Anda di halaman 1dari 3

Komposisi dan Persepsi dalam Arsitektur: Harmoni

Antar Unsur dalam Pembentukan Pengalaman Visual

Pendahuluan

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang dan membangun struktur fisik yang melibatkan
kombinasi estetika, fungsi, dan teknologi. Dalam menciptakan karya arsitektur yang memukau, dua
konsep penting yang harus dipertimbangkan adalah komposisi dan persepsi. Komposisi berkaitan
dengan susunan elemen-elemen arsitektur, sementara persepsi melibatkan cara orang melihat dan
merespons bangunan-bangunan tersebut. Makalah ini akan membahas peran komposisi dan
persepsi dalam arsitektur serta hubungan erat antara keduanya dalam menciptakan pengalaman
visual yang unik dan berkesan bagi pengguna.

1. Komposisi dalam Arsitektur

Komposisi adalah susunan atau gubahan terdiri atas komponenkomponen secara terintegrasi untuk
mencapai kesatuan yang harmonis. Komposisi dalam arsitektur berarti susunan, gubahan, atau
tatanan terdiri atas komponen-komponen bentuk dan ruang yang saling berhubungan dengan tujuan
menghasilkan suatu kesatuan yang harmonis. Komposisi vs Organisasi (refr. Sesi II): Organisasi
menekankan aturan-aturan geometrik, sedangkan komposisi
menekankan pencapaian tujuan kesatuan yang harmonis. Keragaman & kerumitan komposisi
kesatuan harmonis komposisi mengandung keragaman (diversity) dan kerumitan
(complexity) alami sebagai perpaduan ruang (space) dan
bentuk (forms).

Komposisi ruang dan bentuk arsitektur (form) mengungkapkan


kebutuhan-kebutuhan program bangunan terkait dengan fungsi
yang diwadahi, pengguna yang dilayani, tujuan yang akan dicapai,
dan makna yang disampaikan (need), serta lingkup dan wawasan
yang dinyatakan (context). Sedangkan komponen mengungkapkan ruang dan bentuk (form),
kebutuhan pengguna (need), dan wawasan lingkungan setempat (context) merupakan variable
variabel permasalahan perancangan yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan komposisi
arsitektur (Laseau, 2001). Komposisi ideal menampilkan kesatuan antarkomponen, bila tidak
mengandung keragaman dan kerumitan akan
menghasilkan tampilan yang monoton atau membosankan. sebaliknya, keragaman dan kerumitan
tanpa suatu tatanan akan menghasilkan kekacauan (chaos).

Komponen bentuk (form) meliputi: pendaerahan/pemintakatan ruang (zoning), Alur pergerakan


(circulation), Sistem struktur bangunan (structure), Tutupan (enclosure), Jenis konstruksi
(construction type), Proses pembangunan (construction process), Energi bangunan (energy),
Pengendalian iklim (climate control), Citra (image).

Komponen wawasan lingkungan (context) meliputi: Tapak bangunan (site),


Pendaerahan/pemintakatan kawasan (zoning), Pelayanan umum dan infrastruktur (services),
Keadaan iklim makro di kawasan atau wilayah (macro
climate), Keadaan iklim mikro di sekitar bangunan dan tapak (micro climate), Bangunan-bangunan di
sekitar (adjacent buildings), Faktor geologi seperti keadaan tanah dan batuan (geological factors),
Pencapaian kendaraan (vehicular access).

Komponen kebutuhan (need) meliputi: Persyaratan ruang (space requirements), Hubungan-


hubungan (relationships), Pengutamaan-pengutamaan (priorities), Proses-proses berlangsungnya
kegiatan (processes), Tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan maupun makna yang
disampaikan (objectives), Pemeliharaan (maintenance), Pencapaian (access), Peralatan (equipment),
Kondisi lingkungan fisik maupun non-fisik (environment).

Keutuhan, kesatuan, dan keharmonisan suatu komposisi arsitektur dapat dicapai menggunakan
prinsip tertentu, terdiri atas:

• Sumbu (Axis). Sebuah garis maya yang terbentuk oleh dua buah titik di dalam
ruang, tempat bentuk-bentuk dan ruang-ruang dapat disusun dalam sebuah
paduan beraturan maupun tak beraturan secara simetri dan seimbang
ataupun asimetri namun seimbang.
• Simetri. Distribusi dan susunan yang seimbang dari bentuk-bentuk dan ruangruang yang sama pada
sisi yang berlawanan terhadap suatu garis atau bidang
pembagi ataupun titik pusat atau sumbu.
• Hirarki. Penekanan kepentingan atau keutamaan suatu bentuk atau ruang
menurut ukuran, wujud dan penempatan relatif terhadap bentuk-bentuk atau
ruang-ruang lain dala organisasi.
• Irama/Ritme & Pengulangan/Repetisi. Pergerakan yang mem-persatukan,
yang bercirikan pengulangan-pengulangan berpola, atau pergantian unsur
atau motif formal dalam bentuk yang sama atau dimodifikasi.
• Datum. Sebuah garis, bidang, ataupun volume yang oleh karena
kesinambungan dan keteraturannya bergun auntuk mengumpulkan,
mengukur, dan mengorganisir suatu pola bentuk-bentuk dan ruang-ruang.
• Transformasi. Prinsip bahwa konsep arsitektur, struktur, atau organisasi dapat
diubah melalui serangkaian manipulasi dan permutasi dalam merespon suatu
lingkup atau kondisi yang spesifik tanpa kehilangan konsep atau identitasnya.

