Anda di halaman 1dari 66

PERPINDAHAN PANAS 1

Oleh : Sujono

E-mail : jona88888@yahoo.com

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL

STEM akamigas

CEPU,2014
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan dengan telah selesainya penyusunan bahan ajar
dengan judul Heat Transfer.

Bahan ajar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan pengajaran di STEM


Akamigas, terutama untuk Program Studi/Konsentrasi yang berhubungan
dengan pemakaian Panas dan Energi.

Dalam bahan ajar ini masih banyak kekurangan-kekurangan baik dalam


penulisan, penyaduran maupun isinya, sehingga masih perlu adanya
penyempurnaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebutuhan pemakai.

Tidak dibenarkan memakai bahan ajar ini untuk keperluan komersial tanpa
sepengetahuan penyusun.

Kritik atau saran untuk perbaikan dapat disampaikan secara tertulis melalui
e-mail : jona88888@yahoo.com

Cepu, September 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN
2. PERPINDAHAN PANAS KONDUKSI KEADAAN STEADY 1-D
3. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PAKSA
4. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI ALAMIAH
5. PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI-KONDUKSI-KONVEKSI
6. HEAT EXCHANGER
7. PERPINDAHAN PANAS RADIASI
1. Pendahuluan

1. PENDAHULUAN

Perpindahan panas (kalor) merupakan ilmu dasar yang sangat penting


untuk mendasari proses-proses yang terjadi baik pada industri secara umum
maupun industri minyak dan gas bumi, misalnya dalam proses alat penukar kalor,
menentukan rugi-rugi kalor dalam furnace, boiler, pipa-pipa steam dsb. Dengan
mempelajari ilmu perpindahan panas ini diharapkan peserta didik akan
mempunyai daya analisa yang baik untuk menyelesaikan persoalan-persoalan
yang timbul dalam pekerjaannya sehari-hari.
Dalam bahan ajar ini akan dibahas mengenai proses-proses perpindahan
panas konduksi pada plat baik tunggal maupun komposit , konveksi baik konveksi
paksa maupun konveksi bebas yang semuanya pada kondisi tunak (steady state).

1.1 Definisi

Bila dalam suatu system terdapat gradien suhu, atau bila dua system yang suhunya
berbeda disinggungkan , maka akan terjadi perpindahan energi. Proses dimana
transfer energi itu barlangsung disebut dengan ”Perpindahan Panas”.

Proses perpindahan panas terdiri dari :


 Perpindahan panas konduksi,
 Perpindahan panas konveksi dan
 Perpindahan panas radiasi.

Konduksi adalah : proses perpindahan panas dimana panas mengalir dari daerah
yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah didalam suatu
medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang
bersinggungan secara lansung.
Perpindahan energi dalam konduksi terjadi karena hubungan molekul secara
langsung tanpa adanya perpindahan molekul yang cukup besar.

Konveksi adalah : proses transport energi dengan kerja gabungan dari konduksi
panas, penyimpanan energi dan gerakan mencampur. Konveksi sangat penting
sebagai mekanisme perpindahan energi antara permukaan benda padat dan cairan
atau gas.

Prepared by : Sujono 1
1st Edition’Jan.-09
e-mail : jona88888@yahoo.com
1. Pendahuluan

Perpindahan energi dengan cara konveksi dari suatu permukaan yang suhunya di
atas suhu fluida sekitarnya berlangsung dalam beberapa tahan yaitu :
 Panas akan mengalir dengan cara konduksi dari permukaan ke partikel-
partikel fluida yang berbatasan.
 Energi ini akan menaikan suhu dan energi dalam partikel-partikel fluida itu.
 Kemudian partikel-partikel fluida tersebut akan bergerak ke daerah yang
suhunya lebih rendah di dalam fluida dimana mereka akan bercampur
dengan dan memindahkan sebagian energinya kepada partikel-partikel
fluida lainya. Energi ini sebenarnya disimpan di dalam partikel-partikel
fluida tersebut dan diangkut sebagai akibat gerakan masa partikel-partikel
tsb. Dalam operasinya tidak hanya tergantung pada beda suhu.
Perpindahan panas konveksi dibedakan menjadi dua yaitu : perpindahan panas
konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced convection).
Bila gerakan mencampur berlangsung semata-mata sebagai akibat dari perbedaan
kerapatan yang disebabkan oleh gradien suhu, maka konveksi ini disebut dengan
konveksi bebas (alamiah), dan bila gerakan mencampur disebabkan oleh suatu alat
dari luar (pompa, fan dsb) maka proses ini disebut dengan konveksi paksa.

Radiasi adalah proses perpindahan panas dimana panas mengalir dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di
dalam ruang, bahkan di dalam ruang hampa sekalipun. Istilah radiasi sebenarnya
segala sesuatu yang berhubungan dengan gelombang elektromagnetik, tetapi
dalam ilmu perpindahan panas kita hanya akan berbicara mengenai suatu hal yang
diakibatkan oleh suhu dan yang dapat mengangkut energi melalui medium yang
tembus cahaya atau melalui ruang. Energi yang berpindah dengan cara inilah yang
selanjutnya diistilahkan dengan ”panas radiasi”

Prepared by : Sujono 2
1st Edition’Jan.-09
e-mail : jona88888@yahoo.com
1. Pendahuluan

1.2 Perpindahan Panas Konduksi


Besarnya energi yang dipindahkan adalah :
T
q  kA
x
dimana : k : konduktifitas termal bahan (tabel)
A : luas area perpindahan panas
T : beda temperatur (suhu rendah dan tinggi)
x : tebal bahan yang dilalui kalor
Tabel 1.1 Konduktivitas termal (k) berbagai bahan pada 0OC

