Anda di halaman 1dari 19

INOVASI PEWARNA BIRU ALAMI

TAHAN LUNTUR BERBASIS EKSTRAK


TUMBUHAN TARUM DALAM HASIL
JADI KAIN TENUN IKAT BIBOKI

Ester Yesti Lakapu


NIM : 2006110003

PROGRAM STUDI TEKNIK PEMBUATAN TENUN IKAT


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
Dosen Pembimbing 1

Dr. Dodi Darmakusuma,S.Si.,M.Si

Dosen Pembimbing 2

Ir. Arnoldus Keban, M.Si


Agenda
Presentasi

Pendahuluan

Metodologi

Kajian Pustaka
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah:

Tenun ikat Biboki yang menggunakan pewarna


asli tumbuhan tarum sudah hampir tidak
digunakan lagi oleh pengrajin tenun ikat dengan
alasan pewarnaan menggunakan tumbuhan
tarum memakan waktu yang sangat lama, jadi
penelitian ini berfungsi untuk mengangkat
kembali tenun ikat menggunakan pewarna alami
tumbuhan tarum yang diinovasikan tahan luntur
dan ramah lingkungan.
Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Perumusan Masalah
Bagaimana hasil jadi tenun ikat Biboki menggunakan
pewarna biru alami yang tahan luntur dari bahan dasar
tumbuhan daun tarum.
 Bagaimana cara mengaplikasikan pewarna alami
yang dibuat kedalam Kain Tenun Ikat Biboki.

Tujuan Penelitian
Menghasilkan pewarna biru alami tahan luntur dari
bahan dasar daun tarum.
Mengaplikasikan pewarna alami ke dalam Kain
Tenun Ikat Biboki.
MANFAAT PENELITIAN:

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian
ini yaitu untuk
memperkenalkan hasil
jadi tenunan yang
diwarnai menggunakan
pewarna biru alami
dari tumbuhan tarum
yang tahan luntur
dalam hasil jadi tenun
ikat Biboki
METODOLOGI PENELITIAN
METODE PENELITIAN:

Metode yang digunakan yaitu


pengumpulan data, pengkajian sumber
inspirasi, pembuatan desain motif,
01 pengikatan benang sesuai desain motif,
pewarnaan alami, proses penenunan, dan
evaluasi produk jadi.

Penelitian ini dilaksanakan di Lab


Bio science, yang berada di
02 lingkungan kampus Universitas
Nusa Cendana, fakultas Sains dan
Teknik.
JADWAL PENILITIAN:
Bulan
No Pelaksanaan
1 2 3

I II III IV I II III IV I II III IV

1 Proposal

2 Perencanaan dan Desain


Motif

3 Persiapan Benang dan


Penggulungan

4 Proses Menenun

5 Analisis Hasil Tenunan

6 Seminar Hasil
Metode Pengumpulan Data:
Pengumpulan data dalam penelitian ini akan digunakan beberapa metode, yaitu
sebagai berikut :

Observasi
02 Observasi adalah kegiatan pengamatan terhadap
suatu objek penelitian menggunakan seluruh
indra. Observasi yang dilakukan dengan lembar
observasi atau pengamatan terhadap hasil
eksperimen yang dilakukan secara langsung,
Arikunto (2006:156)

Wawancara
Dokumentasi
01 Dalam mengambil data, peneliti akan mewawancarai
informan seperti: para tua-tua adat, tokoh masyarakat. Di
kecamatan Biboki dan Dekranasda Kabupaten Timor
03 Studi dokumen
merupakan catatan
Tengah Utara menggunakan pedoman wawancara yang peristiwa yang sudah
bersifat terbuka dalam suasana kekeluargaan dan keakraban berlalu, dokumen bisa
dengan cara tanya jawab mengenai latar belakang motif dan berbentuk tulisan,
nilai apa saja yang terkandung dalam Motif serta gambar atau karya-
penggunaan pewarnaan alami yang digunakan oleh karya monumental dari
masyarakat Biboki terkhususnya pewarna alami dari daun seseorang, Sugiyono
tarum, Iskandar (2008:217) (2010:329)
.
Analisis Data:

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan


pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah
selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan
analisis terhadap jawaban subjek. Apabila jawaban
subjek setelah dianalisis dianggap belum lengkap,
maka peneliti akan melanjutkan pemberian
pertanyaan-pertanyaan berikutnya sampai tahap
tertentu diperoleh data yang lebih kredibel
(Sugiyono:337).
Diagram Alir:
02 03
Kajian Pustaka Metode pengumpulan data
 Tenun ikat  Wawancara
 Zat warna alam  Obsevasi
 Tarum langsung

01  Mordanting  Dokumentasi 04
 Teknik pembuatan serta Standarisasi
sediaan pewarna alami biru tahan luntur
Analisis Data
Latar Belakang

Proses pembuatan tenun




Pemintalan benang
Pembuatan motif Mak’aif
05
Hasil dan pembahasan  Pewarnaan benang
 Proses penenunan

06 .
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka

Tenun Ikat
Tenun adalah kriya tenun nusantara yang dibuat dalam bentuk kain, ditenun
menggunakan helaian benang lungsin dan benang pakan yang sebelumnya
sudah diikat sesuai motif kemudian dicelupkan kedalam zat pewarna alami.
Kain tenun ikat dapat ditemukan disejumlah daerah di Indonesia khususnya
daerah Nusa Tenggara Timur Salah satu tenun ikat yang akan diambil oleh
peneliti yaitu tenun ikat dari kecamatan Biboki kabupaten Timor Tengah Utara.
Kajian Pustaka
Proses Pembuatan Tenun Ikat dengan
Motif Mak’aif
Dalam proses pembuatan kain tenun ikat dengan motif
01 Mak’aif ada beberapa tahap dan setiap tahap saling
berhubungan satu sama lain. Menurut Ibu Blandina Meak
Usboko (42: Penenun) menyatakan bahwa dalam membuat
sebuah tenun ikat terdapat beberapa proses yaitu
pemintalan benang, pembuatan motif, pewarnaan benang,
proses penenunan.
Filosofi Makna Motif Mak’aif Tenun Biboki
Tenun Biboki memiliki motif yang sangat beragam dengan
02 simbol dan makna motif yan tidak terlepas dari kain
sarung atau selimut yang digunakan

Fungsi Kain Tenun Ikat


A. Fungsi sosial dan budaya
Menggambarkan kekhasan budaya
03 setempat, Menjadi bahan seremoni
(dalam upacara kebudayaan) misalnya
adat kawin dan penyerahan hak.
B. Fungsi Ekonomi
Misalkan Sarung dapat dijual untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
Kajian Pustaka:
 Zat Warna Alam  Tarum

Zat warna alam merupakan zat warna yang Tanaman tarum dimanfaatkan secara luas
dihasilkan dari hewan, tumbuhan dan mineral. sebagai sumber pewarna biru Setelah
Penggunaan zat warna alam lebih banyak tanaman ini direndam di dalam air, proses
bersumber dari tanaman karena lebih mudah hidrolisis oleh enzim akan mengubah
didapatkan. Sumber utama bahan pewarna indican menjadi indoxyl (tarum-putih) dan
tanaman banyak terkandung pada tumbuh- glukosa. Indoxyl dapat dioksidasi menjadi
tumbuhan yaitu pada daun, batang, kulit zat berwarna biru yang disebut indigo
batang, bunga, buah, kulit akar, kulit buah, (Ariyanti, 2017).
dan bagian lainnya. Dengan jumlah dan jenis
senyawa pembawa warna yang berbeda (
Farida, 2015).
 Mordanting

Proses pewarnaan alami perlu melakukan


mordanting.
Mordan yang berfungsi sebagai bahan penguat dan
pembangkit warna. Jenis-jenis mordan yang digunakan
untuk pewarnaan alami juga sangat beragam yakni
dengan tawas, kapur, soda abu, baking soda, dan besi
(Hasanah, 2020).
Kajian Pustaka:
Pengembangan Teknik Pembuatan dan Standarisasi Sediaan Pewarna Alami Biru Tahan
Luntur

1. Pengembangan teknik pembuatan sediaan pewarna alami biru tahan luntur


Dilakukan pengembangan teknik pembuatan sediaan pewarna alami biru tahan luntur
berdasarkan formula tradisional yang dipilih menjadi acuan. Pengembangan ini
dilakukan dengan menerapkan teknik pengeringan cepat menggunakan panas
matahari dan penggunaan bahan alami untuk melakukan penyesuaian Ph.

2. Uji aktivitas ketahanan luntur terhadap formulasi pewarna alami biru


a) Uji Ketahanan Luntur Pencucian
b) Uji Ketahanan Luntur Penjemuran
c) Pengamatan dan Analisis Perubahan Warna

3. Standarisasi sediaan pewarna alami biru tahan luntur

a) Penentuan pengaruh Ph pada warna larutan


kandidat produk
b) Penentuan kromatogram kromatografi lapis tipis
c) Penentuan spektra UV-Vis
Sekian.......
“I thank you For attention ......”

“Kegagalan ku adalah lelucon bagi mu, namun


keberhasilan ku itu semua karena lelucon mu..”

Anda mungkin juga menyukai