Anda di halaman 1dari 11

MATERI KPK

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (biasa disingkat KPK) adalah lembaga
negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan mana pun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.[1] Komisi ini didirikan
berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.[2] Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada
lima asas, yaitu kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan
proporsionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara
terbuka dan berkala kepada Presiden Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Badan Pemeriksa
Keuangan.[1]
KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang ketua merangkap anggota
dan empat orang wakil ketua merangkap anggota. Pimpinan KPK memegang jabatan selama empat
tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan. Dalam pengambilan keputusan,
pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial.[1] Ketua KPK saat ini adalah Firli Bahuri yang menjabat sejak
20 Desember 2019.

Tugas dan fungsi


Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:[3]

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi;
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:[3]

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;


2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi
yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Struktur organisasi
Pimpinan
Artikel utama: Daftar Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia

Pimpinan KPK adalah pejabat negara yang terdiri dari 5 (lima) anggota yakni Ketua yang
merangkap Anggota, serta Wakil Ketua yang terdiri atas 4 (empat) orang dan masing-masing
merangkap Anggota.[2]
Ketua
Artikel utama: Daftar Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia

Ketua KPK adalah salah satu dari lima pimpinan di KPK. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi juga
merangkap sebagai anggota KPK.[4]
Wakil Ketua
Wakil Ketua KPK merupakan pimpinan KPK yang juga merangkap sebagai anggota KPK. Wakil
Ketua KPK terdiri dari:

1. Wakil Ketua Bidang Pencegahan;


2. Wakil Ketua Bidang Penindakan;
3. Wakil Ketua Bidang Informasi dan Data; dan
4. Wakil Ketua Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat
Tim Penasihat
Tim Penasihat berfungsi memberikan nasihat dan pertimbangan sesuai dengan kepakarannya
kepada Komisi Pernberantasan Korupsi dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi
Pemberantasan Korupsi. Tim Penasihat yang terdiri dari 4 (empat) anggota.[2]

Pelaksana Tugas
Berdasarkan Lampiran Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi No. PER-08/XII/2008
tanggal 30 Desember 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja KPK, pelaksana tugas KPK terdiri
dari:[5]

1. Deputi Bidang Pencegahan


2. Deputi Bidang Penindakan
3. Deputi Bidang Informasi dan Data
4. Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan Masyarakat
5. Sekretariat Jenderal

Kepemimpinan
Taufiequrachman Ruki (2003–2007)
Pada tanggal 16 Desember 2003, Taufiequrachman Ruki, seorang alumni Akademi
Kepolisian (Akpol) 1971, dilantik menjadi Ketua KPK. Di bawah kepemimpinan Taufiequrachman
Ruki, KPK hendak memposisikan dirinya sebagai katalisator (pemicu) bagi Aparat dan institusi lain
untuk terciptanya jalannya sebuah "good and clean governance" (pemerintahan baik dan bersih) di
Republik Indonesia. Sebagai seorang mantan Anggota DPR RI dari tahun 1992 sampai 2001,
Taufiequrachman walaupun konsisten mendapat kritik dari berbagai pihak tentang dugaan tebang
pilih pemberantasan korupsi.
Taufiequrachman juga menyampaikan bahwa pembudayaan etika dan integritas antikorupsi harus
melalui proses yang tidak mudah, sehingga dibutuhkan adanya peran pemimpin sebagai teladan
dengan melibatkan institusi keluarga, pemerintah, organisasi masyarakat dan organisasi bisnis.
Pada tahun 2007 Taufiequrachman Ruki digantikan oleh Antasari Azhar sebagai Ketua KPK.

Antasari Azhar (2007–2009)


Kontroversi Antasari Azhar saat menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan (2000-
2007) yang gagal mengeksekusi Tommy Soeharto tidak menghalangi pengangkatannya
menjadi Ketua KPK setelah berhasil mengungguli calon lainnya yaitu Chandra M.
Hamzah dengan memperoleh 41 suara dalam pemungutan suara yang
dilangsungkan Komisi III DPR. Kiprahnya sebagai Ketua KPK antara lain menangkap
Jaksa Urip Tri Gunawan dan Artalyta Suryani dalam kaitan penyuapan kasus BLBI Syamsul
Nursalim. Kemudian juga penangkapan Al Amin Nur Nasution dalam kasus persetujuan
pelepasan kawasan Hutan lindung Tanjung Pantai Air Telang, Sumatera Selatan. Antasari
juga berjasa menyeret Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Aulia Tantowi Pohan yang juga
merupakan besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke penjara atas kasus korupsi
aliran dana BI. Statusnya sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan Nasrudin
Zulkarnaen membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 4 Mei 2009
memberhentikan dari jabatannya sebagai ketua KPK.