Prepared by : Sujono 3
1st Edition’Jan.-09
e-mail : jona88888@yahoo.com
1. Pendahuluan

1.3 Perpindahan Panas Konveksi

Untuk menyatakan pengaruh menyeluruh konduksi, kita gunakan hukum Newton


tentang pendinginan yaitu :

q  hA(Tw  T ) (1.5)

besarnya koefisien perpindahan kalor konveksi (h) dapat digunakan untuk


perhitungan analitik bagi beberapa sistem. Untuk situasi yang rumit besarnya (h)
harus dilakukan dengan percobaan.
Tabel 1.2 Nilai kira-kira koefisien perpindahan kalor konveksi
Tabel 1.2 Nilai kira-kira koefisien perpindahan kalor konveksi

Prepared by : Sujono 4
1st Edition’Jan.-09
e-mail : jona88888@yahoo.com
1. Pendahuluan

1.4 Perpindahan Panas Radiasi

Jika dua benda bertukar kalor dengan proses radiasi maka kalor bersih yang
bertukar berbanding dengan T4 yang dinyatakan sbb :

q  A(T14  T24 ) (1.6)

dimana  adalah konstanta proporsionalitas dan disebut dengan konstanta Stefan-


Boltzmann dengan nilai 5,669 x 10-8 W/m2.K4, dan persamaan di atas disebut
dengan hukum Stefan-Boltzmann tentang radiasi termal dan hanya berlaku
untuk benda hitam. Untuk benda-benda yang tidak hitam tidak akan memancarkan
energi sebesar benda hitam tetapi masih berlaku mangikuti proposionalitas T4.

Untuk memperhitungkan sifat ”abu-abu” permukaan demikian ini harus


ditambahkan faktor lain dalam persamaan diatas yang disebut dengan emisivitsa 
yang menghubungkan sinar dari permukaan abu-abu dengan permukaan hitam
sempurna. Disamping juga harus memperhitungkan bahwa tidak semua radiasi
dari suatu permukaan sampai dipermukaan lain. Sehingga persamaan diatas harus
ditambahkan faktor-faktor koreksi menjadi :

q  F FGA(T14  T24 ) (1.7a)

dimana F adalah fungsi emisiviats dan FG adalah fungsi ”faktor pandangan”


(view factor) geometri.

Prepared by : Sujono 5
1st Edition’Jan.-09
e-mail : jona88888@yahoo.com
2. PERPINDAHAN PANAS KONDUKSI
KEADAAN STEDI (1-D)

2.1 Perpindahan Panas pada Dinding Datar (Plat)


2.1.1 Plat Tunggal
Perhatikan suatu dinding datar, di mana kita akan menerapkan hukum Fourier.
Jika persamaan ini diintegrasikan, maka akan didapat:

kA
q (T2  T1 ) (2.1)
x

Dimana : k = konduktivitas termal (thermal conductivity)

x = tebal bahan

T1 , T2 = suhu muka dinding

2.1.2 Plat Ganda (Komposit)


Jika dalam sistem itu terdapat lebih dari satu macam bahan, seperti dalam hal
dinding lapis-rangkap pada Gambar 2.1 berikut :

Gambar 2.1 Perpindahan kalor 1-D melalui dinding komposit dan analogi listrik

Analisanya dari gambar di atas akan menjadi sebagai berikut: Jika gradien suhu
(temperature gradient) pada ketiga bahan ialah seperti tergambar itu, aliran kalor
Konduksi

dapat dituliskan sebagai


T2  T1 T T T T
q  k I A  k II A 3 2  k III A 4 3
xI xII xIII

Perlu diingat bahwa aliran kalor pada setiap bagian itu mesti sama.
Jika ketiga persamaan ini dipecahkan serentak, maka aliran kalor itu dapat
dituliskan sebagai berikut :

T1  T4 T1  T4 T T
q   1 4 (2.2)
x I x II x III Rth, I  Rth, II  Rth, III Rth,total
 
k I A k II A k III A
Sekarang baiklah kita ungat kembali perkembangan kita untuk memberikan
pandangan konsepsional yang agak lain tentang hukum Fourier. Laju
perpindahan-kalor dapat dipandang sebagai aliran; sedang gabungan dari
konduktivitas termal, tebal bahan, dan luas merupakan tahanan terhadap aliran ini.
Suhu merupakan fungsi potensial, atau pendorong, aliran itu ; dan persamaan
Fourier dapat dituliskan sebagai berikut:

beda potensial termal


Aliran kalor  (2.3)
tahanan termal

Analogi listrik ini dapat pula digunakan untuk memecahkan soal-soal yang lebih
rumit baik yang menyangkut tahanan termal dalam susunan seri maupun yang
paralel. Suatu contoh soal yang khas dan analogi listriknya ditunjukkan pada
Gambar 2.2. Persamaan aliran kalor satu dimensi untuk soal seperti itu dapat
dituliskan sebagai berikut :
Tmenyeluruh
q (2.4)
R th

di mana Rth ialah tahanan termal dari berbagai bahan.

Perlu dicatatkan di sini bahwa dalam beberapa sistem seperti pada Gambar 2.2,
jika konduktivitas termal bahan-bahan B, C, dan D cukup berbeda, maka kita akan

Prepared By : Sujono 7
1st edition, Jan-09
e-mail : jona88888@yahoo.com
Konduksi

mendapat aliran kalor dua-dimensi. Dalam hal-hal yang demikian, diperlukan


teknik-teknik lain untuk penyelesaiannya.

B
A F

C
A E
A
A A
G
D
A
A

Gambar 2.2 Perpindahan kalor 1-D seri dan paralel melalui dinding komposit dan
analoginya dengan listrik

T1  T5
q15  (2.5)
R15

Dimana : R15  R12  R23  R34  R45

R12  RA , dan R34  RE

R2-3 paralel dari RB, RC, dan RD sedangkan R4-5 paralel dari RF dan RG

R2-3 ditentukan analogi dengan tahanan dipasang paralel maka diperoleh :

T2  T3 T T T T
q( 23)  , q( 23)  2 3 , q( 23)  2 3 dan q23  qB  qC  qD
RB RC RD

 1 1 1  T2  T3 1 1 1 1
q23  T2  T3      , sehingga   
 RB RC RD  R23 R23 RB RC RD

R B R C RD x A x B
R23  , dan R A  , RB  , dst.
RC RD  RB RD  RB RC kAA kAB

Prepared By : Sujono 8
1st edition, Jan-09
e-mail : jona88888@yahoo.com
Konduksi

2.2 Sistem Radial – Silinder


2.2.1 Silinder Tunggal

Perhatikan suatu silinder panjang dengan jari-jari dalam ri, jari-jari luar ro, dan
panjang L, seperti pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Aliran kalor 1-D melalui silinder berlubang dan analogi listrik

Silinder ini mengalami beda suhu Ti-To; dan kita pertanyakan berapakah aliran
kalor yang terjadi? Dapat kita andaikan bahwa aliran kalor berlangsung menurut
arah radial, sehingga koordinat ruang yang kita perlukan untuk menentukan sistem
itu hanyalah r. Hukum Fourier kita gunakan lagi dengan menyisipkan rumus yang
tepat. Luas bidang aliran kalor dalam sistem silinder ini ialah
Ar  2rL
Sehingga hukum Fourier menjadi :

dT dT
qr  kAr atau qr  k 2rL (2.6)
dr dr
dengan syarat batas :
pada r = ri maka  T = Ti
pada r = ro maka  T = To

Prepared By : Sujono 9
1st edition, Jan-09
e-mail : jona88888@yahoo.com
Konduksi

Penyelesaian persamaan (2.6) menjadi :

2kL(Ti  To ) Ti  To 
q  (2.7)
ln( ro / ri ) Rth

dan tahanan termalnya adalah :


ln( ro / ri )
Rth 
2kL

2.2.2 Silinder Komposit

Konsep tahanan termal dapat juga digunakan untuk dinding lapis-rangkap


berbentuk silinder, seperti halnya dengan dinding datar. Untuk sistem tiga-lapis
seperti pada Gambar 2.4 :

Gambar 2.4 Aliran kalor 1-D melalui penampang silinder dan analogi listrik

Penyelesaian dari sistem di atas adalah :


2L(T1  T4 )
q (2.8)
ln( r2 / r1 ) ln( r3 / r2 ) ln( r4 / r3 )
 
kA kB kC
Untaian atau jaringan termalnya (thermal circuit) diberikan pada Gambar 2.4b.

Prepared By : Sujono 10
1st edition, Jan-09
e-mail : jona88888@yahoo.com
Konduksi

Tabel 2.1 Jenis-jenis bahan isolasi dan pemakaian-nya

Berbagai

Prepared By : Sujono 11
1st edition, Jan-09
e-mail : jona88888@yahoo.com
3. KONVEKSI PAKSA

3.1 Internal Flow

3.1.1 Rumus-Rumus Empirik untuk Aliran Dalam Pipa-Tabung

Gambar 3.1 Perpindahan Kalor menyeluruh

Dari gambar di atas , maka Energi total yang ditambahkan dapat dinyatakan
dengan beda suhu borongan (bulk temperature) :

qm
 c p (Tb 2  Tb1 ) (3.1)

dengan syarat cp sepanjang aliran itu cukup tetap. Kalor dq yang ditambahkan
dalam panjang diferensial dx dapat dinyatakan dengan beda suhu borongan atau
dengan koefisien perpindahan kalor :

 c p dTb  h2r dxTw  Tb 


dq  m (3.2)

Tw dan Tb adalah suhu dinding dan suhu borongan pada posisi x tertentu.
Perpindahan kalor total dapat pula dinyatakan dengan :

q  hA(Tw  Tb ) av (3.3)

A adalah luas permukaan perpindahan kalor. Karena Tw dan Tb mungkin berubah


sepanjang tabung, maka kita harus menggunakan suatu proses pengrata-rataan
yang tepat untuk digunakan dalam persamaan (3.3) di atas.

Dalam pembahasan ini difokuskan pada penentuan h (koefisien perpindahan


kalor).
3. Konveksi Paksa-Internal Flow

3.1.2 Menentukan Nilai Koefisien Perpindahan Kalor (h)


A. Aliran Turbulen
1) Yang sudah terbentuk (berkembang penuh) dalam tabung licin , oleh
Dittus dan Boelter disarankan menggunakan [Holman].

hd
Nu d   0,023Re0,,d8 Pr n (3.4)
k

Untuk pemanasan ini sifat-sifat ditentukan pada suhu fluida borongan


(rata-rata), dan nilai eksponen n ialah sbb :

0,4  untuk pemanasan fluida


Dimana : n
0,3  untuk pendingina n fluida

0,6 < Pr < 100


2500 < Red < 1.25 x 105
Untuk memperhitungkan variasi sifat-sifat, Sieder dan Tate menyarankan
Rumus berikut :
0 ,14
  
Nu d  0,027 R 0 ,8
Pr 
1/ 3
 (3.5)

e ,d
 w 

dengan ketentuan :

 Semua sifat-sifat ditentukan berdasarkan suhu borongan (bulk-


temperature – suhu rata-rata)
 w ditentukan pada suhu dinding

B. Aliran Laminer
1). Aliran laminer berkembang penuh
Untuk rumus yang agak sederhana untuk aliran laminer dalam tabung diusulkan
oleh Sieder dan Tate sbb :
0 ,14
  
1/ 3
d 
Nu d  1,86Re d Pr   
1/ 3
  (3.6)
L 
 w

Prepared by : Sujono 13
2nd Edition-‘Dec.’07
e-mail : jona88888@yahoo.com
3. Konveksi Paksa-Internal Flow

dengan kondisi : Tw = konstan

0,48 < Pr < 16.700

0,0044 < /w < 9,75

Dalam persamaan ini juga :

 Koefisien perpindahan kalor didasarkan atas rata-rata aritmatik beda


suhu masukan dan keluaran,
 Semua sifat-sifat fluida ditentukan pada suhu fluida borongan rata-rata,
(Tm = (Ti + To)/2, kecuali w ditentukan pada suhu dinding
 Persamaan ini tidak bisa dipakai untuk tabung yang sangat panjang
karena akan menghasilkan nilai nol.
d 
 Persamaan ini hanya berlaku untuk : Re d Pr   10
L

Prepared by : Sujono 14
2nd Edition-‘Dec.’07
e-mail : jona88888@yahoo.com
3. Konveksi Paksa-Eksternal Flow

3.2 Konveksi Paksa Aliran Ekternal

3.2.1 Aliran Melintas Silinder[Holman]

Koefisien perpindahan kalor rata-rata dalam aliran silang oleh Hilpert (untuk gas)
, Knudsen dan Kats (untuk zat cair) dapat dihitung dengan :

n
hd u d 
Nudf   C    Pr f
1/ 3
(3.7)
kf  
 vf 

Sifat-sifat fluida dalam persamaan di atas dievaluasi berdasarkan suhu film (yang
menggunakan subskript f), sedangkan harga C dan n dapat dilihat pada tabel 3-1
berikut. Data tabel ini dibuat dari data udara dengan Pr = 0,72 sehingga untuk
pemakaian fluida cair persamaan tersebut (3.7) di kalikan dengan 1,11Pr1/3.

Tabel 3-1 : Konstanta C dan n

Redf C n
0,4 – 4 0,989 0,330
4 – 40 0,911 0,385
40 – 4000 0,683 0,466
4000 – 40.000 0,193 0,618
40.000 – 400.000 0,0266 0,805

Untuk silinder tidak bundar memakai rumus 3.7 untuk gas dengan konstanta
lihat daftar 3.2. Data pada tabel 3.2 didasarkan pada bilangan Prandtl gas sebesar
0.7, sehingga untuk selain gas dimodifikasi seperti kondisi di atas yaitu di kalikan
dengan 1,11Pr1/3.

Prepared by : Sujono 15
1st Edition-‘Dec.’05
e-mail : jona88888@yahoo.com
3. Konveksi Paksa-Eksternal Flow

Daftar 3-2 Konstanta perpindahan kalor dari silinder tak bundar (persamaan 3.7)

3.2.2 Aliran Menyilang Rangkunan Tabung


Kebanyakan susunan alat penukar-kalor menyangkut tabung yang tersusun
rangkap, maka perpindahan kalor dalam rangkunan tabung (tube bank) merupakan
hal yang penting dan mempunyai nilai praktis. Karakteristik perpindahan kalor
pada rangkunan tabung segaris maupun selang-seling seperti gambar 3.1
ditentukan oleh Grimson.
Menurut Grimson persamaan perpindahan kalor yang digunakan pada aliran
menyilang rangkunan tabung adalah persamaan 3.7 sbb :
n
hd u d 
 C    Pr f
1/ 3
(3.7)
kf  v 
 f 
dengan harga C dan n berdasarkan tabel 3.3 berikut :
Data dalam tabel ini juga di buat pada kondisi Pr gas sekitar 0.7 sehingga untuk
fluida selain gas juga perlu koreksi seperti di atas.

Prepared by : Sujono 16
1st Edition-‘Dec.’05
e-mail : jona88888@yahoo.com
3. Konveksi Paksa-Eksternal Flow

Daftar 3.3 Korelasi Grinson untuk perpindahan kalor dalam rangkunan tabung 10 baris
atau lebih (Ruj. 12)

Gambar 3.2 Nomenklatur untuk daftar 3-2 (a) tabung baris segaris, (b) tabung baris selang-seling

Daftar 3.4 Perbandingan h untuk baris N tabung dengan baris 10 tabung, Menurut
Ruj.7

Prepared by : Sujono 17
1st Edition-‘Dec.’05
e-mail : jona88888@yahoo.com
3. Konveksi Paksa-External Flow

3.3 Konveksi Paksa pada Plat Datar

3.3.1 Aliran di atas plat rata

A). Aliran Laminer

Besarnya bilangan nusel rata-rata adalah [Cengel] :

Untuk kondisi temperatur dinding (Tw) konstan (isothermal) dengan pemanasan


sepanjang pemrukaan dan 0,6 < Pr dan ReL < 5.105

hL L
N u,L   0,664 Re1L/ 2 Pr1 / 3 (3.8)
k

dimana : L : panjang plat searah aliran

u L
Re, L 

Sifat-sifat fluida diasumsikan konstan sepanjang aliran, bila terdapat perbedaan


yang signifikan antara kondisi suhu dinding dan aliran bebas, maka sifat-sifat
fluida diambil pada suhu film.

B. Aliran Turbulen

Untuk aliran turbulen sepanjang permukaan plat (daerah laminer sangat kecil
dibanding daerah turbulen) maka Angka Nuselt rata-ratanya adalah [Cengel] :

hL L
Nu L   0,037 Re 0L.8 Pr1/ 3 (3.9)
k

berlaku untuk : 0.6 < Pr < 60 dan 5.105 < ReL < 107

C. Aliran Kombinasi Laminar Turbulen

Untuk menghitung Nusselt daerah sepanjang plat (gabungan laminar turbulen,


untuk Recr = 5.105) besarnya angka nusel rata-rata adalah :

 0,037 Re0L,8  871Pr1 / 3


hL .L
N u ,L  (3.10)
k

dengan kondisi : 0,6 < Pr < 60 dan 5.105 < Re,L < 107

Prepared by : Sujono 18
2nd Edition-‘Dec.’07
e-mail : jona88888@yahoo.com
4-Konveksi Alamiah

4. KONVEKSI ALAMIAH

Konveksi alamiah ini terjadi karena adanya perubahan densitas dari fluida dengan
adanya pemanasan, bergerak naik.

4.1 Konveksi bebas pada plat rata vertikal


Gambar disamping merupakan plat rata
vertikal, bila dipanaskan terbentuklah suatu
lapisan batas konveksi-bebas, seperti terlihat
pada gambar. Profil kecepatan pada lapisan
batas ini tidak seperti profil kecepatan pada
lapis-batas konveksi paksa. Pada dinding
kecepatannya adalah nol karena terdapat
kondisi tanpa-gelincir (no-slip) , kecepatan ini
bertambah terus sampai mencapai suatu nilai
maksimum, dan kemudian menurun lagi
hingga nol pada tepi lapisan-batas, karena
kondisi ”arus bebas” (free-stream) tidak ada
pada sistem konveksi-bebas. Perkembangan
Gambar 3.1
Lapisan batas di atas awal lapisan-batas ialah laminer ; tetapi pada
plat-rata vertikal
suatu jarak tertentu dari tepi depan (tergantung
pada sifat-sifat fluida dan beda suhu antara dinding dan lingkungan) terbentuklah
pusaran-pusaran, dan transisi ke lapisan-batas turbulen. Pada jarak lebih jauh pada
plat tersebut terbentuklah lapisan-batas mungkin sudah menjadi tumbukan
sepenuhnya.

Note :
Kondisi laminer atau turbulen dinyatakan dari besarnya Angka Grashof secara
fisik sebagai suatu grup tak berdimensi yang menggambarkan perbandingan
antara gaya apung dengan gaya viskos di dalam sistem konveksi-bebas.
Peranannya sama dengan bilangan Reynold pada konveksi-paksa.

Prepared By : Sujono 19
3nd Edition, Juli-2012
e-mail : jona88888@yahoo.com
4-Konveksi Alamiah

Angka Grashof kritis untuk udara dalam konveksi-bebas di atas plat-rata vertikal
(menurut Exkert dan Soehngen) kira-kira 4 x 108.

Nilai turbulen untuk berbagai fluida dan lingkungan bernilai antara 108 dan 109

4.2 Rumus empirik untuk konveksi bebas


Koefisien perpindahan kalor konveksi bebas rata-rata untuk berbagai situasi, dapat
dinyatakan dalam bentuk fungsi sbb :

Nu f  C (Grf . Pr f ) m (4.1)

subskrip f menunjukan bahwa sifat-sifat untuk grup tak berdimensi dievaluasi


pada suhu film

T  Tw
Tf  (4.2)
2

v
dimana : Pr  , (angka Prandtl), tabel

g Tw  T L3
Gr  , (angka Grashof) (4.3)
v2
g : percepatan grafitasi bumi
1 1
  , (koefisien muai volume) (4.4)
T Tf

T : suhu fluida bebas


Tw : suhu dinding
 : kekentalan kinematik
L : panjang
C, m : konstanta tergantung persoalannya (lihat daftar)
Ra : angka Raylegh
: Gr.Pr

Prepared By : Sujono 20
3nd Edition, Juli-2012
e-mail : jona88888@yahoo.com
4-Konveksi Alamiah

Tabel 4-1 Konstanta Persamaan (4.1) untuk permukaan isotermal

Daftar 4-2 Persamaan-persamaan sederhana untuk konveksi bebas dari berbagai


permukaan ke udara pada tekanan atmosfer, disesuaikan dari daftar 4-1

Prepared By : Sujono 21
3nd Edition, Juli-2012
e-mail : jona88888@yahoo.com
4-Konveksi Alamiah

Prepared By : Sujono 22
3nd Edition, Juli-2012
e-mail : jona88888@yahoo.com
4-Konveksi Alamiah

Tabel persamaan empiris perpindahan panas konveksi alamiah [Cengel]

Prepared By : Sujono 23
3nd Edition, Juli-2012
e-mail : jona88888@yahoo.com
5. Konveksi-Konduksi

5. Perpindahan Panas Konveksi –Konduksi-Konveksi


5.1. Koefisien Perpindahan-Kalor Menyeluruh

Perhatikan dinding datar seperti pada Gambar 5.1, di mana pada satu sisinya
terdapat fluida panas A, dan pada sisi lainnya fluida B yang lebih dingin.

Gambar 5.1 Perpindahan kalor menyeluruh melalui dinding datar

Perpindahan kalor dinyatakan dengan

kA
q  h1 A(TA  T1 )  (T1  T2 )  h2 A(T2  TB )
x

Proses perpindahan-kalor dapat digambarkan dengan jaringan tahanan seperti


pada Gambar 5.1b. Perpindahan kalor menyeluruh dihitung dengan jalan membagi
beda suhu menyeluruh dengan jumlah tahanan termal:

TA  TB
q (5.1)
1/( h1 A)  x /( kA)  1/( h2 A)

Perhatikanlah bahwa nilai 1/hA digunakan di sini untuk menunjukkan tahanan


konveksi. Aliran kalor menyeluruh sebagai hasil gabungan proses konduksi dan
konveksi bisa dinyatakan dengan koefisien perpindahan-kalor menyeluruh U,

Prepared By : Sujono 24
2nd edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
5. Konveksi-Konduksi

yang dirumuskan dalam hubungan

q  UATmenyeluruh (5.2)

di mana A ialah luas bidang aliran kalor. Sesuai dengan Persamaan (5.1), koefisien
perpindahan kalor menyeluruh ialah:

1
U (5.3)
1/ h1  x / k  1/ h2

Untuk silinder berlubang yang terkena lingkungan konveksi. di permukaan


bagian dalam dan luarnya, analogi tahanan listriknya ialah seperti pada Gambar
5.2, di mana TA dan TB ialah suhu kedua fluida. Perhatikanlah bahwa dalam hal ini
luas bidang konveksi tidak sama untuk kedua fluida. Luas bidang ini bergantung
dari diameter dalam tabung dan tebal dinding.

ri TA Ti To TB
A ro

1 ln( ro / ri ) 1
B
hi Ai 2kL ho Ao

Gambar 5.2 Silinder berlubang dengan konveksi-konduksi-konveksi


Dalam hal ini, perpindahan kalor menyeluruh dinyatakan dengan persamaan

TA  TB
q (5.4)
1 ln( ro / ri ) 1
 
hi Ai 2kL ho Ao

sesuai dengan jaringan termal sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.2.


Besaran Ai dan Ao merupakan luas permukaan dalam dan luar tabung dalam.

Prepared By : Sujono 25
2nd edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
5. Konveksi-Konduksi

Koefisien perpindahan-kalor menyeluruh dapat didasarkan atas bidang dalam atau


luar tabung. Jadi,

1
Ui  (5.5)
1 Ai ln( ro / ri ) Ai 1
 
hi 2kL Ao ho

1
Uo  (5.6)
Ao 1 Ao ln( ro / ri ) 1
 
Ai hi 2kL ho

Perhitungan koefisien perpindhan-kalor konveksi yang akan digunakan dalam


koefisien perpindahan-kalor menyeluruh dilakukan dengan metode yang akan
diuraikan nanti dalam bab-bab berikut. Beberapa nilai khas koefisien
perpindahan-kalor menyeluruh diberikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Nilai kira-kira koefisien perpindahan kalor menyeluruh

Prepared By : Sujono 26
2nd edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

VI. ALAT PENUKAR KALOR

6.1 Koefisien Menyeluruh

Dari persamaan terdahulu bahwa besarnya perpindahan kalor dapat dinyatakan


dalam :

TA  TB
q (6.1)
1 x 1
 
h1 A kA h2 A

Dari persamaan di atas maka besarnya koefisien menyeluruh U dapat diperoleh


dari hubungan berikut :

q  UATmenyeluruh (6.2)

sehingga besarnya U dari kedua persamaan diatas adalah :

1
U (6.3)
1 x 1
 
h1 k h2

dan untuk perpindahan kalor dalam saluran berbentuk silinder maka :

TA  TB
q (6.4)
ln  o 
r
  i 
1 r 1
hi Ai 2kL ho Ao

atau dapat ditulis :

Prepared By : Sujono 25
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

Ai TA  TB 
q  U i Ai Tmenyeluruh (6.5)
Ai ln  o 
r
1
  ri   Ai 1
hi 2kL Ao ho

Ao TA  TB 
q  U o Ao Tmenyeluruh (6.6)

Ao ln 
ro 
Ao 1  ri  1
 
Ai hi 2kL ho

sehingga besarnya koefisien menyeluruh dinyatakan berdasarkan luasan luar (Ui)


adalah :

1
Ui  , (6.7)
Ai ln  o 
r
 A 1
1
  ri  i
hi 2kL Ao ho
dan bila dinyatakan berdasarkan luasan dalam (Uo) adalah :

1
Uo  (6.8)
Ao ln  o 
r
 1
Ao 1
  ri 
Ai hi 2kL ho

6.2 Faktor Pengotoran


Dalam pemakaiannya, alat penukar kalor kemungkinan akan terjadi pelapisan
endapan ataupun korosi akibat fluida kerja. Pengaruh kedua kejadian ini akan
mengakibatkan menurunnya unjuk kerja alat penukar kalor. Pengaruh menyeluruh
dari hal tersebut sering dinyatakan dengan factor pengotoran (fouling factor) atau
tahanan pengotoran (Rf) yang harus diperhitungkan bersama tahanan termal lainya
dalam menghitung koefisien perpindahan kalor menyeluruh. Besarnya factor
pengotoran diperoleh dari percobaan yaitu dengan menentukan U kondisi bersih
dan U kondisi kotor pada alat penukar kalor tersebut. Sehingga besarnya factor
pengotoran dinyatakan dengan :

Prepared By : Sujono 26
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

1 1
Rf   (6.9)
U Kotor U bersih
Beberapa nilai factor pengotoran berbagai fluida dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.1 Daftar factor pengotoran normal

6.3 Jenis Alat Penukar Kalor


Alat penukar kalor aliran searah, aliran berlawanan arah, aliran silang dll.

Gambar 6.1 Type heat exchanger a) parallel flow, b) Counterflow, c) Shell &
Tube (1-pass shell & 1-pass tube cross counterflow mode of operation), d) Cross
flow HE

Prepared By : Sujono 27
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

6.4 Beda Suhu Rata-rata Log


(LMTD = Log Mean Temperature Difference)
Berdasarkan persamaan perpindahan kalor di atas maka :

q  UATmenyeluruh

atau dapat ditulis dengan :


q  UATm (6.10)

dimana Tm merupakan beda suhu rata-rata yang tepat digunakan dalam alat
penukar kalor yang besarnya adalah :

Untuk aliran searah :

Gambar 6.2 HE Aliran searah (parallel flow)

T1  T2
LMTD  (6.11)
T
ln  1 

 T2

Prepared By : Sujono 28
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

dimana : T1  Th,i  Tc,i , dan T2  Th,o  Tc,o

Dan untuk aliran berlawanan arah :

Gambar 6.3 HE Aliran berlawanan arah (Counterflow)

T1  T2
LMTD  (6.12)
T
ln  1 
 T2 

dimana : T1  Th,i  Tc,o , dan T2  Th,o  Tc,i

Jika alat penukar kalor yang dipakai bukan jenis di atas (pipa ganda) maka harus
menggunakan factor koreksi (F) dalam melakukan perhitungannya.

q  UAFTm (6.13)

Prepared By : Sujono 29
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

Adapun besarnya factor koreksi (F) tergantung pada jenis dari bentuk masing-
masing alat penukar kalor yang dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Gambar 6.4 Faktor koreksi (F) untuk HE Shell & Tube dengan multi laluan dua
laluan tube dalam satu shell

Gambar 6.5 Faktor koreksi (F) untuk HE dengan dua laluan shell, multiple laluan,
empat laluan tube

Prepared By : Sujono 30
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

Gambar 6.6 Faktor koreksi (F) HE satu laluan aliran silang kedua fluida tidak
campur

Gambar 6.7 Faktor koreksi (F) HE satu laluan aliran silang satu fluida campur dan
fluida lainya tidak campur

Prepared By : Sujono 31
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

6.5 Metode NTU (Number of Transfer Unit)


Pendekatan LMTD dalam analisa penukar kalor berguna bila suhu masuk dan
keluar diketahui atau dapat ditentukan dengan mudah. Bila kita harus menentukan
suhu masuk atau keluar maka analisa maka kita harus melakukan iterasi bila
menggunakan system LMTD karena merupakan fungsi logaritme.
Dalam hal demikian maka analisa lebih mudah menggunakan metode yang
berdasarkan efektivitas penukar kalor dalam memindahkan sejumlah kalor
tertentu.
Metode ini mempunyai beberapa keuntungan untuk menganalisa persoalan
dimana kita harus membandingkan berbagai jenis alat penukar kalor untuk
memilih jenis yang terbaik untuk melakukan suatu tugas perpindahan kalor
tertentu.
Efektivitas alat penukar kalor (heat-exchanger effectiveness) didefinisikan sebagai
sbb :
perpindahan kalor nyata
Efektivitas () =
perpindahan kalor maksimum yang mungkin

Perpindahan kalor nyata : dihitung dari energi yang dilepaskan oleh fluida panas
atau energi yang didapat oleh fluida dingin.

Perhatikan Persamaan pada :


 h ch Th,1  Th, 2   m
alat penukar kalor aliran sejajar : q  m  c cc Tc, 2  Tc,1 

 h ch Th,1  Th, 2   m
Alat penukar kalor aliran lawan arah : q  m  c cc Tc,1  Tc, 2 

Catatan :
Perlu diketahui bahwa : Nilai maksimum tercapai bila salah satu fluida mengalami
perubahan suhu sebesar beda suhu maksimum yang terdapat dalam penukar kalor
itu, yaitu selisih antara suhu masuk fluida panas dan suhu masuk fluida dingin.
Fluida yang mungkin mengalami beda suhu maksimum ini ialah yang nilai m,c
nya minimum, karena neraca energi mensyaratkan bahwa energi yang diterima
oleh fluida yang satu mesti sama dengan energi yang dilepas oleh fluida yang
satunya lagi.

Sehingga :

Prepared By : Sujono 32
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

 .c min Th,masuk  Tc,masuk 


qmax  m

q m .c h Th,i  Th,o  q m .c c Tc,o  Tc,i 


  atau   
qmax m .c min Th,i  Tc,i  qmax m .c min Th,i  Tc,i 
atau
 .c min Th,i  Tc,i 
q   .qmax   m

NTU merupakan bilangan tak berdimensi yang banyak digunakan dalam HE,
adapun besarnya merupakan fungsi dari :
UA UA
NTU  , atau 
m .c min Cmin
Besarnya NTU untuk berbagai bentuk HE

Tabel 6.2 Hubungan Efektivitas HE

Prepared By : Sujono 33
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

Tabel 6.3 Hubungan NTU-HE

Cmin
Note : Cr 
Cmax
atau dengan grafik

Prepared By : Sujono 34
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

6.8
6.7

Prepared By : Sujono 35
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

6.10
6.9

Prepared By : Sujono 36
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-HE

6.12
6.11

Prepared By : Sujono 37
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
7. PERPINDAHAN KALOR RADIASI

7.1 Pendahuluan
Radiasi Termal adalah : Radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh
suatu benda karena suhunya.
Apapun jenis radiasi selalu merambat dengan kecepatan cahaya (3 x 1010 cm/s)
yang setara dengan :

c  .v

dimana : c : kecepatan cahaya


 : panjang gelombang
v : frekuensi
Dari gambar dibawah ini menunjukan jangkauan radiasi termal terletak di antara
kira-kira 0,1 s/d 100 m, sedangkan bagian cahaya tampak sangat sempit (0,35 s/d
0,75 m.

Gambar 7.1 Spektrum Elektromagnetik


7.2 Persamaan Stefan Boltzmann
Energy total yang dipancarkan sebanding dengan pangkat empat suhu
absolutenya.
Eb  T 4
dimana : Eb : daya emisi
Perpindahan Panas-Radiasi

 : konstanta Stefan-Boltzmann
  5,669 x108 W / m2 K 4 (0,1714 x108 Btu / h. ft 2 .O R 4
Daya emisi (Emisive Power) Eb : adalah energi yang diradiasikan persatuan waktu
dan persatuan luasan radiator ideal.
Subskrip b menandakan benda hitam (black) sehingga radiasinya disebut sebagai
radiasi benda hitam (Blackbody Radiation) disebut demikian karena bahan yang
mematuhi hukum ini tampak hitam dimata, benda ini tampak hitam karena tidak
memantulkan suatu radiasi.
Jadi Benda Hitam ialah juga benda yang menyerap seluruh radiasi yang
menimpanya, dan Eb disebut dengan daya emisi (emissive power) benda hitam.
Untuk benda yang tidak hitam maka :

E   T 4

dimana :  : emisivitas (tabel)

7.3 Sifat-Sifat Radiasi


Bila suatu radiasi menimpa suatu permukaan bahan maka sebagian dari radiasi itu
dipantulkan (refleksi), sebagian diserap (absorbsi), dan sebagian lagi diteruskan
(transmisi).
Fraksi yang dipantulkan dinamakan reflektivitas () , fraksi yang diserap disebut
absorptivitas (), dan fraksi yang diteruskan disebut transmisivitas (), sehingga :

     1

Kebanyakan benda padat tidak meneruskan radiasi termal, sehingga untuk


kebanyakan persoalan terapan, transmisivitas dianggap nol ( = 0), sehingga :

  1

Prepared By : Sujono 41
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-Radiasi

Radiasi datang
Refleksi

Absorpsi

Transmisi

Gambar 7.2 Pengaruh radiasi datang

Daya emisi suatu benda (E) ialah besarnya energi yang dipancarkan benda itu
persatuan luas permukaan persatuan waktu

Menentukan absorptivitas suatu benda.

E.A
qiA
E.A=qiA

Gambar 7.3 Energi yang diserap dan yang dipancarkan


Dari gambar di atas maka kita lihat kesetimbangan energi antara energi yang
dipancarkan (EA) dan energi yang diserap adalah :

EA  qi A

untuk benda hitam  = 1 maka persamaan-nya menjadi :

EA  qhitam A

Prepared By : Sujono 42
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-Radiasi

kedua persamaan ini dibuat suatu perbandingan maka diperoleh :

EA qi A E
 , sehingga :  ,
Eb A qi A(1) Eb

dengan hal yang sama , maka besarnya emisivitas adalah :

E
 
Eb
Harga emisivitas beberapa bahan dapat dilihat tabel berikut :
Tabel 7.1 emisivitas berbagai material

Prepared By : Sujono 43
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-Radiasi

7.4. Radiasi antar permukaan

Gambar 7.4 Radiasi termal antara dua permukaan


Besarnya energi neto dari permukaan 1 dan 2 adalah :


qnet  A1 F12 T14  T24 

dimana : F1-2 = transfer factor


atau dari sumber lain dinyatakan dengan :

  
q12  F1, 2 A1 T14  T24  F2,1 A2 T14  T24 

dimana : F1,2 = faktor bentuk (grafik)

Beberapa bentuk few factor (faktor bentuk) dapat dilihat tabel-tabel berikut.

Prepared By : Sujono 44
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-Radiasi

Tabel 7.2 Few factor beberapa bentuk 2-D (panjang tak terbatas searah normal
kertas)

Prepared By : Sujono 45
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-Radiasi

Tabel 7.3 Few factor beberapa bentuk 3-D

Prepared By : Sujono 46
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-Radiasi

Gambar 7.5 Few factor tiga bentuk permukaan sangat kecil dilihat dari permukaan
besar (A1<< A2).

Prepared By : Sujono 47
2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Perpindahan Panas-Referensi

REFERENSI

1. Donald Q. Kern, 1965:”Process Heat Transfer”, International Ed., McGraw-


Hill Companies, Inc.

2. Eduardo Cao, 2010 :”Heat Transfer in Process Engineering”, McGraw-Hill


Companies, Inc.

3. Ganapathy V.,1982:”Applied Heat Transfer”,Pennwell Publishing


Company, Tusla, Oklahoma

4. Holman J.P.,1986:”Heat Transfer”, 6th ed., International Student Ed.,


McGraw-Hill Book Co., Singapore.

5. Holman J.P.,1984:”Perpindahan Kalor, edisi 5, Erlangga, Jakarta

6. Incropera & David P., Dewitt,1996:”Fundamental of Heat and Mass


Transfer”,6th ed., John Wiley & Sons, USA

7. Incropera & David P., Dewitt,1996:”Introduction to Heat Transfer, 3rd,


John Wiley & Sons, USA

8. Kreith F.,1973:”Prinsip-prinsip Perpindahan panas, edisi 3, Erlangga,


Jakarta

9. Lienhard J. H.,2005:”A Heat Transfer Text Book”, 3rd, Phlogiston Press,


Cambridge Massacusetts

10. Robert W. Serth, 2007:”Process Heat Transfer : Principles and


Applications”, Elsevier Science & Technology Books

11. William S., Janna, 1986:”Engineering Heat Transfer”, PWS Publishers

12. Yunus. A. Cengel, 2005:” Heat Transfer: A Practical Approach, 2nd ed., McGraw-
Hill Companies, Inc., USA

Prepared By : Sujono PTK AKAMIGAS-STEM CEPU


2nd Ediiton, Jan-09
e-mail : jona88888@yahoo.com
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-1


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-2


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-3


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-4


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-5


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-6


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-7


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-8


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-9


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-10


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-11


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-12


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-13


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com
Heat Transfer-Lampiran

Prepared by : Sujono, AKAMIGAS CEPU L-14


2nd Edition, Dec-07
e-mail : jona88888@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai