Anda di halaman 1dari 22

PAJAK PENGHASILAN

Subjek Pajak

 Tanpa batasan tempat tinggal atau tempat


kedudukan
 Pengusaha → Perusahaan Perorangan
 Karyawan
 Profesional / Tenaga Ahli → Pekerjaan Bebas
(dokter, akuntan, pengacara, konsultan, arsitek,
notaris, penilai, aktuaris)
Subjek Pajak

❑ Merupakan satu kesatuan, menggantikan yang berhak (ahli waris)


❑ Tetap harus membayar pajak meskipun warisan belum dibagi
kepada yang berhak

Mengapa harus menjadi subjek pajak?


karena warisan yang belum dibagi dapat menimbulkan penghasilan, di mana itu
merupakan objek pajak.
Contohnya :
1. berupa saldo rekening di bank, kemudian saldo tersebut mendapat
tambahan penghasilan dari bunga yang telah dipotong Pajak Penghasilan
(PPh) final oleh bank
2. berupa aset properti yang disewakan, terdapat tambahan penghasilan
dengan potongan PPh Final Pasal 4 (2) oleh penyewa.
Subjek Pajak

❑ Sekumpulan orang dan atau kumpulan modal sebagai


satu kesatuan, baik melakukan usaha atau tidak
melakukan usaha
❑ Contoh : PT, CV, firma, koperasi, dana pensiun,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi
sosial politik, lembaga
Subjek Pajak

❑ Bentuk usaha yang digunakan oleh subyek pajak luar


negeri yang menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di Indonesia
❑ Berupa tempat kedudukan manajemen, cabang
perusahaan, kantor perwakilan, gedung kantor, pabrik,
bengkel, gudang, ruang untuk promosi/penjualan,
pertambangan, pengeboran, pertanian, proyek
konstruksi, pemberian jasa, orang atau badan yang
bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak
bebas, agen atau pegawai asuransi, komputer untuk e-
commerce
JENIS SUBJEK PAJAK

SPDN : Subjek
SPLN : Subjek
Pajak Dalam
Pajak Luar Negeri
Negeri
CARA PENENTUAN JENIS SUBJEK PAJAK
ORANG PRIBADI
ADA ATAU TIDAKNYA TEMPAT TINGGAL (PLACE OF RESIDENCE), UNTUK:

mempunyai tempat di Indonesia yang


Berdiam (permanent dwelling dipakai untuk kediaman, yang bersifat tidak
place) sementara dan bukan sebagai
persinggahan

mempunyai tempat di Indonesia yang digunakan untuk


melakukan kegiatan sehari-hari terkait dengan urusan
melakukan kegiatan sehari-hari ekonomi, keuangan atau sosial pribadinya, antara lain turut
atau menjalankan kebiasaannya serta dalam kegiatan-kegiatan di masyarakat, turut serta
dalam kegiatan, keanggotaan, atau kepengurusan suatu
(ordinary course of life) organisasi, kelompok atau perkumpulan di Indonesia

mempunyai tempat di Indonesia yang digunakan untuk


tempat menjalankan kebiasaan melakukan kebiasaan atau kegiatan, baik yang bersifat
(place of habitual abode) rutin, sering ataupun tidak, antara lain melakukan
aktivitas yang menjadi kegemaran atau hobi.

mempunyai tempat domisili dilahirkan di Indonesia yang masih


(place of domicile) di Indonesia berada di Indonesia
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI

Orang Pribadi (OP) yang bertempat tinggal atau berada


di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau OP yang berada di Indonesia dan berniat
tinggal di Indonesia

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di


Indonesia;

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,


menggantikan yang berhak.
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF DALAM
NEGERI MULAI

Pada waktu Orang Pribadi dilahirkan,


berada, atau berniat untuk bertempat
tinggal di Indonesia

Pada waktu Badan didirikan atau


WAJIB PAJAK bertempat kedudukan Indonesia

Pada saat timbulnya warisan yang


belum terbagi
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF DALAM
NEGERI BERAKHIR

Pada saat OP meninggal dunia atau


meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya

Pada saat Badan dibubarkan atau tidak lagi


WAJIB PAJAK bertempat kedudukan di Indonesia

Pada saat warisan selesai dibagi


SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
❖ Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal/ berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
12 bulan dan Badan yang tidak didirikan/berkedudukan
di Indonesia
❖ yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
❖ yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan
dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap (BUT) di
Indonesia.
BUKAN SUBJEK PAJAK
❑ Badan Perwakilan Negara Asing
❑ Pejabat perwakilan diplomatik, konsulat, atau pejabat-pejabat asing, dan
orang-orang yang diperbantukan dengan syarat bukan warga negara
indonesia dan tidak menjalankan kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia
❑ Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh menteri
keuangan dengan syarat
❑ Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan
dengan keputusan menteri keuangan dengan syarat bukan warga
negara indonesia dan tidak menjalankan kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia
PENGERTIAN OBJEK PAJAK

 setiap tambahan kemampuan ekonomis yang


diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
 baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia,
 yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan,
 dengan nama dan dalam bentuk apa pun
OBJEK PAJAK (ps 4 ayat 1 UU PPh)
1. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun
atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang Pajak
Penghasilan;
2. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
3. laba usaha;
4. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
 keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
 keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena pengalihan
harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota ; keuntungan karena likuidasi,
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha;
 keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan
keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
 keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan,
tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.
OBJEK PAJAK (ps 4 ayat 1 UU PPh)
5. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah
dibebankan sebagai biaya; bunga termasuk premium,
diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
6. dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk
dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi ;
7. royalty atau imbalan atas penggunaan hak;
8. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan
harta;
9. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
10.keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah;
OBJEK PAJAK (ps 4 ayat 1 UU PPh)
11. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
12. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
13. premi asuransi;
14. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
15. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak;
16. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
17. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan;
18. surplus Bank Indonesia.
BUKAN OBJEK PAJAK
1. Bantuan atau Sumbangan dan harta hibahan
2. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai
pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.
3. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak
yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit).
4. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa.
BUKAN OBJEK PAJAK
5. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara,
atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan
usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan
syarat:
- dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
- bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
dari jumlah modal yang disetor.
6. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai.
BUKAN OBJEK PAJAK
7. Penghasilan yang ditanamkan oleh dana pensiun, pada bidang-bidang
tertentu yang telah ditetapkan oleh menteri keuangan.
8. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan
kontrak investasi kolektif.
9. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut:
• merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
• sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
BUKAN OBJEK PAJAK
10. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu dan ketentuannya
berdasar pada Peraturan Menteri Keuangan.
11. Sisa lebih yang diterima oleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian, atau
pengembangan yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan lagi dalam bentuk sarana dan
prasarana kegiatan pendidikan, pengembangan dan penelitian, dalam
jangka waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut
yang ketentuannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri
Keuangan.
12. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya
diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai