Kebebasan Beragama
Jakatarub menggelar NGAIS atau Ngaji Inklusif membahas laporan Setara Institute mengenai Kondisi
Kebebasan Beragama sepanjang tahun 2022.
Suasana Ngaji Inklusif (NGAIS) yang diselenggarakan Jakatarub membahas laporan Setara Institute mengenai
Kondidi Kebebasan Beragama/Berkeyakinan Indonesia tahun 2022 di Gereja Kristen (GKI) Kebonjati, Bandung, Jumat
(24/2/2023). (Foto Dini Putri/BandungBergerak.id)
(KBB) terbanyak yang dikeluarkan oleh Setara Institute. Jawa Timur menduduki posisi
pertama sebagai provinsi dengan pelanggaran KBB terbanyak sepanjang tahun 2022
Setara Institute memberikan perbedaan definisi terkait peristiwa dan tindakan dalam
konteks KBB. Sebab dalam suatu peristiwa pelanggaran KBB, bisa terjadi beberapa
tindakan terhadap peristiwa yang terjadi. Beberapa tindakan yang mungkin terjadi
misalnya ujaran kebencian, pembiaran polisi terhadap pelanggaran yang terjadi, maupun
Peneliti Setara Institute, Syera Anggreini Buntara, mendapati data hasil penelitian lima
tahun menunjukkan situasi KBB relatif tidak berubah. Angkanya naik turun, tapi
Catatan Setara Institute pada tahun 2017 terjadi terjadi 156 peristiwa dengan 203
pelanggaran KBB, tahun 2018 terjadi 160 peristiwa dengan 201 pelanggaran, serta
Selanjutnya pada tahun 2020 bersamaan dengan pandemi Covid-19 memang terjadi
penurunan dengan catatan 180 peristiwa dengan 424 pelanggaran KBB, lalu tahun 2021
terjadi 171 peristiwa dengan 318 pelanggaran. Kemudian tahun 2022 sat situasi pandemi
mulai melonggar relatif terjadi kenaikan peristiwa KBB kendati tidak banyak yakni 175
tidak terlalu banyak,” ujar Syeira di sela kegiatan NGAIS Jakatarub, Mengintip Laporan
(24/2/2023).
peristiwa yang sebenarnya di lapangan bisa jadi jauh lebih besar. Sebabnya data yang
dikumpulkan hanya berasal dari laporan yang masuk serta memantau pemberitaan di
media.
Data yang dikumpulkan tersebut berasal dari pelaporan korban maupun saksi, pelaporan
yang diterima melalui jaringan Setara Institute di berbagai daerah, serta dengan
“Jadi sangat mungkin sekali sebenarnya yang terjadi lebih dari itu. Di lapangan ini adalah
fenomena gunung es, yang kita pantau ini tidak mungkin mencakup semua. Mungkin ini
Penelitian pada peristiwa KBB tahun 2022 menunjukkan pergeseran. Sebelumnya riset
mendapati pelaku pelanggaran yang dominan adalah aktor non negara, tapi di tahun
2022 aktor negara yang tertinggi. Dari 332 pelanggaran KBB yang terjadi, 168
mencontohkan salah satu tindakan yang dilakukan oleh institusi pendidikan dengan
“Kasus-kasus seputar rumah ibadah sangat erat berkaitan dengan pemerintah daerah
yang tidak tegas karena ada masyarakat yang menolak akhirnya izinnya tidak diberikan.
Peran penting Pemda tidak tegas dan ada juga yang tidak memfasilitasi,” papar Syera.
Dalam laporan penelitian tersebut ada lima tindakan pelanggaran tertinggi yang
dilakukan aktor negara di tahun 2022 . Peringkat pertama adalah diskriminasi dengan 40
10 tindakan.
Adapun aktor non negara pelaku pelanggaran KBB terbanyak adalah warga dengan 94
(MUI) 16 tindakan, dan Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKUB) 10 tindakan.
Namun sejak 2007 karena dilihat ada pola MUI yang banyak melakukan pelanggaran
“Ini sebenarnya cukup miris karena FKUB tugasnya untuk memfasilitasi pendirian rumah
ibadah, untuk antar iman, mediasi tapi justru faktanya mempersulit memberikan izin
pendirian rumah ibadah. Dan itu terjadi di banyak sekali daerah dan ini menjadi aktor top
Tindakan pelanggaran KBB tertinggi yang dilakukan aktor non-negara adalah penolakan
Sepanjang tahun 2022, Setara Institute mencatat pelanggaran KBB paling banyak
dialami oleh individu sebanyak 41 peristiwa, warga 34 peristiwa, umat Kristiani sebanyak
33 peristiwa, 3 peristiwa dialami oleh umat Katolik). Selain itu pengusaha 19 peristiwa,
Resya memerinci dari 33 pelanggaran KBB pada umat Kristiani tersebut, paling banyak
yakni 30 peristiwa dialami oleh umat Protestan. Tiga sisanya dialami umat Katolik. Umat
Selain itu, 12 peristiwa pelanggaran KBB yang dialami oleh umat Islam yang dimaksud
adalah aliran Muslim yang banyak dianut oleh masyarakat. Di antaranya Muhammadiyah
yang mengalami tindakan KBB yaitu sulit mendirikan masjid di beberapa daerah di
Indonesia.
Tiga Sorotan Pelanggaran KBB di Tahun 2022
Penelitian Setara Institute mendapati sepanjang 2022 ada tiga kasus yang menjadi
gangguan tempat ibadah yang terus mengalami kenaikan signifikan selama enam
tahun terakhir, yang kedua adalah penodaan agama, dan ketiga adalah penolakan
pandangan yang ekstrem seperti menganggap pemahamannya paling benar. Selain itu, intoleransi berkaitan dengan
eksklusivisme, misalnya memisahkan diri atau tidak mau membaur dengan kelompok berbeda. Kalian dapat menemukan
contoh lain sikap-sikap intoleransi dengan menyimak infografis berikut.
Intoleransi juga terjadi di lingkungan sekolah Intoleransi dalam dunia pendidikan adalah
masalah yang sering terjadi di Indonesia. Intoleransi bahkan menjadi satu dari tiga dosa
besar dalam dunia pendidikan, bersanding dengan perundungan dan kekerasan seksual.
Intoleransi dapat terjadi antara siswa dengan siswa lainnya, antara siswa dengan guru,
antara guru dengan guru, atau antara sekolah dengan sekolah lainnya. Intoleransi dapat
muncul dalam berbagai bentuk seperti rasisme, seksisme, diskriminasi agama, atau
diskriminasi lainnya. Intoleransi dapat memiliki dampak yang buruk pada lingkungan
strategi untuk pencegahan hal ini, di antaranya membuat dan menayangkan konten edukasi
strategi pelatihan modul bagi guru-guru dalam Modul Wawasan Kebinekaan Global, dan
pencegahan.
Intoleransi merupakan permasalahan sosial yang harus disikapi bersama melalui berbagai
introspeksi diri, penegakan hukum dan HAM, serta membiasakan diri dengan perbedaan dan
keterbukaan informasi. Selain itu, intoleransi dapat disikapi dengan moderasi beragama.
Konsep tersebut dapat kalian pelajari melalui infografis dan aktivitas berikut.
Pentingnya Moderasi Beragama
empat tahun terakhir. Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara
moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik
antarumat beragama merupakan masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.
Oleh karena itu, program pengarusutamaan moderasi beragama dinilai penting dan
menemukan momentumnya. Bentuk ekstremisme dapat dibedakan dalam dua kutub yang
saling berlawanan. Kutub pertama, kutub kanan yang sangat kaku dan cenderung
memahami ajaran agama dengan membuang penggunaan akal. Kutub kedua, sangat
longgar dan bebas dalam memahami sumber ajaran agama. Kebebasan tersebut tampak
pada penggunaan akal yang berlebihan. Akibatnya, mereka menempatkan akal sebagai
Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Menjadi moderat bukan
berarti cenderung terbuka dan mengarah pada kebebasan. Seseorang yang bersikap
moderat dalam beragama berarti tidak memiliki militansi, tidak serius, atau tidak
Indonesia. Moderasi beragama menjadi warisan budaya Nusantara yang berjalan seiring,
tidak saling menegasikan antara agama dan kearifan lokal (local wisdom).
Sumber: https://kemenag.go.id/read/pentingnya-moderasi-beragama-dolej.
https://bandungbergerak.id/article/detail/15094/jawa-barat-peringkat-dua-dalam-catatan-pela
nggaran-kebebasan-beragama#:~:text=BandungBergerak.id%20%E2%80%93%20Tahun%2
02022%20menjadi,yang%20dikeluarkan%20oleh%20Setara%20Institute.
https://itjen.kemdikbud.go.id/web/cara-mencegah-intoleransi-dalam-dunia-pendidikan/
Setelah membaca artikel mengenai permasalahan sosial diatas, mengenai intoleransi
Bentuklah kelompok diskusi yang terdiri peserta didik sesuai komposisi peserta didik
Pertanyaan mandiri!
3. Apa saja bentuk bentuk intoleransi, jelaskan dan berikan masing masing satu
contohnya!
Dan apakah kamu pernah mengalaminya secara pribadi? Atau kamu pernah
1. Berdasarkan artikel diatas provinsi kita yaitu Jawa Barat, menurut penelitian yang
dilakukan oleh setara institute masuk kedalam peringkat ke dua provinsi tertinggi
3. Mengapa seseorang bisa berpikir ekstrem pada kutub kanan ataupun kutub kiri?
beragama!