Tumpak Hatorangan Panggabean (Pelaksana Tugas, 2009–2010)


Mantan Komisaris PT Pos Indonesia, Tumpak Hatorangan Panggabean terpilih menjadi pelaksana
tugas sementara Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan dilantik pada 6 Oktober 2009
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Serta ditetapkan berdasarkan Perppu nomor 4 tahun
2009 yang diterbitkan pada 21 September 2009. Pengangkatannya dilakukan untuk mengisi
kekosongan pimpinan KPK setelah ketua KPK Antasari Azhar dinonaktifkan dan diberhentikan
akibat tersangkut kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Di bawah masanya memang KPK
berhasil menetapkan bekas Menteri Sosial (Mensos) Bachtiar Chamsyah sebagai tersangka dalam
kasus dugaan korupsi pengadaan mesin jahit dan impor sapi. Selain itu, KPK juga berhasil
menetapkan Gubernur Kepulauan Riau (Kepri), Ismet Abdullah sebagai tersangka kasus dugaan
korupsi pengadaan mobil kebakaran. Tapi beberapa kasus masih mandek penanganannya,
misalnya saja, kasus Bank Century, membuat penilaian bahwa lembaga itu mulai melempem. Pada
tanggal 15 Maret 2010, ia diberhentikan dengan Keppres No. 33/P/2010 karena Perppu ditolak oleh
DPR.

Busyro Muqoddas (2010–2011)


M. Busyro Muqoddas dilantik dan diambil sumpah oleh Presiden RI pada 20 Desember 2010
sebagai ketua KPK menggantikan Antasari Azhar. Sebelumnya, Busyro merupakan ketua
merangkap anggota Komisi Yudisial RI periode 2005-2010. Pada saat sebagai ketua sangat sering
mengkritik DPR, yang terakhir terkait hedonisme para anggota DPR. Pada pemilihan pimpinan KPK
tanggal 2 Desember 2011 ia "turun pangkat" menjadi wakil ketua KPK. Busyro hanya memperoleh 5
suara dibandingan Abraham Samad yang memperoleh 43 suara. Serah terima jabatan dan
pelantikan dilaksanakan pada 17 Desember 2011.

Abraham Samad (2011–2015)


Pada periode 2011–2015 KPK dipimpin oleh alumnus Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin yakni Abraham Samad, bersama 4 orang wakil ketuanya, yakni Zulkarnaen, Bambang
Widjojanto, Busyro Muqoddas, dan Adnan Pandu Praja.[6][7] Pada tanggal 3 Desember 2011 melalui
voting pemilihan Ketua KPK oleh 56 orang dari unsur pimpinan dan anggota Komisi III asal sembilan
fraksi DPR, Abraham mengalahkan Bambang Widjojanto dan Adnan Pandu Praja. Abraham
memperoleh 43 suara, Busyro Muqoddas 5 suara, Bambang Widjojanto 4 suara, Zulkarnain 4 suara,
sedangkan Adnan 1 suara. Ia dan jajaran pimpinan KPK yang baru saja terpilih, resmi dilantik
di Istana Negara oleh Presiden SBY pada tanggal 16 Desember 2011. Lima pimpinan KPK periode
2011-2015 adalah Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Zulkarnaen, Adnan Pandu Pradja,
dan Busyro Muqoddas. Beberapa kasus yang mencuat saat Abraham samad memimpin adalah
Kasus Korupsi Wisma Atlet, Kasus Korupsi Hambalang, Kasus Gratifikasi Impor Daging Sapi, Kasus
Gratifikasi SKK Migas, Kasus Pengaturan Pilkada Kabupaten Lebak. Beberapa orang yang
ditangkap/ditahan/dituntut KPK diantaranya adalah: Andi Malarangeng, Muhammad
Nazaruddin, Angelina Sondakh, Anas Urbaningrum, Akil Mochtar, Ratu Atut Chosiyah, Ahmad
Fathanah, Luthfi Hasan Ishaq, Rudi Rubiandini, Suryadharma Ali, Jero Wacik, Miranda
Goeltom, Djoko Susilo, dll.

