Karina Putri 2007010324 Pengelolaan Limbah Cair Padat Dan Gas Nonreguler BJB SMT VI..

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

M AKALAH

PENGELOLAAN LIM BAH CAIR PADAT DAN GAS

“IDENTIFIKASI POTENSI LIM BAH CAIR ZAT PEWARNA


SASIRANGAN TERHADAP PENCEM ARAN DI KOTA BANJARM ASIN”

Dos e n Pe ngampu : Edy Ariyanto, SKM ., M .Ke s

DI SUSUN OLEH :

NAM A : Karina Putri

NPM : 2007010324

KELAS : NONREGULER BANJARBARU

UNIVERSITAS ISLAM KALIM ANTAN M UHAM M AD ARSYAD AL


BANJARI BANJARM ASIN
PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN M ASYARAKAT
BANJARBARU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahka n rahmat dan karunia- Nya sehingga saya dapat menyelesaika n tugas
makalah pengelolaan limbah cair padat dan gas yang berjudul “IDENTIFIKASI
POTENSI LIM BAH CAIR ZAT PEWARNA SASIRANGAN TERHADAP
PENCEM ARAN DI KOTA BANJARM ASIN”

saya meyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,


oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna penyempurnaa n makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan, kurang dan lebihnya saya mohon
maaf. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Banjarbaru, Juli 2023

Karina Putri

i
DAFTAR ISI

Kata Pe ngantar...................................................................................... i
Daftar Is i ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................... 2
BAB II PEM BAHASAN
A. Pengertian Kain Sasirangan ............................................................. 3
B. Karakteristik Limbah cair industri sasirangan ................................ 3
C. Kualitas Air Limbah cair sasirangan .............................................. 5
D. Parameter Biologi pada pencemaran air limbah sasirangan ............ 9
E. Pengelolaan air limbah cair sasirangan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 12
B. Saran.......................................................................................... 12
DAFTAR PUS TAKA ........................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Be lakang
Kain Sasirangan merupakan salah satu kain khas trad isional S uk u Banjar

dari Provinsi Kalimantan Selatan. Kain sasirangan sampai saat ini masih

diproduksi o leh Masyarakat Banjar dalam skala industri rumahan (home industry).

Kegiatan home industry Sasirangan di Kota Banjarmasin dengan produk berupa

kain batik sasirangan merupakan iko n Kota Banjarmasin dan Pro vinsi Kalimantan

Selatan Kegiatan industri sasirangan d i Kota Banjarmasin dalam prakteknya

menggunakan beberapa bahan zat pewarna k imia yang menghasilkan limbah cair

dan berdampak pada kehidupan ekologis sungai di Kota Banjarmasin.

Aktivitas pelak u usaha home industry S asirangan d i Kota Banjarmasin

yang memiliki akses secara langsung terhadap kehidupan ekologis S ungai

Martapura Kota Banjarmasin berada pada 3 (tiga) lokasi yakni Kelurahan S ungai

Jingah, Kelurahan S urgi Mufti dan Kelurahan S eberang Masjid, dimana S ungai

Martapura merupakan salah satu sungai yang memilik i fungsi utama terhadap

kehidupan masyarakat Kota Banjarmasin baik sebagai media transportasi sungai,

aset wisata hingga sumber air minum yang dikelo la oleh P DAM Kota Banjarmasin.

Program dalam rangka mitigasi dari potensi limbah cair cat pewarna hasil

aktivitas home industry di Kota Banjarmasin dilaksanakan melalui

identifikas i proses kegiatan home industry sasirangan.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi po tensi limbah


cair zat pewarna sasirangan terhadap pencemaran di Kota Banjarmasin dan

1
memberikan rekomendasi dalam upaya mitigas i terhadap pengelo laan limbah cair
zat pewarna sasirangan di Kota Banjarmasin.

C. Rumus an mas alah

1. Bagaimana proses kegiatan home industry sasirangan dalam menghasilka n


limbah cair zat pewarna di Kota Banjarmasin?

2. Bagaimana potensi limbah cair zat pewarna home industry sasirangan di Kota
Banjarmasin?

3. Bagaimana strategi pengelolaan limbah cair zat pewarna home industry


sasirangan di Kota Banjarmasin?

D. M anfaat Pe ne litian

Manfaat dari penyusuna n penelitian Identifikas i Potensi Limbah Cair Zat


Pewarna Sasirangan Kota Banjarmasin adalah:

1. Bagi masyarakat diharapkan hasil penelitian ini memberikan


gambaran informasi mengenai dampak lingkungan dari kegiatan home industry
sasirangan.

2
BAB II
PEM BAHASAN

Kain sasirangan masih d iproduksi o leh Masyarakat Banjar dalam skala


industri rumahan (home industry) hingga saat ini. Sejak tahun 2007, industri
sasirangan d itetapkan sebagai salah satu dari sepuluh komod iti/produk/jenis usaha
(KPJU) unggulan Kalimantan Selatan (P utra, 2011). Jumlah pengrajin
cenderung meningkat seiring dengan pamor kain sasirangan yang terus meningkat
secara nasional. P eningkatan jumlah pengrajin kain sasirangan di Kalimantan
Selatan yang mengembangkan usaha ini memberikan dampak positif berupa
peningkatan pereko nomian masyarakat, namun disisi lain usaha ini juga
menimb ulkan dampak negatif terhadap lingk ungan berupa limbah cair dari proses
pembuatan kain sasirangan.

2.1 Karakte ris tik Limbah Cair Indus tri Te ks til Sas irangan

Menurut Metcalf & Edd y (1993), air limbah adalah cairan buangan dari
rumah tangga, industri maupun tempat–tempat umum lain yang mengandung
bahan–bahan yang dapat membahayakan kehidupan manusia maup un mak hluk
hidup lain serta mengganggu kelestarian lingkungan. Sedangkan limbah cair
sasirangan adalah air buangan sebagai hasil kegiatan industri sasirangan yang
mengandung zat kimia/kontaminan yang jumlahnya meleb ihi Bak u Mutu Limbah
Cair Industri Tekstil berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor

04 Tahun 2007.

Bagian penting pemb uatan kain sasirangan adalah memb uat motif dengan
pewarnaan kain yang sudah jadi dengan menggunakan pewarna sintetis yang relatif
stab il melekat kuat pada kain. Industri sasirangan dalam proses pengo lahan kain
meliputi beberapa tahapan, yaitu: penyirangan kain, penyiapan zat warna,
pewarnaan, pencucian, penjemuran dan penyetrikaan. Tahap produksi yang

menghasilkan limbah berasal dari proses pewarnaan dan pencucian (Nora, 2000).

Pada awalnya bahan pewarna mengunakan pewarna alami, seperti daun pandan,

temulawak, akar- akar kayu k ebuau, jambal, karamunting, mengk udu, gambir dan

3
air batang poho n p isang. (P utra, 2011). Namun pewarna alami ini perlu d ibuat

terlebih dahulu dan prosesnya memerlukan wak tu yang lama, serta memerlukan

biaya leb ih besar manakala diband ingkan dengan membeli zat warna sintetis.

Sehingga para pengrajin Kain Sasirangan saat ini para pengrajin sasirangan tidak

lagi menggunakan ramuan alam untuk pewarnaan kain sasirangan, mereka lebih

suka memakai bahan pewarna k imiawi yang mudah didapat di pasar, serta proses

pewarnaannya juga lebih mudah dan cepat.

Proses sintetik pewarnaan yang digunak an biasanya menggunakan

pewarna Naphto l (AS LB, AS, AS G, AS GR) dan senyawa garam (orange GG, biru

BB, merah B, merah GG, violet B, biru B dan yellow GL (Hardini, 20 09). Zat

warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa organik tidak jenuh, kromofor

dan auksokrom sebagai pengaktif kerja kromo for dan pengikat antara warna

dengan serat. Sebagai bahan pembantu untuk menimbulkan dan menguatkan

warna d ipergunakan antara la in adalah jeruk nipis, jeruk sitrun, cuka, sendawa,

tawas, air kapur, terusi, garam d iazonium, NaOH, sp iritus, asam sulfat, dan lain-

lain, sedangkan untuk pencucian digunakan detergen (Nora, 2000).

Pemakaian bahan pewarna sintetik ini mengakibatk an limbah cair yang

dihasilkan sebagai buangan yang mengandung berbagai bahan pencemar seperti

feno l, senyawa organik sintetis serta logam berat (Hardini, 2009). P ewarna sintetik

seperti pewarnaan Ind ustri sasirangan di Kalimantan Selatan umumnya

merupakan industri rumah tangga yang pengolahannya masih bersifat tradisional

dan proses pengerjaannya sebagian besar masih dilakukan secara manual dengan

tangan. Melihat dari kegiatan industri yang masih bersifat tradisional,

4
sebagian besar para pengrajin tersebut belum melakukan upaya pengolahan

terhadap limbah yang dihasilkan dan langsung membuang ke badan perairan.

2.2 Kualitas Air limbah Cair Sas irangan

Kualitas air limbah cair sasirangan akan dapat terindikasi dari kualitas

parameter k unci, dimana ko nsentrasi parameter kunci tidak meleb ihi dari standar

baku mutu yang ada sesuai dengan peraturan perund ang- und angan yang berlaku.

Dalam pengo lahan air limbah itu send iri, terdapat beberapa parameter kualitas

yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan menjadi tiga,

yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik. Parameter

organik merupakan uk uran jumlah zat organik yang terdapat dalam limbah.

Parameter ini terdiri dari Total Organic Carbon (TOC), Chemical Ox ygen

Demand (COD), Biochemical Ox ygen Demand (BOD), minyak dan lemak (O & G),

dan Total Petroleum Hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah

dapat dilihat dari parameter Total Suspended Solids (TSS ), pH, temperatur, warna,

bau, dan po tensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah dapat

berupa senyawa organik ataupun senyawa an organik (Hidayat, 2008 ). Mengingat

air limbah cair sasirangan memilik i kandungan bahan anorganik (logam dan

lainnya) dan bahan organik, maka parameter kunci yang umum d igunakan adalah

logam Cr, Pb, CD, parameter BOD, COD, TSS, dan kekeruhan.

Limbah cair industri sasirangan yang banyak mengandung b ahan

pencemar berbahaya seringkali dibuang ke badan perairan sek itarnya tanpa ada

pengolahan terhadap limbah cair tersebut. Kegiatan tersebut seringkali d ilakukan

oleh pengrajin sasirangan yang masih melakukan proses pemb uatan sasirangan

5
secara trad isional (rumahan/home indu stry). Limb ah industri kain sasirangan

memilik i daya pencemar yang belum memenuhi syarat untuk dibuang ke

lingkungan sebelum d iolah, karena limbah tersebut mempunyai parameter

pencemaran yang meleb ihi bak u mutu limbah cair industri tekstil yang d itetapkan

pemerintah. Dalam rangka menjaga kelestarian lingkungan, Hal ini antara lain

tercermin dalam standar baku mutu untuk limbah cair industri tekstil telah

ditetapkan dalam menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 4

Tahun 2007 yang ditunjukkan oleh Tabel 2.1 berikut.

Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair menurut Peraturan Gubernur Kalimantan

Selatan Nomor 4 Tahun 2007

No. Parame t Satua Kadar


er n M ax.
A LIM BAH CAIR
1 pH - 6- 9
2 Suhu 0 38°
3 Warna - -
4 Konduktivitas µmhos/c m -
5 COD mg/ 150
6 BOD mg/ 60
7 TSS mg/ 50
8 TDS mg/ 200
9 Minyak Bumi mg/ 3
B LIM BAH PADAT
1 Timbal mg/ 0.1
2 Besi mg/ 5
3 Sulfida mg/ 0.3
4 Kadmium (Cd) mg/ 0.05
5 Tembaga (Cu) mg/ 2
6 Krom Total (Cr) mg/ 1
7 Seng (Zn) mg/ 2

Sebagai perbandingan antara karakteristik zat pewarna home Industry sasirangan

dengan parameter baku mutu air limbah, maka dapat ditunjukkan dalam Tabel 2.

6
No. Zat Karakte ris ti Parame te r Baku
Pe warna k M utu
Kain
1 Indhant - Bentuk fisiknya seperti jarum - Suhu
hren biru dengan kilap logam atau
(Khusu - TSS (max. 200 ppm)
bubuk biru sangat halus
s Air - Klorin bebas (max. 1
- Tidak larut dalam air (harus
Panas)
direduksi dulu menjadi larutan ppm)
logam garam alkali)
- Timbal (Pb) (max. 0.1
- Tahan terhadap cahaya dan panas,
2 Naptol - Tidak berwarna dan tidak larut - Suhu
dalam air (dibutuhkan soda api)
(Khusus - TSS (max. 200 ppm)
- Merupakan zat warna adjektif
Air
(butuh - Timbal (Pb) (max. 0.1
Dingin) zat lain untuk membangkitka n ppm)
warna).
- minyak mineral (max.
- Warna yang dihasilkan
tergantung jenis garam naphtol 10 ppm)
pada saat
3 Frosion - Termasuk zat warna reaktif dingin - TSS (max. 200 ppm)
yang b isa d igunakan untuk
- Sulfida (max. 0.05
pencelupan dan pencapan ppm)
(printing).
- Ammonia (max. 1
- Mempunyai kereak tifan tinggi ppm)
dan dicelup pada suhu rendah,
termasuk
zat warna yang larut dalam air

8
4 Soda Api - Berbentuk putih padat dan - Suhu (max. 38°C)
tersed ia dalam bentuk pelet, - TSS (max. 200 ppm)
serpihan, butiran ataupun larutan
- pH (6- 9)
jenuh 50%, bersifat lembap cair dan
secara spontan menyerap k arbo n - Fenol (max. 0.05
dioksida dari udara bebas, sangat ppm)
larut dalam air dan akan
melepask an panas ketika
dilarutkan, karena pada proses
pelarutannya dalam air bereaksi
secara eksotermis.

- Larut dalam etanol dan


metanol,
5 Garam - Termasuk komponen pengikat - TSS (max. 200 ppm)
(AS, pada zat warna napthol, warna
ASBS, kuat - minyak mineral (max.
6 Yellow - Termasuk zat warna indigosol - TSS (max. 200 ppm)
yaitu zat warna yang ketahanan
Grand B lunturnya baik, berwarna rata - Nitrit (max. 1 ppm)
7 Violet - Termasuk zat warna indigosol - TSS (max. 200 ppm)
2r yaitu zat warna yang ketahanan
lunturnya baik, berwarna rata - Nitrit (max. 1 ppm)
8 Violet - Termasuk zat warna indigosol - TSS (max. 200 ppm)
4r yaitu zat warna yang ketahanan
lunturnya baik, berwarna rata - Nitrit (max. 1 ppm)
9 Brown - Indigosol Brown: zat warna - TSS (max. 200 ppm)
yang ketahanan lunturnya baik,
berwarna rata dan cerah. Zat - Nitrit (max. 1 ppm)
10 RSN - Termasuk golongan indanthrene - Suhu
yang bentuk fisiknya seperti
jarum biru - TSS (max. 200 ppm)
11 Merah B - Termasuk garam diazonium - Suhu
dengan karakteristik sebagai
komponen pembangkit warna - TSS (max. 200 ppm)
- Dalam larutan berair garam
diazonium tidak stabil pada suhu di
atas 5 °C; gugus −N+≡N
12 Biru B - Sama dengan Merah B - Suhu
- TSS (max. 200 ppm)
- Timbal (Pb) (max.
0.1 ppm)

9
Penelitian yang dilakukan oleh Mawaddah (2002) dan

Mujaiyanah (2008 ) mengenai analisis logam berat Cr dan logam berat

Cd, dan Pb pada limbah sasirangan d iketahui bahwa kandungan logam

Cr adalah 13,2905 pp m, sedangkan standar bak u mutu industri tekstil

berdasarkan Peraturan Gubernur Kalimantan S elatan No mor 4 Tahun

2007, standar logam Cr adalah 1 ppm. Kandungan logam Cd pada

limbah sasirangan sebesar 0,55 pp m d an Pb sebesar 1,25 ppm sedangkan

standar bak u mutu limbah tekstil adalah Cd sebesar 0,05 pp m dan Pb

sebesar 0,1 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa kand ungan dari logam-

logam tersebut meleb ihi nilai ambang batas baku mutu limbah cair

untuk ind ustri tekstil yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga

diperlukan upaya pengo lahan terhadap air limbah sasirangan sebelum

dibuang ke lingkunga n.

2.3 Para me te r Biologi pada Pe nce ma ran Air ole h Limbah Cair
Sas irangan

Parameter bio logi masih jarang digunakan sebagai parameter

penentu pencemaran. Padahal, pengukuran menggunakan parameter

fisika dan kimia hanya memberikan kualitas lingkungan sesaat dan

cenderung memberikan hasil dengan interpretasi dalam kisaran lebar.

Ind ikator Bio logis d igunakan untuk menilai secara mak ro perubahan

keseimbangan ekologi, khususnya ekosistem.

2.4 Pe ngolahan Air Limbah Cair Sas irangan

10
Pengo lahan limbah cair industri tekstil dapat d ilakukan secara

kimia, fisika, dan bio logi. Pengo lahan secara kimia dilakukan dengan cara

koagulasi, flokulasi, dan netralisasi. Pengo lahan limbah cair secara fisika

dapat dilakukan dengan cara adsorpsi, filtrasi, dan sedimentasi (Agustina

& Badewasta, 2009 ). Sedangkan metode pengo lahan limbah cair secara

b iologi adalah dengan sitem lahan basah dan fito remediasi (Santoso,

2007).

1. Pe ngolahan Air Limbah Cair Sas irangan s e cara Biologi

Sistem Lahan Basah Buatan (Constructed Wetland s) merupakan p roses


pengolahan limbah yang meniru/ap likasi dari proses penjernihan air yang terjad i
dilahan basah/rawa (Wetlands), dimana tumbuhan air (Hydrophita) yang tumbuh
di daerah tersebut memegang peranan penting dalam proses pemulihan kualitas
air limbah secara alamiah (self purification). 8. Rasa malu akan membuahkan
iffah (kesucian diri). Maka barang siapa yang memiliki rasa malu, hingga dapat
mengendalikan diri dari perbuatan buruk, berarti ia telah menjaga kesucian
dirinya.
2. Pe ngolahan Air Limbah Cair Sas irangan
s e cara Kimia

Salah satu teknik pengolahan limbah cair sasirangan adalah dengan cara
koagulasi dengan menggunakan koagulan seperti aluminium sulfat (tawas),
FeSO4, Poly aluminium chlorida dan polielektro lit organik.
3. Pe ngolaha n Air Limbah Cair S as ira ngan s e cara
Fis ika

Metode yang dapat digunakan adalah dengan cara filtrasi. Media yang
digunakan untuk bahan filter memilik i syarat, yaitu melewati proses
pengeringandan proses penghalusan. Bahan- bahan yang d igunakan sebagai
med ia filter antara lain karbon aktif, sabut kelapa, pasir sungai, dan genteng/bata
yang dihaluskan (Alamsyah, 2007).

11
BAB III
PENUTUP

A. Ke s impulan
Aktivitas industri sasirangan d i Kota Banjarmasin telah dimula i sejak tahun

1986 dan massif (86%) digeluti pada Tahun 2007- sekarang, Jarak home

industry dengan badan S ungai Martapura mayoritas (91 %) antara 0 - <40 m,

Kegiatan industri batik sasirangan mayoritas (57 %) berstatus sebagai

pengo lah dan distributor, 43% (d istributor), Jenis mo tif kain sasirangan yang

dikembangk an o leh pengusaha industri sasirangan yakni motif sari gad ing,

klasik, gradasi dan rainbo w. Pengelola usaha industri sasirangan mayo ritas

(80%) menggunakan zat bahan pewarna k imia. Analisis potensi dampak

limbah sasirangan pada 6 (enam) sampel yakni 3 sampel (inlet) dilokasi

pengo lahan industri batik sasirangan dan 3 sampel (outlet) di lokasi S ungai

Martapura untuk indikator biologi, fisika, dan kimia.

B. Saran
Berdasarkan ak tivitas dan potensi limb ah zat cair yang dihasilkan, maka
sebagai upaya untuk mengolah limbah sasirangan sebelum dibuang ke perairan
Sungai Martapura, agar tidak meleb ihi standar bak u mutu, khususnya pada
parameter kandungan kromium pada ikan gab us, zat warna, dan ammonia
total.

12
DAFTAR PUSTAKA

Akbar HS. 2002. P endugaa n Tingk at Ak umulas i Lo ga m Berat Cd, Pb, C u,


Zn da n N i pada Kera ng Hija u (Pe nna virid is L) uk ura n > 5 c m d i
Perair an Kamal Mua ra, Teluk Jakarta. Sk ripsi. IPB Bogor.

Akhyar Okviyoandra., Pardede Antoni., K usuma Wardani Raden Roro


Ariessanty Alicia., 2016. Pe nuruna n BO D da n COD pada limba h
ca ir sas ira nga n menggunaka n Metoda Multi So il La yering (MSL).
Media Sains, Volume 9

Irawa ti, U., Uta mi, U. B. L., da n Mus lima, H. 2011. Pengo lahan Limbah
Cair Sasirangan Menggunak an Filt er Arang Ak tif Cangk ang Kelapa
Sawit Berlapisk an Kitosan Setelah Koagulas i d engan FeS O4. Sains
dan Terapan Kimia. Vol. 5. No.1. 34- 44.
Luqman N ur Hak im, S yarifud in A, S ulaiman Hamzani. 2016. Efektifit as
Ab u Seka m Pad i da n Po ly Aluminiu m C hlorid e Da la m Me nurunka n
Za t Wa rna Limba h Ca ir Ind ustri Sasir a nga n. Jurnal Kesehatan
Lingk ungan Vol. 13 No. 2 Juli 2016
Mawaddah S, 2002. Analisis Krom (Cr) Dalam Limbah Industri Kain
Sasirangan . Skripsi. P.S. Kimia. FKIP UNLAM. Banjarmasin.
Nintasari, Rinne., Amaliyah, Desi Mustika. 2016. Ektraks i Zat Warna
Ala m dari Ka yu Ulin (Euside ro xylo n Zwa geri), Ka yu Secang
(Caesa lp inia Sp ) da n Kayu Me ngk ud u (Morind a C itrifo lia ) untuk
Ba ha n Warna Kain Sas ira nga n. Ju rnal Riset Industri Hasil Hutan
Vol.8, No.1, Juni 2016: 25 – 32

13

Anda mungkin juga menyukai