Anda di halaman 1dari 8

Nama/NIM: Dimas Bryanputra Christnawan/21040123410024

Jumlah Kata: 2256 kata (Tanpa Daftar Pustaka)


PENGEMBANGAN WILAYAH AGROPOLITAN KABUPATEN MADIUN MELALUI
PENDEKATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
A. Ringkasan Artikel
Wilayah merupakan salah satu tempat yang menjadi pusat aktivitas dan pergerakan dari
berbagai sektor dan objek, salah satunya manusia termasuk segala kegiatan dan aktivitas yang
dilakukan (Assagaf, 2020). Dalam sebuah wilayah juga terjadi adanya interkonektivitas antara
wilayah desa dan wilayah perkotaan. Hubungan antar wilayah desa-kota ditinjau dari perspektif
pengembangan kawasan agropolitan, utamanya dalam konteks ekonomi dan distribui
komoditas (Dentzman, 2020). Selain itu, keterkaitan juga dapat dikaitkan dengan aspek fisik,
ekonomi, hingga distribusi sosial (Nugroho, 2018). Sektor pertanian menjadi salah satu sektor
yang dominan dalam perekonomian di Indonesia. Wilayah perdesaan masih menjadi fokus
utama dalam pengembangan kawasan agropolitan (Alfian, 2019). Hal ini tidak terlepas dari
adanya pembangunan suatu wilayah perdesaan lebih condong pada sektor pertanian. Secara
harfiah, kawasan agropolitan merupakan kawasan yang dikembangkan dengan sektor pertanian
yang mendominasi pada pertumbuhan ekonomi, dimana pengembangannya didukung dengan
peningkatan produktivitas usaha ekonomi masyarakat dan pendapatan di sektor pertanian
(Delviana, 2018). Menurut Saputra, (2022) dijelaskan bahwa kawasan agropolitan perdesaan
mencakup produksi hingga pemasaran produk pertanian. Hal ini disesuaikan dengan kondisi,
potensi, dan permasalahan sebuah wilayah perdesaan. Selanjutnya, Menurut Saleh, (2018)
pembangunan kawasan agropolitan perdesaan hanya mampu dilakukan secara berkelanjutan
apabila terdapat sarana dan prasarana yang mampu mendorong dan menstimulasi kegiatan
produksi dan pemasaran di wilayah tersebut.
Aspek perencanaan sangat penting dalam upaya pembangunan wilayah, baik secara
makro maupun secara mikro. Dalam tinjauan secara daerah, integrasi antara kemandirian
daerah dalam sektor pembangunan daerah ditambah dengan optimalisasi pengembangan
potensi daerah menjadi salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pembangunan daerah.
Dengan memaksimalkan kegiatan pembangunan daerah tersebut, diharapkan mampu
memunculkan efek domino yang berdampak pada peningkatan sebagian atau keseluruhan
elemen wilayah yang ada didalamnya, dalam hal ini pembangunan ekonomi dan kegiatan
struktural lainnya (Saputra, 2022). Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) bukan merupakan
konsep baru dalam studi pembangunan wilayah di Indonesia. Hal ini bisa terlihat dari sudah
cukup banyak wilayah yang mulai mengembangkan konsep ini. Meski demikian, hal ini
cenderung ”mustahil” untuk dilakukan karena pengembangan konsep ini dikhawatirkan
meniimbulkan kesenjangan dan menajamnya tingkat kemiskinan. Hal ini bisa saja terjadi di

1
Nama/NIM: Dimas Bryanputra Christnawan/21040123410024
Jumlah Kata: 2256 kata (Tanpa Daftar Pustaka)
Indonesia mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang tergolong dalam wilayah
yang masih berkembang. Hal tersebut yang membuat pengembangan konsep Pengembangan
Ekonomi Lokal masih belum bisa sepenuhnya berjalan secara optimal (Hidayat, 2019)
Pengembangan wilayah agropolitan di Indonesia tidak terlepas dari berkembangnya
sektor pertanian (Susanti, 2013). Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam
mengembangkan ekonomi wilayah dalam berbagai faktor, mulai dari menjadi salah satu
penyumbang pendapatan daerah terbesar hingga menjadi sektor unggulan dalam sebuah
wilayah (Wicaksono, 2019). Salah satu contoh studi kasus wilayah yang berhasil
mengembangkan kawasan agropolitan yaitu Kabupaten Madiun. Kabupaten Madiun ditetapkan
sebagai wilayah yang memiliki fungsi kawasan agropolitan disebabkan dari kondisi dan
karakteristik sektor pertanian yang unggul. Hal ini didukung dengan produktivitas sektor
pertanian melalui berbagai komoditasnya yang berdampak signifikan terhadap perekonomian
lokal atau daerahnya (Febrianto, 2021). Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Madiun
Tahun 2021, salah satu komoditas pertanian Kabupaten Madiun yang unggul berdampak
signifikan dalam pertumbuhan ekonomi lokal yaitu komoditas tanaman pangan seperti
kelompok padi, jagung, hingga umbi kayu dan kacang hijau.

(1) (2)
Gambar 1. Peta Guna Lahan Kabupaten Madiun (Sumber: RTRW Kab. Madiun 2011-2031)
Gambar 2. Distribusi PDRB ADHK 2010 Tahun 2021 Kab. Madiun (Sumber: BPS Kab.
Madiun Dalam Angka 2022)
Dikutip dari Jurnal: Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Di
Kabupaten Madiun Melalui Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal. (Surya et al, 2023)
Meski sudah ditetapkan sebagai kawasan dengan penggembangan wilayah agropolitan
yang berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi lokal, saat ini sektor pertanian di
Kabupaten Madiun dihadapkan pada faktor yang mengganggu produktivitas pertanian. Yang
pertama yaitu berkaitan dengan menurunnya kualitas produksi pertanian karena adanya hama
dan gangguan intens dari bencana alam. Kemudian rendahnya daya saing komoditas pertanian

2
Nama/NIM: Dimas Bryanputra Christnawan/21040123410024
Jumlah Kata: 2256 kata (Tanpa Daftar Pustaka)
Kabupaten Madiun yang ditambah dengan tingkat diversifikasi sektor pertanian yang masih
rendah. Hal ini juga ditambah dengan adanya disrupsi ekonomi yang membuat sektor industri
pengolahan dan perdagangan komoditas pertanian yang sebelumnya diandalkan dalam
memberikan nilai tambah dan kontribusi dalam perekonomian daerah, membuat kondisi dan
struktur perekonomian lokal berubah. Berbagai permasalahan tersebut mestinya perlu menjadi
bahan fokus untuk diselesaikan dan dikembangkan strateginya sebagai upaya peningkatan nilai
produktivitas sektor perekonomian sebagai salah satu penyumbang perekonomian daerah
terbesar di Kabupaten Madiun. Hal ini juga selaras dengan pengembangan pertanian
berkelanjutan dengan mengedepankan pengembangan lokal di Kabupaten Madiun yang
diintegrasikan dengan implementasi Sustainable Development Goals. Beberapa strategi mulai
dirumuskan untuk menyelesaikan masalah yang mulai menimpa sektor pertanian di Kabupaten
Madiun dalam upaya mengembangkan kawasan agropolitan basis. Salah satunya yaitu mulai
menerapkan konsep Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) yang digunakan untuk melakukan
optimalisasi pengembangan sektor pertanian melalui upaya pendekatan menuju masyarakat
pertanian di Kabupaten Madiun. Salah satu langkah konkrit yang diterapkan antara lain yaitu
menguatkan struktur kelembagaan antara masyarakat dengan institusi lokal yang bertujuan
untuk melakukan peningkatan pendapatan dan produktivitas serta peningkatan pemberdayaan
masyarakat hingga dapat mendorong produktivitas ekonomi unggulan sektor pertanian secara
berkelanjutan di Kabupaten Madiun.
Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan mengenai berbagai kriteria Pengembangan
Ekonomi Lokal (PEL) yang nantinya akan dibobotkan dan diberi nilai atau skor (Helmsing,
2001), dengan urutan kriteria atau aspek PEL yaitu Tata Kelola Pemerintah; Sinergi dan Fokus
Kebijakan; Kelompok Sasaran; Manajemen Proses; Lokasi, dan; Pembangunan Berkelanjutan.
Berdasarkan analisis Nilai Indeks ke enam aspek Pengembangan Ekonomi Lokal, didapatkan
hasil sebagai berikut.
Gambar 1. Perhitungan Nilai Indeks Pengembangan Ekonomi Lokal Kabupaten Madiun
No. Aspek PEL Nilai Indeks PEL
1. Kelompok Sasaran 15,903
2. Lokasi 6,820
3. Sinergi dan Fokus Kebijakan 13,656
4. Pembangunan Berkelanjutan 7,198
5. Tata Kelola Pemerintah 6,557
6. Manajemen Proses 5,148
Nilai Total 55,232
Sumber: Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Berkelanjutan Di Kabupaten
Madiun Melalui Pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal. (Surya et al, 2023)

