CONCEPTUAL PAPER
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Harif Amali Rivai, SE, M.Si.
Disusun Oleh :
Ummu Azizah (2120522080)
1. PENGERTIAN
Metode Penelitian Manajemen Sumber Daya Manusia (HRM) telah memberikan
kontribusi terhadap pemahaman yang berkembang tentang hubungan antara HRM dan
kinerja. Misalnya, Bowen dan Ostroff (2004) mengusulkan model teoretis tingkat lanjut
yang menguraikan bagaimana pemahaman fenomena multi-level dapat membantu
membuka apa yang disebut kotak hitam. Mereka berpendapat bahwa praktik SDM di
tingkat organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan di tingkat individu,
Bersamaan dengan kemajuan teoritis ini terdapat diskusi ekstensif tentang metodologi
penelitian HRM. Misalnya, Gerhart (2008) dan Huselid dan Becker (2000) menyerukan
penelitian yang lebih longitudinal dan eksperimental karena desain cross-sectional sering
kali mengarah pada pengukuran praktik dan kinerja SDM pada saat yang bersamaan
membatasi kemampuan untuk menyimpulkan hubungan sebab akibat. Diskusi
metodologis ini penting dan telah membantu membentuk persepsi di bidang Sumber
Daya Manusia mengenai perlunya pendekatan metodologi tertentu (misalnya, desain
longitudinal versus desain cross-sectional). Namun, tinjauan literatur MSDM baru-baru
ini menunjukkan bahwa metode penelitian lanjutan seperti desain longitudinal, metode
campuran, dan pemodelan multi-level yang sudah mapan di bidang perilaku organisasi
belum menyebar luas ke dalam penelitian MSDM
Perencanaan Sumber Daya Manusia berfokus pada analisis kebutuhan SDM suatu
organisasi seiring dengan perubahan kondisi organisasi, dan kemudian memberikan
strategi untuk membantu merespons perubahan tersebut secara proaktif seiring
berjalannya waktu. HRP membantu memastikan bahwa jumlah orang yang tepat tersedia
pada waktu yang tepat dan di tempat yang tepat untuk mewujudkan rencana organisasi
menjadi kenyataan. Proses ini menjadi strategis ketika beberapa upaya dilakukan untuk
mengantisipasi “persediaan dan permintaan” SDM jangka panjang relatif terhadap
perubahan kondisi yang dihadapi organisasi, dan kemudian menggunakan program
departemen SDM dalam upaya memenuhi kebutuhan SDM yang teridentifikasi. Ada
alasan bagus untuk memperhatikan masalah ini: organisasi yang mengelola SDM secara
strategis cenderung mengungguli pesaing yang tidak mengelola SDM secara strategis.
Strategi Perencanaan SDM adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis
yang berkaitan dengan peramalan kebutuhan tenaga kerja/pegawai di masa yang akan
datang dalam suatu perusahaan dengan menggunakan sumber informasi yang tepat guna
penyediaan tenaga kerja dalam jumlah dan kualitas sesuai yang dibutuhkan.
Jadi, yang dimaksud dengan HRP itu adalah sebuah proses perencanaan sistematis yang
berkesinambungan untuk mencapai penggunaan optimal asset organisasi yang paling
berharga yakni karyawan. HRP memastikan kesesuaian terbaik antara karyawan dan
pekerjaan sekaligus menghindari kekurangan atau kelebihan tenaga kerja.
Peran tidak mempunyai arti yang sama dengan “jabatan”; sebaliknya, hal ini berkonotasi
dengan serangkaian perilaku terorganisir yang termasuk dalam jabatan atau posisi yang dapat
diidentifikasi. Kepribadian individu dapat mempengaruhi Bagaimana suatu peran dilakukan,
tetapi itu tidak dilakukan. Dengan demikian, para aktor, manajer dan pihak-pihak lainnya
memainkan peran-peran yang telah ditentukan sebelumnya, meskipun individu menafsirkannya
dengan cara yang berbeda-beda. Sifat pekerjaan seseorang menciptakan ekspektasi tertentu
metode kerja(bagaimana pekerjaan itu dilakukan) danhasil kerja (hasil apa yang diharapkan).
Namun, individu mempengaruhi seberapa baik metode kerja diterapkan, dan berapa banyak
pekerjaan serta kualitas pekerjaan yang menghasilkan hasil yang diinginkan.
Peran HRP
Meskipun meningkatnya minat terhadap HRP sebagai sarana untuk membantu insinyur
mencapai rencana organisasi jangka panjang, relatif sedikit yang ditulis secara spesifik tentang
bagaimana peran perencana SDM berbeda dari peran praktisi HRM. Salah satu alasannya adalah
tidak semua orang sepakat mengenai apa yang harus dilakukan oleh praktisi MSDM
umumnya,apalagi peran apa yang harus dimainkan secara khususoleh perencana SDM
Namun jika salah satu peran di bidang SDM memerlukan perhatian ekstra untuk
memperjelasnya, maka hal tersebut pastilah peran perencana SDM. Alasannya adalah bahwa
perencana SDM melakukan lebih dari sekedar bertindak sebagai spesialis teknis (yang memang
bisa dilakukan); mereka juga bertindak sebagai pengambil keputusan tingkat tertinggi di
departemennya masing-masing. Rencana SDM mengintegrasikan aktivitas dan inisiatif
departemen personalia dan organisasi, sekaligus mengintegrasikan area praktik SDM yang
terpisah seperti perencanaan/manajemen karier, rekrutmen, pelatihan, dan kompensasi/tunjangan.
Perencana SDM adalah pin penghubung antar spesialisasi SDM dan antar tingkat hierarki dalam
organisasi. Dia membantu mencocokkan orang, pekerjaan, dan aktivitas SDM dari waktu ke
waktu.
Kami mengusulkan model baru untuk memikirkan peran yang dilakukan oleh perencana SDM
dan mungkin oleh semua praktisi SDM yang terlibat pada satu waktu atau yang lain dengan
aktivitas yang terkait dengan HRP. Peran-peran ini adalah:
- Koordinator SDM organisasi - Peramal SDM
- Analis Jabatan - Perencanaan SDM
- Analis tenaga kerja - Integrator SDM
- Auditor SDM - Manajer perencanaan SDM
- Pemindai lingkungan - Penilai HRP
PEMBAHASAN KASUS 1 (Chapter 1)
John P. McQuillan (21 tahun), adalah mahasiswa jurusan administrasi bisnis di sebuah
universitas negeri besar di kota berukuran sedang (populasi 100.110 jiwa) sekitar 200 mil dari
wilayah metropolitan terdekat. Dia tertarik pada karir di bidang manajemen personalia dan
spesialisasi di bidang HRP. John telah memutuskan untuk berbicara dengan seorang Perencana
SDM sebagai bagian dari penelitiannya untuk makalah dalam seminar pascasarjana di bidang
Perencanaan Sumber Daya Manusia. Masalah pertama akhirnya ditemukan. John telah
menelepon departemen personalia di perusahaan-perusahaan besar setempat, namun sejauh ini
belum berhasil menemukan spesialis perencanaan SDM. Faktanya, dia tidak dapat menemukan
satu organisasi pun di mana HRP dijadikan komponen struktural tersendiri dalam suatu
organisasi. John kebingungan. Tugas yang diberikan untuk seminar pascasarjana menyiratkan
bahwa HRP adalah hal yang umum, dan bahwa teknik-teknik canggih dalam organisasi cukup
rumit. Namun John tidak menemukan bukti adanya operasi di dunia nyata seperti yang dijelaskan
dalam buku teks dan artikel akademis.
Pertanyaan:
1. Apa penyebab permasalahan John?
Jawab : Masalah John adalah dia tidak bisa menemukan spesialis Perencana SDM yang
ingin dia ajak untuk membahasa penelitiannya, dan dia juga tidak dapat menemukan
organisasi yang memiliki Departement Perencana Sumber Daya Manusia.
2. Bagaimana John bisa menemukan HRP berdasarkan peran yang dilakukan oleh para
praktisi? Di mana dia harus mencarinya di organisasi yang tidak memiliki departemen
perencanaan SDM formal? Mengapa menurut Anda demikian
Jawab : John harus mencari seorang HRP yang memiliki pengetahuan tentang peran setiap
orang dalam sebuah organisasi. HRP yang tidak hanya bertindak sebagai spesialis hal-hal
teknis tetapi juga sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam suatu organisasi. Peran yang
di tetapkan oleh HRP ataupun Praktisi SDM yang saling berkaitan seperti Analis Kinerja,
Auditor, Asesor, Evaluator dan lainnya.
John harus menemukan seorang HRP yang bukan sekedar jabatan tetapi orang yang benar-
berna berperan dan menjalankan tugas sebagai seorang perencana strategis dalam
manajemen sumber daya manusia. Ada beberapa perusahaan atau organisasi yang sudah
memiliki spesialisasi dalam tugas-tugas manajemen sumber daya manusia seperti analis
pelatihan, analis kesejahteraan ataupun analis SDM.
Ketika kita tidak menemukan jabatan atau depaertemen perencana maka bisa saja jabatan
tersebut sudah dispesialisi pada jabatan-jabatan yang lebih fungsional (khusus).
Secara nama jabatan mungkin tidak ditemukan teatpi peran tersebut sudah dilaksanakan oleh
perusahaan dengan nama yang lebih spesifik.
PEMBAHASAN KASUS 2
STRATEGI 6P, TAKTIK JITU MENUJU PERUBAHAN BESAR ASN
Akselerasi arsitektur human capital bagi aparatur sipil negara (ASN) terus dilakukan. Tata
kelola pemerintahan yang baik harus terwujud, salah satunya dengan strategi 6P. Human
capital juga memerlukan perubahan pola pikir yang siginifikan dari setiap individu ASN.
Strategi 6P terdiri atas Penguatan budaya kerja dan employer branding, Percepatan dan
peningkatan kapasitas SDM aparatur, Peningkatan kinerja dan sistem penghargaan,
Pengembangan talenta dan karier, Penguatan platform teknologi dan analitik, serta
Penataan jabatan perencanaan dan pengadaan. Arsitektur human capital ini didesain untuk
mempercepat perubahan di tubuh instansi pemerintah. Percepatan ini memerlukan
perubahan pola pikir dan kepemimpinan, proses dan sistem, serta output, layanan, dan
budaya kerja.
Agenda transformasi ini membutuhkan dukungan semua pihak untuk menuju birokrasi
berkelas dunia pada tahun 2024 mendatang. Transformasi yang dibutuhkan mulai dari
struktural, kultural, hingga digital. Adaptasi juga diperlukan untuk setiap kebijakan dan
kompetensi ASN di segala level. Selain dua hal itu, ASN juga perlu mengadopsi sistem dan
teknologi yang selalu berkembang.