Agus Rahardjo (2015–2019)


Berlatar belakang pendidikan teknik sipil di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Agus
Rahardjo adalah orang pertama yang terpilih memimpin KPK tanpa pendidikan formal hukum dan
pengalaman di lembaga penegakan hukum. Rahardjo menggantikan Plt. Taufiequrachman Ruki
Pada tanggal 17 Desember 2015, Komisi Hukum DPR RI yang diketuai oleh Azis Syamsuddin,
menetapkan Agus Rahardjo sebagai Ketua KPK terpilih periode 2015-2019 setelah sebelumnya
melakukan dua kali voting. Rahardjo berhasil mendapatkan 53 suara. Sedangkan calon pimpinan
KPK lainnya, Basaria Panjaitan mendapatkan 51 suara, Alexander Marwata 46 suara, Saut
Situmorang 37 suara, dan Laode Muhammad Syarif 37 suara.
Kasus per September 2016 didominasi kasus suap dan Operasi Tangkap Tangan (OTT). Kasus
yang sangat mencuat ke publik yaitu OTT Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI Irman
Gusman (kasus suap impor gula), berbagai penangkapan OTT Panitera, Pengacara, Hakim Tinggi,
dan Pejabat Mahkamah Agung termasuk Sekretaris MA Rohadi terkait suap dagang perkara
(termasuk salah satunya yaitu pengacara kondang O.C. Kaligis), kasus korupsi dana aspirasi dan
suap proyek infrastruktur berjamaah yang dilakukan oleh banyak anggota Komisi V DPR (Damayanti
Wisnu Putranti, dan sebagian besar anggota lainnya), kasus korupsi izin tambang Gubernur
Sulawesi Tenggara Nur Alam, kasus bansos dan suap oleh Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo
Nugroho dan petinggi partai Nasdem Patrice Rio Capella, dan kasus suap Raperda Reklamasi DKI
Jakarta M Sanusi dari pengembang PT APL, dan berbagai kasus yang menjerat suap korporasi
lainnya.

Kasus pembunuhan
Ketua KPK Antasari Azhar terbukti merancang pembunuhan terhadap Nasrudin Zulkarnaen dan
divonis 18 tahun penjara serta dicopot dari jabatannya sebagai ketua KPK.

Kasus Anggoro
Artikel utama: Konfrontasi Cicak dan Buaya

Bermula saat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang melakukan penyidikan dan pencekalan
terhadap sejumlah pejabat PT. Masaro Radiokom dalam kasus Proyek Sistem Komunikasi Radio
Terpadu (SKRT) Kementerian Kehutanan

Kasus Budi Gunawan


Hal ini berawal dari penetapan Calon Kapolri Komjen Pol. Budi Gunawan oleh Presiden Joko
Widodo Januari 2015. 2 hari setelahnya, pimpinan KPK menetapkan Komjen BG sebagai tersangka
gratifikasi saat beliau masih menjabat Kabiro Binkar SDM Polri tahun 2006 terkait isu rekening
gendut. Tetapi meski ada status tersangka, 10 fraksi DPR menyetujui fit and proper test Komjen BG.
Terjadi ketegangan antar instansi dan Presiden Joko Widodo memberhentikan Jenderal Sutarman
sebagai Kapolri dan mengangkat Wakapolri menjadi Plt Kapolri. Pimpinan KPK ditersangkakan oleh
Kabareskrim yang baru diangkat yaitu Komjen Pol. Budi Waseso karena berbagai kasus lampau.
Ketua KPK Abraham Samad ditersangkakan dikarenakan terjerat kasus pemalsuan dokumen, dan
Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto ditahan karena pemalsuan kesaksian di MK semasa menjadi
advokat. Sisa pimpinan lainnya juga diancam dijerat kasus masa lalunya masing-masing akan tetapi
belum menjadi tersangka.
Konflik ini melebar dari kasus hukum, ke konflik internal polri dan kasus ketegangan antar instansi,
menuju kegaduhan politik karena DPR juga merasa dilecehkan wibawanya karena Kapolri terpilih
tidak segera dilantik, apalagi Presiden berbeda suara dengan partai pengusung PDIP. Masyarakat
sipil pun menolak keras KPK dilemahkan, apalagi terjadi kekhawatiran terjadinya kekosongan kursi
komisioner (ditambah bersamaan selesai masa jabatannya Busyro Muqoddas) dan adanya jumlah
minimal komisioner dalam memutuskan perkara. Presiden akhirnya menonaktifkan Abraham dan
Bambang, menerbitkan Perppu mengenai Revisi UU KPK, dan mengangkat 3 Plt Komisioner. Tak
ayal, Ketua KPK periode pertama Taufiqurahman Ruki diangkatnya kembali menjadi Plt. Ketua.
Kegaduhan baru pun muncul saat Budi Gunawan memenangkan praperadilan secara kontroversial
atas KPK dan sejak itu KPK kebanjiran permintaan dan kekalahan dalam praperadilan. Kegaduhan
ini terjadi selama 4 bulan (Januari 2015-April 2015) sampai ditetapkannya Kapolri definitif yaitu
bukan Budi Gunawan, tetapi Wakapolri yang juga Plt. Kapolri Badrodin Haiti.

Revisi Undang-undang KPK


Informasi lebih lanjut: Unjuk rasa dan kerusuhan Indonesia September 2019

Pada tanggal 17 September 2019, Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan revisi Undang-undang
Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (UU KPK) yang
kontroversial dan telah ditolak secara luas karena klaim bahwa undang-undang yang direvisi akan
melemahkan kemampuan KPK untuk beroperasi dan melakukan investigasi terhadap kasus-kasus
korupsi.[8] Revisi UU KPK dikerjakan hanya dalam 12 hari di DPR. KPK menyatakan bahwa KPK
tidak pernah terlibat dalam diskusi revisi UU tersebut.[9] Serangkaian unjuk rasa massal yang
dipimpin oleh mahasiswa telah terjadi di kota-kota besar di Indonesia sejak 23 September 2019,
untuk menentang revisi UU KPK, serta beberapa UU lainnya termasuk revisi Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP).[10] Pendemo terutama terdiri atas mahasiswa dari 300 universitas, dan tidak
terkait dengan partai politik atau kelompok tertentu.[10] Demonstrasi ini telah berkembang
menjadi pergerakan siswa di Indonesia terbesar sejak Kerusuhan Mei 1998 yang menurunkan rezim
Soeharto.[11]

Penanganan kasus korupsi


Lihat pula: Korupsi di Indonesia

2020
 6 Desember 2020, KPK menahan Juliari P. Batubara (Menteri Sosial) dan Adi Wahyono (Plt.
Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial (PSKBS) Kementerian Sosial.
Penangkapan ini terkait dengan Perkara Dugaan Suap Dalam Pengadaan Bantuan Sosial Untuk
Wilayah Jabodetabek Tahun 2020.[12]
 25 November 2020, KPK melakukan operasi tangkap tangan Menteri Kelautan dan Perikanan,
Edhy Prabowo atas dugaan penerimaan gratifikasi dalam kasus ekspor benih lobster.[13]
 27 Juli 2020, Laporan Tahunan KPK 2019: 76 Orang Terjerat OTT KPK Sepanjang 2019.
Sebanyak 76 orang terjerat operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) sepanjang 2019. Operasi senyap itu dilakukan di belasan daerah. "Melalui persiapan
yang cermat dan terukur, operasi ini telah dilakukan sebanyak 21 kali di 14 daerah," tulis
Laporan Tahunan KPK 2019 seperti dikutip Medcom.id, Senin, 27 Juli 2020.[14]
 27 Juli 2020. Perdana, KPK Rebut Aset Hasil Korupsi dari Luar Negeri : Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) untuk pertama kalinya mengembalikan aset hasil korupsi dari luar negeri. Aset ini
berupa uang SGD200 ribu (Rp2,1 miliar) terkait perkara suap mantan Kepala Satuan Kerja
Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini.
"Pengembalian aset berupa uang dari Singapura ke Indonesia dilakukan pada 17 Juni 2019,"
tulis Laporan Tahunan KPK 2019 seperti dikutip Medcom.id, Senin, 27 Juli 2020.[15]
 27 Juli 2020. KPK Menyidik 160 Kasus Korupsi Selama 6 Bulan : Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) telah menyelidiki sebanyak 160 perkara dugaan korupsi selama enam bulan, dari
Januari-Juli 2020. Ribuan saksi diperiksa untuk mendukung penyelidikan tersebut. "Dari 160
tipikor (tindak pidana korupsi), KPK telah melakukan pemeriksaan terhadap para saksi kurang
lebih 3.512 saksi," ujar Ketua KPK Firli Bahuri dalam diskusi virtual, Senin, 27 Juli 2020.[16]

Johan Budi, mantan juru bicara KPK


2019
 29 Juli 2019 KPK menetapkan Sekretaris Jawa Barat Iwa Karniwa sebagai tersangka dalam
kasus izin proyek Meikarta.[17] Iwa diduga menerima suap terkait Pembahasan Substansi
Rancangan Peraturan Daerah tentang Detail Tata Ruang Kabupaten Bekasi Tahun 2017.[18] Iwa
diduga meminta uang sebesar Rp1 miliar pada PT Lippo Cikarang guna memuluskan proses
RDTR tingkat provinsi.[19] Pada hari yang sama, KPK juga menetapkan mantan Presiden
Direktur Lippo Cikarang Bartholomeus Toto sebagai tersangka. Bartholomeus diduga menyuap
Bupati Bekasi Neneng Hassanah sebesar Rp10,5 miliar untuk memuluskan izin proyek
Meikarta.[19][20]
 26 Juli 2019 KPK tangkap Bupati Kudus Muhammad Tamzil beserta 8 orang lain dalam Operasi
Tangkap Tangan. Penangkapan ini terkait dengan jual beli jabatan.[21]
 10 Juli 2019 KPK menangkap Gubernur Kepulauan Riau, Nurdin Basirun dalam Operasi
Tangkap Tangan terkait izin lokasi rencana reklamasi di wilayahnya. Ia ditangkap beserta lima
orang lainnya termasuk dari pihak swasta. Dalam OTT ini, KPK berhasil mengamankan uang
SGD 6.000.[22][23]
 15 Maret 2019 KPK menangkap Ketua Umum Partai Persatuan
Pembangunan (PPP), Muhammad Romahurmuziy atau Rommy di Hotel Bumi Surabaya dalam
kasus suap jual jabatan di Kementerian Agama Jawa Timur, Rommy diduga menerima suap
dari HRS, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur dan MFQ, Kepala Kantor
Kemenag Kabupaten Gresik. Dalam Operasi Tangkap Tangan ini KPK juga mengamankan
uang tunai senilai Rp 156.758.000.[24]
 22 Maret 2019, KPK melakukan OTT pada Direktur Teknologi dan Produksi PT Krakatau
Steel (Persero), Wisnu Kuncoro terkait dengan dugaan suap pengadaan barang dan jasa di
Krakatau Steel.[25] KPK akhirnya menetapkan Wisnu Kuncoro sebagai tersangka bersama
dengan pihak swasta yang juga sebagai penerima, Alexander Muskitta. Sementara dari pihak
pemberi, KPK menetapkan Kenneth Sutardja dan Kurniawan Eddy sebagai tersangka.[26]
2018
 20 November 2018 KPK menetapkan Taufik Kurniawan, Wakil Ketua DPR
RI sebagai tersangka kasus suap pengurusan Dana Alokasi Khusus (DAK) di Kabupaten
Kebumen dan Purbalingga.[1] Taufik diduga menerima uang sejumlah Rp3,65 miliar dari Bupati
Kebumen periode 2016-2021, Muhamad Yahya Fuad dan Rp1,2 miliar dari Bupati Purbalingga,
Tasdi.[27]
2011
 11 Februari KPK menangkap Jaksa Dwi Seno Widjanarko asal Kejaksaan Negeri Tangerang di
kawasan Pondok Aren, Bintaro, Tangerang. Dia diduga memeras Agus Suharto, pegawai BRI
Unit Juanda, Ciputat. Upaya pemerasan terhadap Agus suharto ini diduga terkait dengan
perkara penggelapan sertifikat di BRI cabang Juanda, Ciputat, Tangerang Selatan yang
ditangani Jaksa Seno. Atas perbuatannya, Seno disangkakan melanggar Pasal 12 huruf e
Undang Undang No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Korupsi.[28]
 4 Oktober KPK menahan FL (Bupati Nias Selatan periode 2006 s.d. 2011) dalam dugaan tindak
pidana korupsi memberikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelanggara negara tersebut berbuat atau tidak
berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajiban.[29]
 KPK menetapkan Timas Ginting selaku pejabat pembuat komitmen di Direktorat Jenderal
Pembinaan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (P2MKT)
Kemenakertrans sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS), kasus ini juga menyeret Muhammad Nazaruddin dan istrinya Neneng Sri
Wahyuni sebagai tersangka.[30]
 26 September Penyidik KPK menahan tersangka ME (Bupati Kabupaten Seluma)dalam
pengembangan penyidikan dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah di Pemerintah
Kabupaten Seluma [31]
 28 September KPK menetapkan RSP (mantan Kepala Pusat Penanggulangan Krisis
Departemen Kesehatan selaku Kuasa Pengguna Anggaran merangkap Pejabat Pembuat
Komitmen) sebagai tersangka dalam dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan alat
kesehatan I untuk kebutuhan Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan dari dana
DIPA Revisi APBN Pusat Penanggulangan Krisis Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan
Tahun Anggaran 2007[32]
 8 September KPK menahanan tersangka B (pemimpin Tim Pemeriksa BPK-RI di Manado) dan
MM (anggota tim Pemeriksa BPK-RI di Manado) atas dugaan penerimaan sesuatu atau hadiah
berupa uang dari JSMR Wali Kota Tomohon periode 2005 s.d. 2010 terkait pemeriksaan
Laporan Keuangan Daerah Kota Tomohon Tahun Anggaran (TA) 2007 [33]
 25 Agustus KPK menangkap Kabag Program Evaluasi di Ditjen Pembinaan Pembangunan
Kawasan Transmigrasi (P2KT) Dadong Irba Relawan, Sesditjen P2KT I Nyoman Suisnaya dan
direksi PT Alam Jaya Papua Dharnawati terkait kasus korupsi di Kemenakertrans, kasus ini juga
membuat menakertrans Muhaimin Iskandar dan menkeu Agus Martowardojo diperiksa.[34][35]
 13 Agustus KPK menahan mantan bendahara umum Partai Demokrat Muhammad
Nazaruddin sebagai tersangka kasus suap proyek Wisma Atlet SEA Games setelah ditangkap
di Cartagena, Colombia pada tanggal 6 Agustus 2011 dan tiba di Jakarta, pada 13 Agustus
2011. Dalam upaya untuk menangkap Muhammad Nazaruddin yang buron, KPK melayangkan
permohonan penerbitan Red Notice pada tanggal 5 Juli 2011 kepada Kepolisian RI yang
diteruskan kepada Interpol. Sebelumnya KPK telah melakukan permintaan pencegahan
terhadap Muhammad Nazaruddin kepada Kementerian Hukum dan HAM pada tanggal 24 Mei
2011.[36]
 1 Juni KPK menangkap tangan seorang hakim Pengadilan Hubungan Industrial Imas Dianasari
di daerah Cinunu, Bandung, Jawa Barat karena menerima uang dari seseorang berinisial OJ
yang diduga merupakan karyawan PT OI.[37]
 2 Juni KPK menangkap tangan Hakim Syarifuddin diduga menerima suap Rp250 juta dari
kurator PT Skycamping Indonesia (PT SCI), Puguh Wirawan. Selain uang Rp250 juta, KPK juga
menemukan uang tunai Rp142 juta, US$116.128, Sin$245 ribu, serta belasan ribu mata uang
Kamboja dan Thailanddi rumah dinas Syarifudin [38]
 2 Juni KPK menangkap basah seorang Hakim pengawas di Pengadilan Niaga Jakarta yang
diduga menerima uang suap di daerah Sunter Jakarta Utara. Dia diduga menerima suap dari
kasus kepailitian.[39]
 22 November Penyidik KPK menangkap tangan jaksa Kasub Bagian pembinaan di Kejaksaan
negeri Cibinong bernama Sisyoto bersama pengusaha E, AB dan satu orang sopir. Dalam
penangkapan itu petugas KPK menemukan uang Rp 100 juta yang diduga merupakan suap
untuk Jaksa Sisyoto.[40]
 11 Desember Kepolisian Thailand menangkap Nunun Nurbaetie, tersangka kasus cek pelawat
yang menjadi buronan internasional. Ia ditangkap di sebuah rumah kontrakan yang berada di
Distrik Saphan Sung, Bangkok, Thailand. Selanjutnya Nunun diserahkan ke KPK dan
diterbangkan ke Indonesia.[41]
2010
 Mantan Mendagri Hari Sabarno, Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam
Negeri Oentarto Sindung Mawardi dan Hengky Samuel Daud diselidiki terkait kasus korupsi
pengadaan mobil pemadam kebakaran di 20 provinsi pada 2002-2004.[42]
 30 Maret Sekitar pukul 10.30, KPK menangkap seorang hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara (PT TUN) Jakarta berinisial IB dan pengacara berinisial AS, yang diduga tengah
melakukan transaksi penyuapan di jalan Mardani Raya, Cempaka Putih-Jakarta Pusat.[43]
2009
 3 September KPK menetapkan status tersangka terhadap bekas Sekretaris Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat Sutedjo Yuwono, mantan Direktur Bina Pelayanan Medik Kementerian
Kesehatan Ratna Dewi Umar, dan mantan Kepala Pusat Penanggulangan Krisis di Kementerian
Kesehatan Rustam Syarifuddin Pakaya dalam kasus korupsi alat kesehatan berbiaya Rp 40
miliar pada tahun anggaran 2007.[44] Pada 23 Agustus 2011, Sutedjo Yuwono dinyatakan terbukti
melakukan korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes) penanggulangan flu burung di Kemenko
Kesra pada 2006. Pengadilan Tipikor menjatuhkan hukuman tiga tahun penjara kepada Sutedjo.
[45]

2008
 16 Januari Mantan Kapolri Rusdihardjo ditahan di Rutan Brimob Kelapa Dua. Terlibat kasus
dugaan korupsi pada pungli pada pengurusan dokumen keimigrasian saat menjabat sebagai
Duta Besar RI di Malaysia. Dugan kerugian negara yang diakibatkan Rusdihardjo sebesar
6.150.051 ringgit Malaysia atau sekitar Rp15 miliar. Rusdiharjo telah di vonis pengadilan Tipikor
selama 2 tahun.
 14 Februari Direktur Hukum BI Oey Hoey Tiong di Rutan Polda Metro Jaya dan Rusli
Simanjuntak ditahan di Rutan Brimob Kelapa Dua. Kedua petinggi BI ini ditetapkan tersangka
dalam penggunaan dana YPPI sebesar Rp 100 miliar. Mantan Direktur Hukum BI Oey Hoey
Tiong dan mantan Kepala Biro BI Rusli Simanjuntak yang masing-masing empat tahun penjara.
 10 April Gubernur Bank Indonesia (BI) Burhanuddin Abdullah ditahan di Rutan Mabes Polri.
Burhanuddin diduga telah menggunakan dana YPPI sebesar Rp 100 miliar. Burhanuddin sudah
di vonis pengadilan tipikor lima tahun penjara,
 27 November Aulia Pohan, besan Presiden SBY. Dia bersama tersangka lain, Maman Sumantri
mendekam di ruang tahanan Markas Komando Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Sementara Bun Bunan Hutapea dan Aslim Tadjuddin dititipkan oleh KPK di tahanan Badan
Reserse Kriminal Mabes Polri. Mereka diduga terlibat dalam pengucuran dana Yayasan
Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) sebesar Rp100 miliar.
 2 Maret Jaksa Urip Tri Gunawan ditahan di Rutan Brimob Kelapa Dua dan Arthalita Suryani
ditahan di Rutan Pondok Bambu. Jaksa Urip tertangkap tangan menerima 610.000 dolar AS dari
Arthalita Suryani di rumah obligor BLBI Sjamsul Nursalim di kawasan Permata Hijau, Jakarta
Selatan. Urip di vonis ditingkat pengadilan Tipikor dan diperkuat ditingkat kasasi di Mahkamah
Agung selama 20 tahun penjara. Sedangkan Arthalita di vonis di Tipikor selama 5 tahun
penjara.
 12 Maret Pimpro Pengembangan Pelatihan dan Pengadaan alat pelatihan Depnakertrans
Taswin Zein ditahan di Rutan Polda Metro Jaya. Taswin diduga terlibat dalam kasus
penggelembungan Anggaran Biaya Tambahan (ABT) Depnakertrans tahun 2004 sebesar Rp 15
miliar dan Anggaran Daftar Isian sebesar Rp 35 miliar. Taswin telah di vonis Pengadilan Tipikor
selama 4 tahun penjara.
 20 Maret Mantan Gubernur Riau Saleh Djasit (1998-2004) ditahan sejak 20 Maret 2008 di rutan
Polda Metro Jaya. Saleh yang juga anggota DPR RI (Partai Golkar) ditetapkan sebagai
tersangka sejak November 2007 dalam kasus dugaan korupsi pengadaan 20 unit mobil
pemadam kebakaran senilai Rp 15 miliar. Saleh Djasit telah di vonis Pengadilan Tipikor selama
4 tahun penjara.
 10 November Mantan gubernur Jawa Barat Danny Setiawan dan Dirjen Otonomi Daerah
Departemen Dalam Negeri Oentarto Sindung Mawardi ditetapkan sebagai tersangka dalam
kasus Damkar ditahan di rutan Bareskrim Mabes Polri. KPK juga menahan mantan Kepala Biro
Pengendalian Program Pemprov Jabar Ijudin Budhyana dan mantan kepala perlengkapan
Wahyu Kurnia. Ijudin saat ini masih menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Jabar. Selain itu
KPK telah menahan Ismed Rusdani pada Rabu (12/12/08). Ismed yang menjabat staf biro
keuangan di lingkungan Pemprov Kalimantan Timur ditahan di Rutan Polda Metro Jaya. Damkar
juga menyeret Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kota Depok Yusuf juga ditetapkan
sebagai tersangka pada Senin 22 September 2008
 9 April Anggota DPR RI (PPP) Al Amin Nur Nasution dan Sekda Kabupaten Bintan Azirwan
ditahan di Rutan Polda Metro Jaya, Sekda Bintan Azirwan ditahan di Rutan Polres Jakarta
Selatan. Al Amin tertangkap tangan menerima suap dari Azirwan. Saat tertangkap ditemukan
Rp 71juta dan 33.000 dolar Singapura. Mereka ditangkap bersama tiga orang lainnya di Hotel
Ritz Carlton.
 17 April Anggota DPR RI (Partai Golkar) Hamka Yamdhu dan mantan Anggota DPR RI (Partai
Golkar) Antony Zeidra Abidin. Anthony Z Abidin yang juga menjabat Wakil Gubernur Jambi
ditahan di Polres Jakarta Timur, Hamka Yandhu ditahan di Rutan Polres Jakarta Barat. Hamda
dan Anthony Z Abidin diduga menerima Rp 31,5 miliar dari Bank Indonesia.
2007
2006
Desember

 27 Desember - Menetapkan Bupati Kutai Kartanegara Syaukani H.R. sebagai tersangka dalam
kasus korupsi Bandara Loa Kulu yang diperkirakan merugikan negara sebanyak Rp 15,9
miliar.Tribun Kaltim
 22 Desember - Menahan Bupati Kendal Hendy Boedoro setelah menjalani pemeriksaan Hari
Jumat (22/12). Hendy ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan
korupsi APBD Kabupaten Kendal 2003 hingga 2005 senilai Rp 47 miliar. Selain Hendy, turut
pula ditahan mantan Kepala Dinas Pengelola Keuangan Daerah Warsa Susilo.Tempo
Interaktif Diarsipkan 2007-02-22 di Wayback Machine.
 21 Desember - Menetapkan mantan Gubernur Kalimantan Selatan H.M. Sjachriel
Darham sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi penggunaan uang taktis. Sjachriel
Darham sudah lima kali diperiksa penyidik dan belum ditahan.Tempo Interaktif Diarsipkan 2007-01-23
di Wayback Machine.
Desember 2008, menahan BUPATI Garut 2004-2009 Letkol.(Purn) H. Agus Supriadi SH, yang
tersangkut penyelewangan dana bantuan bencana alam sebesar 10 miliar negara dirugikan,Bupati
Agus dikenakan hukuman 15 tahun penjara dan denda 300 juta.
November

 30 November - Jaksa KPK Tuntut Mulyana W. Kusumah 18 Bulan dalam kasus dugaan korupsi
pengadaan kotak suara Pemilihan Umum 2004.Tempo Interaktif Diarsipkan 2007-01-25 di Wayback
Machine.
 30 November - Menahan bekas Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, Eda Makmur. Eda
diduga terlibat kasus dugaan korupsi pungutan liar atau memungut tarif pengurusan dokumen
keimigrasian di luar ketentuan yang merugikan negara sebesar RM 5,54 juta atau sekitar Rp
3,85 miliar.Tempo Interaktif Diarsipkan 2007-01-25 di Wayback Machine.
 30 November - Menahan Rokhmin Dahuri, Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2001-2004.
Rokhmin diduga terlibat korupsi dana nonbujeter di departemennya. Total dana yang
dikumpulkan adalah Rp 31,7 miliar.Tempo Interaktif Diarsipkan 2007-01-25 di Wayback Machine.
September

 2 September - Memeriksa Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan selama 11 jam di gedung
KPK. Pemeriksaan ini terkait kasus pembelian alat berat senilai Rp 185,63 miliar oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang dianggarkan pada 2003-2004.Tempo
Interaktif Diarsipkan 2007-03-13 di Wayback Machine.
Juni

 19 Juni - Menahan Gubernur Kalimantan Timur, Suwarna A.F. setelah diperiksa KPK dalam
kasus izin pelepasan kawasan hutan seluas 147 ribu hektare untuk perkebunan kelapa sawit
tanpa jaminan, di mana negara dirugikan tak kurang dari Rp 440 miliar.Tempo
Interaktif Diarsipkan 2007-02-27 di Wayback Machine.

2005
 Kasus penyuapan anggota KPU, Mulyana W. Kusumah kepada tim audit BPK (2005)
 Kasus korupsi di KPU, dengan tersangka Nazaruddin Sjamsuddin, Safder Yusacc dan Hamdani
Amin (2005)
 Kasus penyuapan panitera PT Jakarta oleh kuasa hukum Abdullah Puteh, dengan tersangka
Teuku Syaifuddin Popon, Syamsu Rizal Ramadhan, dan M. Soleh. (2005)
 Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo, dengan tersangka Harini
Wijoso, Sinuhadji, Pono Waluyo, Sudi Ahmad, Suhartoyo dan Triyadi
 Dugaan korupsi perugian negara sebesar 32 miliar rupiah dengan tersangka Theo
Toemion (2005)
 Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005)
2004
 Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik Pemda
NAD (2004). Sedang berjalan, dengan tersangka Ir. H. Abdullah Puteh.
 Dugaan korupsi dalam pengadaan Buku dan Bacaan SD, SLTP, yang dibiayai oleh Bank
Dunia (2004)
 Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta (2004)
 Dugaan penyalahgunaan jabatan oleh Kepala Bagian Keuangan Dirjen Perhubungan Laut
dalam pembelian tanah yang merugikan keuangan negara Rp10 miliar lebih. (2004). Sedang
berjalan, dengan tersangka tersangka Drs. Muhammad Harun Let Let dkk.
 Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito dari BI
kepada PT Texmaco Group melalui Bank BNI (2004)
 Dugaan telah terjadinya Tindak Pidana Korupsi atas penjualan aset kredit PT PPSU oleh BPPN.
(2004)

Anda mungkin juga menyukai