Anda di halaman 1dari 7

NAMA : MOHAMAD YOGA DWI SEPTIANTO

NIM : 2103036043
TUGAS RINGKASAN DARI 5 JURNAL TTG TEKNOLOGI SAYURAN PENANGANAN
PASCAPANEN SAYUR SEGAR MAUPUN OLAHAN

Judul jurnal 1 : PENGARUH LAPISAN EDIBLE COATING KITOSAN PADA


CABAI KERITING (Capsicum annum L) DENGAN PENYIMPANAN SUHU
RENDAH
Ringkasan:
Penanganan pasca panen produk hortikultura, khususnya cabai keriting, merupakan
perhatian penting untuk mencegah penurunan mutu dan umur simpan. Salah satu solusi adalah
menggunakan pelapisan atau coating, seperti edible coating berbasis kitosan, untuk melindungi
buah cabai keriting. Penelitian ini menunjukkan bahwa:
1. Pelapisan kitosan dapat mengurangi susut bobot pada cabai keriting yang disimpan
pada suhu rendah. Cabai keriting kontrol (tanpa pelapisan) mengalami susut bobot yang
lebih tinggi karena proses respirasi dan transpirasi yang tidak dihambat dengan baik.
2. Pelapisan kitosan juga mempengaruhi warna cabai keriting. Buah yang dilapisi kitosan
memiliki warna yang lebih baik karena kitosan mampu melindungi buah dari masuknya
oksigen yang dapat mempercepat pematangan.
3. Tingkat kecerahan cabai keriting mengalami penurunan saat proses pematangan.
Namun, penggunaan kitosan mempengaruhi tingkat kecerahan, menunjukkan pengaruh
positif terhadap pematangan buah.
4. Kadar vitamin C dalam cabai keriting yang dilapisi kitosan cenderung lebih stabil
dibandingkan dengan kontrol. Hal ini karena kitosan membantu menghambat laju
respirasi dan memperlambat proses pemasakan buah, sehingga kadar vitamin C tetap
terjaga lebih baik.
Dalam keseluruhan, penggunaan edible coating kitosan dapat meningkatkan kualitas dan
umur simpan cabai keriting setelah panen dengan mengurangi susut bobot, mempertahankan
warna, menghambat pematangan, dan menjaga kadar vitamin C.
Jurnal 2 : PENANGANAN PASCA PANEN SAYURAN SERTA STRATEGI
SOSIALISASINYA KEPADA MASYARAKAT DITENGAH PANDEMI COVID-19.
Ringkasan :
Sayuran adalah sumber vitamin tinggi yang kaya manfaat. Permintaan sayuran cenderung
meningkat, terlebih pada masa pandemi COVID-19 masyarakat selalu memperhatikan pola
konsumsinya untuk menambah daya tahan tubuh agar terhindar dari virus corona. Sayuran jenis
buah seperti terung, cabai, wortel, paprika, dan lainnya. Berdasarkan warna buahnya, dikenal
jenis terung hijau, terung putih dan terung ungu . Jenis sayur-sayuran baik sayur daun maupun
buah tersebut mempunyai daya tahan yang berbeda-beda setelah panen . Faktor-faktor yang
menyebabkan turunnya kualitas dan susut panen sayuran diantaranya adalah turunnya kadar
air, kerusakan mekanis, penguapan, berkembangnya mikroba dan sensitivitas terhadap etilen.
Kerusakan juga dapat terjadi secara alamiah setelah dipanen akibat aktivitas berbagai jenis
enzim yang menyebabkan penurunan nilai ekonomi dan gizi. Penanganan pasca panen sayuran
memiliki tujuan untuk menjaga agar sayuran tetap baik mutunya dan segar, sayuran menjadi
menarik, terjamin dan sayuran lebih awet. Penyimpanan produk sayuran segar dimaksudkan
untuk memperpanjang daya gunanya dan dalam keadaan tertentu dapat memperbaiki mutu.
Kegiatan pascapanen dimaksudkan untuk mempertahankan mutu produk segar agar tetap
prima, sehingga menekan kehilangan karena penyusutan dan kerusakan, memperpanjang daya
simpan dan meningkatkan nilai ekonomis hasil pertanian. Faktor yamg digunakan dalam
penelitian ini faktor pertama adalah suhu pernyimpanan dengan 2 taraf yakniu suang dan
rendah. Faktor kedua adalah perlakuan kemasan dengan 2 taraf yaitu tanpa kemasan dan
dengan kemasan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bayam pada perlakuan tanpa kemasan di
suhu ruang tanpa dan dengan kemasan berturut-turut memiliki umur simpan paling lama 6 dan
7 hari. Bayam yang tidak layak konsumsi bertekstur lunak sekali dan berwarna coklat dengan
sedikit aroma menyengat yang menandakan terjadi pembusukan. Bayam dengan perlakuan
dengan kemasan di suhu rendah menjadi perlakuan terbaik karena selama umur simpan 11 hari
bayam belum rusak sepenuhnya.
Perlakuan pada komoditas terung yang disimpan dengan kemasan ditempatkan di suhu
rendah menjadi perlakuan terbaik karena selama umur simpan >14 hari terung masih bertekstur
keras dan berwarna ungu. Terung dengan perlakuan tanpa kemasan di suhu ruang memiliki
hasil akhir tekstur yang agak lunak dan warna mendekati coklat atau hampir busuk. Terung
tanpa kemasan di suhu rendah memiliki hasil akhir yaitu bertekstur lunak dan berwarna ungu
tua. Hal ini disebabkan karena adanya respirasi yang terjadi. Sayuran pascapanen memiliki
fungsi metabolisme masih berlanjut. Namun tidak sama dengan tanaman induk yang tumbuh
pada lingkungan aslinya. Laju respirasi mengindikasikan laju metabolisme secara keseluruhan
tanaman sehingga mempengaruhi mutu sayuran. Untuk menghambat laju respirasi yaitu
dengan penyimpanan suhu rendah.
Jurnal 3 : SISTEM PEMANTAUAN TANAMAN SAYUR DENGAN MEDIA TANAM
HIDROPONIK MENGGUNAKAN ARDUINO
Ringkasan :
Media tanam adalah salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam proses
bercocok tanam. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang
pada akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Media tanam memiliki fungsi untuk menopang
tanaman, memberikan nutrisi dan menyediakan tempat bagi akar tanaman untuk tumbuh dan
berkembang. Melalui media tanam tumbuh-tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya.
Jenis tanaman sayuran lebih memerlukan media tanam yang gembur dan mudah ditembus
akar, sementara tanaman lain memerlukan media tanam yang solid agar bisa menopang
pertumbuhan tanaman yang relatif lebih besar. Saat ini budidaya tanaman sayuran secara
organik sangat banyak diterapkan oleh para petani sayur untuk mendapatkan hasil tanaman
yang lebih berkualitas karena tidak menggunakan tambahan pupuk kimia, pestisida, herbisida,
dan obat-obatan lainnya. Tanaman hidroponik merupakan metode bercocok tanam atau
budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, melainkan dengan menggunakan teknologi
bercocok tanam yang menggunakan air, nutrisi, serta oksigen.
Menggunakan arduino sebagai mikrokontroler untuk melakukan pemantauan terhadap
perubahan pH pada media tanam hidroponik. Arduino akan menerima data dari sensor pH.
Dimana sensor ini akan dihubungkan ke board garden hydroponic. Data yang di hasilkan oleh
sensor, Arduino akan mengubah data yang diterimanya dari data analog menjadi data digital.
Setiap data ini selanjutnya dikirim oleh Arduino ke pengguna melalui internet dengan bantuan
Wifi Shield.
Pada Hasil dan pembahasan, akan dilakukan beberaapa pengujian dan analisa pada seluruh
bagian input dan output alat. Pengujian mekanik alat bertujuan untuk mengetahui apakah
mekanik alat telah berfungsi dengan baik. Alat ini dibentuk dengan menggunakan bahan pipa
PVC sebagai kerangkanya. Mikrokontroler bekerja pada dua kondisi logika yaitu saat kondisi
low (0), tegangan yang terbaca pada instrumen pengukuran didapatkan tegangan port sebesar
0,1 Vdc yang berarti sistem masih dalam batas ideal. Logika yang kedua yaitu kondisi high (1),
tegangan yang terbaca pada instrument pengukuran didapatkan tegangan port sebesar 4.8 Vdc
yang berarti sistem masih dalam batas Ideal. Alat sistem pemantauan tanaman sayur ini telah
dibuat dan dapat digunakan serta berfungsi denngan baik. Sensor pH dapat bekerja dengan baik
dalam mendeteksi keasaman (pH). Sistem pemantauan tanaman sayur ini dapat menstabilkan
keasaman pada cairan nutrisi dengan bantuan pH UP dan pH DOWN.
Jurnal 4 : PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PADA PENGOLAHAN BUAH
DAN SYAUR DI DESA PACUI KECAMATAN BUNTU BATU KABUPATEN
ENREKANG SULAWESI SELATAN
Ringkasan :
Peneliti mengambil judul tersebut karena potensi produksi buah dan sayur di Kabupaten
Enrekang merupakan daerah sentra penghasil yang terbanyak di provinsi Sulawesi Selatan
yang dimana buah dan sayur merupakan sumber provitamin A, vitamin C dan mineral, terutama
kalsium dan besi. Selain itu buah dan sayur juga sangat penting dalam menjaga kesehatan
tubuh. Disisi lain sayur dan buah merupakan hasil pertanian yang apabila selesai dipanen tidak
ditangani dengan baik akan segera rusak. Kerusakan ini terjadi akibat pengaruh fisik, kimiawi,
mikrobiologi, dan fisiologis. Komoditi buah dan sayur merupakan salah satu komodi andalan
di Kabupaten Enrekang dan salah satu menjadi prioritas utama dalam pengabdia iptek ibagi
wilayah dalam melihat permasalahan-permasalah dibidang pertanian khususnya pasca panen
buah dan sayur. Dengan melihat permasalahan-permasalahan tersebut diatas maka tim
pengabdi Ipteks bagi Wilayah akan melakukan kerja sama dengan dinas terkait, sehingga IKM
Mitra dalam menghasilkan produk olahan buah dan sayur yang berkualitas dan dapat
meningkatkan taraf hidup bagi petani dan pengelola IKM Mitra di Desa Pasui Kecamatan
Buntu Batu Kabupaten Enrekang.
Metode yang digunakan peneliti tersebut dengan melakukan penyuluhan dari anggota IKM
Mitra di Desa Pasui tentang penanganan pascapanen agar kualitasnya tetap terjaga dan
memperkecil segala bentuk kehilangan. Kemudian melakukan pelatihan dan peningkatan
pemahaman pengolahan buah dan sayur. Pelatih atau pemateri menyiapkan modul sehingga
pemahaman lebih terarah. Bila pemahaman mereka telah mantap maka anggota IKM Mitra
sudah mampu dalam mengolah buah dan sayur dan mengemas sesuai dengan metode yang
diajarkan. Peralatan tentang cara pengolahan buah dan sayur (selai, dodol,Keripik, dll) akan
diajarkan kepengelolah.
Berikut penanganan pasca panen buah terdiri dari:
1. Sortasi : Pemilihan terhadap buah dilakukan untuk memisahkan buah-buah yang tingkat
kematangan, berbeda bentuk (mallformation), dan juga berbeda warna maupun tanda-
tanda lainnya yang merugikan (cacat) seperti luka, lecet, dan adanya infeksi penyakit
maupun luka akibat hama.
2. Sizing : Pengukuran buah dimaksudkan untuk memilah-milah buah berdasarka ukuran
berat atau dimensi terhadap buah-buah yang telah dipilih (proses di atas sorting). Proses
pengukuran buah dilakukan secara manual maupun mekanik. pekerjaan ini dilakukan
secara mekanik, maka persyaratan peralatan memiliki kapasitas yang tinggi, memiliki
ketepatan (akurasi), dan tidak menyebabkan luka pada buah.
3. Gading : pada tahapan ini, buah dipilah berdasarkan tingkat kualitas pasar (grade).
4. Packing : Pengepakan buah untuk konsumen sering dilakukan dengan membungkus
buah dengan plastik ataupun bahan lain yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah
(kontainer) yang lebih besar. Bahan pembungkus lainnya dapat berupa bahan plastik
maupun kertas. Buah-buah dalam wadah disesuaikan dengan kualitas yang diinginkan.
Dalam satu wadah dapat terdiri hanya satu buah atau terdiri dari banyak buah. Buah-
buah tersebut diatur peletakannya secara rapi sehingga kemungkinan berbenturan satu
sama lainnya tidak terjadi. Sedangkan bahan wadah yang dapat digunakan dapat berupa
kertas karton (dalam berbagai tipe dan jenis), peti kayu ataupun plastik.
5. Degreening adalah proses penghilangan warna hijau pada buah-buahan seperti pisang,
mangga, dan jeruk dengan tujuan membentuk warna yang diinginkan sesuai permintaan
konsumen. Proses ini dilakukan dalam ruangan khusus dengan kontrol suhu sekitar 80
derajat Celsius dan kelembaban udara antara 85-92%. Gas etilen (C2H4) digunakan
dalam konsentrasi rendah dalam proses ini. Waktu yang diperlukan untuk mencapai
warna yang diinginkan tergantung pada tingkat kematangan buah dan kadar klorofil
dalam buah tersebut.
6. Coating adalah proses pelapisan permukaan buah dengan bahan yang bertujuan
mengurangi laju respirasi dan transpirasi buah selama penyimpanan atau pemasaran.
Tujuan lain dari pelapisan adalah memberikan perlindungan tambahan terhadap
pengaruh eksternal.
Pelilinan (waxing) adalah salah satu bentuk pelapisan yang bertujuan untuk
menambahkan lapisan lilin alami yang biasanya hilang selama pencucian buah dan
memberikan kilau pada buah. Keuntungan lain dari pelilinan adalah menutupi luka
yang mungkin ada pada permukaan buah.
Beberapa jenis lilin yang digunakan dalam pelapisan buah meliputi lilin tebu, lilin
karnauba, resin, terpen resin termoplastik, shellac, lilin lebah madu, dan sebagainya.
Salah satu lilin komersial yang umum digunakan oleh produsen buah adalah Brogdex-
Britex Wax. Aplikasi pelapis buah dapat dilakukan melalui berbagai teknik, seperti
pencelupan dalam larutan lilin (dipping), pembusaan (foaming), penyemprotan
(spraying), dan pengolesan atau penyikatan (brushing), yang dipilih sesuai dengan jenis
buah yang berbeda.
7. Pre-cooling adalah langkah penting dalam menjaga kualitas buah setelah panen.
Tujuannya adalah menghilangkan panas lapang buah, memperlambat pernapasan,
mengurangi sensitivitas terhadap mikroba, dan mengurangi kehilangan air. Proses ini
melibatkan pendinginan cepat dengan udara dingin, air es, atau vakum, dengan waktu
bervariasi. Perbedaan suhu antara buah dan media pendingin harus rendah agar efektif.
Berikut penanganan pascapanen sayuran terdiri dari:
1) Sorting: Setelah pencucian dengan air berclorin, langkah selanjutnya adalah pemilahan
sayur. Ini melibatkan pemisahan berdasarkan tingkat kematangan, bentuk, warna, serta
tanda-tanda cacat seperti luka, lecet, dan infeksi penyakit atau kerusakan akibat hama.
2) Pengukuran sayur dimaksudkan untuk memilah-milah sayur berdasarkan ukuran, berat
atau dimensi terhadap sayur-sayur yang telah dipilih. Proses pengukuran sayur dapat
dilakukan secara manual maupun mekanik.
3) Grading : Pada tahapan ini, sayur-sayur dipilah-pilah berdasarkan tingkatan kualitas
pasar (grade), yang bisa mencakup ukuran, bentuk, kondisi, dan tingkat kemasakan. Ini
penting untuk sayuran yang akan dijual langsung ke pasar segar. Namun, jika sayuran
ditujukan untuk proses pengolahan, tahapan ini tidak perlu dilakukan.
4) Trimming, waxing, cutting dan coating
- Trimming adalah pemotongan bagian-bagian sayuran yang tidak diinginkan untuk
memperbaiki penampilannya, seperti perakaran, daun tua, atau bagian mongering pada
sayuran seperti lobak, wortel, bayam, seledri, dan selada.
- Curing adalah tindakan penyembuhan luka pada sayuran yang disebabkan oleh
pemotongan atau luka goresan saat panen. Ini sering diterapkan pada sayuran seperti
bawang-bawangan dan kentang, menggunakan sinar matahari atau perlakuan
pemanasan terkendali.
- Waxing atau pelapisan permukaan sayuran bertujuan untuk meningkatkan
penampilannya, mengurangi laju respirasi, dan melindungi dari pengaruh luar. Ini dapat
memperpanjang masa simpan sayuran seperti tomat, timun, cabe besar, dan terong.
- Pelilinan (waxing) adalah salah satu metode pelapisan yang dapat memperpanjang
masa segar sayuran dengan menambah lapisan lilin alami yang hilang selama
pencucian. Ini juga membantu menutup luka pada permukaan sayuran.
- Pelilinan digunakan untuk memperpanjang masa simpan sayuran ketika fasilitas
pendinginan tidak tersedia, tetapi tingkat ketebalan lapisan lilin harus sesuai, tidak
terlalu tipis atau terlalu tebal.
- Teknik aplikasi pelapisan pada sayuran meliputi pencelupan, pembusaan,
penyemprotan, dan pengolesan, dengan jenis teknik yang berbeda untuk sayuran yang
berbeda.
5) Packing : Sayur untuk konsumen biasanya dikemas dengan plastik atau bahan lain, lalu
diletakkan dalam wadah besar seperti kontainer. Wadah dapat berisi satu jenis sayur
atau banyak jenis sayur yang diatur secara rapi untuk menghindari benturan. Bahan
wadah meliputi kertas kanton, peti kayu, atau plastik. Permeabilitas oksigen dan
karbondioksida dalam bahan pembungkus penting untuk menjaga kualitas sayur.
Atmosfir dalam ruang pak sering memiliki kandungan oksigen rendah dan
karbondioksida tinggi.
6) Pree colling : adalah usaha menghilangkan panas dari sayuran setelah pemanenan di
siang hari untuk menjaga kualitasnya selama penyimpanan. Suhu tinggi saat
pemanenan dapat merusak sayuran, dan pre-cooling bertujuan untuk memperlambat
respirasi, mengurangi kepekaan terhadap mikroba, mengurangi kehilangan air melalui
transpirasi, dan mempersiapkan sayuran untuk penyimpanan dingin. Pendinginan awal
dilakukan dengan memindahkan panas dari sayuran ke media pendingin seperti udara,
air, atau es. Waktu yang diperlukan bervariasi, tetapi perbedaan suhu harus segera
dikurangi agar proses pre-cooling efektif.
Kesimpulan dari jurnal ini adalah penerapan teknologi tepat guna dalam pengolahan buah
dan sayur di desa Pasui, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang, telah menghasilkan
peningkatan dalam penanganan pascapanen, mutu bahan baku, sanitasi alat, dan kualitas
pengemasan. Ini memungkinkan peserta pelatihan untuk menerapkan teknologi proses
pascapanen yang sesuai standar dan menghasilkan produk buah dan sayur yang lebih
berkualitas.

Jurnal 5 : PENANGANAN PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN KOMODITI


HIDROPONIK PADA KELOMPOK WANITA TANI KELURAHAN PENYENGAT
RENDAH KOTA JAMBI
Ringkasan :
Penelitian ini mencatat bahwa Kelurahan Penyengat Rendah di Kota Jambi memiliki
kelompok wanita tani yang berusaha meningkatkan ekonomi keluarga dengan mengusahakan
beberapa komoditi pertanian, termasuk sayuran hidroponik. Meskipun mereka menjual sayuran
hidroponik segar, pengolahan lebih lanjut belum banyak dilakukan karena keterbatasan
pengetahuan tentang penanganan pascapanen dan pengolahan. Jurnal ini membahas
peningkatan nilai tambah produk hidroponik, termasuk berbagai produk olahan seperti es krim,
mie hijau, dan salad.
Peneliti tersebut melakukan kegiatan PPM bertujuan terlaksananya penyuluhan penanganan
pascapanen komoditi hidroponik dan demonstrasi pengolahan komoditi hidroponik menjadi
produk-produk seperti salad sayur, mie sayur, dan es krim sayur di Kelompok Wanita Tani
(KWT) Kelurahan Penyengat Rendah Telanaipura Jambi. Kegiatan ini meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan anggota KWT dalam penanganan pascapanen dan pemanfaatan
komoditi hidroponik. Koordinasi dengan KWT dilakukan sebelumnya, dan tim PPM telah
menyiapkan bahan, alat, dan prosedur yang dibutuhkan.
Hasilnya, kegiatan PPM ini berjalan lancar dan berhasil menarik minat peserta untuk
mengolah komoditi hidroponik menjadi produk-produk bernilai tambah, yang sebelumnya
biasanya hanya dijual sebagai bahan baku. Anggota KWT merasa senang karena mendapatkan
pengetahuan baru dan mencoba produk yang didemonstrasikan, yang semakin memotivasi
mereka untuk memanfaatkan komoditi hidroponik dengan lebih kreatif.
DAFTAR PUSTAKA
Megasari, R., & Mutia, A. K. (2019). Pengaruh lapisan edible coating kitosan pada cabai
keriting (Capsicum annum L) dengan penyimpanan suhu rendah. Journal of Agritech Science
(JASc), 3(2), 118-127.
Arista, N. I. D. (2021). Penanganan Pasca Panen Sayuran Serta Strategi Sosialisasinya
Kepada Masyarakat Ditengah Pandemi Covid-19. Procedings: Peningkatan Produktivitas
Pertanian Era Society 5.0 Pasca Pandemi, 4(1), 1-6.
Buana, Z., Candra, O., & Elfizon, E. (2019). Sistem pemantauan tanaman sayur dengan
media tanam hidroponik menggunakan arduino. JTEV (Jurnal Teknik Elektro Dan
Vokasional), 5(1), 74-80.
Langkong, J. (2017). Penerapan Teknologi Tepat Guna Pada Pengolahan Buah Dan Sayur Di
Desa Pasui Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Panrita Abdi-
Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, 1(1), 16-27.
Yernisa, Y., Emanauli, E., Sahrial, S., Lisani, L., & Yulia, A. (2019). Penanganan
Pascapanen dan Pengolahan Komoditi Hidroponik Pada Kelompok Wanita Tani Kelurahan
Penyengat Rendah Kota Jambi. Jurnal Karya Abdi Masyarakat, 3(1), 74-78.

Anda mungkin juga menyukai