Anda di halaman 1dari 3

Nama : Michael Eliap Daud Hutasoit

NIM : 010001900355
Mata Kuliah : Hukum Islam

1. A. Suatu ketika wilayah Hijaz diliputi kekeringan dan paceklik.


Semua orang mengalami masa yang sulit. Permukaan tanah menjadi
gersang, hewan ternak banyak yang mati. Manusia pun menderita
kelaparan. Binatang buas pun tampak berkeliaran di sekitar
pemukiman karena tidak mendapatkan makanan di alam bebas.
Sedangkan Muawiyah mengirim 3.000 unta yang membawa
gandum, dan 3.000 unta lainnya untuk mengangkut pakaian.
Sementara dari Kufah, datang bantuan 2.000 unta yang membawa
gandum. Para pegawai kekhalifahan pun segera membagikan
bahan-bahan itu ke seluruh penduduk Madinah. Setiap harinya,
pemerintah menyembelih 120 binatang untuk menjamin kebutuhan
pangan masyarakat. Pernah pada suatu malam, jamuan makan
malam dihadiri 7.000 orang.

B. Pada tanggal 3 Maret 1924 Khilafah Utsmaniyah atau juga dikenal


dengan Kesultanan Turki Ustmani (Ottoman) runtuh. Kejayaan
islam yang sudah tegak berdiri sejak 13 abad yang lalu dan
menguasai 2/3 wilayah dunia tersebut saat ini hanya bisa menjadi
fakta sejarah yang tak bisa dilupakan oleh umat manapun namun
pada masa kejayaan itu Utsmaniyah diruntuhkan oleh Mustafa
Kemal Pasha.

C. 1.) Penyakit kusta pada zaman nabi dapat disamakan dengan


Covid-19 dikarenakan cara Rasulullah mengatasi wabah kusta sama
dengan cara kita mengatasi wabah Covid 19 dengan cara physical
distancing atau menjaga jarak fisik dengan penderita seperti hadist
riwayat Imam Bukhari “Jika kamu mendengar wabah di suatu
wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi
wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.”
Dimana fungsinya mengurangi tingkat penyebarn penyakit.
2.) metode ijtihad yang tepat menanggapi kasus ini ialah metode
Istihsan. Dikarenakan ada kepentingan sosial yang harus
dilaksanakan dalam hal ini demi mengurangi penyebaran virus
Covid 19.

2. A. Teori receptio a contrario ini dapat kita temukan dalam


hubungan antara hukum agama dan hukum adat. Pakar Hukum
Adat asal Belanda, Van Den Berg mengeluarkan teori ‘receptio in
complexu’. Intinya, hukum agama (Islam) diterima secara
keseluruhan oleh masyarakat sekitar yang memeluk agama
tersebut. Singkatnya, hukum adat mengikuti hukum agama yang
dipeluk oleh masyarakat adat itu

B. Ada yaitu teori itu sama sama membahas atau berkaitan dengan
hukum islam atau hukum adat

C. Muhammad abduh menciptakan beberapa program pembaruan


terhadap hukum islam, membersihkan islam dari pengaruh dan
kebiasaan yang bukan islam, mengadakan pembaruan dalam sistem
Pendidikan islam terutama ditingkat perguran tinggi, merumuskan
dan menyatakan Kembali ajaran islam menurut alam pikiran
modern, mempertahankan dan membela ajaran islam dari pengaruh
barat dan serangan agama lain, membebaskan negeri-negeri yang
penduduknya beragama islam dari belenggu penjajahan.
Muhammad abdu juga mencetuskan ide untuk membebaskan diri
dari kefanatikan terhadap suatu aliran karena dapat
membahayakan persatuan dan kesatuan umat islam.

D. Sejak kedatangan Hukum Islam di Indonesia hinggga sekarang


tergolong hukum yang hidup dalam masyarakat. Bukan saja karena
hukum Islam merupakan entitas agama yang dianut oleh mayoritas
penduduk hingga saat ini, akan tetapi dalam dimensi amaliahnya di
beberapa daerah ia telah menjadi bagian tradisi atau adat
masyarakat yang dianggap sakral.

3. A. Peradilan Agama merupakan salah satu pelaksana kekuasaan


kehakiman di Indonesia di samping tiga peradilan yang lain,
yakni Peradilan Negeri, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha
Negara. Keberadaan Peradilan Agama di Indonesia sudah dimulai
sejak Indonesia belum merdeka, yaitu sejak masa pemerintahan
kolonial Belanda. Dalam perjalanan sejarahnya, Peradilan Agama
menempuh proses yang cukup panjang hingga dimantapkannya
kedudukan Peradilan Agama oleh pemerintah Indonesia, yaitu
dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989
tentang Peradilan Agama (UUPA). Dengan UUPA ini maka
kedudukan Peradilan Agama sama dan setingkat dengan tiga
peradilan lainnya dalam lingkup peradilan nasional. Peradilan
Agama memiliki wewenang untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara-perkara umat Islam dalam bidang
perkawinan, kewarisan, dan perwakafan. Dengan kedudukan dan
wewenang Peradilan Agama seperti di atas, Peradilan Agama
dapat dikatakan sebagai salah satu institusi penegak hukum di
Indonesia khususnya dalam bidang hukum Islam. Namun, harus
diakui bahwa jangkauan Peradilan Agama masih sangat terbatas.
Peradilan Agama baru menangani perkara-perkara umat Islam
dalam ketiga hukum keperdataan, belum menjangkau bidang
hukum yang lain, seperti hukum pidana dan hukum lainnya.

B. KHI yang dilampirkan pada Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun


1991 tentang Kompilasi Hukum Islam(“Inpres 1/1991”) ditetapkan
pada tanggal 10 Juni 1991. Dalam instruksi presiden tersebut
disebutkan bahwa KHI dapat digunakan sebagai pedoman dalam
penyelesaian masalah-masalah di bidang hukum perkawinan,
kewarisan, perwakafan. Selain itu, KHI juga menjadi petunjuk bagi
para hakim Pengadilan Agama di Indonesia dalam memeriksa,
mengadili serta memutuskan perkara. Sehingga peran KHI dalam
peradilan agama dibutuhkan demi kelancaran peradilan agama
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai