah satu alat bantu pembelajaran yang termasuk dalam kategori
flashcard.
17

Penelitian pada pengembangan ini menggunakan model pengembangan


ADDIE yang terdiri dari Analysis, Design, Development, Implementation,
Evaluation. Hasil dari penelitian ini berupa media kartu kata bergambar yang
termasuk kedalam media cetak dengan design yang disesuaikan dengan
kebutuhan siswa dan akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran membaca
permulaan agar siswa dapat belajar mandiri, mendorong kreativitas pendidik
dalam mengembangkan media pembelajaran berupa media kartu kata
bergambar.
18

Permasalahan yang ditemukan

1. Guru dalam proses kegiatan belajar mengajar membaca dan menulis permulaan belum
menggunakan media pembelajaran yang tepat dan dapat digunakan untuk mempermudah
siswa dalam memahami materi yang disampaikan.
2. Guru hanya menggunakan media papan tulis dan ceramah.
3. Siswa kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru karena kurangnya
ketersediaan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa.

Penelitian Terdahulu Teori

1. Rumidjan, Sumanto dan A. Badawi 1. Media Pembelajaran menurut


tahun 2017 dengan judul Arsyad Ashar (2005:15)
“Pengembangan Media Kartu Kata 2. Flashcard menurut Haryanto &
Untuk Melatih Keterampilan Membaca Rahman (2014)
Permulaan Pada Siswa Kelas I SD”. 3. Membaca Permulaan menurut
Akhadiah (1992/1993 :33)
4. Menulis Permulaan menurut
Sugihartono, dkk (2010:105)

Solusi Yang Diberikan

Pengembangan Media Pembelajaran Kartu Bergambar Untuk Meningkatkan


Kemampuan Membaca dan Menulis Siswa Kelas 1 di SDN 2 Ganungkidul Nganjuk

Gambar 1. Kerangka Konseptual


19

Anda mungkin juga menyukai