FONOLOGI
Dr. Riki Nasrullah, M.Hum.
• Berasal dari gabungan kata • Kajian linguistik yang • Fonologi ialah bidang
fon yang berarti ‘bunyi’ mempelajari, membahas, dalam linguistik yang
dan logi yang berarti membicarakan, dan menyelidiki bunyi-bunyi
‘ilmu’. menganalisis bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya
bahasa yang diproduksi
• Jadi, fonologi adalah ilmu oleh alat ucap manusia.
yang mengkaji bunyi.
BUNYI BAHASA
• Bunyi bahasa merupakan unsur
bahasa yang paling kecil.
• Bunyi bahasa diproduksi manusia
untuk mengungkapkan sesuatu.
• Bunyi bahasa terbagi dua, secara
fonetis (fon/bunyi ujar) dan
fonemis (fonem).
• Bunyi bahasa secara fonetis
bersifat ujaran (parole).
• Bunyi bahasa secara fonemis
bersifat sistem pikiran (langue).
CIRI-CIRI BUNYI BAHASA
Bunyi bahasa sering disebut fon berasal dari
bahasa Inggris “phone” yang artinya “bunyi”
• FON • FONEM
• Bunyi bahasa atau bunyi • Bunyi bahasa yang
ujaran menyangkut bunyi berfungsi membedakan
yang dikeluarkan oleh alat arti kata
bicara tanpa melihat
fungsinya sebagai
pembeda arti
Fonetik terbagi atas tiga jenis
Arus udara
Ada tidaknya rintangan terhadap arus udara dalam
saluran suara
Vokal
Semivokal
Konsonan
Vokal adalah bunyi bahasa yang arus udaranya tidak
mengalami rintangan.
Berdasarkan Striktur
(vokal terbuka, semiterbuka, semitertutup, tertutup)
https://id.wikipedia.org/wiki
/Grafik_vokal_IPA_dengan_
audio
• Konsonan adalah bunyi bahasa yang dibentuk
dengan menghambat arus udara pada sebagian
alat ucap.
• Pada pembentukan konsonan terjadi artikulasi.
• Proses hambatan atau artikulasi ini dapat
BUNYI disertai dengan bergetarnya pita suara, sehingga
terbentuk bunyi konsonan bersuara.
KONSONAN
• Proses pembentukan konsonan pada saat
artikulasi tidak disertai bergetarnya pita suara,
glotis dalam keadaan terbuka maka akan
menghasilkan bunyi konsonan tak bersuara.
Pembentukan Konsonan
Berdasarkan
Strukturnya Berdasarkan Cara
(konsonan bilabial, Artikulasi
Berdasarkan Posisi Berdasarkan Jalan
labiodental, (konsonan Pita Suara Keluarnya Udara
apikodental, apiko hambat/stop,
(konsonan bersuara (konsonan oral dan
alveolar, lamino geser/prikatif,
dan tak bersuara) nasal)
palatal, palatal, likuida/lateral,
velar, dorso velar, getar/trill)
glotal, laringal)
https://id.wikipedia.org/wiki/Grafik_konsonan_pulmonik_dengan_suara
Ada tidaknya ketegangan arus udara pada waktu
bunyi itu diartikulasikan
Bunyi Oral
Bunyi Bunyi
Panjang Pendek
Perwujudannya dalam suku kata
Bunyi Rangkap
(diftong, kluster/gugus, deret
vokal, deret konsonan)
Bunyi tunggal (monoftong)
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat diftong yang dilambangkan dengan gabungan
huruf vokal ai, au, ei, dan oi.
Bunyi Egresif
Bunyi Ingresif
• Bunyi egresif adalah bunyi yang dibentuk dengan cara
mengeluarkan arus udara dari dalam paru-paru.
• Bunyi egresif adalah bunyi yang dihasilkan dari arah udara
menuju ke luar melalui rongga mulut atau rongga hidung.
• Bunyi egresif dibedakan atas bunyi egresif pulmonik dan
bunyi egresif glotalik.
• Bunyi egresif pulmonik dibentuk dengan cara mengecilkan
ruangan paru-paru oleh otot paru-paru, otot perut, dan
rongga dada. Hampir semua bunyi bahasa Indonesia
Bunyi egresif dibentuk melalui egresif pulmonik.
• Bunyi egresif glotalik terbentuk dengan cara merapatkan
pita suara sehingga glotis dalam keadaan tertutup sama
sekali.
• Bunyi egresif glotalik disebut juga bunyi ejektif.
• Bunyi ingresif adalah bunyi yang dibentuk dengan cara mengisap udara ke dalam
paru-paru.
• Bunyi ingresif adalah bunyi yang dihasilkan dari arah udara masuk ke dalam paru-
paru.
• Bunyi ingresif dibedakan atas bunyi ingresif glotalik dan bunyi ingresif velarik.
• Bunyi ingresif glotalik memiliki kemiripan dengan cara pembentukan bunyi egresif
glotalik hanya arus udara yang berbeda.
• Bunyi ingresif velarik dibentuk dengan menaikkan pangkal lidah ditempatkan pada
langiit-langit lunak.
• Fonem adalah bunyi, dan bunyi, menurut bisa terpisah-tidaknya, terbagi menjadi dua: segmental
dan suprasegmental. Segmental adalah fonem yang bisa dibagi.
• Fonem dapat dibagi manjadi dua bagian besar, yaitu fonem utama dan fonem kedua.
• Fonem utama adalah sebuah unit bunyi terkecil yang merupakan unsur dari sebuah bentuk ucapan
yang mempunyai fungsi sendiri. Sedangkan fonem kedua adalah sebuah fenomena atau sifat bunyi
yang mempunyai fungsi dalam ungkapan ketika diucapkan bersambung dengan kata-kata lain.
• Fonem kedua adalah ontonim dari fonem utama, tidak termasuk bagian dari suatu kata, tetapi dapat
diketahui apabila suatu kata disambung dengan kata lain, atau sebuah kata yang digunakan dengan
penggunaan khusus.
• Fonem utama disebut dengan segmental, sedangkan fonem kedua disebut dengan bunyi
suprasegmantal atau sesuatu yang menyertai fonem tersebut, yaitu berupa tekanan suara
(intonation), panjang-pendek (pitch), dan getaran suara yang menunjukkan emosi tertentu. jadi,
kesemua yang tercakup ke dalam istilah suprasegmenal itu tidak bisa dipisahkan dari suatu fonem.
Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa sesuatu yang terdapat dalam fonem itu bisa dipisahkan
sedangkan yang mengiringinya tidak bisa dipisahkan.
Bunyi segmental
• Bunyi segmental adalah bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap
dan pita suara (M|asnur Muchlis, 2008).
• Bunyi segmental adalah bunyi ujar bahasa yang terdiri dari segmen-segmen
tertentu (Abdul Chaer, 2009).
• Bunyi segmental mengacu pada pengertian bunyi-bunyi yang dapat
disegmentasi/dipisah-pisahkan (Imam Suhairi, 2009).
• Bunyi segmental adalah bunyi bahasa yang bisa dibagi-bagi atas bagian-
bagian lain seperti bunyi vokal (vokoid) dan konsonan (kontoid).
• Unsur segmental biasanya dinyatakan secara tertulis dengan abjad,
persukuan, dan penulisan kata.
Vokal (bunyi yang tidak
terhambat oleh alat ucap)
❑Penggalan kata terjadi akibat tekanan udara dari paru-paru dan keluarnya udara dari paru-paru
tersebut secara terputus-terputus, yang hanya memungkinkan terjadinya beberapa bunyi. Setiap
tekenan yang dilakukan oleh dinding penyekat rongga dada terhadap udara yang terdapat
didalam paru-paru, memungkinkan terjadinya sederetan penggalan.
❑Bunyi yang tidak dapat disegmentasikan disebut bunyi suprasegmental
❑Bunyi suprasegmental sering disamakan dengan ciri prosodi
❑Ciri suprasegmental merupakan istilah yang digunakan dalam penandaan bahasa lisan
❑Bunyi Suprasegmental adalah bunyi yang menyertai bunyi segmental. Dengan beberapa unsur
yang menyertainya.Unsur-unsur tersebut sebagai berikut:
1 Tekanan (Stress)
2. Jangka/Rentang waktu/Durasi (Duration)
3. Nada (Spitch)
4. Sendi (Juncture) dan Jeda (Pause)
5. Aksen (Accent)
6. Intonasi
7. Ritme
pungtuasi
• Tanda grafis yang digunakan secara konvensional untuk memisahkan
pelbagai bagian dari satuan bahasa tertulis (tanda baca).
• Pungtuasi adalah tanda baca.
• Dalam EYD Edisi V, tercantum 15 jenis tanda baca.
• Di dalam fonologi pungtuasi ini ada kaitannya dengan bunyi
suprasegmental yang pernah kita bahas sebelum materi pungtuasi.
• Pungtuasi direalisasikan berdasarkan dua hal utama yang
komplementer, yakni:
1. unsur-unsur suprasegmental
2. Hubungan sintaksis
Fonem dalam Kajian Fonologi
• FONEM adalah Satuan bahasa
terkecil yang bersifat fungsional,
artinya satuan fonem memiliki
fungsi untuk membedakan makna.
• FONEM adalah unit bunyi yang
bersifat distingtif atau unit bunyi
fonem yang signifikan.
• FONEMISASI adalah perubahan
alofon-alofon menjadi fonem
dalam lingkungan fonologis
tertentu.
1. Kontras Pasangan Minimal
❑ Pasangan minimal adalah pasangan bentuk-bentuk
bahasa yang terkecil dan bermakna dalam sebuah
bahasa (biasanya berupa kata tunggal) yang secara
ideal sama, kecuali satu bunyi berbeda.
❑ Bunyi yang berbeda itu saling bertentangan dalam
posisi atau distribusi yang sama.
Pengenalan
fonem Contoh:
• /batuk/ ---- /patuk/ → /b/ /p/
• /dara/ ---- /tara/ → /d/ /t/
• /galah/ ---- /kalah/ → /g/ /k/
2. Premis-Premis Fonologis
a. Bunyi bahasa memiliki kecenderungan untuk
dipengaruhi oleh lingkungan.
b. Sistem bunyi mempunyai kecenderungan bersifat
simetris.
c. bunyi-bunyi bahasa yang secara fonetis mirip, harus
digolongkan ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang
berbeda, apabila terdapat pertentangan di dalam
lingkungan yang sama atau mirip.
d. Bunyi-bunyi yang secara fonetis mirip dan terdapat di
dalam distribusi yang komplementer, harus di masukkan
ke dalam kelas-kelas bunyi (fonem) yang sama.
Realisasi fonem
• Realisasi fonem adalah pengungkapan yang sebenarnya dari ciri atau satuan fonologis, yakni fonem menjadi
bunyi bahasa.
1. Realisasi Vokal dalam Bahasa Indonesia (6)
/a/, /i/, /u/, /e/, /Ə/, dan /o/
Diproduksi dengan bentuk bibir tertentu. Bentuk bibir dapat mempengaruhi kualitas vokal.
2. Konsonan dalam Bahasa Indonesia (23)
/p/, /t/, /c/, /k/, /b/, /d/, /j/, /g/, /?/, /f/, /s/, /x/, /h/, /z/, /m/, /n/, /r/, /l/, /w/, /y/, /Š/, /ŋ/, /ñ/
Konsonan dibentuk berdasarkan:
a. Keadaan pita suara
b. Daerah artikulasi
c. Cara artikulasi
d. Jalan keluar udara
e. Strikturnya
Realisasi Vokal
a
i suku kata terbuka
i dan I atau tertutup
u u dan U
tekanan pada saat
e diucapkan
e, Ɛ , dan Ə (pengucapan)
o o dan Ͻ
Realisasi Konsonan
p p dan p>
m m
tekanan pada saat
w diucapkan
w
(pengucapan)
f f dan p
t t dan t>
d d dan t>
n n
l l
r r dan R
c c
j j h h dan Ø
s s
y y
ñ ñ
k k, k>, dan ?
g g, δ, x, dan k>
x x dan h ŋ ŋ
Realisasi Diftong
au aw
ai ay
oi oy
Kaidah yang mengatur
penjejeran fonem dalam satu
morfem atau kata dinamakan
kaidah fonotaktik.
1 2 3
Posisi fonem dalam Distribusi fonem Fonem yang menduduki
sebuah kata disebut menyangkut posisi atau posisi dalam sebuah kata
distribusi fonem. penyebaran fonem dalam tersebut dapat berupa
sebuah kata, di awal kata, vokal dan konsonan.
di tengah kata, atau di
akhir kata.
DISTRIBUSI VOKAL
a. Vokal /i/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
b. Vokal /e/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
c. Vokal /o/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
d. Vokal /u/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
e. Vokal /a/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
f. Vokal /∂/ dapat berposisi di awal kata, di tengah
kata, maupun di akhir kata
DISTRIBUSI KONSONAN
Untuk mengetahui
bunyi mana saja yang
Alofon adalah variasi
mengandung alofon
bunyi
lihat materi realisasi
fonem di atas!
Gejala-Gejala Fonologis
PENGARUH DAN PEMENGARUH BUNYI BAHASA
Merupakan tempat
PEMENGARUH BUNYI artikulasi yang
BAHASA memengaruhi bunyi yang
disebut artikulasi penyerta
Asimilasi
Pengaruh Disimilasi
Bunyi
Distribusi
ASIMILASI
pengaruh memengaruhi bunyi tanpa
mengubah identitas fonem
Progresif Regresif
Proses Asimilasi Progresif
Terjadi apabila arah pengaruh bunyi itu ke depan. Misalnya
perubahan bunyi [t] yang biasanya diucapkan apiko-dental
diucapkan secara lamino-alveolar.
Contoh:
tetapi
stasiun
Perubahan letup apiko-dental [t] menjadi letup lamino-
alveolar [t] karena pengaruh secara progresif dari bunyi
geseran lamino-alveolar [s]
Proses Asimilasi Regresif
• terjadi apabila arah pengaruh bunyi itu ke belakang.
• misalnya perubahan bunyi [n] yang biasanya
diucapkan apiko-alveolar diucapkan secara apiko-
palatal
• Contoh: aman – pandan
• Perubahan nasal apiko-alveolar [n] menjadi nasal
apiko-palatal [n] karena pengaruh secara regresif dari
bunyi letup-palatal [d]
• Contoh lain:
• al salam (Arab) - assalam > asalam
• in + perfect - imperfect > imperfek
• ad + similatio - assimilasi > asimilasi
• in + moral - immoral > imoral
Disimilasi
• Kebalikan dari asimilasi adalah disimilasi, yaitu proses ketika
dua bunyi yang sama dijadikan tidak sama.
• Beberapa contoh disimilasi dalam bahasa Indonesia:
saj- jana (Skt) - sarjana
kolonel - kornel
prakrti (Skt.) - pekerti
lauk-lauk - lauk-pauk
sayur-sayur - sayur-mayur
citta (Skt.) - cipta
citta (Skt.) - cinta
Pengaruh Bunyi Karena Distribusi
Artikulasi
Kehomorganan
Penyerta
Artikulasi Penyerta
• perbedaan ucapan suatu bunyi dengan ucapan yang berlainan disebabkan oleh
artikulasi penyerta
Sebagian → kehomorganan
yang muncul apabila
Penuh → kehomorganan yang
perbedaan diantara pasangan
muncul akibat perbedaan
fonem tersebut pada cara
bunyi.
artikulasinya, sedangkan
daerah artikulasinya sama.