2. Persepsi dalam Arsitektur

Persepsi adalah tanggapan atau penerimaan langsung atau proses


mengetahui atau mencerap oleh seseorang terhadap sesuatu hal melalui pancaindera terhadap
suatu obyek arsitektur yang dialami. Sedangkan ekspresi adalah ungkapan atau proses menyatakan
atau memperlihatkan suatu gagasan atau maksud menggunakan sesuatu yang dapat dimengerti
berupa komposisi bentukbentuk dan ruang-ruang beserta unsur-unsur dan kandungan makna-
maknanya. Persepsi berkait erat dengan ekspresi sebagaimana dua sisi pada satu mata uang. Persepsi
terhadap suatu karya arsitektur timbul karena obyek arsitektur merupakan salah satu sarana
komunikasi yang sebagaimana suatu bahasa - memiliki kosakata (vocabulary) dan susunan kata
(syntax) yang terkomposisi menjadi suatu pernyataan atau ekspresi arsitektur. Persepsi dekat
terhadap pengalaman arsitektural, sedangkan ekspresi dekat terhadap pernyataan arsitektural.

Pengalaman arsitektural (Rasmussen,1964): arsitektur adalah karya seni yang memiliki kapasitas
utilitas atau digunakan untuk pewadahan dan pelaksanaan kegiatan. Karena itu pencerapan terhadap
arsitektur tidak terbatas pada tanggapan visual terhadap ekspresi arsitektur yang ditangkap oleh
indera mata, namun juga tanggapan total indera-indera lain terhadap keberadaan utuh suatu obyek
arsitektur. Pencerapan dapat melalui sentuhan terhadap bahan dan tekstur, penciuman terhadap
aroma, pendengaran terhadap suara, dan secara total melalui pengalaman terhadap ruang-ruang
dan bentuk-bentuk beserta unsur-unsurnya. Penggunaan pancaindera secara simultan
memungkinkan pengalaman arsitektur dengan cara mencerap kepejalan (solid) dan keronggaan
(void, cavity), merasakan keintiman skala akrab dan keagungan skala monumental, melihat
keindahan proporsi tertentu, menyentuh tekstur halus dan kasar, melihat warna cerah dan muram
ataupun keberagaman warna-warni polikromatis dan monokromatis, melihat cahaya terang dan
gelap, menghirup hawa kering dan lembab ataupun sejuk dan hangat ataupun dingin dan panas,
merasakan hembusan dan semilir angin, serta mendengar kebisingan dan keheningan.

Dalam kenyataan kita mengalami arsitektur melalui dua pendekatan: memfokus pada satu bangunan,
ataupun meluas pada suatu bentang lingkungan. Pengalaman bentang lingkungan: secara simultan
satu rangkaian terdiri atas beberapa bangunan beserta situasi sekitar dalam keutuhan bentang
kawasan sebagai rangkaian pemandangan bertahap (serial vision)

Karya arsitektur mengekspresikan dan mengkomunikasikan gagasan bentuk, ruang, citra, maupun
makna melalui pernyataan arsitektural (Snyder & Catanese, 1979): Kualitas pernyataan arsitektural
menjadi dasar bagi pencerapan atau persepsi oleh pengguna, maupun lebih dalam bagi evaluasi dan
kritisi oleh Masyarakat.

Sumber pernyataan arsitektural mencakup: program bangunan, tipe bangunan, tapak bangunan
(site), gaya arsitektur, lingkungan perilaku, teknologi bangunan

Penataan arsitektural atau cara menyatakan mencakup: diagram pencapaian (proximity


diagramming), tanda dan lambang (signs & symbols), gestalts, vignettes, arketipe, pola-pola
fungsional.

3. Hubungan Antara Komposisi dan Persepsi

Hubungan erat antara komposisi dan persepsi terlihat dalam bagaimana elemen-elemen yang dipilih
dan diatur dalam desain arsitektur memengaruhi pengalaman visual pengguna. Sebuah komposisi
yang baik dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman pengguna terhadap ruang, memandu
mata mereka melalui struktur, dan menciptakan suasana yang diinginkan.

Pada saat yang sama, persepsi pengguna terhadap arsitektur juga mempengaruhi cara elemen-
elemen komposisi ditempatkan. Sebuah elemen yang ditempatkan dengan baik dapat memperkuat
fungsi bangunan dan meningkatkan kenyamanan pengguna.

Kesimpulan

Dalam arsitektur, komposisi dan persepsi saling melengkapi untuk menciptakan pengalaman visual
yang mendalam dan berkesan. Seorang arsitek yang memahami prinsip-prinsip komposisi dan
memperhatikan bagaimana pengguna akan merasakan dan berinteraksi dengan desainnya dapat
menciptakan karya arsitektur yang tidak hanya indah secara visual tetapi juga memenuhi kebutuhan
dan harapan pengguna. Dengan mempertimbangkan hubungan antara komposisi dan persepsi,
arsitek dapat menciptakan lingkungan yang menginspirasi, nyaman, dan memenuhi fungsi dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai