Jurnal+Hukum+Online+vol 1+no 4++90
Jurnal+Hukum+Online+vol 1+no 4++90
ABSTRACT
Juridical review of local examination of immovable object of dispute as evidence in
civil cases in the jurisdiction of the Oelamasi District Court. (By: Mardi Ovianti Benu,
Student of the Faculty of Law, Nusa Cendana University with Ishak Alfred Tungga, SH.,
M.H. as supervisor I and Dr. Reny Rebeka Masu, S.H., M.H. as supervisor II)
local inspection or descente is an examination of a case by a judge because of his position outside the
building or place the position of the court, so that the judge by looking at it for himself obtains a description or
information that gives certainty about the events in dispute.
This Local Examination itself is regulated in the provisions of Article 153 HIR/Article 180 RBg and
regulated in the Circular Letter of the Supreme Court (SEMA) Number 7 of 2001 on Local Examination. The Local
Examination serves to match the arguments of the Plaintiff’s claim regarding the object of the case such as land,
namely its boundaries, how much area, where it is located by mentioning in detail for example the name of the road,
village, sub-district, district, then bordering on what/whose property. This is intended to make it easier for the
Judge/Assembly of Judges to make their decision whether the lawsuit can be granted or rejected, or whether the
lawsuit is blurred so that it cannot be accepted.
The research method used in this research is empirical legal research. The sources and types of data in this
research are primary data obtained from the results of field studies by interviewing. Secondary data obtained from
literature studies. The data obtained is then processed by checking and correcting the data. After the data is processed
then analyzed qualitatively.
On the basis of research and discussion it may be concluded that the judge's attempt ata local examination
was due to the difficulty of the parties in the case of the parties carrying out an object of dispute or a subsequent trial
to show to the judge, so that the local hearing done by the judge was made into an evidence for letter in ruling. Reasons
for them: first, a mismatch between the object of dispute and another tool of evidence. Second, objectifying dispute
with the plaintiff's claim and the defendant's answer.
Keywords: local examination, trial, panel of judges, dispute
Page 77 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
Pemeriksaan Setempat ini sendiri diatur dalam Ketentuan Pasal 153 HIR/Pasal 180 RBg serta diatur dalam
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan Setempat. Pemeriksaan
Setempat berfungsi untuk mencocokan dalil gugatan Penggugat mengenai objek perkara seperti tanah yaitu batas-
batasnya, luasnya berapa, letaknya dimana dengan menyebutkan secara detail misalnya nama jalan, desa, kecamatan,
kabupaten, kemudian berbatasan dengan apa/harta milik siapa. Hal ini ditujukan untuk mempermudah Hakim/Majelis
Hakim dalam menjatuhkan putusannya apakah gugatan dapat dikabulkan atau ditolak, atau apakah gugatan kabur
sehingga tidak dapat diterima.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Adapun sumber
dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil studi lapangan dengan wawancara.
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara memeriksa dan
mengoreksi data. Setelah data diolah kemudian dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Upaya hakim melakukan
pemeriksaan setempat oleh karena sehubungan dengan sulitnya para pihak berperkara membawa objek sengketa atau
barang sengketa kemuka persidangan untuk diperlihatkan kepada hakim sehingga pemeriksaan setempat yang
dilakukan oleh hakim dijadikan sebagai alat bukti surat dalam menjatuhkan putusan. Alasan-alasannya yaitu:
pertama, Ketidaksesuaian antara objek sengketa dengan alat bukti lain. Kedua, Ketidaksesuaian objek sengketa
dengan dalil gugatan penggugat dan jawaban tergugat.
Kata kunci:Pemeriksaan Setempat, sidang, majelis hakim, sengketa.
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai Negara hukum, maka seyogyanya hukum harus berperan dalam segala
bidang kehidupan, baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maupun dalam kehidupan
warga negaranya karena Hukum merupakan instrumen dasar yang sangat penting dalam
pembentukan suatu negara yang berpengaruh dalam segala segi kehidupan masyarakat. Dewasa
ini juga banyak sekali sengketa yang terjadi baik antara seseorang dengan orang lain maupun
seseorang dengan anggota keluarganya sendiri. Sedangkan untuk mengetahui seluk-beluk suatu
perkara tersebut kadangkala tidak selalu mudah, apalagi ada masa dimana keterangan yang
disampaikan pihak-pihak yang berperkara dipersidangan sangat bertentangan satu sama lain.
Selain itu terhadap suatu keadaan kadangkala tidak bisa dijelaskan secara lisan maupun tulisan,
bahkan dengan gambar atau sketsa sekalipun, sedangkan untuk membawa objek yang ingin
dijelaskan tersebut kedepan sidang pengadilan tidak mungkin, misalnya barang-barang tidak
begerak seperti tanah,rumah,gedung dan sebagainya. Dalam keadaan yang demikian maka untuk
mengetahui keadaan-keadaan atau fakta-fakta dari perkara tersebut perlu dilakukan pemeriksaan
setempat. Yang dimaksud dengan pemeriksaan setempat atau descente ialah pemeriksaan
mengenai perkara oleh hakim karena jabatannya yang dilakukan diluar gedung atau tempat
kedudukan pengadilan, agar hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran atau keterangan
yang memberi kepastian tentang peristiwa-peristiwa yang menjadi sengketa.1
1 Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Hukum Acara Indonesia (edisi 6; Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,2002), hlm. 187.
Page 78 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
Pemeriksaan Setempat ini sendiri diatur dalam Ketentuan Pasal 153 HIR/Pasal 180 RBg
serta diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 7 Tahun 2001 tentang
Pemeriksaan Setempat. Pemeriksaan Setempat berfungsi untuk mencocokan dalil gugatan
Penggugat mengenai objek perkara seperti tanah yaitu batas-batasnya, luasnya berapa, letaknya
dimana dengan menyebutkan secara detail misalnya nama jalan, desa, kecamatan, kabupaten,
kemudian berbatasan dengan apa/harta milik siapa. Hal ini ditujukan untuk mempermudah
Hakim/Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusannya apakah gugatan dapat dikabulkan atau
ditolak, atau apakah gugatan kabur sehingga tidak dapat diterima.
Salah satu aspek yang sangat penting dalam upaya penyelesaian suatu perkara perdata di
Pengadilan secara juridis dapat ditegaskan dalam penjelasan Umum Undang- Undang No
14/1970 jo. No.35 Tahun 1999 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasan Kehakiman dan
Hak Asasi Manusia terdapat dalam pasal 14 ayat (1) antara lain ditegaskan sebagai berikut:
Hakim sebagai organ pengadilan dianggap memahami hukum pencari keadilan datang padanya
untuk mohon keadilan. Andaikata ia tidak menemukan hukum tertulis ia wajib menggali hukum
tidak tertulis untuk memutuskan berdasarkan hukum sebagai seorang yang bijaksana dan
bertanggung jawab penuh terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan
negara.
Tentang pemeriksaan setempat dapat ditegaskan dalam Pasal 150 ayat (1) HIR yang
Ketua boleh, kalau ditimbang perlu atau berguna menggangkat satu atau dua orang komisaris dari
pada majelis itu supaya dengan bantuan panitera pengadilan melihat keadaan tempat atau
menjalankan pemeriksaan ditempat itu sedemikian supaya dapat menjadi keterangan kepada
Hakim. Pelaksanaan pemeriksaan setempat terhadap objek Sengketa tidak bergerak yang
dikemukakan diatas dalam pelaksanaannya di Pengadilan Negeri dapat berpedoman pada Surat
Edaran Mahkamah Agung RI No. 5 Tahun 1994 jo. No. 7 Tahun 2001.
Page 79 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
Dalam suatu Badan Peradilan, Hakim memiliki peran yang penting karena Hakimlah yang
berhak memutus suatu perkara. Hal yang terpenting dan terakhir dalam proses persidangan di
Pengadilan adalah penjatuhan putusan oleh hakim. Dalam menjatuhkan suatu putusan, hakim
tersebut, disamping berdasarkan pasal-pasal yang diterapkan terhadap terdakwa, sebenarnya juga
didasarkan atas keyakinan dan kebijaksanaan hakim itu sendiri karena hakim memiliki
dahulu hakim harus mengetahui dengan jelas duduk perkaranya, sehingga diperlukan adanya
pengetahuan yang cukup mengenai pokok perkara atau pengetahuan yang sebenarnya.
Pertimbangan hakim terhadap Pemeriksaan Setempat dalam menjatuhkan Putusan dalam Perkara
Perdata diduga dipengaruhi oleh ketidaksesuaian objek sengketa dengan alat bukti lain dan
ketidaksesuain antara objek sengketa dengan dalil gugatan dan jawaban tergugat. Untuk itu,
hakim tidak dapat menerima apa-apa yang telah dikemukakan oleh para pihak saja, tetapi
diperlukan adanya bukti-bukti yang cukup untuk hal tersebut. Hal ini sesuai dengan asas yang
dianut bahwa “Siapa yang mendalilkan maka wajib untuk membuktikannya, begitu pula dengan
yang membantah hak orang lain wajib untuk membuktikannya. Begitu pula dengan yang
membantah hak orang lain wajib untuk membuktikannya”.2 Masalah-masalah dalam hukum ada
dalam hukum pidana perdata dan lain-lain dan penyelesaiannya pun berbeda-beda. Penyelesaian
perkara perdata di pengadilan tentunya memerlukan alat bukti yang diperlukan. Adapun Alat-alat
bukti yang diperlukan dalam pembuktian perkara perdata, yaitu bukti tulisan atau bukti dengan
surat; bukti dengan saksi; persangkaan; pengakuan dan sumpah serta alat bukti ahli atau
keterangan. Oleh karena untuk menghendaki agar penilaian Hakim sedapat mungkin mendekati
keadilan, dan alat bukti lainnya sehingga Hakim dalam mengambil kesimpulan
Page 80 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
terhadap alat bukti pemeriksaan setempat mempunyai kekuatan bukti bebas terserah
Fungsi alat bukti sangatlah penting untuk menentukan kebenaran dan keadilan bagi pihak- pihak
yang berperkara. Hal-hal yang perlu dibuktikan dalam perkara perdata berkaitan dengan hak,
bawah ini, yaitu Pasal 1865 KUH Perdata yang berbunyi: Setiap orang yang mendalilkan bahwa
ia mempunyai sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak
orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa
tersebut. Pasal 163 HIR berbunyi: Barangsiapa yang mengatakan mempunyai barang sesuatu hak
atau menyebutkan sesuatu kejadian untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah hak
orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu. 3Bunyi
dari kedua pasal tersebut di atas dapat diketahui bahwa yang harus dibuktikan di muka sidang
pengadilan itu tidak hanya peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian saja, tetapi juga suatu hak.
Pendapat ini didasarkan pada bunyi kalimat terakhir dari Pasal 1865 KUH Perdata, yaitu;
“diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut” dan dalam Pasal 163 HIR, yaitu
orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu” Jadi dengan tegas
dinyatakan oleh undang-undang apa yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan negeri4.
Masalah beban pembuktian adalah masalah yang dapat menentukan jalannya pemeriksaan perkara
dan menentukan hasil perkara yang pembuktiannya itu harus dilakukan oleh para pihak (bukan
hakim) dengan jalan mengajukan alat-alat bukti dan hakimlah (berdasarkan pertimbangan dengan
melihat situasi dan kondisi dari perkara/dilihat kasus demi kasus) yang akan menentukan pihak
3 Teguh Samudera, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata. Cetakan I. Alumni. Bandung. 1992, hlm. 16.
4
Ibid, hlm. 17.
Page 81 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
dijadikan salah satu dasar untuk mengambil putusan akhir. 5 Suatu alat bukti yang akan diajukan
ke pengadilan merupakan alat bukti yang harus relevan dengan yang akan dibuktikan. Alat bukti
yang tidak relevan akan membawa risiko dalam proses pencarian keadilan, diantaranya, akan
terhadap masalah yang diajukan tidak proporsional karena membesar-besarkan masalah yang kecil
atau mengecilkan masalah yang sebenarnya besar, di mana hal ini akan menyebabkan proses
peradilan menjadi tidak sesuai lagi dengan asas peradilan yang dilakukan sengan cepat, sederhana
Berdasarkan isu hukum yang ada pada latar belakang yang telah diapaparkan diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TENTANG
Page 82 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
2. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan hukum Empiris (yuridis
empiris). Pengertian pendekatan yuridis empiris yaitu dilakukan dengan melihat kenyataan
yang ada dalam praktek di lapangan. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan
a. Wawancara
peneliti dapat mengetahui apa saja pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan
dalam perkara perdata dan proses pemeriksaan setempat di wilayah hukum Pengadilan
Negeri Oelamasi.
b. Responden
secara langsung dan terbuka dengan mengadakan tanya jawab untuk mendapatkan
keterangan atau jawaban yang bebas yang diperoleh sesuai dengan harapan.
Page 83 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
c. Study Dokumen/Literature
dilakukan dengan jalan meneliti dokumen-dokumen yang ada baik berupa buku,karya
ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan
4. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Yang merupakan data atau bahan h ukum yang erat hubungannya dengan data atau
bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami data- data atau
1. Buku-buku literatur
4. Makalah-makalah/laporan penelitian
Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan akan ditabulasi dan dibentuk dalam
bentuk klasifikasi lalu data yang diperoleh baik studi kepustakaan maupun dari penelitian
lapangan akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu
7
Bambang Sunggono, “Metodologi Penelitian Hukum” (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003). Hlm. 13.
Page 84 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
yang diperoleh dari teor-teori, asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari
studi pustaka dan dihubungkan oleh data yang diperoleh dari lapangan sehingga diperoleh
memahami data-data lapangan dan perpustakaan dengan tujuan, rancangan dan sifat
tergugat.
8
Sukandarumidi, “Metode Penelitian , Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,” vol. 4 (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2012), hlm. 104.
Page 85 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
Oelamasi disebabkan karena adanya perbedaan dalil gugatan penggugat dengan dal
sangkalan tergugat dihubungkan dengan bukti-bukti surat maupun saksi- saksi. Salah
satu alasan agar hakim melakukan pemeriksaan setempat terhadap objek sengketa
yang tidak bergerak adalah oleh karena antara bukti-bukti surat dan bukti-bukti saksi
yang diajukan oleh kedua belah pihak tidak saling mendukung akan tetapi saling
Oelamasi
guna memperjelas suatu fakta atau objek yang sedang disengketakan, yang mana
untuk dilihat secara langsung keadaan objek atau tanah tersebut mulai dari letaknya,
kemanfaatan dari alat bukti tersebut bagi Hakim sendiri yaitu dalam memberikan
Pemeriksaan setempat secara khusus tidak dimuat dalam Pasal 164 HIR sebagai
alat bukti, tetapi oleh karena tujuan dari pemeriksaan setempat ialah agar Hakim
9
Wiryono Prodjodikaro. 1980. Hukum Acara Perdata, Bandung: Sumur, hlm.13.
Page 86 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
setempat ini nyatanya oleh Hakim sudah dipakai sebagai alat bukti. Hal ini dapat
setempat adalah merupakan kewenangan sepenuhnya dari judex facti.4 Judex facti
disini diartikan sebagai Majelis Hakim di tingkat pertama yang wajib memeriksa
bukti-bukti dari suatu kejadian perkara dan menerapkan aturan serta ketentuan
akan tetapi SEMA tersebut pun tidak diatur secara khusus mengenai tata cara
sebelumnya akan tetapi tetap berpedoman kepada ketentuan Pasal 153 HIR, Pasal
180 Rbg dan Pasal 211 Rv, yang mengatur dalam pelaksanaan setempat harus
dihadari oleh para pihak dan datang ke tempat barang terletak, yang untuk
Pendapat yang berisi penilaian atas hasil pemeriksaan yang dilakukan tersebut.
dilakukan oleh Hakim/Majelis Hakim adalah menentukan jadwal atau kapan akan
Page 87 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
tersebut pada waktu yang telah ditentukan. Selanjutnya Juru Sita/Juru Sita
objek sengketa berada agar dapat hadir pada saat Pengadilan mengadakan
Setelah semua pihak hadir selanjutnya Hakim Ketua Majelis secara resmi
Hakim/Hakim Ketua menjelaskan kepada seluruh pihak yang hadir tentang maksud
dan tujuan kedatangan mereka ke objek perkara tersebut adalah untuk memastikan
atau memperjelas keadaan objek sengketa apakah sesuai dengan gugatan Penggugat
baik apa yang menjadi objek, letak objek, luas objek, batas-batas dan keadaan-
Sita/Juru Sita Pengganti bersama-sama dengan para pihak yang hadir menuju lokasi
objek yang akan diperiksa dan melakukan pemeriksaan. Pertama sekali yang
dimintai keterangan adalah dari Pihak Penggugat sesuai dengan isi gugatannya,
selanjutnya mengenai letak atau wilayah objek sengketa dan batas-batas dimintakan
keterangannya dari Kepala Desa (Geuchik), setelah itu dimintakan pula keterangan
pendapatnya tentang objek sengketa tersebut. Setelah seluruh pihak terkait selesai
Page 88 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
sidang dinyatakan ditutup dan menetapkan hari sidang selanjutnya dengan agenda
sesuai dengan keadaan masing- masing perkara serta memberitahukan kedua belah
pihak yang berperkara agar hadir di persidangan yang telah ditetapkan tersebut
3. PENUTU
P Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari penulis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Upaya hakim melakukan pemeriksaan setempat oleh karena sehubungan dengan sulitnya para
pihak berperkara membawa objek sengketa atau barang sengketa kemuka persidangan untuk
diperlihatkan kepada hakim sehingga pemeriksaan setempat yang dilakukan oleh hakim dijadikan
2. Ketidaksesuaian objek sengketa dengan dalil gugatan penggugat dan jawaban tergugat.
Saran
melalui penulisan ini penulis memandang perlu untuk memberikan saran-saran sebagai berikut :
membuktikan dengan bukti surat maupun saksi-saksi, setelah itu barulah gugatan diajukan ke
Pengadilan.
2. Gugatan penggugat yang diajukan ke Pengadilan Negeri Oelamasi haruslah jelas dan terarah.
Page 89 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com
4. DAFTAR PUSTAKA
chania, a. (2017). pemeriksaan setempat (descente) sebagai faktor pendukung pembuktian dalam perkara
perdata. jurnal ilmiah mahasiswa, 38.
Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 jo Nomor 7 Tahun 2001
Jurnal.komisiyudisial.go.id
Page 90 of 90