Perubahan Fonem
Netralisasi • Jadi, pelafalan kedua kata yang berbeda itu adalah sama.
Mengapa demikian? Dalam bahasa Belanda, konsonan hambat
bersuara seperti [d] adalah tidak mungkin. Oleh karena itu,
dan diubah menjadi konsonan yang homorgan tak bersuara, yakni [t].
• Fonem /d/ pada kata hard yang bisa berwujud /t/ atau /d/ dalam
Arkifonem istilah linguistik disebut dengan arkifonem.
• Dalam hal ini biasanya dilambangkan dengan huruf besar /D/.
• Mengapa dipilih /D/ bukan /T/? Karena bentuk “aslinya” yang
tampak dalam bentuk harder adalah /d/ bukannya /t/.
• Dalam bahasa Indonesia terdapat kata jawab yang diucapkan
/jawap/ atau juga /jawab/. Namun, jika diberi akhiran -an
bentuknya menjadi jawaban.
• Jadi, dalam hal ini terdapat arkifonem /B/ yang realisasinya bisa
menjadi /p/ atau /b/.
Kontraksi
• Dalam percakapan yang cepat atau situasi informal seringkali penutur menyingkat atau
memperpendek ujarannya.
• Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, ungkapan tidak tahu diucapkan menjadi ndak
tahu; ungkapan yang itu tadi menjadi yang tutadi.
• Dalam bahasa Inggris terdapat bentuk shall not yang ketika disingkat menjadi shan’t;
bentuk will not menjadi won’t; bentuk are not menjadi aren’t, dan bentuk it is menjadi
it’s.
• Dalam pemendekan seperti ini, yang dapat berupa hilangnya sebuah fonem atau lebih,
ada yang berupa kontraksi.
• Dalam kontraksi, pemendekan itu menjadi satu segmen dengan pelafalannya sendiri-
sendiri. Misalnya, shall not yang menjadi shan’t, yakni fonem /e/ dari shall diubah
menjadi /a/ dalam shan’t.
Metatesis
• Proses metatesis bukan mengubah bentuk fonem
menjadi fonem yang lain, melainkan mengubah
urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata.
• Lazimnya, bentuk asli dan bentuk metatesisnya sama-
sama terdapat dalam bahasa tersebut sebagai variasi.
• Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, ditemukan
kata sapu. Kata tersebut dapat divariasikan menjadi
apus, usap, paus.
• Selain itu, ada kata berantas yang divariasikan
menjadi banteras; kata lajur yang divariasikan
menjadi jalur; kata koral yang divariasikan menjadi
kolar.
Epentesis Dalam proses epentesis sebuah fonem
tertentu, biasanya yang homorgan
dengan lingkungannya, disisipkan ke
dalam sebuah kata.
Dalam bahasa Indonesia ada kata
kampak di samping kapak. Dalam
contoh tersebut telihat ada bunyi [m]
yang disisipkan di tengah kata.
Selain itu, ada kata jumlah dan
jumblah yang mengandung bunyi [b]
yang disisipkan di tengah kata.
Perubahan Fonem Menurut Abdul Chaer
terdapat penambahan
Terdapat tiga model
bunyi vokal di antara
anaptiksis, yakni
dua konsonan atau
protesis, epentesis, dan
penambahan konsonan
paragog.
pada kata tertentu
• Protesis adalah penambahan bunyi pada awal kata.
Contoh:
mas > emas
Jenis-Jenis mpu
lang
>
>
empu
elang
Anaptiksis • Epentesis adalah penambahan bunyi pada tengah kata.
Contoh:
kapak > kampak
sajak > sanjak
upama > umpama
• Paragog adalah penambahan bunyi pada akhir kata.
Contoh:
hulubala > hulubalang
ina > inang
adi > adik
TERIMA KASIH
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi