Anda di halaman 1dari 10

NAMA : JENNIARREVI NADDYA ANJANI

NPM : 2003010712

KELAS: REGULER PAGI E BANJARMASIN


TUGAS MATA KULIAH : AKHLAQ
DOSEN PENGAJAR : DR.H.SUHARMAN DJ,M.M,PD

Tugas pertama

1.Pengertian akhlaq

- Akhlak berasal dari bahasa arab “khuluqun” yang menurut lughat berarti
pemikiran Karakter atau temperamen, tingkah laku atau tabiat, kebiasaan atau sikap Di
kedalaman jiwa manusia, tindakan itu mudah, Mudah saja, tidak perlu berpikir untuk
melakukan sesuatu berulang kali hingga menjadi kebiasaan dan tindakan berujung pada
Tindakan Hal ini baik dan buruk.

2.Ciri-ciri Akhlaq

- Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga
telah menjadi kepribadian. Jika kita mengatakan si A misalnya sebagai orang yang
berakhlak dermawan, maka sikap dermawan tersebut telah mendarah daging, kapan dan di
manapun sikapnya itu kan dibawanya. Sehingga menjadi identitas yang membedakan
dirinya dengan orang lain.

-Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.
Maksudnya adalah, karena suatu perbuatan telah mendarah daging, sebagaimana
disebutkan sifat pertama, maka pada saat akan mengerjakannya sudah tidak lagi
memerlukan pertimbangan atau pemikiran lagi. Atau dengan kata lain tanpa pikir-pikir ia
sudah dengan mudah dan ringan dapat mengerjakannya.

-Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.

-Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan
main-main atau karena bersandiwara. Orang yang berakting tidaklah dapat disebut
perbuatan akhlak, karena perbuatan tersebut bukan perbuatan sebenarnya. Hal ini perlu
dicatat, karena manusia termasuk makhluk yang pandai bersandiwara, atau berpura-pura.

-Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena
Allah, bukan karena ingin dipuji orang. Seseorang yang melakukan perbuatan bukan atas
dasar karena Allah tidak dapat dikatakan perbuatan akhlak.

3.ukuran baik dan buruk

- Sifat baik dan buruk dan corak baik buruk yang didasarkan pada pandangan filsafat yaitu
sesuai dengan sifat filsafat itu yakni berubah, realatif nisbi, dan tidak universal.
Sedangkan baik buruk yang didasarkan pada agama akan tetap, berlaku umum/ universal
dan sepanjang masa. Sifat dari baik dan buruk yang demikian itu tetap berguna sesuai
dengan zamannya, dan ini dapat digunakan untuk menjabarkan ketentuan baik dan buruk
yang terdapat dalam ajaran akhlak yang bersumber dari ajaran Islam.

4.pembagian akhlaq

- Menurut Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag. Di dalam bukunya akidah akhlak yang
mengutip dari buku al-Islam (Muammalah dan Akhlak) di jelaskan, bahwa
Akhlak dapat dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan objeknya.
Berdasarkan sifatnya, akhlak terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Pertama, akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah (akhlak yang
mulia), Kedua, akhlak mazhmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyi’ah
(akhlak yang jelek).
NAMA : JENNIARREVI NADDYA ANJANI

NPM : 2003010712
KELAS : REGULER PAGI E BANJARMASIN
TUGAS MATA KULIAH : AKHLAQ

DOSEN PENGAJAR : DR.H.SUHARMAN DJ,M.M,PD

Tugas Kedua

1.akhlaq bagi diri senderi Ialah:


- Pertama: Shidiq, yakni jujur dan benar baik dalam pikiran, ucapan maupun perbuatan.
Umat Islam khususnya para santri harus menghiasi diri dengan kejujuran, karena jujur
merupakan sifat yang akan memperkokoh dan menjamin integritas kepribadian seseorang,
baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Di antara contoh kongkret dari
sifat al-shidqu adalah bersatunya ucapan dengan perbuatan sehingga perbuatan tidak berbeda
apalagi bertentangan dengan ucapan. Jika berjanji maka akan dipenuhi, tidak diingkari.

- Kedua: Amanah, yakni dapat dipercaya. Umat Islam khususnya para santri harus
bersifat amanah atau memiliki integritas moral sehingga tidak menipu, tidak berkhianat, tidak
menyalah-gunaan jabatan dan kekuasaan serta selalu berusaha mengemban tugas yang
dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya. Sebagaimana sifat al-
shidqu (jujur), al-amanah juga merupakan sifat yang akan memperkokoh dan menjamin
integritas kepribadian seseorang, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial.

- Ketiga: Tawadlu’ (rendah hati). Umat Islam khususnya para santri harus
bersifat tawadlu’ atau rendah hati, sehingga semakin banyak ilmunya, semakin tinggi
pangkat dan kedudukannya, semakin banyak harta dan pengaruhnya akan semakin
bersikap tawadlu’ karena menyadari, bahwa semua yang dimiliki adalah karunia sekaligus
amanah dari Allah SWT sehingga wajib disyukuri bukan untuk disombongkan Dan untuk
penambah akhlaq bagi diri sendiri

- Memelihara agama , yaitu komitmen seseorang untuk melaksanakan seluruh ajaran agama
Islam yang diyakini kebenarannya, baik dalam bidang aqidah, syari’ah maupun akhlak dan
tasawuf. Hal ini dapat terjadi, jika dalam dirinya telah tertanam kewajiban untuk
melaksanakan shalat, berpuasa, membayar zakat, menunaikan ibadah haji dsb serta
meninggalkan perbuatan dosa seperti ghibah, namimah dan menebar fitnah.

- Memelihara jiwa , yaitu komitmen seseorang untuk melindungi jiwanya dari hal-hal
yang membahayakan dengan mencampakkan dirinya pada kerusakan (kebinasaan), melukai
diri sendiri, usaha pembunuhan atau bunuh diri.

- Memelihara akal , yaitu komitmen seseorang untuk memanfaatkan akal yang telah
dianugerahkan oleh Allah SWT untuk berpikir logic dan ilmiah; mengali dan
mengembangkan ilmu pengetahuan setinggi mungkin serta melindunginya dari hal-hal yang
membahayakan seperti minuman keras, narkoba dan zat-zat adiktif lainnya

- Memelihara keturunan , yaitu komitmen seseorang untuk memelihara keturunan dengan cara
menghindari pezinaan

- Memelihara harta atau properti , yaitu komitmen seseorang untuk memelihara harta atau
properti yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadanya dengan cara membelanjakan atau
memanfaat harta benda di jalan yang benar sesuai dengan petunjuk-Nya, tidak merusaknya,
juga tidak tabdzir atau berfoya-foya

NAMA : JENNIARREVI NADDYA ANJANI


NPM : 2003010712
KELAS : REGULER PAGI E BANJARMASIN
TUGAS MATA KULIAH : AKHLAQ

DOSEN PENGAJAR : DR.H.SUHARMAN DJ,M.M,PD

Tugas Ketiga

1.Akhlak terhadap orang tua yang masih hidup?


- disaat orang tua kita masih hidup kita sebagai anak diwajibkan memberikan segala

Seseatu hal baik dan berbakti terhadap orang tua , karena seorang muslim yang
baik Pasti akan akan mengerti dengan hal tersebut karena termasuk menaati
perintah Allah SWT. Beberapa anjuran yang diberikan dan kita perlu
lakukan,wujudkan agar berbakti terhadap orang tua :

- Pertama, mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan,
baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Tentu selama keinginan
dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam. Apabila bertentangan dengan Islam, anak
tidaklah punya kewajiban untuk mematuhinya.

- Kedua, menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terima kasih
dan kasih sayang atas jasa-jasanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun

- Ketiga, membantu orang tua secara fisik dan materiel. Misalnya, jika sebelum berkeluarga
anak-anak membantu orang tua (terutama ibu) mengerjakan pekerjaan rumah, setelah
berkeluarga mereka membantu orang tua secara finansial, seperti membeli pakaian, makanan,
minuman, dan jika ibu sedang sakit kita yang membelikan obat.

- Keempat, mendoakan orang tua agar diberi ampunan dan rahmat oleh Allah SWT. Allah
SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an, ketika doa Nabi Nuh memintakan ampunan untuk orang
tuanya, dan perintah kepada setiap anak untuk memohonkan rahmat bagi orang tuanya.

- Kelima, Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya, melunasi hutangnya,


melaksanakan wasiatnya, meneruskan silaturahmi yang dibinanya waktu hidup, memuliakan
sahabat-sahabatnya dan mendoakannya.

NAMA : JENNIARREVI NADDYA ANJANI

NPM : 2003010712

KELAS : REGULER PAGI E BANJARMASIN


TUGAS MATA KULIAH : AKHLAQ
DOSEN PENGAJAR : DR.H.SUHARMAN DJ,M.M,PD
Tugas Keempat

1.Akhlak terhadap tetangga ?


- Manusia hidup tidaklah seorang diri. Manusia hidup sangat membutuhkan orang lain dan
membutuhkan kehidupan bertetangga, Sebab ia tidak mungkin mampu hidup seorang diri dalam
menghasilkan segala sesuatu yang menjadi keperluan dan kebutuhannya, seperti kebutuhan
pangan, papan, sandang, ketenangan jiwa, serta keperluan kehidupan yang lainnya.

*ada berberapa akhlak yang perlu diketahui Dalam islam untuk bertetangga :

1. Tidak Menyakiti Tetangga bahkan Memuliakannya


Tidak salah lagi bahwa menyakiti tetangga adalah perbuatan yang diharamkan dan termasuk di
antara dosa-dosa besar yang wajib untuk dijauhi.

2. Bermuka Berseri-Seri (ceria) Saat Bertemu


Berwajah berseri-seri dan selalu tersenyum saat bertemu dengan para sahabatnya adalah
merupakan kebiasaan Rasulullah Saw.

3. Menolong Saat dalam Kesulitan


Di antara memelihara dan menjaga hakhak bertetangga adalah dengan menolong tetangga saat
dalam kesulitan/saat ia membutuhkan.

4. Memberikan Penghormatan yang Istimewa


Intervensi dalam urusan pribadi tetangga adalah salah satu sebab yang dapat menimbulkan
ketidak harmonisan dalam bertetangga.

5. Menerima Udzur (permohonan maaf)


Berinteraksi dengan sesama bermacam bentuknya. Adakalanya sikap dan perilaku kita
menyinggung sesama, ataupun sebaliknya.

6. Menasehati dengan Lemah Lembut


Manusia yang berakal tentu tidak akan menolak nasehat, dan tidak pula membenci orang yang
menasehatinya

7. Saling Berkunjung
Nabi Muhammad saw bersabda tentang keutamaan berkunjung ini, “Sesungguhnya ada seorang
yang mengunjungi saudaranya di suatu kampung.

NAMA : JENNIARREVI NADDYA ANJANI

NPM : 2003010712

KELAS : REGULER PAGI E BANJARMASIN


TUGAS MATA KULIAH : AKHLAQ
DOSEN PENGAJAR : DR.H.SUHARMAN DJ,M.M,PD

Tugas Kelima
1.Akhlak Terhadap Anak Yatim ?
-Ada berberapa yang kita harus lakukan terhadap Anak yatim
 (Berbuat Baik) Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. (QS. An-Nisa, 4: 36)
 (Menyantuni Anak Yatim) Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan.
Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-
bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan”. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (QS. Al-Baqarah, 2: 215)
 (Tidak Kasar) Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-
wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta, janganlah kamu menghardik(nya)
(QS. Ad-Dhuha, 93: 9-10)
 (Menjaga dan memberikan hak mereka pada waktunya) Dan berikanlah kepada
anak-anak yatim (yang sudah dewasa) harta mereka, janganlah kamu menukar yang
baik dengan yang buruk, dan janganlah kamu makan harta mereka bersama hartamu.
Sungguh, (tindakan menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar. (QS. An-
Nisa, 4: 2)
 (Jangan Memakan harta anak yatim adalah dosa besar) Dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hendaklah kalian menghindari
tujuh dosa yang dapat menyebabkan kebinasaan.” Dikatakan kepada beliau, “Apakah
ketujuh dosa itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Dosa menyekutukan Allah,
sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah untuk dibunuh kecuali dengan haq,
memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan pertempuran, dan
menuduh wanita mukminah baik-baik berbuat zina.” (HR. Muslim)

NAMA : JENNIARREVI NADDYA ANJANI

NPM : 2003010712

KELAS : REGULER PAGI E BANJARMASIN


TUGAS MATA KULIAH : AKHLAQ
DOSEN PENGAJAR : DR.H.SUHARMAN DJ,M.M,PD
Tugas UTS
 Berberapa hal yang harus kita lakukan dalam Akhlak terhadap fakir miskin

1. Berbuat baik
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. (QS. An-Nisa, 4: 36)

Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat,


tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari
akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang
yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan
hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang
yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan,
penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang
benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah, 2:
177)

2. Memberikan haknya
Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula)
kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih
baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah; dan mereka itulah
orang-orang beruntung. (QS. Ar-Rum, 30: 38)

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja
harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan”. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka
sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (QS. Al-Baqarah, 2: 215)

3. Tidak membiarkannya terlantar


Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.
(QS. Al-Ma’un, 107: 1-3)
“Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?” Mereka
menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan
shalat, dan kami (juga) tidak memberi makan orang miskin. (QS. Al-
Muddatstsir, 74: 42-44)

4. Tidak menghardik mereka


Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan
terhadap orang yang meminta-minta, janganlah kamu menghardik(nya). Dan
terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan
bersyukur) (QS. Ad-Dhuha, 93: 9-11)

5. Menyantuni mereka
Dari Abdullah ibn Amr: Bahwa seseorang bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: Islam manakah yang paling baik?
Beliau menjawab: Kamu memberi makan dan memberi salam kepada orang
yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal. (HR. Bukhari)

6. Dekat dengan mereka


Hadits dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam
keadaan miskin dan kumpulkanlah aku bersama dengan orang-orang miskin
pada hari kiamat”. ‘Aisyah berkata, “Mengapa –wahai Rasulullah- engkau
meminta demikian?” “Orang-orang miskin itu masuk ke dalam surga 40 tahun
sebelum orang-orang kaya. Wahai ‘Aisyah, janganlah engkau menolak orang
miskin walau dengan sebelah kurma. Wahai ‘Aisyah, cintailah orang miskin
dan dekatlah dengan mereka karena Allah akan dekat dengan-Mu pada hari
kiamat”, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Tirmidzi)

Anda mungkin juga menyukai