Anda di halaman 1dari 8

ISSN Print : 2356-3222

LJTMU: Vol. 04, No. 02, ISSN Online : 2407-3555


Oktober 2017, (01-08)

http://ejournal-fst-unc.com/index.php/LJTMU

Pengaruh Posisi Jebakan Panas pada Tungku Terhadap Listrik yang


Dihasilkan
Daud Pulo Mangesa1), Ben Vasco Tarigan1), Wahyudi Hasan1)
1)
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana
Jl. AdiSucipto, Penfui-Kupang, NTT 85001, Tlp: (0380)881597
Email : wahyudihasan67@yahoo.co.id

Abstrak
Pada dasarnya sumber energi yang digunakan untuk bahan bakar digolongkan menjadi dua
yaitu sumber energi yang dapat diperbaharui dan sumber energi yang tidak dapat dipengaruhi. Untuk
mengurangi bahan bakar minyak bumi oleh industri kecil dan rumah tangga, maka perlu energi
alternatif lain yang dapat diperbarui, murah dan terdapat di daerah sekitar. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui posisi jebakan panas pada tungku penghasil panas kemudian panas tersebut
dikonversikan menjadi energi listrik yang berskala kecil dengan termoelektrik. Penelitian ini
dilakukan dengan membuat tungku dimana biomassa yang digunakan ada tiga jenis yaitu kayu
kusambi, arang kusambi, dan arang tempurung kelapa. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen yaitu semua data hasil eksperimen kemudian di analisis
menggunakan rumus yang ada. Data hasil penelitian ini berupa temperatur air, temperatur panas
buang pada tungku, tegangan dan arus. Dari hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa nilai
tegangan dan arus tertinggi berada pada biomassa kayu kusambi dengan variasi 2 peltir yaitu 3.31
volt dan 0.084 amper. . Hasil yang didapat juga menunjukan bahwa posisi jebakan berada pada posisi
samping dengan biomassa kayu kesambi 3 kg menghasilkan performa yang jauh lebih baik.
Kata kunci: Tungku, Termoelektrik, Jebakan Panas.

Abstract
Basically the source of energy used for fuel are classified into two: a source of renewable
energy and can not be influenced. To reduce petroleum fuels by small industry and households, it is
necessary to alternative energy renewable, inexpensive and available in the surrounding area. This
research was conducted by making furnace in which biomass is used, there are three types of wood
kesambi, kesambi charcoal and coconut shell charcoal. The method used in this study is an
experimental method that all data later in the analysis of experimental results using a formula. Data
from this study of the water temperature, the temperature at the furnace exhaust heat, voltage, current
and power. From the results obtained it can be concluded that the highest voltage and current values
that are in the wood biomass kesambi with variation 2 peltier is 3:31 volts and 0084 amperes. The
results also indicate that the position of the trap are in a position next to the wood biomass kesambi
3 kg to produce a much better performance.
Keyword: Furnaces, Thermoelectric, Trap heat.

masyarakat pedesaan yang pada umumnya


PENDAHULUAN berpenghasilan rendah. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, 40% atau
Pada dasarnya sumber energi yang
sekitar 24,5 juta rumah tangga Indonesia masih
digunakan sebagai bahan bakar, digolongkan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar
menjadi dua yaitu sumber energi yang dapat utama memasak. Sebanyak 3.081 di antaranya
diperbaharui dan sumber energi yang tidak
tersebar di NTT. Diperkirakan 50% penduduk
dapat diperbaharui.
Indonesia menggunakan kayu bakar sebagai
Kayu sebagai bahan bakar masih
sumber energi dengan tingkat konsumsi 1,2
merupakan sumber energi dominan bagi
m3/orang/tahun. Sekitar 80% sumber energi

