MINI RISET
BANJARBARU
DOSEN PENGAMPU:
Rd. INDAH NIRTHA N.N.P., S.T., M.Si.
NIP. 197706192008012019
DIBUAT OLEH:
KAISA QORRINA
NIM. 2210815320022
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
karya tulis ilmiah berupa laporan mini riset ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga laporan mini riset ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar
laporan mini riset ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan mini riset ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan................................................................................................... 21
B. Saran ............................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 22
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Banjarbaru adalah salah satu kota di Provinsi Kalimantan Selatan,
Indonesia. Kota Banjarbaru dahulu merupakan sebuah kota administratif yang
pemekaran dari Kabupaten Banjar. Jauh di masa sebelumnya sebagian besar
wilayahnya merupakan Kawedanan Ulin di dalam Kabupaten Banjar.Kota
Banjarbaru berdiri pada tanggal 20 April 1999 berdasarkan Undang-Undang Nomor
9 Tahun 1999. Kota Banjarbaru memiliki luas wilayah 371,38 km² (37.130 ha) atau
3,8 x luas Banjarmasin atau ½ luas Jakarta.Wilayah Banjarbaru sekarang, dulunya
adalah perbukitan di pinggiran Kota Martapura yang dikenal dengan nama Gunung
Apam. Daerah Gunung Apam dikenal sebagai daerah peristirahatan buruh-buruh
penambang intan selepas menambang di Cempaka.Pada era tahun 1950-an,
Gubernur dr. Murdjani dibantu seorang perencana Van der Pijl merancang
Banjarbaru sebagai Ibukota Provinsi Kalimantan. Namun pada perjalanan
selanjutnya, perencanaan ini terhenti sampai pada perubahan status Kota
Banjarbaru menjadi Kota Administratif.
Nama banjarbaru sedianya hanyalah nama sementara yang diberikan
Gubernur dr. Murdjani, untuk membedakan dengan Kota Banjarmasin, yaitu kota
baru di Banjar. Namun akhirnya melekat nama Banjarbaru sampai
sekarang.Sebagai kota administratif, Kota Banjarbaru berada dalam lingkungan
Kabupaten Banjar, dengan ibukotanya Martapura. Jadi Kota Banjarbaru merupakan
pemekaran dari Kabupaten Banjar.Kota Banjarbaru berdiri berdasarkan Undang-
undang (UU) Nomor 9 Tahun 1999.Lahirnya UU tersebut menandai berpisahnya
Kota Banjarbaru dari Kabupaten Banjar yang selama ini merupakan daerah
administrasi induk. Kota Banjarbaru yang sebelumnya berstatus sebagai Kota
Administratif, sempat berpredikat sebagai kota administratif tertua di Indonesia.
Kini, jumlah penduduk di Kota Banjarbaru terus berkembang dengan adanya
perpindahan penduduk dari luar Kota Banjarbaru, baik dari Kalimantan sendiri
maupun dari luar Kalimantan. Perkembangan penduduk ini beriringan dengan
semakin terbukanya wilayah Kota Banjarbaru, baik untuk kawasan permukiman
serta Bandar Udara Syamsudin Noor maupun peruntukan yang lain.Kota
Banjarbaru berada di wilayah utara Provinsi Kalimantan Selatan, yang secara
geografis terletak antara 114°41’22” – 114°54’25’’ Bujur Timur dan 3°25’40″ –
3°28’37’’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 328,83 Km², yang terbagi atas 5
kecamatan, dan 20 kelurahan.Wilayah Kota Banjarbaru berada pada ketinggian 0–
500 m dari permukaan laut, dengan ketinggian 0–7 m (36,96%), 7-25 m (33,23%),
25-100 m (26,30%), dan 100-500 m (3,51%).
Adapun kondisi fisik tanah yang dipergunakan untuk menggambarkan
kondisi efektif per tumbuhan tanaman adalah kelerengan, kedalaman efektif tanah,
drainase, keadaan erosi tanah, dapat dijelaskan sebagai berikut :Klasifikasi
kelerengan Kota Banjarbaru adalah kelerengan 0-2% mencakup 88,04% luas
wilayah, kelerengan 2-8 % mencakup 8,10 % wilayah, kelerengan 8-15%
4
mencakup 0,35% luas wilayah, sedangkan sisanya kelerengan >15% mencakup
3,51% luas wilayah.
Klasifikasi kedalaman efektif tanah terbagi dalam empat kelas yaitu
kedalaman <30 cm, 3060 cm, 60-90 cm dan >90 cm. Kota Banjarbaru secara umum
mempunyai kedalaman efektif lebih dari 90 cm dimana jenisjenis tanaman tahunan
akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.Drainase di Kota Banjarbaru
tergolong baik, secara umum tidak terjadi penggenangan. Namun ada daerah yang
tergenang periodik yaitu tergenang kurang dari 6 (enam) bulan, terdapat di
Kecamatan Landasan Ulin yang merupakan peralihan daerah rawa (persawahan) di
Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh.
Empat dari lima kecamatan di Kota Banjarbaru mempunyai lahan pertanian
berupa sawah yang masih aktif ditanami padi. Satu-satunya kecamatan yang tidak
mempunyai lahan pertanian sawah yaitu kecamatan Banjarbaru Selatan. Total luas
panen padi (sawah dan ladang) di Kota Banjarbaru mencapai 1.753 Ha.
Luas lahan perkebunan yang paling luas di Kota Banjarbaru adalah tanaman
karet (1.123 ha) diikuti tanaman kelapa sawit (159 ha).Produksi perikanan di Kota
Banjarbaru meliputi penangkapan di sungai/rawa, kolam, jaring apung, karamba,
dan sawah. Produksi perikanan di Kota Banjarbaru sebagian besar berasal dari
budidaya kolam sebesar 1.985,50 ton.
Seiring dengan perpindahan pusat pemerintahan Provinsi Kalimantan Selatan
ke Kota Banjarbaru hal ini menarik investor untuk membuka usaha perhotelan di
Kota Banjarbaru. Tahun 2017 terdapat 45 buah fasilitas akomodasi di Kota
Banjarbaru. Fasilitas tersebut tersebar di kecamatan Banjarbaru Utara, Banjarbaru
Selatan dan Landasan Ulin, sedangkan di Kecamatan Cempaka belum ada usaha
jasa akomodasi.Fasilitas kesehatan di Kota Banjarbaru berupa 8 buah rumah sakit
dan 10 puskesmas yang didukung oleh 222 dokter yaitu 120 dokter umum, 24
dokter gigi, dan 78 dokter spesialis.
5
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi lingkungan hidup daerah tempat tinggal asal?
2. Bagaimana pengelolaan lingkungan hidup yang ada di daerah tempat tinggal
asal?
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
rumah tangga. Sedangkan Sungai Basung Cempaka Banjarbaru yang tercemar,
Hafid menerangkan bahwa dampak dari beberapa limbah dari penambang batu
intan. Salah satu penyebabnya adanya kegiatan di daratan baik dilakukan
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, pola pembuangan limbah yang airnya
langsung masuk ke sungai atau pembuangan sampah ke sungai. Dari hasil ini
diharapkan bisa tetap menjaga kelestarian sungai, agar tidak naik ke level
pencemaran sedang, berat. Denga. memperbaiki kualitas hidup yang tinggal di
sekitar sungai agar tidak membuang limbah ke sungai. Mari tetap jaga kelestarian
untuk generasi yang akan datang.
B. Pengolahan Limbah B3
Menurut PP No. 18/1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun disingkat limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat
dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik, secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lain. Sampah rumah tangga di perkotaan pada umumnya
dibuang tercampur dengan komponen sampah B3. Sampah B3 rumah tangga
merupakan sampah kegiatan rumah tangga yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun, sehingga harus dikelola agar tidak menimbulkan dampak buruk terhadap
lingkungan dan kesehatan manusia. Saat ini belum ada alur pengelolaani sampah
B3 rumah tangga di kota Banjarbaru yangi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam studi pengelolaan sampah B3 di kota Banjarbaru, dilakukan pengukuran
timbulan dan kompoisi sampah B3 dengan sampling sampah B3 dari masing-
masing sampel berdasarkan tingkat pendapatan tinggi, sedang, dan rendah.
Pengukuran meliputi berat dan volume sampah B3, sedangkan pengukuran
komposisi dilakukan dengan cara pemilahan sampah berdasarkan sumber dan
karakteristik sampah B3. Rata-rata timbulan sampah B3 rumah tangga Kota
Banjarbaru sebesar 0.029 kg/orang/hari dalam satuan berat atau 0.53
liter/orang/hari dalam satuan volume. Semakin tinggi tingkat pendapatan
masyarakat.
8
Maka timbullah sampah B3 untuk produk perawatan diri yang dihasilkan juga
semakin besar, sedangkan komposisi produk sampah B3 rumah tangga yang lain
tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat. Komposisi sampahi B3
rumah tangga Kota Banjarbaru berdasarkan jenis penggunaannya terbesar adalah
produk perawatan diri sebesar 76.13% dan produk eletronik sebesar 18.20%.
E. Pengolahan Sampah
Bertambahnya jumlah penduduk akan mengakibatkan bertambahnya volume
timbulan sampah. Oleh karena itu, pengelolaan sampah di TPA perlu ditata dengan
baik, memiliki fasilitas dan teknologi pengolahan yang modern, serta sistem
manajemen yang baik. adanya TPA Regional Banjarbakula yang melibatkan
beberapa kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan ini. TPA ini memiliki
luas lahan kurang lebih 15 Hektare yang melayani masyarakat di Kota Banjarmasin,
Kabupaten Banjarbaru, Banjar, Barito Kuala, dan Tanah Laut. TPA ini dapat
mengolah sampah sebesar 790 ton perhari. Teknologi yang digunakan adalah
sanitary landfill dilengkapi dengan pengolahan air lindi 1,5 liter perdetik, sehingga
lingkungan sekitar tidak tercemar timbulan sampah dan bau.
Pembangunan TPA dengan teknologi dan pengelolaan sanitary landfill ini
seirama dengan revitalisasi Program Adipura dari KLHK. Undang-undang Nomor
18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah telah mengamanatkan bahwa pemerintah
daerah tidak diperkenankan pengelolaan sampahnya dengan TPA yang open
dumping. Pemerintah Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, menyiapkan tempat
pengolahan sampah terpadu (TPST) yang tersebar pada lima kecamatan di kota itu.
Keberadaan TPST merupakan solusi untuk mengurangi banyaknya sampah yang
dibuang ke TPA dengan jumlah sampah setiap hari mencapai 100 meter kubik dan
diperhitungkan berkurang separuhnya berkat TPST. Melalui TPST, setiap sampah
yang berasal dari TPS di lingkungan masyarakat dipilah dan diolah mesin khusus
sehingga sampah yang masih berguna seperti plastik bisa dimanfaatkan. Setiap
sampah yang masuk ke TPST akan dipilah dan diolah, seperti sampah plastik yang
akan dipilah untuk dijadikan bibit plastik maupun sampah yang bisa diolah menjadi
pupuk melalui komposting. sampah yang diolah TPST akan dikirim kepada pihak
lain yang siap mengolahnya kembali menjadi barang yang lebih berguna, sedangkan
sampah yang dijadikan pupuk komposting akan dibeli pemkot.
11
gambar 2. 6 Tempat pembuangan akhir
12
gambar 2. 7 Pengelolaan lahan basah
G. Kualitas Udara
Udara bersih adalah hak bagi seluruh masyarakat. Dengan udara bersih, kita
bisa bernapas dengan bebas, menghirup udara dengan leluasa, dan mendapatkan
oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun udara yang bersih mempunyai standar
mutu dan untuk mengetahui mutu udara di suatu wilayah diperlukan alat untuk
memantau kualitas udara agar kita bisa mendapatkan udara yang layak, bersih dan
nyaman.
Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Ambien (SPKUA) Otomatis merupakan
sistem pemantauan kualitas udara ambien otomatis kontinyu yang terintegrasi di
dalam suatu jaringan untuk mengetahui kualitas udara ambien di suatu daerah/kota
pada waktu tertentu. Parameter yang terukur adalah PM10, PM2,5, NO2, SO2, CO,
O3, dan HC, serta peralatan meteorologi yang mengukur parameter arah angin,
kelembaban, radiasi matahari, curah hujan, dan temperatur. Kota Banjarbaru
memiliki Stasiun Pemantauan Kualitas Udara Ambien (SPKUA) Otomatis yang
berlokasi di RTH Al Munawarah, merupakan kerjasama antara Pemerintah Kota
Banjarbaru dengan Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan
Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan dikelola oleh
Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarbaru pada Bidang Tata Lingkungan. Video ini
merupakan visualisasi mengenai pengenalan SPKUA serta tata cara untuk mengakses
kualitas udara dan ISPU di wilayah Kota Banjarbaru.
19
Peningkatan Potensi banjir yang terjadi di daerah kawasan tambang intan
akan meningkat ketika memasuki musim penghujan. Daerah galian sekitar
tambang akan berubah menjadi danau yang tergenang oleh air hujan. Menurut
(Nasution dkk, 2021) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa ketika memasuki
musim hujan, lubang galian ini akan berubah drastis seperti danau yang dipenuhi
oleh air sampai permukaan atas lubang galian. Kedalaman lubang galian yang
mencapai 20 meter memperlihatkan kondisi perubahan yang sangat drastis pada
lubang galian ketika musim kemarau dan musim hujan. Kualitas air limbah cair
bekas galian tambang intan berpengaruh terhadap tahan tahan beberapa jenis
ikan budidaya. Ikan yang paling banyak mengalami kematian secara berturut-
turut adalah ikan Nila (Oreochromis Niloticus) dan diikuti dengan kematian Ikan
Mas (Cyprinus carpio). Lingkungan habitat ikan yang sudah tercemar atau
mengalami perubahan pada kualitas air baik secara ringan ataupun berat maka
dapat mempengaruhi kehidupan organisme air hingga mengalami kematian
(Permatasari dkk., 2022)
Mortalitas ikan uji yang banyak mengalami kematian di akibatkan oleh
limbah cair bekas galian tambang intan yang sudah tercemar dan banyak
mengandung zat berbahaya seperti besi (Fe), merkuri (Hg), asam florida (Hen)
dan masih banyak kandungan yang berbahaya lainnya bagi daya tahan hidup
ikan. Hal inilah yang menyebabkan tingkat mortalitas ikan menjadi tinggi dan
daya tahan tubuh ikan menjadi rendah, selain parameter fisika dan kimia yang
tidak mencakup standar baku mutu yang diperolehkan, kandungan logam
beratnya yang bersifat toksik lah yang menjadi penyebab utama kematian ikan
(Permatasari dkk., 2022).
20
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pengelolaan terhadap lingkungan perlu dilakukan agar lingkungan masih bisa
berfungsi dengan baik sehingga dapat menopang kehidupan manusia dimasa yang
akan mendatang, menuju generasi seterusnya. Pengelolaan terhadap sampah, limbah,
limbah B3, kesehatan atau sanitasi lingkungan, air, lahan basah, tambang, dan energi
dilakukan agar manusia bisa mengeksploitasi atau menggunakan dengan maksimal
kekayaan alam yang ada di lingkungan namun tetap bertanggung jawab atas efek
samping yang akan terjadi. Pengelolaan lingkungan yang ada di daerah Kota
Banjarbaru terbilang masih terkebelakang dibandingkan dengan daerah lain yang ada
di Kalimantan Selatan. Wilayahnya yang berupa banyak sungai serta sangat luas
mungkin mengakibatkan sulitnya dilakukan pengelolaan lingkungan dengan baik.
B. Saran
Agar kedepannya kita bisa menjaga lingkungan kita, khususnya kita selaku
masyarakat kota banjarbaru demi terciptanya banjarbaru yang indah dan lestari
lingkungannya. Mari bersama-sama mulai dari hal yang kecil hinnga menjadi dampak yang
besar dan marilah kita lestarikan lingkungan kita.
21
DAFTAR PUSTAKA
Adefitri, W. (2016). Pemetaan Kondisi Sanitasi Masyarakat di Sekitar TPA Piyungan,
Bantul, Yogyakarta. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia
Ari, S. P. (2016). Tanggung Jawab PT. Perkebunan Glenmore dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Jember : Universitas Muhammadiyah Jember.
Ciptaningayu, T. N. (2017). Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Laboratorium Di Kampus ITS. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
Repository, 127.
Danhas, Y. H., Dewata, I. (2018). Pencemaran Lingkungan. Depok : Penerbit RajaGrafindo
Persada.
Harianto, S. P., Dewi, S. P. (2017). Biodiversitas Fauna di Kawasan Budidaya Lahan
Basah. Lampung : Universitas Lampung.
Hendra, Y. (2016). Perbandingan Sistem Pengelolaan Sampah di Indonesia dan Korea
Selatan: Kajian 5 Aspek Pengelolaan Sampah. Aspirasi, 7, 77–91.
Manik. K, E, S. (2016). Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta : Penerbit Kencana.
Samudro, G. (2016). Konservasi Energi Berbasis Renewable Energy Technology Dengan
Pemanfaatan Teknologi Microbial. Jurnal Presipitasi : Media Komunikasi Dan
Pengembangan Teknik Lingkungan, 13(2), 57.
Sidik, F. (2016). Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Distribusi PDAM Unit
Operasional Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Yogyakarta : Universitas Atma
Jaya Yogyakarta
Amran, Sungai di BanjarBaru Tercemar, DLH:Mari Tetap Jaga Kelestarian Untuk
Generasi Akan Datang, https://klikkalsel.com/sungai-di-banjarbaru-tercemar-dlh-
mari-tetap-jaga-kelestarian-untuk-generasi-akan-datang, (19/12/2022).
Barokah Anisa Syarifah, Analisis Permasalahan Lingkungan Akibat Aktivitas
Penambangan Intan Kecamatan Cempaka Kalimantan Selatan,
https://osf.io/hstfk, (19/12/2022).
22