3
Nama/NIM: Dimas Bryanputra Christnawan/21040123410024
Jumlah Kata: 2256 kata (Tanpa Daftar Pustaka)
Berdasarkan hasil perhitungan indeks Pengembangan Ekonomi Lokal diatas, bisa
ditarik kesimpulan bahwa pengembangan aspek PEL di Kabupaten Madiun masih dalam tahap
perkembangan yang belum mencapai pengembangan potensi yang maksimal. Berangkat dari
hal tersebut, maka analisa selanjutnya yaitu menggunakan analisa pengembangan potensi
masalah dan penentuan strategi pengembangan dalam implementasi Pengembangan Ekonomi
Lokal di Kabupaten Madiun. Adapun potensi masalah yang bisa ditarik dari peneliti antara lain
yaitu Kontribusi PDRB dari sektor pertanian yang masih rendah dan belum menonjolnya
diferensiasi sektor pertanian dibanding daerah sekitar Kabupaten Madiun; Keberhasilan
pengembangan komoditas tanaman pangan dalam upaya menyejahterakan petani lokal;
Dampak alih fungsi lahan terhadap ketersedaan sumber daya air; Ketangguhan akan bencana
alam dan perubahan iklim; Inovasi kegiatan budidaya dan peningkatan produktivitas sektor
pertanian, serta; Persaingan harga sektor pertanian terhadap kegiatan pertanian. Selanjutnya,
berdasarkan hasil analisa peneliti menggunakan analisa SWOT, didapatkan beberapa strategi
dalam pengembangan kawasan agropolitan basis melalui pendekatan Pengembangan Ekonomi
Lokal, diantaranya yaitu:
1. Mengembangkan industri pertanian untuk mendukung produktivitas pertanian dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan ekonomi petani. Perlu adanya pengembangan
industri pertanian, utamanya dalam pertumbuhan nilai tambah dan produktivitas
pertanian di Kabupaten Madiun. Hal ini juga perlu dilakukan dengan adanya interaksi
aktif antara masyarakat, pemerintah, dan stakeholder terkait dalam pengembangan
industri pertanian di Kabupaten Madiun.
2. Melakukan pengembangan komoditas pertanian lain yang potensial dalam mewujudkan
diferensiasi sektor pertanian. Perlu adanya kajian dan pemetaan mengenai pangsa pasar
dan varietas pertanian yang berbeda sehingga memunculkan diferensiasi dan daya saing
antar komoditas pertanian yang unggul di Kabupaten Madiun yang berdaya saing.
3. Mengembangkan sistem tata kelola industri pertanian antar pemangku kepentingan dan
masyarakat, khususnya petani. Perlu adanya komitmen dari berbagai pihak yang terkait
dengan kegiatan sektor pertanian di Kabupaten Madiun.
4. Memperkuat upaya mtigasi dampak kerusakan lingkungan di area pertanian produktif.
Hal ini penting dilakukan dalam upaya untuk menjaga konsistensi produktivitas
pertanian dan menciptakan sektor pertanian yang tangguh bencana.
5. Meningkatkan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam peningkatan produktivitas
sektor pertanian.

4
Nama/NIM: Dimas Bryanputra Christnawan/21040123410024
Jumlah Kata: 2256 kata (Tanpa Daftar Pustaka)
6. Mengembangkan kawasan strategis prioritas pengembangan kawasan pertanian,
khususnya di Kabupaten Madiun. Hal ini menjadi penting mengingat perlu adanya
konsentrasi yang strategis dalam upaya mewujudkan pengembangan kawasan pertanian
dengan daya saing tinggi di tiap komoditas unggul pertanian di Kabupaten Madiun.
Berdasarkan hasil pembahasan dan perumusan potensi masalah serta strategi
pengembangan ekonomi lokal melalui sektor pertanian di Kabupaten Madiun, bisa ditarik
kesimpulan bahwa pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Madiun belum sepenuhnya
berjalan secara optimal. Hal ini bisa dijelaskan dari masih rendahnya berbagai aspek
Pengembangan Ekonomi Lokal yang ada di Kabupaten Madiun. Maka dari hal tersebut
diperlukan adanya beberapa strategi pengembangan dan peningkatan dalam mewujudkan sektor
pertanian Kabupaten Madiun yang lebih berkembang, berdaya saing, dan berkelanjutan dengan
pendekatan Pengembangan Ekonomi Lokal.
B. Diskusi Dan Tanggapan
Di Indonesia, perencanaan dan pengembangan kawasan agropolitan telah mulai
dicanangkan pada awal tahun 2000-an, dimana pemerintah Indonesia mulai mengadopsi konsep
wilayah agropolitan dari berbagai negara agraris sebagai strategi pengembangan wilayah,
khususnya wilayah perdesaan. Pada tahun 2018, pemerintah meluncurkan beberapa program,
salah satunya yaitu ”Gerakan Agropolitan” yang menjelaskan mengenai strategi untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya di perdesaan melalui pengembangan
sektor pertanian, dimana lebih mengedepankan konsep pengembangan agroindustri. Adapun
beberapa cakupan program yang ditawarkan mulai dari penyediaan dukungan teknis dan modal
bagi petani, pengembangan infrastruktur pertanian, pelatihan dan pendidikan pertanian, hingga
pemasaran modal dan produk pertanian (Musa, 2018). Selanjutnya, Agropolitan merupakan
sebuah konsep dan strategi pengembangan wilayah perdesaan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah urbanisasi dan menciptakan kestabilan serta keseimbangan antara pertumbuhan dan
pertumbuhan perdesaan yang mayoritas didukung oleh sektor pertanian. Konsep agropolitan
menjadi salah satu konsep pembangunan wilayah yang berfokus pada pengembangan sektor
pertanian atau agribisnis serta agroindustri yang ada di wilayah perdesaan, dengan tujuan
utamanya yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat perdesaan dengan
mengembangkan potensi pertanian secara kewilayahan serta melalui penciptaan lapangan
pekerjaan (Surya, 2022). Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang dominan dalam
perekonomian di Indonesia. Wilayah perdesaan masih menjadi fokus utama dalam
pengembangan kawasan agropolitan. Hal ini tidak terlepas dari adanya pembangunan suatu
wilayah perdesaan lebih condong pada sektor pertanian. Secara harfiah, kawasan agropolitan

5
Nama/NIM: Dimas Bryanputra Christnawan/21040123410024
Jumlah Kata: 2256 kata (Tanpa Daftar Pustaka)
merupakan kawasan yang dikembangkan dengan sektor pertanian yang mendominasi pada
pertumbuhan ekonomi, dimana pengembangannya didukung dengan peningkatan produktivitas
usaha ekonomi masyarakat dan pendapatan di sektor pertanian (Surya. 2022).
Hal ini perlu diselaraskan dengan adanya pengembangan ekonomi lokal berbasiskan
sektor pertanian. Pengembangan ekonomi lokal ini memiliki berbagai kepentingan, salah
satunya yaitu untuk mengetahui lokalitas yang memiliki basis yang nantinya akan
mempermudah pengembangan dan eksistensi sebuah sektor, dalam hal ini yaitu sektor pertanian
(Yusuf, 2021). Secara umum, tanggapan dari penelitian ini setuju dengan pendapat penulis,
dimana pengembangan kawasan agropolitan yang berbasis pada komoditas tanaman pangan
dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal. Adapun beberapa faktor yang menjadi
variabel pembeda, antara lain yaitu mengenai pengembangan produktivitas pertanian yang
nantinya diharapkan mampu meningkatkan perekonomian, baik secara makro yang mencakup
peningkatan ekonomi daerah secara lokal serta meningkatkan perekonomian secara mikro,
khususnya pendapatan pelaku kegiatan sektor pertanian yang ada di Kabupaten Madiun.
Peningkatan perekonomian ini juga didukung dengan berbagai aspek, mulai dari penyediaan
infrastruktur dasar dan pendukung kegiatan pertanian, pengembangan varietas atau komoditas
lain dalam menciptakan diversifikasi tanaman pangan, hingga adanya penguatan interaksi
antara masyarakat, stakeholder, dan pemangku kepentingan dalam pengembangan sektor
pertanian. Beberapa aspek tersebut perlu dikembangkan agar pendekatan pengembangan
ekonomi lokal melalui basis sektor pertanian di Kabupaten Madiun bisa berjalan secara optimal.
Hal ini juga merujuk pada hasil penelitian yang memiliki hasil analisis beberapa aspek terkait
pendekatan pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Madiun masih dalam kategori baik
atau dalam tahap perkembangan yang belum mencapai titik potensi yang maksimal. Dengan
adanya pendekatan pengembangan ekonomi lokal diharapkan mampu mengembangkan
kawasan agropolitan yang lebih optimal yang diiringi dengan pengembangan ekonomi makro
dan mikro. Hal ini juga selaras dengan penciptaan konsep agropolitan yang berdaya saing dan
berkelanjutan, dimana hal tersebut menjadi salah satu strategi pengembangan wilayah yang
bertujuan untuk mengatasi masalah urbanisasi dan menciptakan kestabilan serta keseimbangan
antara pertumbuhan dan pertumbuhan perdesaan yang mayoritas didukung oleh sektor
pertanian (Surya, 2022).
C. Kritik
Penelitian ini menjelaskan mengenai pengembangan kawasan pertanian berkelanjutan
melalui pendekatan pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Madiun. Latar belakang dari
penelitian ini yaitu masih rendahnya dukungan dari berbagai aspek dalam mewujudkan

6
Nama/NIM: Dimas Bryanputra Christnawan/21040123410024
Jumlah Kata: 2256 kata (Tanpa Daftar Pustaka)
pengembangan kawasan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Madiun. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, mulai dari rendahnya dukungan ketersediaan infrastruktur, minimnya
keterkaitan aktivitas perekonomian dan pertanian, minimnya kontribusi antara pemerintah,
stakeholder, dan masyarakat dalam menunjang perekonomian lokal karena belum adanya
diferensiasi komoditas pertanian unggul, hingga masih belum adanya mitigasi dan
pengembangan industri pertanian di Kabupaten Madiun. Permasalahan ini akan diselesaikan
dengan pendekatan pengembangan ekonomi lokal, dimana pendekatan pengembangan
ekonomi lokal ditinjau dari beberapa aspek, mulai dari keterlibatan kelompok sasaran, lokasi
dan geografis lokasi studi, pengintegrasian kelompok dan fokus kebijakan pengembangan
wilayah, penetapan dan perumusan strategi pengembangan wilayah yang berkelanjutan,
integrasi tata kelola pemerintah dalam pengembangan kawasan agropolitan, hingga manajemen
proses produksi hingga pemanfaatan produktivitas komoditas pertanian di Kabupaten Madiun.
Ditinjau dari keseluruhan isi artikel, penjelasan dari penulis dibuat secara runtut, dimana
penulis menjelaskan mengenai permasalahan umum yang disandingkan dengan kondisi
eksisting, khususnya di sektor pertanian Kabupaten Madiun, mulai dari komoditas apa saja
yang menjadi unggulan, hingga menjelaskan seberapa besar kontribusi sektor pertanian
terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Madiun berdasarkan update
data tahun 2021. Selanjutnya dijelaskan juga mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di
sektor pertanian dan bagaimana hal tersebut belum mendukung dalam penetapan Kabupaten
Madiun sebagai salah satu wilayah dengan konsentrasi pengembangan agropolitan. Hal ini
dijelaskan juga dengan analisis pembobotan dan skoring variabel atau elemen dalam
Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) menurut (Budiharsono, 2014), antara lain yaitu
kelompok sasaran, lokasi, sinergi dan fokus kebijakan, pembangunan berkelanjutan, tata kelola
pemerintah, hingga manajemen proses, dimana hasil analisis tersebut ditunjukkan bahwa
elemen pengembangan ekonomi lokal belum mencapai titik optimal sehingga perlu adanya
strategi dalam mewujudkan peningkatan pendekatan pengembangan ekonomi lokal dalam
sektor pertanian di Kabupaten Madiun. Ditinjau dari fondasi teori dan asumsi dasar, jurnal
bacaan ini masih belum menjelaskan mengenai teori apa yang dipakai, hanya menjelaskan
asumsi dasar menggunakan perhitungan nilai bobot elemen Pengembangan Ekonomi Lokal,
dengan metode pendekatan kuanitatif dan kualitatif. Ditinjau dari relevansi dan manfaat,
penulisan artikel ini sudah relevan dengan bidang pertanian dan pengembangan ekonomi lokal,
serta diharapkan mampu bermanfaat bagi pembaca khususnya yang ada di bidang pertanian.

7
Nama/NIM: Dimas Bryanputra Christnawan/21040123410024
Jumlah Kata: 2256 kata (Tanpa Daftar Pustaka)
Daftar Pustaka
Ari Susanti, E., Hanafi, I., & Adiono, R. (2019). PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
DALAM SEKTOR PERTANIAN (Studi pada Kecamatan Pagelaran Kabupaten
Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP), 31-40.
Assagaf, M., Hidayat, Y., & Wahab, A. (2020). PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
BERKELANJUTAN BERORIENTASI POTENSI DAN KAREKTERISTIK
WILAYAH. Prosiding Seminar Nasional Agribisnis (pp. 153-166). Ternate: Fakultas
Pertanian Universitas Khairun.
Eko Wicaksono, A. (2019). ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS PADA
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN MADIUN TAHUN 2013-2017.
OECONOMICUS: Journal of Economics, 207-219.
Goldberge, Katherine E. Dentzman and Jessica R. 2014. “Organic Standards, Farmers’
Perceptions, and the Contested Case of Biodegradable Plastic Mulch in the United
States.” Sciencedirect 1
Hariyoko, Y. (2021). ANALISA PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DESA
MOJOMALANG KECAMATAN PARENGAN. Jurnal Kebijakan Pembangunan,
197-206.
Hidayat, A., & Safitri, P. (2019). PENGEMBANGAN KOMODITAS RUMPUT LAUT
NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MODEL HEXAGON. Jurnal Kebijakan
Sosek KP, 45-55.
Klau, Anggelina Delviana, Ernan Rustiadi, and Hermanto Siregar. 2019. “Agropolitan Area
Development Strategy Based on Corn Commodities in Malaka District East Nusa
Tenggara Province.” International Journal of Scientific Research in Civil Engineering
3(6):24–34.
Kusuma, S. H., & Tomyagistyawan, D. (2023). Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman
Pangan Berkelanjutan Di Kabupaten Madiun Melalui Pendekatan Pengembangan
Ekonomi Lokal. The Journalish: Social And Government, 336-352.
Nugroho, P. 2018. “Rural Industry Clustering Towards Transitional Rural-Urban Interface.”
IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 158(1). doi: 10.1088/1755-
1315/158/1/012055.
Saleh, Haeruddin, Chalid Imran Musa, Muhammad Azis, and Corresponding Author. 2018.
“Development of Agropolitan Area Based On Local Economic Potential: A Case Study
of Belajen Agropolitan Area, Enrekang District.” IOSR Journal of Research & Method
in Education (IOSR-JRME) 8(2):1–11. doi: 10.9790/7388-0802050111.
Surya, Batara, Haeruddin Saleh, Hamsina Hamsina, Muhammad Idris, and Despry Nur
Annisa Ahmad. 2021. “Rural Agribusiness-Based Agropolitan Area Development and
Environmental Management Sustainability: Regional Economic Growth Perspectives.”
International Journal of Energy Economics and Policy 11(1):142–57. doi:
10.32479/ijeep.10184.

Anda mungkin juga menyukai