Anda di halaman 1dari 1

Ketentuan Penilaian :

Intonasi, Ekspresi, Tempo, dan Totalitas


(Waktu membaca maksimal 5 menit)

BARU KLINTING DAN RAWA PENING


Di sebuah desa bernama Desa Ngasem, di kaki Gunung Telomoyo, terdapat kepala desa
yang dikenal bijaksana bernama Ki Sela Gondang. Ia punya putri bernama Endang Sawitri.
Suatu saat Endang Sawitri diutus sang ayah untuk meminjam pusaka sakti yang digunakan
untuk menolak bala pada sahabatnya, Ki Hajar Salokantara.

Akan tetapi, Endang Sawitri melanggar pesan sang ayah untuk tidak meletakkan pusaka
di pangkuan. Pelanggaran itu membuatnya hamil. Sang ayah kemudian memohon Ki Hajar
untuk menikahi Endang demi tutupi aib keluarga.

Anak yang dikandung Endang ternyata adalah seekor naga yang kemudian diberi nama
Baru Klinting. Naga tersebut bisa berbicara layaknya manusia biasa. Untuk memutus petaka
dari pusaka, Baru Klinting temui sang ayah dan diminta bertapa dengan melingkari gunung. Ia
kemudian menjadi manusia biasa dan turun ke desa. Ketika turun, di desa sedang ada upacara
merti desa. Tapi, warga bukan menyambut hangat malah mengusir Baru karena penampilannya
yang compang-camping.

Beruntung, ia disambut oleh Nyai Latung, wanita tua dari desa tersebut. Baru Klinting
kemudian mencari perhatian warga desa dengan menancapkan lidi ke lesung kayu. Ia
memberitahu bahwa siapa yang berhasil mencabutnya akan mendapatkan makanan yang sangat
banyak. Ternyata tidak ada yang berhasil mencabutnya.

Baru Klinting pun mencabutnya, seketika keluar air dari dalam tanah. Lama-kelamaan,
air tersebut menenggelamkan seluruh desa. Genangan air tersebut kemudian dikenal
sebagai Rawa Pening.

Anda mungkin juga menyukai