Anda di halaman 1dari 14

JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)

Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90


e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMERIKSAAN SETEMPAT TERHADAP OBJEK


SENGKETA TIDAK BERGERAK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA
DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI OELAMASI

MARDI OVIANTI BENU, Ishak Alfred Tungga, Reny Rebeka Masu


Program Studi Ilmu Hukum
Universitas Nusa Cendana
Kupang, Indonesia
E-mail: mardioviantibenu0110@gmail.com

ABSTRACT
Juridical review of local examination of immovable object of dispute as evidence in
civil cases in the jurisdiction of the Oelamasi District Court. (By: Mardi Ovianti Benu,
Student of the Faculty of Law, Nusa Cendana University with Ishak Alfred Tungga, SH.,
M.H. as supervisor I and Dr. Reny Rebeka Masu, S.H., M.H. as supervisor II)
local inspection or descente is an examination of a case by a judge because of his position outside the
building or place the position of the court, so that the judge by looking at it for himself obtains a description or
information that gives certainty about the events in dispute.
This Local Examination itself is regulated in the provisions of Article 153 HIR/Article 180 RBg and
regulated in the Circular Letter of the Supreme Court (SEMA) Number 7 of 2001 on Local Examination. The Local
Examination serves to match the arguments of the Plaintiff’s claim regarding the object of the case such as land,
namely its boundaries, how much area, where it is located by mentioning in detail for example the name of the road,
village, sub-district, district, then bordering on what/whose property. This is intended to make it easier for the
Judge/Assembly of Judges to make their decision whether the lawsuit can be granted or rejected, or whether the
lawsuit is blurred so that it cannot be accepted.
The research method used in this research is empirical legal research. The sources and types of data in this
research are primary data obtained from the results of field studies by interviewing. Secondary data obtained from
literature studies. The data obtained is then processed by checking and correcting the data. After the data is processed
then analyzed qualitatively.
On the basis of research and discussion it may be concluded that the judge's attempt ata local examination
was due to the difficulty of the parties in the case of the parties carrying out an object of dispute or a subsequent trial
to show to the judge, so that the local hearing done by the judge was made into an evidence for letter in ruling. Reasons
for them: first, a mismatch between the object of dispute and another tool of evidence. Second, objectifying dispute
with the plaintiff's claim and the defendant's answer.
Keywords: local examination, trial, panel of judges, dispute

Page 77 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

Pemeriksaan Setempat ini sendiri diatur dalam Ketentuan Pasal 153 HIR/Pasal 180 RBg serta diatur dalam
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan Setempat. Pemeriksaan
Setempat berfungsi untuk mencocokan dalil gugatan Penggugat mengenai objek perkara seperti tanah yaitu batas-
batasnya, luasnya berapa, letaknya dimana dengan menyebutkan secara detail misalnya nama jalan, desa, kecamatan,
kabupaten, kemudian berbatasan dengan apa/harta milik siapa. Hal ini ditujukan untuk mempermudah Hakim/Majelis
Hakim dalam menjatuhkan putusannya apakah gugatan dapat dikabulkan atau ditolak, atau apakah gugatan kabur
sehingga tidak dapat diterima.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris. Adapun sumber
dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari hasil studi lapangan dengan wawancara.
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan cara memeriksa dan
mengoreksi data. Setelah data diolah kemudian dianalisis secara kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa Upaya hakim melakukan
pemeriksaan setempat oleh karena sehubungan dengan sulitnya para pihak berperkara membawa objek sengketa atau
barang sengketa kemuka persidangan untuk diperlihatkan kepada hakim sehingga pemeriksaan setempat yang
dilakukan oleh hakim dijadikan sebagai alat bukti surat dalam menjatuhkan putusan. Alasan-alasannya yaitu:
pertama, Ketidaksesuaian antara objek sengketa dengan alat bukti lain. Kedua, Ketidaksesuaian objek sengketa
dengan dalil gugatan penggugat dan jawaban tergugat.
Kata kunci:Pemeriksaan Setempat, sidang, majelis hakim, sengketa.

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai Negara hukum, maka seyogyanya hukum harus berperan dalam segala
bidang kehidupan, baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maupun dalam kehidupan
warga negaranya karena Hukum merupakan instrumen dasar yang sangat penting dalam
pembentukan suatu negara yang berpengaruh dalam segala segi kehidupan masyarakat. Dewasa
ini juga banyak sekali sengketa yang terjadi baik antara seseorang dengan orang lain maupun
seseorang dengan anggota keluarganya sendiri. Sedangkan untuk mengetahui seluk-beluk suatu
perkara tersebut kadangkala tidak selalu mudah, apalagi ada masa dimana keterangan yang
disampaikan pihak-pihak yang berperkara dipersidangan sangat bertentangan satu sama lain.
Selain itu terhadap suatu keadaan kadangkala tidak bisa dijelaskan secara lisan maupun tulisan,
bahkan dengan gambar atau sketsa sekalipun, sedangkan untuk membawa objek yang ingin
dijelaskan tersebut kedepan sidang pengadilan tidak mungkin, misalnya barang-barang tidak
begerak seperti tanah,rumah,gedung dan sebagainya. Dalam keadaan yang demikian maka untuk
mengetahui keadaan-keadaan atau fakta-fakta dari perkara tersebut perlu dilakukan pemeriksaan
setempat. Yang dimaksud dengan pemeriksaan setempat atau descente ialah pemeriksaan
mengenai perkara oleh hakim karena jabatannya yang dilakukan diluar gedung atau tempat
kedudukan pengadilan, agar hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran atau keterangan
yang memberi kepastian tentang peristiwa-peristiwa yang menjadi sengketa.1

1 Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Hukum Acara Indonesia (edisi 6; Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,2002), hlm. 187.

Page 78 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

Pemeriksaan Setempat ini sendiri diatur dalam Ketentuan Pasal 153 HIR/Pasal 180 RBg
serta diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 7 Tahun 2001 tentang
Pemeriksaan Setempat. Pemeriksaan Setempat berfungsi untuk mencocokan dalil gugatan
Penggugat mengenai objek perkara seperti tanah yaitu batas-batasnya, luasnya berapa, letaknya
dimana dengan menyebutkan secara detail misalnya nama jalan, desa, kecamatan, kabupaten,
kemudian berbatasan dengan apa/harta milik siapa. Hal ini ditujukan untuk mempermudah
Hakim/Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusannya apakah gugatan dapat dikabulkan atau
ditolak, atau apakah gugatan kabur sehingga tidak dapat diterima.
Salah satu aspek yang sangat penting dalam upaya penyelesaian suatu perkara perdata di

Pengadilan secara juridis dapat ditegaskan dalam penjelasan Umum Undang- Undang No

14/1970 jo. No.35 Tahun 1999 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasan Kehakiman dan

Hak Asasi Manusia terdapat dalam pasal 14 ayat (1) antara lain ditegaskan sebagai berikut:

Hakim sebagai organ pengadilan dianggap memahami hukum pencari keadilan datang padanya

untuk mohon keadilan. Andaikata ia tidak menemukan hukum tertulis ia wajib menggali hukum

tidak tertulis untuk memutuskan berdasarkan hukum sebagai seorang yang bijaksana dan

bertanggung jawab penuh terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, masyarakat, bangsa dan

negara.

Tentang pemeriksaan setempat dapat ditegaskan dalam Pasal 150 ayat (1) HIR yang

berbunyi sebagai berikut:

Ketua boleh, kalau ditimbang perlu atau berguna menggangkat satu atau dua orang komisaris dari

pada majelis itu supaya dengan bantuan panitera pengadilan melihat keadaan tempat atau

menjalankan pemeriksaan ditempat itu sedemikian supaya dapat menjadi keterangan kepada

Hakim. Pelaksanaan pemeriksaan setempat terhadap objek Sengketa tidak bergerak yang

dikemukakan diatas dalam pelaksanaannya di Pengadilan Negeri dapat berpedoman pada Surat

Edaran Mahkamah Agung RI No. 5 Tahun 1994 jo. No. 7 Tahun 2001.

Page 79 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

Dalam suatu Badan Peradilan, Hakim memiliki peran yang penting karena Hakimlah yang

berhak memutus suatu perkara. Hal yang terpenting dan terakhir dalam proses persidangan di

Pengadilan adalah penjatuhan putusan oleh hakim. Dalam menjatuhkan suatu putusan, hakim

harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Adapun pertimbangan- pertimbangan hakim

tersebut, disamping berdasarkan pasal-pasal yang diterapkan terhadap terdakwa, sebenarnya juga

didasarkan atas keyakinan dan kebijaksanaan hakim itu sendiri karena hakim memiliki

kebebasan. Sebelum hakim menentukan dan mempertimbangkan tentang hukumnya, terlebih

dahulu hakim harus mengetahui dengan jelas duduk perkaranya, sehingga diperlukan adanya

pengetahuan yang cukup mengenai pokok perkara atau pengetahuan yang sebenarnya.

Pertimbangan hakim terhadap Pemeriksaan Setempat dalam menjatuhkan Putusan dalam Perkara

Perdata diduga dipengaruhi oleh ketidaksesuaian objek sengketa dengan alat bukti lain dan

ketidaksesuain antara objek sengketa dengan dalil gugatan dan jawaban tergugat. Untuk itu,

hakim tidak dapat menerima apa-apa yang telah dikemukakan oleh para pihak saja, tetapi

diperlukan adanya bukti-bukti yang cukup untuk hal tersebut. Hal ini sesuai dengan asas yang

dianut bahwa “Siapa yang mendalilkan maka wajib untuk membuktikannya, begitu pula dengan

yang membantah hak orang lain wajib untuk membuktikannya. Begitu pula dengan yang

membantah hak orang lain wajib untuk membuktikannya”.2 Masalah-masalah dalam hukum ada

dalam hukum pidana perdata dan lain-lain dan penyelesaiannya pun berbeda-beda. Penyelesaian

perkara perdata di pengadilan tentunya memerlukan alat bukti yang diperlukan. Adapun Alat-alat

bukti yang diperlukan dalam pembuktian perkara perdata, yaitu bukti tulisan atau bukti dengan

surat; bukti dengan saksi; persangkaan; pengakuan dan sumpah serta alat bukti ahli atau

keterangan. Oleh karena untuk menghendaki agar penilaian Hakim sedapat mungkin mendekati

keadilan, dan alat bukti lainnya sehingga Hakim dalam mengambil kesimpulan

2 R.Soesilo, RIB/HIR dengan Penjelasan (Bogor:Politeia, 1995), hlm. 119.

Page 80 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

terhadap alat bukti pemeriksaan setempat mempunyai kekuatan bukti bebas terserah

pertimbangan Hakim dalam putusannya.

Fungsi alat bukti sangatlah penting untuk menentukan kebenaran dan keadilan bagi pihak- pihak

yang berperkara. Hal-hal yang perlu dibuktikan dalam perkara perdata berkaitan dengan hak,

kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan fakta. Apabila diteliti pasal-pasal yang tersebut di

bawah ini, yaitu Pasal 1865 KUH Perdata yang berbunyi: Setiap orang yang mendalilkan bahwa

ia mempunyai sesuatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak

orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa

tersebut. Pasal 163 HIR berbunyi: Barangsiapa yang mengatakan mempunyai barang sesuatu hak

atau menyebutkan sesuatu kejadian untuk meneguhkan haknya itu atau untuk membantah hak

orang lain, maka orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu. 3Bunyi

dari kedua pasal tersebut di atas dapat diketahui bahwa yang harus dibuktikan di muka sidang

pengadilan itu tidak hanya peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian saja, tetapi juga suatu hak.

Pendapat ini didasarkan pada bunyi kalimat terakhir dari Pasal 1865 KUH Perdata, yaitu;

“diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut” dan dalam Pasal 163 HIR, yaitu

orang itu harus membuktikan adanya hak itu atau adanya kejadian itu” Jadi dengan tegas

dinyatakan oleh undang-undang apa yang harus dibuktikan di depan sidang pengadilan negeri4.

Masalah beban pembuktian adalah masalah yang dapat menentukan jalannya pemeriksaan perkara

dan menentukan hasil perkara yang pembuktiannya itu harus dilakukan oleh para pihak (bukan

hakim) dengan jalan mengajukan alat-alat bukti dan hakimlah (berdasarkan pertimbangan dengan

melihat situasi dan kondisi dari perkara/dilihat kasus demi kasus) yang akan menentukan pihak

mana yang harus membuktikan dan yang kebenarannya itu

3 Teguh Samudera, Hukum Pembuktian Dalam Acara Perdata. Cetakan I. Alumni. Bandung. 1992, hlm. 16.
4
Ibid, hlm. 17.

Page 81 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

dijadikan salah satu dasar untuk mengambil putusan akhir. 5 Suatu alat bukti yang akan diajukan

ke pengadilan merupakan alat bukti yang harus relevan dengan yang akan dibuktikan. Alat bukti

yang tidak relevan akan membawa risiko dalam proses pencarian keadilan, diantaranya, akan

menimbulkan praduga-praduga yang tidak perlu sehingga mebuang-buang waktu, penilaian

terhadap masalah yang diajukan tidak proporsional karena membesar-besarkan masalah yang kecil

atau mengecilkan masalah yang sebenarnya besar, di mana hal ini akan menyebabkan proses

peradilan menjadi tidak sesuai lagi dengan asas peradilan yang dilakukan sengan cepat, sederhana

dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak.6

Berdasarkan isu hukum yang ada pada latar belakang yang telah diapaparkan diatas, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “TINJAUAN YURIDIS TENTANG

PEMERIKSAAN SETEMPAT TERHADAP OBJEK SENGKETA TIDAK BERGERAK

SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA DI WILAYAH HUKUM

PENGADILAN NEGERI OELAMASI”

5 Ibid, hlm. 22.


6 Ibid, hlm. 15.

Page 82 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

2. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kupang, kasusnya Pengadilan Negeri

Oelamasi, demi menjawab rumusan masalah yang diangkat penulis.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan hukum Empiris (yuridis

empiris). Pengertian pendekatan yuridis empiris yaitu dilakukan dengan melihat kenyataan

yang ada dalam praktek di lapangan. Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan

secara sosiologis yang dilakukan secara langsung ke lapangan.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan

oleh kedua belah pihak,yaitu pewawancara (interviewer) yang akan mengajukan

pertanyaan kepada pihak yang diwawancarai (narasumber) yang akan memberikan

jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Teknik wawancara ini digunakan agar

peneliti dapat mengetahui apa saja pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan

dalam perkara perdata dan proses pemeriksaan setempat di wilayah hukum Pengadilan

Negeri Oelamasi.

b. Responden

Responden yakni pihak Pengadilan Negeri Oelamasi. Wawancara dilakukan

secara langsung dan terbuka dengan mengadakan tanya jawab untuk mendapatkan

keterangan atau jawaban yang bebas yang diperoleh sesuai dengan harapan.

Page 83 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

c. Study Dokumen/Literature

Study Dokumen merupakan suatu penelitian kepustakaan (library research) yang

dilakukan dengan jalan meneliti dokumen-dokumen yang ada baik berupa buku,karya

ilmiah, peraturan perundang-undangan dan bahan tertulis lainnya yang berkaitan dengan

penelitian ini. Peneliti akan mempelajari, mencatat serta menginterprestasikan hal-hal

yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti.7

4. Sumber Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung berupa keterangan-keterangan dan pendapat dari

para responden yaitu pihak Pengadilan Negeri Oelamasi.

b. Data Sekunder

Yang merupakan data atau bahan h ukum yang erat hubungannya dengan data atau

bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis serta memahami data- data atau

bahan-bahan hukum primer, yang terdiri dari :

1. Buku-buku literatur

2. Putusan-putusan pengadilan negeri dan mahkamah agung

3. Jurnal-jurnal hukum yang berkaitan dengan pemeriksaan setempat

4. Makalah-makalah/laporan penelitian

5.Artikel-artikel, media massa dan internet.

5. Analisis Data Dan Pengolahan Data

Data hasil penelitian yang telah dikumpulkan akan ditabulasi dan dibentuk dalam

bentuk klasifikasi lalu data yang diperoleh baik studi kepustakaan maupun dari penelitian

lapangan akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu

metode analisis data yang mengelompokkan dan menyelesaikan data

7
Bambang Sunggono, “Metodologi Penelitian Hukum” (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003). Hlm. 13.

Page 84 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

yang diperoleh dari teor-teori, asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang diperoleh dari

studi pustaka dan dihubungkan oleh data yang diperoleh dari lapangan sehingga diperoleh

jawaban dari permasalahan yang dirumuskan tersebut.

Pengolahan data secara sederhana diartikan sebagai proses mengartikan/

memahami data-data lapangan dan perpustakaan dengan tujuan, rancangan dan sifat

penelitian. Metode pengolahan data dalam penelitian ini adalah:

a. Editing, data yang diperoleh diperiksa dan diteliti kembali mengenaikebenaran,

kesesuaianya, kejelasanya sehingga terhindar dari kesalahandan kekuarangannya.

b. Sistemasi data, menempatkan data pada masing-masing bidang pembahasan yang

dilakukan secara sistematis dan sesuai dengan permasalahan yang dibahas.8

6. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Pertimbangan Hakim terhadap pemeriksaan setempat sebagai alat bukti dalam
menjatuhkan putusan dalam perkara perdata diwilayah hukum Pengadilan
Negeri Oelamasi
Berdasarkan penelitian penulis, menunjukan bahwa dari tahun 2020 sampai
2022, Pengadilan Negeri Oelamasi telah memeriksa dan mengadili 60 perkara
perdata gugatan dan di antara 60 perkara perdata tersebut, terdapat 43 perkara
perdata gugatan yang dilaksanakan pemeriksaan setempat dan dari 43 perkara
tersebut terdapat sampel penelitian 1 perkara.
Pertimbangan Hakim terhadap pemeriksaan setempat dalam menjatuhkan putusan
dipengaruhi oleh :
1. Ketidaksesuaian antara objek sengketa dengan alat bukti lain.

2. Ketidaksesuaian objek sengketa dengan dalil gugatan penggugat dan jawaban

tergugat.

Alasan-alasan pemeriksaan setempat oleh Hakim Pengadilan Negeri

8
Sukandarumidi, “Metode Penelitian , Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,” vol. 4 (Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 2012), hlm. 104.

Page 85 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

Oelamasi disebabkan karena adanya perbedaan dalil gugatan penggugat dengan dal

sangkalan tergugat dihubungkan dengan bukti-bukti surat maupun saksi- saksi. Salah

satu alasan agar hakim melakukan pemeriksaan setempat terhadap objek sengketa

yang tidak bergerak adalah oleh karena antara bukti-bukti surat dan bukti-bukti saksi

yang diajukan oleh kedua belah pihak tidak saling mendukung akan tetapi saling

bertentangan satu sama lain.

B. Proses Pemeriksaan Setempat terhadap objek sengketa tidak bergerak dalam

pertimbangan hakim sebagai alat bukti di wilayah hukum Pengadilan Negeri

Oelamasi

Pemeriksaan setempat (gerechtelijke plaatsopneming) adalah sarana yang

disediakan oleh peraturan perundang-undangan kepada Hakim atau Majelis Hakim

guna memperjelas suatu fakta atau objek yang sedang disengketakan, yang mana

pemeriksaan setempat adalah pemeriksaan atau sidang yang dilakukan oleh

Hakim/Majelis Hakim Perdata di tempat objek yang sedang disengketakan berada.

Hakim/Majelis Hakim tersebut datang ke tempat objek (pada umumnya tanah)

untuk dilihat secara langsung keadaan objek atau tanah tersebut mulai dari letaknya,

ukurannya, serta batas-batasnya.9

Seorang Hakim maupun Majelis Hakim dalam melaksanakan pemeriksaan

setempat tidak hanya mempertimbangkan proses pembuktiannya tetapi juga

kemanfaatan dari alat bukti tersebut bagi Hakim sendiri yaitu dalam memberikan

petunjuk pada Hakim/Majelis Hakim untuk menentukan hukumnya yang dapat

menjadi pertimbangan bagi Hakim/Majelis Hakim dalam menjatuhkan putusan.

Pemeriksaan setempat secara khusus tidak dimuat dalam Pasal 164 HIR sebagai

alat bukti, tetapi oleh karena tujuan dari pemeriksaan setempat ialah agar Hakim

9
Wiryono Prodjodikaro. 1980. Hukum Acara Perdata, Bandung: Sumur, hlm.13.

Page 86 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

memperoleh kepastian tentang peristiwa yang menjadi sengketa, maka pemeriksaan

setempat ini nyatanya oleh Hakim sudah dipakai sebagai alat bukti. Hal ini dapat

disimpulkan bahwasanya pemeriksaan setempat dapat dilakukan oleh Hakim karena

jabatannya atau atas permintaan para pihak itu sendiri.

Ropaun Rambe dalam bukunya “Hukum Acara Lengkap Cetakan Keenam”

mengatakan dikabulkan atau tidaknya permintaan untuk melakukan pemeriksaan

setempat adalah merupakan kewenangan sepenuhnya dari judex facti.4 Judex facti

disini diartikan sebagai Majelis Hakim di tingkat pertama yang wajib memeriksa

bukti-bukti dari suatu kejadian perkara dan menerapkan aturan serta ketentuan

hukum lainnya terhadap fakta-fakta dari perkara tersebut.

Mahkamah Agung sendiri dalam hal pemeriksaan setempat ini telah

mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 7 Tahun 2001,

akan tetapi SEMA tersebut pun tidak diatur secara khusus mengenai tata cara

pemeriksaan setempat atau prosedur pemeriksaan setempat, sehingga

Hakim/Majelis Hakim dalam melakukan pemeriksaan setempat mengikuti

kebiasaan pada lazimnya yang telah dilakukan oleh Hakim/Majelis Hakim

sebelumnya akan tetapi tetap berpedoman kepada ketentuan Pasal 153 HIR, Pasal

180 Rbg dan Pasal 211 Rv, yang mengatur dalam pelaksanaan setempat harus

dihadari oleh para pihak dan datang ke tempat barang terletak, yang untuk

selanjutnya Panitera/Panitera Pengganti diharuskan membuat Berita Acara

Persidangan dan Hakim/Majelis Hakim yang ditugaskan diharuskan membuat Akta

Pendapat yang berisi penilaian atas hasil pemeriksaan yang dilakukan tersebut.

Sebelum melakukan pemeriksaan setempat hal yang pertama sekali harus

dilakukan oleh Hakim/Majelis Hakim adalah menentukan jadwal atau kapan akan

dilakukan pemeriksaan setempat tersebut oleh Hakim/Majelis Hakim di

persidangan dan memberitahukan agar para pihak hadir di acara pemeriksaan

Page 87 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

tersebut pada waktu yang telah ditentukan. Selanjutnya Juru Sita/Juru Sita

Pengganti memberitahukan via surat kepada Kepala Desa (Geuchik) di tempat

objek sengketa berada agar dapat hadir pada saat Pengadilan mengadakan

pemeriksaan setempat tersebut. Apabila diperlukan Pengadilan dapat meminta

bantuan kepada aparat keamanan setempat (TNI/POLRI) guna untuk memperlancar

jalannya pemeriksaan setempat. Pembuktian sidang ini dapat dilakukan di ruang

sidang pengadilan, di kantor kepala desa ataupun di objek sengketa.

Setelah semua pihak hadir selanjutnya Hakim Ketua Majelis secara resmi

membuka sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum. Kemudian

Hakim/Hakim Ketua menjelaskan kepada seluruh pihak yang hadir tentang maksud

dan tujuan kedatangan mereka ke objek perkara tersebut adalah untuk memastikan

atau memperjelas keadaan objek sengketa apakah sesuai dengan gugatan Penggugat

baik apa yang menjadi objek, letak objek, luas objek, batas-batas dan keadaan-

keadaan sebagaimana posita gugatan Penggugat dan mejelaskan pula bahwa

terhadap pihak-pihak yang keberatan (Tergugat/ Turut

Tergugat/Intervenient/Kepala Desa) dapat memberikan keterangan apabila terdapat

perbedaan pendapat dengan pihak Penggugat.

Selanjutnya Hakim/Majelis Hakim, Panitera/ Panitera Pengganti, dan Juru

Sita/Juru Sita Pengganti bersama-sama dengan para pihak yang hadir menuju lokasi

objek yang akan diperiksa dan melakukan pemeriksaan. Pertama sekali yang

dimintai keterangan adalah dari Pihak Penggugat sesuai dengan isi gugatannya,

selanjutnya mengenai letak atau wilayah objek sengketa dan batas-batas dimintakan

keterangannya dari Kepala Desa (Geuchik), setelah itu dimintakan pula keterangan

dari Pihak Tergugat/Turut Tergugat/Intervenient secara berurutan mengenai

pendapatnya tentang objek sengketa tersebut. Setelah seluruh pihak terkait selesai

memberikan keterangan dan Hakim/Majelis Hakim merasa sudah cukup maka

Page 88 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

sidang dinyatakan ditutup dan menetapkan hari sidang selanjutnya dengan agenda

sesuai dengan keadaan masing- masing perkara serta memberitahukan kedua belah

pihak yang berperkara agar hadir di persidangan yang telah ditetapkan tersebut

tanpa dipanggil lagi. Selanjutnya seluruh proses pemeriksaan tersebut dituangkan

dalam Berita Acara Persidangan oleh Panitera/Panitera Pengganti.

3. PENUTU
P Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari penulis maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Upaya hakim melakukan pemeriksaan setempat oleh karena sehubungan dengan sulitnya para

pihak berperkara membawa objek sengketa atau barang sengketa kemuka persidangan untuk

diperlihatkan kepada hakim sehingga pemeriksaan setempat yang dilakukan oleh hakim dijadikan

sebagai alat bukti surat dalam menjatuhkan putusan. Alasan-alasannya yaitu:

1. Ketidaksesuaian antara objek sengketa dengan alat bukti lain.

2. Ketidaksesuaian objek sengketa dengan dalil gugatan penggugat dan jawaban tergugat.

Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan sebagaimana diuraikan diatas, maka

melalui penulisan ini penulis memandang perlu untuk memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Apabila seseorang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, maka haruslan ia

membuktikan dengan bukti surat maupun saksi-saksi, setelah itu barulah gugatan diajukan ke

Pengadilan.

2. Gugatan penggugat yang diajukan ke Pengadilan Negeri Oelamasi haruslah jelas dan terarah.

Page 89 of 90
JHO JURNAL HUKUM ONLINE(JHO)
Volume 1, Issue 4 (Agustus 2023), PP 77-90
e-ISSN: 1907-591X, p-ISSN: 2442-3084.
www.jurnalhukumonline.com

4. DAFTAR PUSTAKA

chania, a. (2017). pemeriksaan setempat (descente) sebagai faktor pendukung pembuktian dalam perkara
perdata. jurnal ilmiah mahasiswa, 38.

Mertokusumo, S. (2002). Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.

Rasaid, N. (2005). Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika.

Rosalina, M. (2018). Pengaturan Pemeriksaan Setempat (decentee) Dalam Peraturan Perundang-


Undangan di Indonesia. Jurnal hukum kaidah, 4-6.

Setiawan, A. F. (2020). LAT BUKTI PEMERIKSAAN SETEMPAT UNTUK MENJADI


PERTIMBANGAN
HAKIM DALAM PERKARA SENGKETA TANAH. Diploma thesis, Universitas Islam Kalimantan
MAB.

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 jo Nomor 7 Tahun 2001

Tentang Pemeriksaan Setempat

Jurnal.komisiyudisial.go.id

Page 90 of 90

Anda mungkin juga menyukai