1
Daud P. Mangesa, Ben V. Tarigan, Wahyudi Hasan, Pengaruh Posisi Jebakan Panas Pada Tungku Terhadap
Listrik Yang Dihasilkan

masyarakat pedesaan diperoleh dari kayu bakar Tujuan Penelitian


khususnya untuk memasak. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
Sebagian masyarakat pedesaan pada adalah mencari posisi jebakan panas yang ada
umumnya masih menggunakan kayu bakar pada tungku untuk menghasilkan panas yang
sebagai bahan bakar untuk memasak sehari-hari. berlebihan agar dapat menghasilkan listrik.
Penggunaan bahan bakar kayu ini karena murah,
mudah didapatkan dan aman akan bahaya DASAR TEORI
ledakan. Pada saat ini kayu bakar masih mudah Pembakaran
didapatkan dari kebun atau halaman sekitar Pembakaran dapat didefinisikan sebagai
rumah atau bisa juga dibeli dengan harga yang proses/reaksi oksidasi yang sangat cepat antara
masih murah. Pemerintah beberapa tahun yang bahan bakar (fuel) dan oksidator dengan
lalu telah melakukan konversi minyak tanah ke menimbulkan nyala dan panas. Bahan bakar
gas LPG, tetapi sebagian masyarakat yang merupakan segala substansi yang melepaskan
sebelumnya menggunakan kompor minyak panas ketika dioksidasi dan secara umum
justru beralih menggunakan kayu bakar, dengan mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen
berbagai alasan karena gas LPG lebih mahal dan (H), oksigen (O), nitrogen (N), dan sulfur (S).
mudah meledak. Tungku yang biasa digunakan Sementara oksidator adalah segala substansi
adalah tungku tradisional yang terbuat dari yang mengandung oksigen (misalnya udara)
tanah liat, dengan bentuk sederhana warisan yang akan bereaksi dengan bahan bakar.
leluhur. Tujuan dari pembakaran yang sempurna
Tungku semacam ini biasanya boros adalah melepaskan seluruh panas yang terdapat
bahan bakar. Tungku yang menggunakan kayu dalam bahan bakar. Hal ini dilakukan dengan
bakar di samping menghasilkan efisiensi pengontrolan “Tiga T” yaitu :
thermal yang rendah juga mempunyai emisi a. T – Temperatur
yang lebih tinggi dibandingkan kompor minyak Temperatur yang digunakan dalam
tanah atau kompor gas (Berkeley Air pembakaran yang baik harus cukup tinggi
Monitoring Group, 2012). sehingga dapat menyebabkan terjadinya
Pada saat terjadinya proses pembakaran reaksi kimia
pada tungku maka secara otomatis ada panas b. T – Turbelensi
yang terbuang. Panas yang terjadi pada saat Turbelensi yang tinggi menyebabkan
proses pembakaran tidak terbuang begitu saja, terjadinya pembakaran yang baik antara
panas tersebut bisa dijebak atau bisa bahan bakar dan pengoksidasi
dimanfaatkan kembali untuk dikonversikan c. T – Time ( Waktu )
menjadi energi listrik yang berskala kecil. Salah
satu yang dihasilkan pada proses pembakaran Perpindahan Panas
pada tungku bisa dimanfaatkan kembali dengan Menurut J. P. Holman (1997),
cara mencari posisi jebakan yang tepat agar perpindahan panas adalah proses berpindahnya
panas tersebut bisa dikonversi menjadi energi energi dari suatu tempat ke tempat yang lain
listrik yang berskala kecil. Dalam proses dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-
jebakan untuk mendapatkan panas yang tempat tersebut. Perpindahan panas dapat
berlebihan maka tungku yang didesain harus berlangsung dengan beberapa cara seperti :
dapat menahan panas yang baik pada dinding-
dindingnya, mampu mengalirkan panas dari 1. Konduksi
ruang pembakaran ke bagian atas tungku, dan Merupakan proses transport panas dari
meminimalkan asap/ jelaga yang keluar. daerah yang bersuhu tinggi ke daerah yang
Efisiensi tungku sangat dipengaruhi oleh bersuhu rendah di dalam medium (padat, cair,
perambatan panas yang diserap oleh dinding gas) atau antara medium yang bersinggungan
tungku. Semakin sedikit panas yang diserap di langsung.
dinding berarti tingkat efisiensi tungku semakin
baik.

2
Daud P. Mangesa, Ben V. Tarigan, Wahyudi Hasan, Pengaruh Posisi Jebakan Panas Pada Tungku Terhadap
Listrik Yang Dihasilkan

dengan fluida yang dapat dirumuskan sebagai


berikut :
q = h A (Tw – T )
Dimana,
q: Laju perpindahan kalor (Watt)
h: Koefisien perpindahan kalor
konveksi (W/m2oC)
A : Luas permukaan bidang perpindahan
kalor (m2)
Gambar 1. Proses Perpindahan Kalor secara Tw : Temperatur dinding (oC)
Konduksi T : Temperatur fluida (oC)
Persamaan dasar untuk konduksi satu-dimensi
dalam keadaan stedi dapat ditulis :
𝛥𝑡 3. Radiasi
qk = k Ac
𝑙 Merupakan proses transport panas dari benda
di mana : bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah bila
qk = laju perpindahan panas dengan cara benda-benda itu terpisah di dalam suatu
konduksi, Watt ruangan bahkan bila terdapat suatu ruang
2 hampa diantara benda-benda tersebut
Ac = luas perpindahan panas, m
∆T = gradien suhu pada penampang, K qrad = σ A (T34 – T24)
l = jarak dalam arah aliran panas, m Dimana :
k = konduktivitas thermal bahan, W/m K qrad = Laju perpindahan panas dengan
radiasi (Watt)
2. Konveksi A = Luas permukaan ( m2 )
Merupakan proses transport energi dengan σ = Konstanta Stefan-Boltzman
kerja gabungan dari konduksipanas, (5,669 x 10-8 W/m2K4)
penyimpanan energi dan proses mencampur. T3 = Temperatur benda kelabu ( K )
Proses ini terjadi pada permukaan padat, cair T4 = Temperatur Benda Hitam ( K )
dan gas.
Termoelektrik
Termoelektrik adalah suatu perangkat
yang dapat mengubah energi kalor
(perbedaan temperatur) menjadi energi listrik
secara langsung. Selain itu, termoelektrik juga
mengkonversikan energi listrik menjadi proses
pompa kalor / refrigerasi.
Teknologi termoelektrik bekerja dengan
mengkonversi energi panas menjadi listrik
Pada gambar di atas Tw adalah suatu pelat secara langsung (generator termoelektrik), atau
T∞ adalah suhu fluida. Apabila kecepatan di atas sebaliknya, dari listrik menghasilkan dingin
pelat adalah nol, maka kalor hanya dapat (pendingin termoelektrik). Untuk menghasilkan
perpindah dengan cara konduksi. Akan tetapi listrik, material termoelektrik cukup diletakkan
apabila fluida diatas plat bergerak dengan sedemikian rupa dalam rangkaian yang
kecepatan tertentu. Maka kalor perpindah menghubungkan sumber panas dan dingin. Dari
dengan cara konveksi, yang mana gradient suhu rangkaian itu akan dihasilkan sejumlah listrik
bergantung dari laju fluida membawa kalor. sesuai dengan jenis bahan yang dipakai.
Sedangkan laju perpindahan kalor dipengaruhi Efek termoelektrik adalah peristiwa
oleh luas permukaan perpindahan kalor (A) dan pengkonversian secara langsung dari energi
beda suhu menyeluruh antara permukan bidang panas menjadi energi listrik atau sebaliknya

3
Daud P. Mangesa, Ben V. Tarigan, Wahyudi Hasan, Pengaruh Posisi Jebakan Panas Pada Tungku Terhadap
Listrik Yang Dihasilkan

karena beda suhu suatu material. Material menjadi tegangan listrik, maka prinsip ini juga
generator termoelektrik terbuat dari bahan digunakan sebagai sensor temperatur yang
semikonduktor yang terdiri dari tipe P dan tipe dinamakan thermocouple.
N. Material tipe P adalah material yang Koefisien seebeck (S) disebut juga daya
kekurangan elektron (hole) dan material tipe N termoelektrik, seperti pada persamaan berikut:
kelebihan elektron. Ketika material tersebut 𝑑𝐸
𝑆= 𝑠
𝑇
diberikan beda suhu, maka elektron akan
Keterangan:
bergerak dari sisi bersuhu panas ke sisi yang
S = Koefisien seebeck
bersuhu lebih dingin. Pengkonversian energi
[Volt/ K]
karena beda suhu menjadi energi listrik disebut
𝑑𝐸𝑠 = Potential termoelektrik terinduksi
sebagai efek Seebeck. Konduktor pada
[Volt]
termokopel yang merupakan dua logam yang
T = Temperatur [ K]
berbeda dan dinotasikan sebagai material X dan
Y. Apabila pada termokopel B diberikan panas
sebesar Th dan termokopel A lebih dingin pada
suhu Tc, maka akan timbul tegangan (Vo) pada
terminal T1 dan T2. Tegangan itu disebut
sebagai EMF (electromotive force) dan
ditunjukkan sebagai berikut :
V=(αXY)(Th–Tc)
Dimana :
V : Tegangan ( Volt )
αXY : koefisien Seebeck material X dan Y
Gambar 2. Modul Termoelektrik
(volt/K) Prinsip kerja dari termoelektrik adalah
Th : Suhu Termokopel panas ( K ) dengan berdasarkan Efek Seebeck yaitu "jika 2
Tc : Suhu Termokopel dingin ( K ) buah logam yang berbeda disambungkan salah
Sifat material yang yang digunakan untuk satu ujungnya, kemudian diberikan suhu yang
mengukur seluruh performa termoelektrik
berbeda pada sambungan, maka terjadi
disebut dengan figure of merit (Z). Figure of
perbedaan tegangan pada ujung yang satu
merit pada material termoelektrik ditunjukkan dengan ujung yang lain" ( Muhaimin, 1993).
dengan: Semakin besar perbedaan temperatur,
Z = α2σ/ λ semakin besar tegangan diantara junction.
Dimana : Koefisien disimbolkan dengan α (synder 2008).
α: Koefisien Seebeck material (V.K-1)
Perbedaan temperatur disimbolkan dengan ΔT
σ: Konduktifitas listrik material (A.V-1m1) dan beda potensial yang dihasilkan adalah ΔV,
λ: Konduktifitas panas material (W.m-1.K-1) maka koefisien seeback dituliskan : α = ΔV/ ΔT.
Efek seebeck merupakan fenomena yang Koefisien merupakan parameter yang
mengubah perbedaan temperatur menjadi energi sangat penting untuk mengetahui efisiensi
listrik. Jika ada dua bahan yang berbeda yang
bahan dari termoelektrik
kemudian kedua ujungnya disambungkan satu
sama lain maka akan terjadi dua sambungan
dalam satu loop. Jika terjadi perbedaan
temperatur di antara kedua sambungan ini, maka
akan terjadi arus listrik. Prinsip inilah yang
digunakan termoelektrik sebagai generator
(pembangkit listrik). Setiap bahan memiliki
koefisien seebeck yang berbeda-beda. Semakin
besar koefisien seebeck ini, maka beda potensial
yang dihasilkan juga semakin besar. Karena
perbedaan temperatur disini dapat diubah Gambar 3. Efek Seeback

4
Daud P. Mangesa, Ben V. Tarigan, Wahyudi Hasan, Pengaruh Posisi Jebakan Panas Pada Tungku Terhadap
Listrik Yang Dihasilkan

Biomassa dalam proses pengambilan data, kemudian


Biomassa adalah bahan bakar organik mengukur temperatur awal pada air, ruang
yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik bakar, dinding pada tungku, sisi panas dan sisi
berupa produk maupun buangan. Istilah dingin peltier. Setelah alat ukur disiapkan maka
biomassa adalah bahan organik baik dari langkah selanjutnya adalah membuat bara apai
tumbuhan ataupun hewan yang kaya akan dari biomassa yang akan digunakan dalam
cadangan energi. Sehingga setelah diubah proses pengambilan data, setelah bara api sudah
menjadi energi tersebut dengan bioenergi. mengalami kondisi stabil maka proses
Selanjutnya bioenergi tersebut dapat digunakan pengambilan data mulai berlangsung
sesuai kebutuhan manusia. Untuk menghasilkan
panas, gerak, atau untuk menghasilkan listrik. Gambar Sketsa Alat Uji
Ada tiga jenis biomassa yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu kayu kesambi, arang
kesambi dan tempurung kelapa.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian
ini kurang lebih tiga bulan ( 3 bulan) terhitung
Gambar 4. Desain bentuk tungku dan posisi
sejak proposal ini diseminarkan. Sedangkan
jebakan panas
lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keterangan:
Teknik Mesin Undana dan Laboratorium
1 : Ruang udara dan pengisian biomassa
Biosains Undana.
2 : Posisi jebakan atas
3 : Posisi jebakan samping
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Diagram Alir Penelitian
sebagai berikut :
a) Thermoelektrik yang berfungsi untuk
mengkonversi energi panas menjadi listrik
b) Multimeter digital sebagai alat ukur
tegangan dan suhu
c) Termokopel digital berfungsi sebagai
pengukur suhu
d) Kabel untuk mentransmisikan sinyal dari
tempat ke tempat yang lain
e) Amperemeter sebagai alat yang digunakan
untuk mengukur kuat arus listrik
f) Timbangan untuk menimbang biomassa

Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a) Arang kesambi, kayu kesambi dan arang
tempurung kelapa sebagai bahan bakar
b) Bejana atau panic

Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan pengambilan data
langkah pertama yang dilakukan adalah
menyiapkan alat ukur yang akan digunakan

5
Daud P. Mangesa, Ben V. Tarigan, Wahyudi Hasan, Pengaruh Posisi Jebakan Panas Pada Tungku Terhadap
Listrik Yang Dihasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN berjalan dengan baik hal ini disebabkan oleh
tanpa adanya hambatan pada proses
400
perpindahan panas pada sisi peltier yang dapat
350 memperluas temperatur kerja dari termoelektrik
300 sehingga termoelektrik dapat bekerja pada
temperatur yang tinggi.
Kalor ( oC )

250
400
200
Kalor 350
150
Daya 300
100

Kalor ( oC )
250
50
200
0 Kalor
2 8 14 20 26 150
Daya
Daya ( Watt ) 100
50
Gambar 5. Grafik Hubungan Kalor terhadap 0
Daya uji TEG pada Biomassa Kayu Kesambi 1 2 8 14 20 26
Peltier pada Posisi Samping
Daya ( Watt )
Berdasarkan grafik 4.3.1 kalor yang
dihasilkan pada biomassa kayu kesambi dengan
1 peltier tampak bahwa semakin besar kalor Gambar 6. Grafik Hubungan Kalor terhadap
yang dihasilkan maka daya yang akan Daya uji TEG pada Biomassa Kayu Kesambi 2
dihasilkan semakin besar pula. Kalor yang Peltier pada Posisi Samping
dihasilkan cenderung naik secara perlahan – Pada pengujian ini menggunakan dua
lahan setiap menitnya hal ini disebabkan karena modul TEG dengan type yang sama yang
temperatur yang dihasilkan dari proses dipasangkan disisi kanan dan kiri dari
pembakaran cukup stabil. Selain itu dapat rangkaian. Hasil tegangan yang terukur
dilihat bahwa daya yang dihasilkan dengan 1 merupakan hasil seri keluran dari masing
peltier cukup stabil karena permukaan plat masing TEG. Suhu yang terukur dari sisi panas
langsung mengenai sisi peltier sehingga proses modul TEG bisa mencapai 129.2 oC, sedangkan
perpindahan panas tanpa mengalami hambatan. pada sisi dingin berkisar 46 oC – 58 oC.
Daya yang dihasilkan oleh modul Pada grafik 6 kalor yang dihasilkan pada
termoelektrik generator sangat bergantung pada biomassa kayu kusambi dengan menggunakan 2
perbedaan temperatur yang didapatkan. modul termoelektrik lebih besar dibandingkan
Perbedaan temperatur terbesar berada pada dengan menggunakan 1 modul termoelektrik.
menit ke 8 yaitu 36 oC yang mampu Kenaikan kalor akan menyebabkan kenaikan
menghasilkan daya sebesar 0.19 W, sedangkan pada daya dan penurunan kalor akan
perbedaan temperatur terkecil berada pada menyebabkan penurunan daya. Pada grafik di
menit ke 30 yaitu 9 oC yang menghasilkan daya atas dapat dilihat bahwa semakin besar kalor
sebesar 0.01 W. yang dihasilkan maka daya yang dihasilkan
Pada saat modul termoelektrik dialiri semakin besar pula. Hal ini terjadi karena
arus listrik maka terjadi penyerapan kalor di sisi perbedaan suhu semakin besar disebabkan
dingin dan pembuangan kalor di sisi panas. Jika proses pendinginan pada heatsing dengan fan
pembuangan kalor berlangsung dengan baik mampu menjaga temperatur sisi panas dan sisi
maka temperaturnya di sisi panas dapat terjaga dingin.
dengan baik sehingga temperatur pada sisi Daya yang dihasilkan dengan
dingin menjadi lebih rendah. Proses penyerapan menggunakan 2 modul termoelektrik lebih baik
panas dalam pada pengujian dengan 1 peltier hal ini terjadi karena permukaan plat langsung
mengenai pada sisi kedua peltier sehingga tanpa

6
Daud P. Mangesa, Ben V. Tarigan, Wahyudi Hasan, Pengaruh Posisi Jebakan Panas Pada Tungku Terhadap
Listrik Yang Dihasilkan

ada hambatan untuk proses perpindahan yang secara seri ini dapat memperluas
panasnya temperatur kerja dari termoelektrik sehingga
termoelektrik dapat bekerja pada temperatur
350
yang tinggi.
300
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan analisa data yang telah
250
dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Kalor ( oC )

1. Hasil penelitian menunjukan bahwa


200
tegangan (volt) tertinggi yang dihasilkan
Kalor pada biomassa kayu kesambi 3 kg terhadap 2
150
peltier yaitu 3.31 volt dan diikuti dengan
Daya biomassa arang kesambi 3 kg terhadap 3
100
peltier berada pada posisi samping
2. Hasil penelitian menunjukan bahwa arus
50
(amper ) tertinggi yang dihasilkan pada
biomassa kayu kesambi 3 kg terhadap 2
0
peltier yaitu 0.084 amper dan diikuti dengan
2 8 14 20 26
biomassa arang kesambi 3 kg terhadap 3
Daya ( Watt ) peltier berada pada posisi atas
3. Hasil perhitungan dari grafik hubungan
Gambar 7. Grafik Hubungan Kalor terhadap waktu terhadap temperatur uji TEG
Daya uji TEG pada Biomassa Kayu Kesambi 3 biomassa kayu kesambi terhadap 2 peltier
Peltier pada Posisi Samping pada posisi samping menunjukan bahwa
Pada pengujian ini menggunakan tiga temperatur tertinggi pada plat adalah 187.4
modul TEG dengan type yang sama yang o
C, termperatur tertinggi pada heatsink
dipasangkan disisi kanan dan kiri dari adalah 165.9 oC, sedangkan temperatur air
rangkaian. Hasil tegangan yang terukur tertinggi adalah 89 oC, sedangkan hasil
merupakan hasil seri keluaran dari masing perhitungan dari grafik hubungan waktu
masing TEG. Suhu yang terukur dari sisi panas terhadap temperatur uji TEG biomassa kayu
modul TEG bisa mencapai 167.2 oC, sedangkan kesambi terhadap 2 peltier pada posisi atas
pada sisi dingin berkisar 93.2 oC – 128.4 oC. menunjukan bahwa temperatur tertinggi
Kenaikan kalor akan menyebabkan pada plat adalah 81.8 oC, temperatur tertinggi
kenaikan pada daya dan penurunan kalor akan pada heatsing adalah 57 oC.
menyebabkan penurunan daya. Kalor yang 4. Jika posisi jebakan berada pada posisi
dihasilkan cenderung naik secara perlahan – samping dengan 2 peltier dan dengan
lahan setiap menitnya hal ini disebabkan karena biomassa kayu kesambi 3 kg menghasilkan
temperatur yang dihasilkan dari proses performa yang jauh yang lebih baik.
pembakaran cukup stabil. Selain itu dapat
dilihat bahwa daya yang dihasilkan dengan 3 SARAN
peltier kurang stabil. Terdapat perbedaan daya Berdasarkan hasil penelitian dan untuk
antara 1,2 dan 3 peltier, hal ini diakibatkan oleh pengembangan lebih lanjut, maka disarankan hal
permukaan plat yang kurang datar sehingga - hal sebagai berikut :
memperluas area kerja dar termoelektrik yang 1. Untuk menghasilkan listrik temperatur sisi
menghambat perpindahan panas salah satu sisi panas dan dingin harus lebih baik, oleh
termoelektrik. karenanya dipikirkan lagi kedepan bagi
Grafik 7. menunjukan pula termoelekrik penelitian selanjutnya dengan menggunakan
yang disusun secara seri sehingga kalor yang fluida non udara (oli, dan air).
ada pada awalnya dipindahkan oleh 1 peltier 2. Diharapkan penelitian TEG selanjutnya
kini dipindahkan oleh 2 peltier. Penggunaan sel dengan memvariasikan peltier dengan

7
Daud P. Mangesa, Ben V. Tarigan, Wahyudi Hasan, Pengaruh Posisi Jebakan Panas Pada Tungku Terhadap
Listrik Yang Dihasilkan

susunan seri dan parallel.


3. Diharapkan penelitiannya TEG selanjutnya
menggunakan termoelektrik dengan type
yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Badan Pusat Statistik. 2014. Provinsi NTT.
[2] Berkeley Air Monitoring Group, 2012,
Stove Performance Inventory Report,
Prepared for the Global Alliance for Clean
Cookstoves, United Nasional Foundation.
[3] Dewi dan Siagian, 1992, The Potential Of
Biomassa As Energy Source In Indonesia
[4] Eakburanawat dan I Boonyaroonate, 2006.
Development of a thermoelectric batter –
charger with microcontroller-based
maximum power point tracking thecnique,
J. Appl. Energy, 83/7.
[5] Frank Kreith., 1976, Principle of Heat
Transfer, Third edition, Harper
Internasional, London.
[6] Http:// www.thermoelectrics.caltech.edu/
graphics/thermoelectrics/science-8a.gif.
[7] J.P. Holman., 1994, Perpindahan Kalor,
Edisi enam, Erlangga, Jakarta.
[8] Letsattithanakorn, 2007, Electrical
performance analysis and economic
Evaluation of Combined Biomass Cook
Stove Thermoelectric Generator,
Bioreosource Technology 1998.
[9] Maneewan, 2009, Thermoelectric Power
Generation System Using Waste Heat from
Biomass Drying, J.Electronic Material Vol
38 no 7.
[10] Nuwayhid, R.Y., Rowe, D.M., dan Min,
G., Low Cost Stove –Top Thermoelectric
Generator for Region with Unreliable
Electricity Supply, J. Renewable Energy
29, p. 205 – 222, 2003.

Anda mungkin juga menyukai