Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENGGANTI PRAKTIKUM 11

ANALISIS INTERAKSI WILAYAH/MODEL GRAVITASI


Edo Adianto Ramadhan (A14160074)
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model gravitasi (perdagangan dan keuangan)

Gambar 1 Hasil analisis statistica Perdagangan dan Keuangan

Gambar 2 Hasil Analisis Multi Regresi

Gambar 3 Hasil DV Total


Model grafitasi (industri dan pertambangan)

Gambar 4 Hasil analisis statistica Industri dan Pertambangan

Gambar 5 Hasil Analisis Multi Regresi

Gambar 6 Hasil DV Total

Model grafitasi

1 2
k 190.7054 93872.24
intercept 5.250728 11.44969
a 0.52817 0.05320
b -0.08891 0.08189
y 0.20785 0.36652
t 0.82894 0.59800
jarak -2.51877 -2.94584

R2 SE
1 0.503612 1.331438
2 0.565347 1.245895
Keterangan :
1 : Perdagangan dan keuangan
2 : Pertambangan dan industri
Persamaan Model Gravitasi
𝑚10.52 𝑚2−0.08 𝑚30.20 𝑚40.82
𝑇𝑖𝑗 = 190.70
𝐷𝑖𝑗 −2.51

𝑚10.05 𝑚20.08 𝑚30.36 𝑚40.59


𝑇𝑖𝑗 = 93872.24
𝐷𝑖𝑗 −2.94
Interaksi antar wilayah merupakan suatu mekanisme yang menggambarkan dinamika
yang terjadi di suatu wilayah karena aktivitas yang dilakukan oleh sumberdaya manusia di
dalam suatu wilayah. Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menduga besarnya
interaksi antar wilayah adalah model gravitasi. Persamaan dalam model gravitasi ini bisa
digunakan untuk menganalisis dan menduga pola interaksi spasial (Panuju 2005). Dalam
perencanaan wilayah, model gravitasi yang pertama kali digunakan adalah model gravitasi
yang dikembangkan oleh W.G Hansen. Model ini berkaitan dengan prediksi lokasi dari
pemukiman penduduk berdasarkan daya tarik masing-masing lokasi.

Menurut Tarigan (2009), besarnya interaksi antara kedua wilayah ditentukan oleh dua
faktor, yaitu jarak antara kota/wilayah dan banyaknya wilayah. Jarak mempengaruhi keinginan
orang untuk berpergian karena untuk menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga dan
biaya. Makin jauh jarak yang memisahkan kedua lokasi, makin rendah keinginan orang untuk
bepergian. Selain itu, jumlah penduduk, banyaknya lapangan kerja, total pendapatan (nilai
tambah), jumlah/luas bangunan, dan banyaknya fasilitas kepentingan umum sebagai alat ukur
yang dapat menentukan besaran interaksi antar wilayah yang terjadi.

Variabel sektor perdagangan dan keuangan menunjukkan bahwa Kabupaten Subang


memiliki nilai α sebesar 0.05 sedangkan wilayah tujuan memiliki nilai β sebesar 0.08. Hal ini
berarti wilayah asal merupakan karakter wilayah pemasaran karena nilai α < β. Hasil ini
menjelaskan interaksi antar wilayah dipengaruhi oleh daya tarik dari wilayah asal sehingga
terjadi interaksi spasial dengan wilayah-wilayah tujuannya.

Hasil analisis model gravitasi untuk variabel keuangan, Kabupaten Subang memiliki
nilai α sebesar 0.53 sedangkan wilayah tujuan memiliki nilai β sebesar -0.08. Hal ini berarti
wilayah asal merupakan karakter wilayah produksi karena nilai α>β. Aliran keuangan antar
wilayah dipengaruhi oleh daya dorong dari wilayah asal sehingga terjadi interaksi spasial
dengan wilayah-wilayah tujuannya.

Pergerakan barang dan jasa dari unit data hasil analisis gravitasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti :

1. Pemanfaatan Pengetahuan dan Teknologi


Jika suatu negara mengandalkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
baik, tentu akan memperbanyak jumlah produksi barang atau jasa dengan mutu dan kualitas
jauh lebih baik dibandingkan negara lainnya. Negara yang memanfaatkan pengetahuan dan
teknologi pastinya akan memiliki sistem dan mesin produksi berteknologi canggih dalam
memproduksi barang atau jasa dalam jumlah besar dengan waktu yang singkat. Tentu hal
ini akan menghemat biaya produksi dan juga efisiensi waktu.
2. Ekspansi Pasar untuk Perbesar Keuntungan
Salah satu faktor pendorong suatu daerah untuk melakukan perdagangan adalah ekspansi
pasar dan perbesar keuntungan. Ketika membicarakan soal perdagangan, tentunya akan ada
yang namanya keuntungan dan kerugian. Nah, pastinya keuntungan menjadi tujuan utama
suatu daerah melakukan perdagangan. Jadi, banyak produsen mengambil risiko untuk
memproduksi banyak barang untuk diimpor atau diekspor ke daerah lain agar namanya
dikenal dan tentunya mendapat keuntungan yang lebih banyak.
3. Plus Minus Produk yang Dibuat Suatu daerah
Adakalanya suatu daerah melakukan produki barang tertentu secara besar-besaran karena
adanya faktor lain yang mendukung sehingga menimbulkan kelebihan produk. Untuk
menghindari kerugian dari kelebihan produk tersebut, para produsen di daerah tersebut
memilih untuk mengekspor barangnya ke sektor yang lebih luas, yaitu daerah lain. Juga
sebaliknya, jika suatu daerah kekurangan produk karena beberapa faktor yang tidak
mendukung produksi, tentu daerah tersebut membutuhkan barang impor dari daerah luar.

DAFTAR PUSTAKA

Panuju R. 2005. Dasar-Dasar Perencanaan Pengembangan Wilayah. Bogor(ID) : IPB.

Tarigan R. 2009. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta(ID) : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai