Anda di halaman 1dari 102

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,

RISET, DAN TEKNOLOGI

FONOLOGI
Dr. Riki Nasrullah, M.Hum.

Fakultas Bahasa dan Seni


Universitas Negeri Surabaya
2023
Definisi Fonologi
Apa itu fonologi?

Masihkah Saudara ingat


dengan salah satu hakikat
atau ciri bahasa yang
menyatakan bahwa:
“bahasa itu sistem bunyi”?
atau
“bahasa adalah lambang
bunyi”
HAKIKAT FONOLOGI

• Berasal dari gabungan kata • Kajian linguistik yang • Fonologi ialah bidang
fon yang berarti ‘bunyi’ mempelajari, membahas, dalam linguistik yang
dan logi yang berarti membicarakan, dan menyelidiki bunyi-bunyi
‘ilmu’. menganalisis bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya
bahasa yang diproduksi
• Jadi, fonologi adalah ilmu oleh alat ucap manusia.
yang mengkaji bunyi.

Abdul Chaer Kridalaksana


Etimologi
(2009:1) (1995:57)
Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia atau bunyi yang
diartikulasikan, kemudian membentuk gelombang bunyi, sehingga dapat diterima
oleh telinga manusia.
Bunyi-bunyi berikut diproduksi oleh alat ucap
Bentuk bunyi bahasa
manusia tetapi bukan bunyi bahasa
batuk
fon
bersin
bersendawa
bersiul fonem
mendengkur

BUNYI BAHASA
• Bunyi bahasa merupakan unsur
bahasa yang paling kecil.
• Bunyi bahasa diproduksi manusia
untuk mengungkapkan sesuatu.
• Bunyi bahasa terbagi dua, secara
fonetis (fon/bunyi ujar) dan
fonemis (fonem).
• Bunyi bahasa secara fonetis
bersifat ujaran (parole).
• Bunyi bahasa secara fonemis
bersifat sistem pikiran (langue).
CIRI-CIRI BUNYI BAHASA
Bunyi bahasa sering disebut fon berasal dari
bahasa Inggris “phone” yang artinya “bunyi”

Dihasilkan oleh alat ucap manusia seperti


pita suara, lidah, dan bibir

Unsur bahasa yang paling kecil

Suara yang dikeluarkan oleh mulut

Mengungkapkan sesuatu/ berfungsi sebagai


pembeda arti
Bidang Kajian Fonologi
BIDANG KAJIAN FONOLOGI
FONETIK FONEMIK
Kajian tentang bunyi bahasa, Kajian tentang bunyi bahasa dengan
pembentukannya, frekuensinya sebagai memperhatikan statusnya sebagai pemeda
getaran udara, dan cara penerimaannya oleh makna.
telinga.
FONETIK FONEMIK

• FON • FONEM
• Bunyi bahasa atau bunyi • Bunyi bahasa yang
ujaran menyangkut bunyi berfungsi membedakan
yang dikeluarkan oleh alat arti kata
bicara tanpa melihat
fungsinya sebagai
pembeda arti
Fonetik terbagi atas tiga jenis

FONETIK Akustis Auditoris Artikulatoris


Fonetik akustis

Fonetik yang mempelajari bunyi bahasa berupa


getaran udara dan mengkaji tentang frekuensi
getaran bunyi, amplitudo, intensitas, dan
timbrenya.

Berkaitan dengan bidang ilmu fisika


Fonetik artikulatoris

Fonetik yang mempelajari bagaimana mekanisme


alat-alat ucap manusia menghasilkan bunyi
bahasa serta pengklasifikasian bahasa
berdasarkan artikulasinya.

Berkaitan dengan bidang ilmu Linguistik


Fonetik auditoris

Fonetik yang mempelajari bagaimana


mekanisme telinga menerima bunyi
sebagai hasil dari udara yang bergetar.

Berkaitan dengan bidang ilmu


Neurologi/Kedokteran
Produksi Bunyi Bahasa
Produksi bunyi bahasa
Ada tiga faktor utama yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa, yakni
sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga
pengubah getaran.

Sumber Alat ucap yang Rongga


menimbulkan pengubah
tenaga getaran getaran
(UDARA) (ALAT UCAP) (PITA SUARA)
Proses
PROSES Mengalirnya
Proses
TERJADINYA Fonansi
Udara
BUNYI BAHASA
(produksi bunyi
bahasa)
Proses Proses
Artikulasi Oronasal
Alat ucap manusia
Oris : rongga mulut
Nasum : rongga hidung
Labium : bibir
Dentum : gigi
Alveolum : gusi atas
Palatum : langit-langit keras
Velum : langit-langit lunak
Uvula : anak tekak
Apeks : ujung lidah
Lamina : daun lidah
Medium : Tengah lidah
Dorsum : pangkal lidah
Radiks : akar lidah
Epiglot : pangkal tekak
Faring : mulut belakang
Laring : tenggorokan atas
Glotis : ruang pita suara
Alat Alat
Ucap Ucap Artikulator pasif adalah alat
Aktif Artikulator aktif adalah
alat ucap yang bergerak,
Pasif ucap yang tidak dapat
bergerak, tetapi disentuh
untuk menghasilkan bunyi atau didekati oleh
bahasa artikulator aktif dalam
menghasilkan bunyi bahasa

Larink, pita suara, langit-


langit lunak, langit-langit
Pharynk, lidah, gigi atas, keras, gusi (alveolum), gigi
bibir bawah
bawah, bibir atas
Klasifikasi Bunyi Bahasa
klasifikasi bunyi bahasa
Ada tidaknya Ada tidaknya
Kenyaringan bunyi
rintangan terhadap ketegangan arus udara
pada waktu terdengar
arus udara dalam pada waktu bunyi itu
oleh telinga
saluran suara diartikulasikan

Jalan keluarnya arus Lamanya bunyi Perwujudannya dalam


udara tersebut diucapkan suku kata

Arus udara
Ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam
saluran suara

Vokal

Semivokal

Konsonan
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak
mengalami rintangan.

Pada pembentukan vokal tidak ada artikulasi.

Hambatan hanya terjadi pada pita suara.

BUNYI VOKAL Pada saat pembentukan vokal pita suara bergetar.

Posisi glotis dalam keadaan tertutup, tetapi tidak rapat


sekali.

Semua vokal termasuk bunyi bersuara.


Pembentukan Vokal
Berdasarkan Posisi Bibir
(vokal bulat dan tak bulat)

Berdasarkan Maju Mundurnya Lidah


(vokal depan, tengah, belakang)

Berdasarkan Tinggi Rendahnya Lidah


(vokal tinggi, madya, rendah)

Berdasarkan Striktur
(vokal terbuka, semiterbuka, semitertutup, tertutup)
https://id.wikipedia.org/wiki
/Grafik_vokal_IPA_dengan_
audio
• Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk
dengan menghambat arus udara pada sebagian
alat ucap.
• Pada pembentukan konsonan terjadi artikulasi.
• Proses hambatan atau artikulasi ini dapat
BUNYI disertai dengan bergetarnya pita suara, sehingga
terbentuk bunyi konsonan bersuara.
KONSONAN
• Proses pembentukan konsonan pada saat
artikulasi tidak disertai bergetarnya pita suara,
glotis dalam keadaan terbuka maka akan
menghasilkan bunyi konsonan tak bersuara.
Pembentukan Konsonan
Berdasarkan
Strukturnya Berdasarkan Cara
(konsonan bilabial, Artikulasi
Berdasarkan Posisi Berdasarkan Jalan
labiodental, (konsonan Pita Suara Keluarnya Udara
apikodental, apiko hambat/stop,
(konsonan bersuara (konsonan oral dan
alveolar, lamino geser/prikatif,
dan tak bersuara) nasal)
palatal, palatal, likuida/lateral,
velar, dorso velar, getar/trill)
glotal, laringal)
https://id.wikipedia.org/wiki/Grafik_konsonan_pulmonik_dengan_suara
Ada tidaknya ketegangan arus udara pada waktu
bunyi itu diartikulasikan

Bunyi Keras Bunyi Lunak


(fortis) (lenis)
• Bunyi keras atau fortis terbentuk
apabila pada waktu diartikulasikan
disertai ketegangan kekuatan arus
udara.
Bunyi keras • Contoh bunyi keras:
1) Bunyi letup tak bersuara [p, t, c, k]
2) Bunyi geseran tak bersuara [s]
3) Bunyi vokal [‫]ﬤ‬
Bunyi lunak
• Bunyi lunak terbentuk pada saat diartikulasikan
tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara.
• Contoh bunyi lunak:
1) Bunyi letup bersuara [b, d, j, g]
2) Bunyi geseran bersuara [z]
3) Bunyi nasal [m, n, η, ñ]
4) Bunyi likuida [r, l]
5) Bunyi semi vokal [w,y]
6) Bunyi vokal [i, e, o, u]
Kenyaringan bunyi pada waktu terdengar oleh
telinga

Bunyi Bunyi Tak


Nyaring Nyaring
Jalan keluarnya arus udara

Bunyi Oral

Bunyi Nasal (m, n,


ny, ng)
Bunyi oral
• Bunyi oral dihasilkan dengan
jalan mengangkat ujung anak
tekak mendekati langit-langit
lunak untuk menutupi rongga
hidung sehingga arus udara
dari paru-paru keluar melalui
mulut.
• Semua bunyi vokal termasuk
bunyi oral.
• Bunyi nasal atau bunyi sengau dihasilkan
dengan menutup arus udara ke luar melalui
rongga mulut, tetapi membuka jalan agar dapat
keluar melalui rongga hidung.
• Penutupan arus udara terjadi pada:
Bunyi nasal 1) Antara kedua bibir, hasilnya bunyi [m]
2) Antara ujung lidah dan ceruk, hasilnya bunyi
[n]
3) Antara pangkal lidah dan langit-langit lunak,
hasilnya bunyi [ng]
4) Antara ujung lidah dan langit-langit keras,
hasilnya bunyi [ny]
Lamanya bunyi tersebut diucapkan

Bunyi Bunyi
Panjang Pendek
Perwujudannya dalam suku kata

Bunyi Tunggal (monoftong)

Bunyi Rangkap
(diftong, kluster/gugus, deret
vokal, deret konsonan)
Bunyi tunggal (monoftong)

Bunyi tunggal adalah


Semua bunyi vokal
sebuah bunyi yang
dan konsonan adalah
berdiri sendiri dalam
bunyi tunggal
satu suku kata.
Bunyi Rangkap

Bunyi rangkap adalah


Bunyi rangkap dapat
dua bunyi atau lebih
berupa diftong atau
yang bergabung
kluster
dalam satu suku kata.
Diftong adalah dua vokal yang diucapkan sekaligus.
diftong Gabungan vokal disebut diftong apabila
menghasilkan satu bunyi saja (Wikipedia).

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan
huruf vokal ai, au, ei, dan oi.

Huruf Diftong Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir


ai - balairung pandai
au autodidak taufik harimau
ei* eigendom geiser survei
oi - boikot amboi
Kluster/ gugus
• Gugus atau kluster merupakan deretan konsonan yang ada pada satu suku kata.
• Contoh gugus: /pl/, /bl/, /kl/, /gl/, /fl/, /sl/, /pr/, /br/, /tr/, /dr/, /kr/, /gr/, /fr/,
/sr/, /ps/, /ks/, /sw/, /kw/, /sm/, /sn/, /sp/, /sk/, /str/, /spr/, /skr/, dan /skl/.
• Contoh dalam bentuk kata:
pleno (ple-no)
pribadi (pri-ba-di)
ekstra (eks-tra)
swadaya (swa-da-ya)
strategi (stra-te-gi)
Deret vokal
• Deret vokal adalah urutan beruntun vokal yang tidak tersisipi konsonan.
• Contoh:
/ia/, /iu/, /eo/, /ai/, /au/, /ao/, /aa/, /oa/, /ua/, /ui/, /ue/
• Contoh dalam bentuk kata:
biar (bi-ar)
reog (re-og)
kain (ka-in)
manfaat (man- fa-at)
Deret konsonan
• Deret konsonan adalah urutan dua konsonan atau lebih dalam suatu suku kata yang tidak
tersisipi vokal.
• Contoh: /pt/, /py/, /pl/, /pr/, /tt/, /tb/, /tw/, /ty/, /tm/, /tr/, /kt/, /kc/, /kb/, /kd/, /ks/,
/kw/, /km/, /kl/, /kr/, /bt/, /bd/, /bs/, /by/, /bl/, /br/, /dh/, /dy/, /dm/, /dr/, /jl/, /jr/,
/gy/, /sp/, /st/, /sc/, /sk/, /sb/, /sw/, /sm/, /sn/, /sl/, /sr/, dsb.
• Contoh dalam bentuk kata:
daptar (dap-tar)
satwa (sat-wa)
asmara (as-ma-ra)
Arus/arah udara

Bunyi Egresif

Bunyi Ingresif
• Bunyi egresif adalah bunyi yang dibentuk dengan cara
mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru.
• Bunyi egresif adalah bunyi yang dihasilkan dari arah udara
menuju ke luar melalui rongga mulut atau rongga hidung.
• Bunyi egresif dibedakan atas bunyi egresif pulmonik dan
bunyi egresif glotalik.
• Bunyi egresif pulmonik dibentuk dengan cara mengecilkan
ruangan paru-paru oleh otot paru-paru, otot perut, dan
rongga dada. Hampir semua bunyi bahasa Indonesia
Bunyi egresif dibentuk melalui egresif pulmonik.
• Bunyi egresif glotalik terbentuk dengan cara merapatkan
pita suara sehingga glotis dalam keadaan tertutup sama
sekali.
• Bunyi egresif glotalik disebut juga bunyi ejektif.

Contoh bunyi egresif glotalik:


bunyi suara dalam bahasa Inggris seperti “b” dalam kata
“bat”; “d” dalam kata “dog”; dan “g” dalam kata “go”
Bunyi ingresif

• Bunyi ingresif adalah bunyi yang dibentuk dengan cara mengisap udara ke dalam
paru-paru.
• Bunyi ingresif adalah bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk ke dalam paru-
paru.
• Bunyi ingresif dibedakan atas bunyi ingresif glotalik dan bunyi ingresif velarik.
• Bunyi ingresif glotalik memiliki kemiripan dengan cara pembentukan bunyi egresif
glotalik hanya arus udara yang berbeda.
• Bunyi ingresif velarik dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah ditempatkan pada
langiit-langit lunak.

Contoh bunyi ingresif:


bunyi suara dalam bahasa Inggris seperti "p" dalam kata "pat", "t" dalam kata "top", dan
"k" dalam kata "cat"
Bunyi segmental dan suprasegmental

• Fonem adalah bunyi, dan bunyi, menurut bisa terpisah-tidaknya, terbagi menjadi dua: segmental
dan suprasegmental. Segmental adalah fonem yang bisa dibagi.
• Fonem dapat dibagi manjadi dua bagian besar, yaitu fonem utama dan fonem kedua.
• Fonem utama adalah sebuah unit bunyi terkecil yang merupakan unsur dari sebuah bentuk ucapan
yang mempunyai fungsi sendiri. Sedangkan fonem kedua adalah sebuah fenomena atau sifat bunyi
yang mempunyai fungsi dalam ungkapan ketika diucapkan bersambung dengan kata-kata lain.
• Fonem kedua adalah ontonim dari fonem utama, tidak termasuk bagian dari suatu kata, tetapi dapat
diketahui apabila suatu kata disambung dengan kata lain, atau sebuah kata yang digunakan dengan
penggunaan khusus.
• Fonem utama disebut dengan segmental, sedangkan fonem kedua disebut dengan bunyi
suprasegmantal atau sesuatu yang menyertai fonem tersebut, yaitu berupa tekanan suara
(intonation), panjang-pendek (pitch), dan getaran suara yang menunjukkan emosi tertentu. jadi,
kesemua yang tercakup ke dalam istilah suprasegmenal itu tidak bisa dipisahkan dari suatu fonem.
Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa sesuatu yang terdapat dalam fonem itu bisa dipisahkan
sedangkan yang mengiringinya tidak bisa dipisahkan.
Bunyi segmental

• Bunyi segmental adalah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap
dan pita suara (M|asnur Muchlis, 2008).
• Bunyi segmental adalah bunyi ujar bahasa yang terdiri dari segmen-segmen
tertentu (Abdul Chaer, 2009).
• Bunyi segmental mengacu pada pengertian bunyi-bunyi yang dapat
disegmentasi/dipisah-pisahkan (Imam Suhairi, 2009).
• Bunyi segmental adalah bunyi bahasa yang bisa dibagi-bagi atas bagian-
bagian lain seperti bunyi vokal (vokoid) dan konsonan (kontoid).
• Unsur segmental biasanya dinyatakan secara tertulis dengan abjad,
persukuan, dan penulisan kata.
Vokal (bunyi yang tidak
terhambat oleh alat ucap)

Konsonan (bunyi yang


terhambat oleh alat ucap)
Macam-macam Bunyi
Segmental
Diftong (dua vokal yang
dibaca satu bunyi)

Kluster (dua konsonan


yang dibaca satu bunyi)
SUPRASEGMENTAL

❑Penggalan kata terjadi akibat tekanan udara dari paru-paru dan keluarnya udara dari paru-paru
tersebut secara terputus-terputus, yang hanya memungkinkan terjadinya beberapa bunyi. Setiap
tekenan yang dilakukan oleh dinding penyekat rongga dada terhadap udara yang terdapat
didalam paru-paru, memungkinkan terjadinya sederetan penggalan.
❑Bunyi yang tidak dapat disegmentasikan disebut bunyi suprasegmental
❑Bunyi suprasegmental sering disamakan dengan ciri prosodi
❑Ciri suprasegmental merupakan istilah yang digunakan dalam penandaan bahasa lisan
❑Bunyi Suprasegmental adalah bunyi yang menyertai bunyi segmental. Dengan beberapa unsur
yang menyertainya.Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
1 Tekanan (Stress)
2. Jangka/Rentang waktu/Durasi (Duration)
3. Nada (Spitch)
4. Sendi (Juncture) dan Jeda (Pause)
5. Aksen (Accent)
6. Intonasi
7. Ritme
pungtuasi
• Tanda grafis yang digunakan secara konvensional untuk memisahkan
pelbagai bagian dari satuan bahasa tertulis (tanda baca).
• Pungtuasi adalah tanda baca.
• Dalam EYD Edisi V, tercantum 15 jenis tanda baca.
• Di dalam fonologi pungtuasi ini ada kaitannya dengan bunyi
suprasegmental yang pernah kita bahas sebelum materi pungtuasi.
• Pungtuasi direalisasikan berdasarkan dua hal utama yang
komplementer, yakni:
1. unsur-unsur suprasegmental
2. Hubungan sintaksis
Fonem dalam Kajian Fonologi
• FONEM adalah Satuan bahasa
terkecil yang bersifat fungsional,
artinya satuan fonem memiliki
fungsi untuk membedakan makna.
• FONEM adalah unit bunyi yang
bersifat distingtif atau unit bunyi
fonem yang signifikan.
• FONEMISASI adalah perubahan
alofon-alofon menjadi fonem
dalam lingkungan fonologis
tertentu.
1. Kontras Pasangan Minimal
❑ Pasangan minimal adalah pasangan bentuk-bentuk
bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah
bahasa (biasanya berupa kata tunggal) yang secara
ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda.
❑ Bunyi yang berbeda itu saling bertentangan dalam
posisi atau distribusi yang sama.
Pengenalan
fonem Contoh:
• /batuk/ ---- /patuk/ → /b/ /p/
• /dara/ ---- /tara/ → /d/ /t/
• /galah/ ---- /kalah/ → /g/ /k/
2. Premis-Premis Fonologis
a. Bunyi bahasa memiliki kecenderungan untuk
dipengaruhi oleh lingkungan.
b. Sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat
simetris.
c. bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus
digolongkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang
berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam
lingkungan yang sama atau mirip.
d. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di
dalam distribusi yang komplementer, harus di masukkan
ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang sama.
Realisasi fonem

• Realisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yakni fonem menjadi
bunyi bahasa.
1. Realisasi Vokal dalam Bahasa Indonesia (6)
/a/, /i/, /u/, /e/, /Ə/, dan /o/
Diproduksi dengan bentuk bibir tertentu. Bentuk bibir dapat mempengaruhi kualitas vokal.
2. Konsonan dalam Bahasa Indonesia (23)
/p/, /t/, /c/, /k/, /b/, /d/, /j/, /g/, /?/, /f/, /s/, /x/, /h/, /z/, /m/, /n/, /r/, /l/, /w/, /y/, /Š/, /ŋ/, /ñ/
Konsonan dibentuk berdasarkan:
a. Keadaan pita suara
b. Daerah artikulasi
c. Cara artikulasi
d. Jalan keluar udara
e. Strikturnya
Realisasi Vokal

a
i suku kata terbuka
i dan I atau tertutup

u u dan U
tekanan pada saat
e diucapkan
e, Ɛ , dan Ə (pengucapan)

o o dan Ͻ
Realisasi Konsonan
p p dan p>

b b dan p> suku kata terbuka


atau tertutup

m m
tekanan pada saat
w diucapkan
w
(pengucapan)

f f dan p
t t dan t>

d d dan t>

n n

l l

r r dan R

c c
j j h h dan Ø

s s

y y
ñ ñ
k k, k>, dan ?

g g, δ, x, dan k>

x x dan h ŋ ŋ
Realisasi Diftong

au aw

ai ay

oi oy
Kaidah yang mengatur
penjejeran fonem dalam satu
morfem atau kata dinamakan
kaidah fonotaktik.

Kaidah fonotaktik termasuk


bidang kajian fonemik.
fonotaktik

Kaidah fonotaktik mencakup


garapan distribusi fonem,
gabungan fonem, struktur suku
kata, dan kaidah grafemis.
Distribusi fonem

1 2 3
Posisi fonem dalam Distribusi fonem Fonem yang menduduki
sebuah kata disebut menyangkut posisi atau posisi dalam sebuah kata
distribusi fonem. penyebaran fonem dalam tersebut dapat berupa
sebuah kata, di awal kata, vokal dan konsonan.
di tengah kata, atau di
akhir kata.
DISTRIBUSI VOKAL
a. Vokal /i/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
b. Vokal /e/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
c. Vokal /o/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
d. Vokal /u/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
e. Vokal /a/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
f. Vokal /∂/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
DISTRIBUSI KONSONAN

❑Bunyi konsonan dalam bahasa Indonesia direalisasikan 25 buah,


yakni: /b/, /c/, /d/, /f/, /g/, /h/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /p/, /q/, /r/, /s/,
/t/, /v/, /w/, /x/, /y/, /z/, /kh/, /sy/, /ng/, /ny/.

❑Hampir semua konsosnan bahasa Indonesia dapa menduudki posisi


di awal, di tengah, dan di akhir kata, kecuali konsonan /c/, /j/, /q/, /v/,
/w/, /x/, /y/, /z/, dan /ny/ tidak dapat berposisi di akhir kata.
❑Silabel atau suku kata adalah satuan
ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran
atau runtunan bunyi ujaran.
❑Satu silabel biasanya meliputi satu vokal
dan satu konsonan atau lebih.
❑Silabel mempunyai puncak kenyaringan
Silabel (suku kata) atau sonoritas yang biasanya jatuh pada
sebuah vokal.
❑Hal ini terjadi karena adanya ruang
resonansi berupa rongga mulut, rongga
hidung atau rongga-rongga lain di kepala
dan dada.
Suku kata adalah satu fonem atau lebih yang
ditandai oleh satu puncak kenyaringan fonem
yang terletak pada vokal (Zainuddin, 1994:14).

Suku kata disebut juga silabel adalah satuan ritmis


terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan
bunyi ujaran.Satu silabel biasanya meliputi Satu
vokal dan satu konsonan atau lebih.Silabel
mempunyai puncak kenyaringan (Sonoritas) yang
yang patuh pada vokal ( Chaer, 1994:123).
Pola suku kata Bahasa Indonesia sebagai berikut :
1. V : a pada kata adik
2. VK : an pada kata anda
3. KV : bu pada kata ibu
4. KVK : duk pada kata duduk
5. KKV : tra pada kata putra
6. KKKV : stra pada kata strata
7. KKVK : trak pada kata kontrak
8. KKKVK : struk pada kata struktur
9. VKK : eks pada kata eksploitasi
10. KVKK : teks pada kata konteks
11. KKVKK : pleks pada kata kompleks
12. VKKK : arts pada kata arts
13. KVKKK : korps pada kata korps.
Suku Kata Terbuka adalah
suku kata yang berakhir
dengan vokal (K)V
Jenis-Jenis Suku Kata
Suku Kata Tertutup adalah
suku kata yang berakhir
dengan konsonan (K)VK
KAIDAH GRAFEMIS
ALOFON

Untuk mengetahui
bunyi mana saja yang
Alofon adalah variasi
mengandung alofon
bunyi
lihat materi realisasi
fonem di atas!
Gejala-Gejala Fonologis
PENGARUH DAN PEMENGARUH BUNYI BAHASA

Muncul sebagai akibat


PENGARUH BUNYI BAHASA
proses asimilasi

Merupakan tempat
PEMENGARUH BUNYI artikulasi yang
BAHASA memengaruhi bunyi yang
disebut artikulasi penyerta
Asimilasi

Pengaruh Disimilasi
Bunyi

Distribusi
ASIMILASI
pengaruh memengaruhi bunyi tanpa
mengubah identitas fonem

Progresif Regresif
Proses Asimilasi Progresif
Terjadi apabila arah pengaruh bunyi itu ke depan. Misalnya
perubahan bunyi [t] yang biasanya diucapkan apiko-dental
diucapkan secara lamino-alveolar.
Contoh:
tetapi
stasiun
Perubahan letup apiko-dental [t] menjadi letup lamino-
alveolar [t] karena pengaruh secara progresif dari bunyi
geseran lamino-alveolar [s]
Proses Asimilasi Regresif
• terjadi apabila arah pengaruh bunyi itu ke belakang.
• misalnya perubahan bunyi [n] yang biasanya
diucapkan apiko-alveolar diucapkan secara apiko-
palatal
• Contoh: aman – pandan
• Perubahan nasal apiko-alveolar [n] menjadi nasal
apiko-palatal [n] karena pengaruh secara regresif dari
bunyi letup-palatal [d]
• Contoh lain:
• al salam (Arab) - assalam > asalam
• in + perfect - imperfect > imperfek
• ad + similatio - assimilasi > asimilasi
• in + moral - immoral > imoral
Disimilasi
• Kebalikan dari asimilasi adalah disimilasi, yaitu proses ketika
dua bunyi yang sama dijadikan tidak sama.
• Beberapa contoh disimilasi dalam bahasa Indonesia:
saj- jana (Skt) - sarjana
kolonel - kornel
prakrti (Skt.) - pekerti
lauk-lauk - lauk-pauk
sayur-sayur - sayur-mayur
citta (Skt.) - cipta
citta (Skt.) - cinta
Pengaruh Bunyi Karena Distribusi

Aspirasi Pelepasan Pengafrikatan


Aspirasi
• pengucapan suatu bunyi yang disertai
dengan hembusan keluarnya udara dengan
kuat sehingga terdengar bunyi [h]
• Misalnya, bunyi konsonan letup bersuara [b,
d, j, g] jika berdistrubusi di awal dan di
tengah kata cenderung diaspirasikan
sehingga terdengar sebagai [b h , d h , j h , g
h ].
• pertimbangkan contoh berikut : baru [b h
aru] sabtu [sab h tu] datang [d h atan]
sedang [səd h an] jatuh [jat h uh] hujan [huj
h an] gelang [g h ə lan] segar [səg h ar]
• pengucapan bunyi hambat letup yang seharusnya
dihambat atau diletupkan tetapi tidak dihambat
atau diletupkan, kemudian dengan serentak bunyi
berikut diucapkan.
• Pelepasan dibedakan atas lepas tajam, lepas
nasal, dan lepas sampingan.

Pelepasan • Lepas tajam atau Lepas penuh ialah pelepasan


alat-alat artikulasi dari titik artikulasinya yang
terjadi secara tajam atau secara penuh. Misalnya,
suatu bunyi hambat letup dalam bahasa
Indonesia jika berada pada pengunci kata, proses
letupannya dilepaskan atau dihilangkan, bunyi
lepas ditandai dengan […] di atas bunyi
dilepaskan, misalnya : 3.5 mantap [mantap -- ]
sebut [sebut -- ]
• Lepas nasal ialah suatu pelepasan
yang terjadi karena adanya bunyi
nasal di depannya.
• Misalnya, suatu bunyi hambat
letup dalam bahasa Indonesia,
letupannya dilepaskan melalui
keluarnya udara lewat rongga
Pelepasan hidung jika bunyi letup itu
berdistribusi sebelum bunyi nasal
yang homorgan.
• Lepas nasal ditandai dengan [… N ]
di atas samping kan bunyi yang
dilepaskan. Misalnya, [p m ] atau
[p] lepas nasal [n]. tatap muka [p
m ] tatap nenek [t n ]
• Lepas sampingan ialah suatu pelepasan yang
Pelepasan terjadi karena adanya bunyi sampingan
depannya.
• Suatu bunyi hambat letup dalam bahasa
Indonesia, letupannya dapat dilepaskan secara
sampingan jika konsonan letup tersebut
berdistribusi sebelum bunyi sampingan [1].
• Lepas sampingan ditandai dengan [… 1 ] di atas
samping kanan dari bunyi yang
dilepassampingkan.
• Misalnya, [t 1 ] atau [t] lepas sampingan.
Pertimbangkan contoh berikut : cukup luas [p 1 ]
cepat lupa [t 1 ]
Pengafrikatan atau Paduanisasi

terjadi jika bunyi letup hambat yang


Proses yang kedua menyebabkan
seharusnya dihambat dan diletupkan
adanya penyempitan jalannya arus
tidak dilakukan, melainkan setelah
udara sehingga udara terpaksa keluar
hambat dilepaskan secara bergeser
dengan bergeser.
dan pelan-pelan.

Artikulasinya menjadi hambat geseran


Misalnya, bunyi [t] diucapkan.
hambat letupan. Gabungan antara
Pertimbangkan contoh berikut : hebat
hambat dan geseran disebut paduan
[hebat s ] alat [?alat s ]
atau afrikat.
PEMENGARUH BUNYI BAHASA

Artikulasi
Kehomorganan
Penyerta
Artikulasi Penyerta
• perbedaan ucapan suatu bunyi dengan ucapan yang berlainan disebabkan oleh
artikulasi penyerta

a) Labialisasi [tw] tujuan → tujuwan


b) Retrofleksi [kr] kerdus, kertas
c) Palatalisasi [py] piyara, hariyan
d) Velarisasi [mx] mahluk → makhluk
e) Glotalisasi [?] pada vokal awal kata → [?obat] [?anak], [dudu?]
Kehomorganan

Sebagian → kehomorganan
yang muncul apabila
Penuh → kehomorganan yang
perbedaan diantara pasangan
muncul akibat perbedaan
fonem tersebut pada cara
bunyi.
artikulasinya, sedangkan
daerah artikulasinya sama.
Perubahan Fonem

Asimilasi Disimilasi Suara Bakti

Netralisasi dan Metatesis dan


Kontraksi
Arkifonem Epentesis
• suara bakti adalah bunyi yang timbul
antara dua fonem dan mempunyai fungsi
untuk melancarkan ucapan suatu kata.
• Dalam mengucapkan kata-kata seperti:
gurauan, kepulauan, pakaian, putra, putri,
bahtra, dan lain-lain, kedengaran bahwa
dalam hubungan fonem-fonem itu timbul
lagi bunyi w atau y, an/tara u-a, dan
Suara Bakti antara i-a
• sedangkan pada kata-kata putra, putri,
dan bahtra diselipkan bunyi e (pepet)
antara t-r bunyi ini sama sekali tidak
mempunyai fungsi untuk membedakan
arti; gunanya hanya sebagai pelancar
ucapan saja.
• Netralisasi adalah proses menetralkan fonem dari kata-kata
tertentu.
• contoh, dalam bahasa Belanda, ada kata yang dieja hard ‘keras’
dan dilafalkan [hart].
• Selain itu, ada kata lain yang dieja hart ‘jantung’ dan diucapkan
[hart].

Netralisasi • Jadi, pelafalan kedua kata yang berbeda itu adalah sama.
Mengapa demikian? Dalam bahasa Belanda, konsonan hambat
bersuara seperti [d] adalah tidak mungkin. Oleh karena itu,
dan diubah menjadi konsonan yang homorgan tak bersuara, yakni [t].
• Fonem /d/ pada kata hard yang bisa berwujud /t/ atau /d/ dalam
Arkifonem istilah linguistik disebut dengan arkifonem.
• Dalam hal ini biasanya dilambangkan dengan huruf besar /D/.
• Mengapa dipilih /D/ bukan /T/? Karena bentuk “aslinya” yang
tampak dalam bentuk harder adalah /d/ bukannya /t/.
• Dalam bahasa Indonesia terdapat kata jawab yang diucapkan
/jawap/ atau juga /jawab/. Namun, jika diberi akhiran -an
bentuknya menjadi jawaban.
• Jadi, dalam hal ini terdapat arkifonem /B/ yang realisasinya bisa
menjadi /p/ atau /b/.
Kontraksi

• Dalam percakapan yang cepat atau situasi informal seringkali penutur menyingkat atau
memperpendek ujarannya.
• Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, ungkapan tidak tahu diucapkan menjadi ndak
tahu; ungkapan yang itu tadi menjadi yang tutadi.
• Dalam bahasa Inggris terdapat bentuk shall not yang ketika disingkat menjadi shan’t;
bentuk will not menjadi won’t; bentuk are not menjadi aren’t, dan bentuk it is menjadi
it’s.
• Dalam pemendekan seperti ini, yang dapat berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih,
ada yang berupa kontraksi.
• Dalam kontraksi, pemendekan itu menjadi satu segmen dengan pelafalannya sendiri-
sendiri. Misalnya, shall not yang menjadi shan’t, yakni fonem /e/ dari shall diubah
menjadi /a/ dalam shan’t.
Metatesis
• Proses metatesis bukan mengubah bentuk fonem
menjadi fonem yang lain, melainkan mengubah
urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata.
• Lazimnya, bentuk asli dan bentuk metatesisnya sama-
sama terdapat dalam bahasa tersebut sebagai variasi.
• Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, ditemukan
kata sapu. Kata tersebut dapat divariasikan menjadi
apus, usap, paus.
• Selain itu, ada kata berantas yang divariasikan
menjadi banteras; kata lajur yang divariasikan
menjadi jalur; kata koral yang divariasikan menjadi
kolar.
Epentesis Dalam proses epentesis sebuah fonem
tertentu, biasanya yang homorgan
dengan lingkungannya, disisipkan ke
dalam sebuah kata.
Dalam bahasa Indonesia ada kata
kampak di samping kapak. Dalam
contoh tersebut telihat ada bunyi [m]
yang disisipkan di tengah kata.
Selain itu, ada kata jumlah dan
jumblah yang mengandung bunyi [b]
yang disisipkan di tengah kata.
Perubahan Fonem Menurut Abdul Chaer

Kontraksi Diftongisasi Monoftongisasi Anaptiksis


• Jenis yang pertama disebut sebagai
Kontraksi kontraksi atau penyingkatan atau
penghilangan.
• Kontraksi pada awal kata disebut
aferesis. Contoh: upawasa menjadi
puasa
• kontraksi pada akhir kata disebut
apokope seperti kata pelangit yang
berubah menjadi pelangi.
• kontraksi pada tengah kata disebut
sebagai sinkope. Contohnya adalah
baharu yang beralih menjadi baru.
Diftongisasi

• Proses perubahan vokal tunggal


menjadi vokal rangkap secara
berurutan (diftong)
• Contohnya adalah kata sentosa.
• Meskipun bentuk tersebut sudah
dibakukan, kita masih sering
mengucapkan sentausa.
• Contoh lainnya adalah kata
teladan yang dilafalkan dengan
tauladan.
Monoftongisasi

perubahan dua buah Contohnya adalah


vokal atau gugus ramai, kalau, dan
vokal menjadi satai yang diucapkan
sebuah vokal. rame, kalo, dan sate.
Anaptiksis

terdapat penambahan
Terdapat tiga model
bunyi vokal di antara
anaptiksis, yakni
dua konsonan atau
protesis, epentesis, dan
penambahan konsonan
paragog.
pada kata tertentu
• Protesis adalah penambahan bunyi pada awal kata.
Contoh:
mas > emas

Jenis-Jenis mpu
lang
>
>
empu
elang
Anaptiksis • Epentesis adalah penambahan bunyi pada tengah kata.
Contoh:
kapak > kampak
sajak > sanjak
upama > umpama
• Paragog adalah penambahan bunyi pada akhir kata.
Contoh:
hulubala > hulubalang
ina > inang
adi > adik
TERIMA KASIH

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi

Anda mungkin juga menyukai